BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Gambaran Umum Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang menjalankan proses
pembuatan produk. Sebuah perusahaan bisa dikatakan sebagai perusahaan manufaktur apabila ada tahapan input-proses-output yang akhirnya menghasilkan suatu produk. Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan peralatan dan suatu medium proses untuk transformasi bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual. Upaya ini melibatkan semua proses antara yang dibutuhkan untuk produksi dan integrasi komponen-komponen suatu produk. Beberapa industri, seperti produsen semikonduktor dan baja, juga menggunakan istilah fabrikasi atau pabrikasi. Sektor manufaktur sangat erat terkait dengan rekayasa atau teknik. Karateristik utama dalam perusahaan manufaktur adalah mengelola sumber daya menjadi barang jadi melalui proses pabrikasi. (Menurut Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal, Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik, 2002) Aktivitas perusahaan yang tergolong dalam perusahaan industri manufaktur mempunyai tiga kegiatan utama yaitu : 1. Kegiatan utama untuk memperoleh atau menyimpan input atau bahan baku. 42
43
2. Kegiatan pengolahan atau pabrikasi atau perakitan atas bahan baku menjadi bahan jadi. 3. Kegitan menyimpan atau memasarkan barang jadi. Sektor manfaktur di Bursa Efek Indonesia dikatagorikan menjadi 17 (tujuh belas) kelas industri, yaitu : 1.
Industri Semen Adalah industri yang bergerak sebagai penghasi semen. Terdiri dari 3 perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2010 – 2011, yaitu Holcim Indonesia Tbk, Indocement Tunggal Prakasa Tbk, dan Semen Gresik (Persero) Tbk.
2.
Industri Keramik, Kaca, Porselen Adalah industri yang bergerak sebagai penghasil produk dasar yang berasal dari keramik, kaca,dan porselen. Terdiri dari 6 perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2010 – 2011, yaitu Arwana Citramulia Tbk, Asahimas Flat Glass Tbk, Intikeramik Alamasri Industri Tbk, Mulia Industrindo Tbk, Surya Toto Indonesia Tbk, Keramika Indonesia Assosiasi Tbk.
3.
Industri Logam dan produk yang berkaitan Adalah industri yang bergerak sebagai penghasil besi. Terdiri dari 15 perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2010 – 2011, yaitu. Alakasa Industrindo Tbk, Alumindo Light Metal Industry Tbk, Betonjaya Manunggal Tbk, Citra Tubindo Tbk, Gunawan Dianjaya Steel Tbk, Indal Aluminium Industry Tbk, Itamaraya Tbk, Jakarta Kyoei Steel Works Tbk, Jaya Pari Steel Tbk, Krakatau Steel (Persero) Tbk, Lion Metal Works Tbk,
44
Lionmesh Prima Tbk, Pelangi Indah Canindo Tbk, Pelat Timah Nusantara Tbk, Tembaga Mulia Semanan Tbk 4.
Industri kimia dan produk yang berkaitan Adalah industri yang bergerak di sektor kimia dan menghasilkan produk yang berkaitan. Terdiri dari 10 perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2010 – 2011, yaitu : Barito Pacific Tbk, Budi Acid Jaya Tbk, Duta Pertiwi Nusantara Tbk, Ekadharma International Tbk Eterindo Wahanatama Tbk, Indo Acidatama Tbk, Intanwijaya Internasional Tbk, Sorini Agro Asia Corporinndo Tbk, Chandra Asri Petrochemical Tbk, Unggul Indah Cahaya Tbk.
5.
Industri Plastik dan Kemasan Adalah industri yang bergerak sebagai penghasil plastik dan kemasan. Terdiri dari 12 perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2010 – 2011, yaitu : Aneka Kemasindo Utama Tbk, Argha Karya Prima Ind. Tbk, Asiaplast Industries Tbk, Berlina Tbk, Dynaplast Tbk, Indopoly Swakarsa Industry Tbk, Kageo Igar Jaya Tbk, Sekawan Intipratama Tbk, Siwani Makmur Tbk, Titan Kimia Nusantara Tbk, Trias Sentosa Tbk, Yanaprima Hastapersada Tbk
6.
Industri Makanan dari Bahan Hewan Adalah industri di bidang penghasil makanan olahan yang berbahan baku daging hewan.Terdiri dari 4 perusahaan yang terdafdtar di BEI selama tahun 2010-2011, yaitu : Charoen Pokphand Indonesia Tbk, Sierad Produce Tbk., JAPFA Comfeed Indonesia Tbk, Malindo Feedmill Tbk.
45
7.
Industri Kayu Adalah industri yang bergerak sebagai pemasok kayu dan menghasilkan berbagai produk kayu. Terdiri dari 2 perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2010-2011, yaitu : Sumalindo Lestari Jaya Tbk, Tirta Mahakam Resources Tbk.
8.
Industri Kertas dan Produk Lain yang Berkaitan Adalah indutri yang bergerak sebagai penghasil kertas dan produk lain yang berkaitan. Terdiri dari 7 perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2010-2011, yaitu : Fajar Surya Wisesa Tbk, Indah Kiat Pulp & Paper Tbk, Kertas Basuki Rachmat Ind. Tbk, Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk, Suparma Tbk, Surabaya Agung Industry Pulp Tbk, Toba Pulp Lestari Tbk.
9.
Industri Automotif dan Produk yang Berkaitan Adalah Industri yang bergerak sebagai penghasilan kendaraan otomotif dan segala perlengkapannya. Terdiri dari 12 perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2010-2011, yaitu : Astra International Tbk, Astra Otoparts Tbk, Gajah Tunggal Tbk, Goodyear Indonesia Tbk, Indo Kordsa Tbk, Indomobil Sukses Internasional Tbk, Indospring Tbk, Multi Prima Sejahtera Tbk, Multistrada Arah Sarana Tbk, Nipress Tbk, Prima Alloy Steel Tbk, Selamat Sempurna Tbk.
10.
Industri Pakaian dan Produk Tekstil Lainnya Adalah industri yang bergerak sebagai penghasil pakaian atau kain dan segala produk tekstil lainnya. Terdiri dari 19 perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2010-2011, yaitu : Apac Citra Centertex Tbk, Argo
46
Pantes Tbk, Asia Pacific Fibers Tbk, Centex (Preferred Stock) Tbk, Centex Saham Seri B Tbk, Eratex Djaja Tbk, Ever Shine Textile Industry Tbk, Indorama Synthetics Tbk, Karwell Indonesia Tbk, Nusantara Inti Corpora Tbk, Pan Brothers Tex Tbk, Panasia Filament Inti Tbk, Panasia Indosyntec Tbk, Polychem Indonesia Tbk, Ricky Putra Globalindo Tbk, Sunson Textile Manufacture Tbk, Tifico Fiber Indonesia Tbk, Unitex Tbk. 11.
Industri Alas Kaki Adalah industri yang bergerak sebagai penghasil alas kaki seperti sepatu dan barang sejenis lainnya. Terdiri dari 3 perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2010-2011, yaitu : Primarindo Asia Infrastructur Tbk, Sepatu Bata Tbk, Surya Intrindo Makmur Tbk.
12
Industri Kabel Adalah industri yang bergerak sebagai penghasil kabel. Terdiri dari 6 perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2010-2011, yaitu : Jembo Cable Company Tbk.Kabelindo Murni Tbk, KMI Wire and Cable Tbk, Sucaco Tbk, Sumi Indo Kabel Tbk, Voksel Electric Tbk.
13.
Industri Makanan dan Minuman Adalah industri yang bergerak di bidang penghasil bebrabgai jenis makanan dan minuman. Terdiri dari 15 perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2010-2011, yaitu : Akasha Wira International Tbk, Aqua Golden Mississippi Tbk, Cahaya Kalbar Tbk, Davomas Abadi Tbk, Delta Djakarta Tbk, Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, Indofood Sukses Makmur Tbk, Mayora Indah Tbk, Multi Bintang Indonesia Tbk, Nippon Indosari Corpindo
47
Tbk, Prasidha Aneka Niaga Tbk, Sekar Laut Tbk, Siantar Top Tbk, Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, Ultra Jaya Milk Tbk. 14.
Industri Tembakau Adalah industri yang menghasilkan rokok atau kretek (hasil olahan tembakau). Terdiri dari 3 perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2010-2011, yaitu : Bentoel International Investama Tbk, Gudang Garam Tbk, HM Sampoerna Tbk.
15.
Industri Farmasi Adalah industri yang bergerak sebagai penghasil farmasi atau obat-obatan. Terdiri dari 10 perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2010-2011, yaitu : Darya-Varia Laboratoria Tbk, Indofarma Tbk, Kalbe Farma Tbk, Kimia Farma Tbk, Merck Tbk, Pyridam Farma Tbk, Schering Plough Indonesia Tbk, Taisho Pharmaceutical Indonesia (PS) Tbk, Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, Tempo Scan Pacific Tbk.
16.
Industri Kosmetik dan Barang Konsumsi Adalah industri yang sebagai penghasil kosmetik dan barang konsumsi. Terdiri dari 3 perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2010-2011, yaitu : Mandom Indonesia Tbk, Mustika Ratu Tbk, Unilever Indonesia Tbk.
17.
Industri Logam Buatan Adalah industri yang bergerak sebagai penghasil logam buatan. Terdiri dari 3 perusahaan yang terdaftar selama tahun 2010-2011, yaitu : Kedaung Indah Can Tbk, Kedawung Setia Industrial Tbk, Langgeng Makmur Industri Tbk.
48
B.
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan dengan mengambil data laporan tahunan
perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011. Lokasi penelitian ini dipilih karena dianggap sebagai tempat yang tepat bagi peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan berupa laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. C.
Desain Penelitian Deasain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode
penelitian causal correlation. Analisis kausal ini menjelaskan bagaimana suatu variabel berpengaruh atau “bertanggung jawab terhadap” perubahan pada variabel lainnya. Analisis ini menggambarkan bagaimana variabel independen tersebut (pengungkapan CSR) dapat mempengaruhi variabel dependenya, yaitu nilai perusahaan. Dan bagaimana variabel moderat (Corporate Governance) dapat mempengaruhi hubungan antara variabel dependen dan independennya. D.
Hipotesis Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan pengaruh
pengungkapan laporan tanggung jawab sosial terhadap nilai perusahaan dengan good corporate governance sesuai dengan yang telah diuraikan pada BAB 2. H1
: Pengungkapan Corporate Social Responsibilit (CSR) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
H2
: Good Corporate Governance berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
49
H3
: Semakin tinggi tingkat pengungkapan corporate social responsibility dan tingkat penerapan good corporate governance yang tinggi maka akan semakin tinggi pula nilai perusahaan.
E.
Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran Penelitian
ini
menganalisis
secara
empiris
mengenai
pengaruh
pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan terhadap nilai perusahaan manufaktur di BEI, dan bagaimana corporate governance perusahaan dapat mempengaruhi hubungan antara pengungkapan CSR dengan nilai perusahaan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian atas hipotesis-hipotesis yang telah diajukan. Pengujian hipotesis dilakukan menurut metode penelitian dan analisis yang dirancang sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti agar mendapatkan hasil yang akurat. 1.
Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah nialai perusahaaan. Nilai
perusahaan dapat dilihat dari segi analisis laporan keuangan berupa rasio keuangan dan dari segi perubahan harga saham. Dan salah satu alternatif yang
digunakan
dalam
menilai
nilai
perusahaan
adalah
dengan
menggunakan rasio Tobins’Q. Rasio Tobins’Q merupakan rasio yang dikembangkan oleh James Tobin (1967). Tobins’Q merupakan rasio dari nilai asset perusahaan yang diukur oleh nilai pasar dari jumlah saham yang beredar dan hutang (enterprise value) terhadap replacement cost dari aktiva perusahaan.
50
Variabel ini diberi simbol Tobisn’q. Variabel ini telah digunakan oleh Rika dan Islahudin (2008). Tobins’Q dihitung dengan rumus sebagai berikut :
=
+
Dimana : Tobinsq
= Nilai Perusahaan
EMV
= Nilai pasar ekuitas (EMV = closing price x jumlah saham yang beredar)
2.
DEBT
= Total hutang perusahaan
TA
= Total aktiva
Variabel Bebas (Independent Variable) a.
Corporate Social Responsibility Disclosure Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengungakapan
tanggug jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) pada laporan tahunan perusahaan yang dinyatakan dalam Corporate Social Responsibility Disclosure Index (CSRDI) yang mengacu pada indikator GRI (Global Reporting Initiatives 2012) yang berjumlah
79
item.
Informasi
mengenai
Corporate
Social
51
Responsibility Disclosure Index (CSRDI) yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari website www.globalreporting.org. Indikator pengungkapan sosial yang digunakan dalam penelitian merupakan kategori informasi sosial menurut Darwin (2004) dalam Anggraini (2006). Indikator GRI tersebut terdiri dari 6 fokus pengungkapan, yaitu : 1. Indikator Kinerja Ekonomi (economic performance indicator) 2. Indikator
Kinerja
Lingkungan
(environment
performance
indicator) 3. Indikator Kinerja Tenaga Kerja (labor practices performance indicator) 4. Indikator Hak Asasi Manusia (human rights performance indicator) 5. Indikator Kinerja Sosial (social performance indicator) 6. Indikator Kinerja Produk (product responsibility performance indicator) Pengukuran dilakukan
pengungkapan
berdasarkan
indeks
tanggung
jawab
pengungkapan
sosial
ini
masing-masing
perusahaan yang dihitung melalui jumlah item yang sesungguhnya diungkapkan perusahaan dengan jumlah semua item yang mungkin diungkapkan (Bambang Suripto, 1999). Indeks luas pengungkapan
52
CSR (CSRDI) pada perusahaan dinotasikan dalam rumus sebagai berikut :
=
Dengan : CSRDI = Indeks pengungkapan perusahaan (CSR Disclosure Indeks) n
= Jumlah item pengungkapan yang dipenuhi
k
= Jumlah semua item yang mungkin dipenuhi Pengukuran pengungkapan CSR diatas dilakukan dengan cara
mengamati ada atau tidak suatu item informasi yang telah ditentukan dalam laporan tahunan, apabila item informasi yang ditentukan tidak ada atau tidak diungkapkan dalam laporan tahunan maka diberi skor 0, dan jika item informasi yang ditentukan ada atau diungkapakan dalam laporan tahunan maka diberi skor 1. Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. b.
Good Corporate Governance Variabel GCG yang diproksikan oleh kepemilikan manajamen,
kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komiasris independen, dan komite audit. Kelima proksi tersebut
53
dianalisis dengan Analisis Faktor Konfirmatory, sehingga terbentuk satu variabel baru yaitu GCG 1)
Kepemilikan Manajemen
Kepemilikan Manajemen merupakan tingkat kepemilikan saham pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris). Kepemilikan saham yang beredar dari segi nilai ekonimisnya memiliki
insentif
menyelaraskan
kepentingan
dengan
principals.
2)
=
∑
∑
Kepemilikan Institusional Kepemilikan
institusional
merupakan
proporsi
kepemilikan saham oleh institusi dalam hal ini institusi pendiri perusahaan, bukan institusi pemegang saham publik. Adanya kepemilikan institusional dapat memantau secara profesional perkembangan terhadap
investasinya,
manajemen
maka
sangat
tingkat
pengendalian
tinggi
sehingga
∑ ∑
kecurangan dapat ditekan.
=
potensi
54
3)
Ukuran Dewan Komisaris Ukuran Dewan Komisaris yang dimaksud dalam
penelitian ini merupakan banyaknya jumlah anggota Dewan Komisaris dalam suatu perusahaan. skala pengukuran variabel ini adalah skala nominal yaitu dewan komisaris diukur dengan menghitung jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Darwis,2009) : Ukuran Dewan Komisaris = ∑ anggota Dewan Komisaris
4)
Proporsi Komisaris Independen Komisaris Independen merupakan komisaris yang
bukan merupakan anggota manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan (Surya dan Yustivandana, 2006). Proporsi Dewan Komisaris Independen yang dimaksud dalam penelitian ini jumlah komisaris
independen
dalam
suatu
dewan
komisaris
Perusahaan. Independensi Dewan Komisaris diukur dengan skala rasio antara jumlah anggota komisaris independen dibandingkan dengan total anggota dewan komisaris.
55
5)
=
∑ ∑
Ukuran Komite Audit Ukuran Komite Audit merupakan jumlah anggota
komite audit dalam suatu perusahaan. Skala pengukuran untuk variabel ini adalah sama seperti ukuran dewan komisaris yaitu skala nominal dengan menggunakan indikator ukuran dewan audit yang diukur dengan menghitung jumlah anggota komite audit dalam laporan tahunan perusahaan yang tercantum pada laporan tata kelola perusahaan. Ukuran Komite Audit = ∑anggota Komite Audit
3.
Variabel Moderasi Variabel pemoderasi dalam penelitian ini adalah good corporate
governance. Selain sebagai variabel independen, good corporate governance dalam penelitian ini juga digunakan sebagai variabel pemoderasi yang merupakan variabel baru yang terbentuk dari analisis faktor konfirmator
56
Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran No
Variabel
Jenis Variabel
Proksi
Rumus
Tobin’s Q
EMV + DEBT TA
Skala Rasio
1.
Dependen
Nilai Perusahaan
Rasio Corporate Social Responsibility
CSRDI
∑ item pengungkapan yang dipenuhi ∑ semua item yang mungkin dipenuhi
Rasio Kepemilikan Manajemen
∑ saham yang dimiliki manajemen ∑ saham yang beredar
Kepemilikan Institusional
∑ saham pihak institusi ∑ saham yang beredar
Rasio
2.
Independen Good Corporate Governance
Ukuran Dewan Komisaris
Nominal ∑ anggota dewan komisaris Rasio
Proporsi Dewan Komisaris Independen Ukuran Dewan Komite Audit
3.
F.
Moderasi
∑ komisaris independen ∑anggota dewan komisaris
Nominal ∑ anggota dewan komite audit
Good Corporate Governance
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan metode penelitian kepustakaan, yaitu penggunaan data sekunder yang
Rasio
57
merupakan dokumen-dokumen yang sudah ada. Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan mengumpulkan seluruh data sekunder dan seluruh informasi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam dokumen. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi literatur yang berupa text book, jurnal, dan sumber literatur lain yang ada kaitannya dengan penelitian.
G.
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
berupa data laporan tahunan (annual report) perusahaan manufaktur yang terdafatar di Bursa Efek Indonesia, pada periode pelaporan tahun 2010-2011. Data yang digunakan adalah data yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory dan annual report melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada (http://www.idx.co.id), data base pasar modal Pojok BEI Universitas Mercu Buana. H.
Populasi dan Sempel Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2011. Berdasarkan jumlah yang tercatat di BEI terdapat 139 perusahaan yang terdaftar dari periode 2010 – 2011.
58
2. Sampel Penelitian Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive
sampling
dengan
tujuan
mendapatkan
sampel
yang
representative sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Penggunaan purposive sampling ini bertujuan agar peneliti mendapatkan kelompok informasi yang spesifik. Adapun kriteria sampel yang akan digunakan adalah sebagai berikut : 1.
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI dari periode 20102011.
2.
Perusahaan Manufaktur yang secara berturut-turut terdaftar di BEI selama periode 2010-2011 dan perusahaan manufaktur tersebut mempublikasikan Laporan tahunan (annual report) pada periode 31 Desember 2010-2011 di dalam website Bursa Efek Indonesia.
3.
Perusahaan Manufaktur yang mengungkapakan informasi pelaksanaan Corporate Social Responsibility dalam laporan tahunannya.
4.
Perusahaan Manufaktur yang mengungkapkan informasi mengenai Good Corporate Governance, yaitu data mengenai kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, jumlah dewan komisaris, proporsi komisaris independen dan jumlah komite audit.
5.
Perusahaan
Manufaktur
yang
dalam
laporan
tahunannya
mengungkapkan informasi keuangan dengan satuan rupiah.
59
Tabel 3.2 Rincian Sampel Penelitian No
Kriteria
Total
1
Total perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2010-2011
142
2
3
4
5.
Dikurangi perusahaan manufaktur yang tidak tercatat secara berturut-turut di BEI selama tahun 2009-2011dan tidak mengeluarkan laporan tahunan. Dikurangi perusahaan manufaktur yang tidak mengungkapkan informasi tentang kegiatan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunannya. Dikurangi perusahaan manufaktur yang tidak mengungkapkan informasi mengenai Good Corporate Governance, yaitu data mengenai kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, jumlah dewan komisaris, proporsi komisaris independen dan jumlah komite audit. Dikurangi perusahaan manufaktur yang dalam laporan tahunannya tidak mengungkapkan informasi keuangan dalam satuan rupiah Jumlah akhir sampel penelitian
I.
(48)
(16)
(4)
(7) 67
Metode Analisis Data Seperti yang telah dipaparkan diatas, variabel yang akan diuji dalam
penelitian ini adalah Nilai perusahaan (Tobinsq), Pengungkapan CSR (Indeks GRI), dan GCG yang diproksikan oleh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusioanal, Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Dewan Komisaris Independen, dan Ukuran Dewan Komite Audit. Karena, variabel GCG yang akan diuji dalam penelitian ini merupakan variabel baru yang dibentuk dari 5 variabel proksi good corporate governance, maka terlebih dahulu dilakukan analisis faktor untuk
60
membentuk satu variabel GCG sebelum dilakukan analisis statistik deskripif, uji asumsi klasik, dan analisis hipotesis. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diolah kemudian dianalisis dengan alat statistik sebagai berikut : 1.
Analisis Faktor Menurut Ghozali (2006), analisis faktor merupakan analisis yang
bertujuan untuk menemukan suatu cara meringkas (summarize) informasi yang ada dalam variabel asli (awal) menjadi satu set dimensi baru atau variate (factor). Asumsi yang mendasari dapat tidaknya digunakan analisis faktor adalah data matrik harus memiliki korelasi yang cukup (sufficient correlation). Analisis faktor dalam penelitian ini digunakan untuk mereduksi
variabel
pemoderasi
yaitu
kepemilikan
manajemen,
kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit menjadi satu faktor yaitu good corporate governance serta menghitung skor faktor yang akan digunakan
dalam
analisis
regresi.
Penelitian
ini
menggunakan
Confirmatory Factor Analysis (CFA) yang digunakan untuk mengetahui apakah indikator-indikator yang digunakan dapat mengkonfirmasi suatu konstruk. Tujuan dari CFA adalah untuk mencari indikator yang memiliki nilai loading factor yang paling tinggi. Nilai paling tinggi tersebut akan digunakan indikatornya sebagai perwakilan dari variabel latennya. Untuk mengetahui korelasi antar variabel dapat menggunakan dua cara, yaitu:
61
1. Uji Bartlett test of sphericity Menurut Ghozali (2006), uji ini merupakan uji statistik untuk menentukan ada tidaknya korelasi antar variabel. Jika hasilnya signifikan (<0,05) berarti matrik korelasi memiliki korelasi signifikan dengan sejumlah variabel. 2. Uji Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) Uji ini digunakan juga untuk mengukur tingkat interkorelasi antar variabel dan dapat tidaknya dilakukan analisis faktor (Ghozali, 2006). Nilai KMO bervariasi antara 0 sampai dengan 1. Agar dapat dilakukan analisis faktor maka nilai KMO yang dikehendaki harus di atas 0,50 (>0,50). 2.
Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan profil data
sampel yang meliputi mean, median,maksimum, minimum, dan deviasi standar. Statistik deskriptif menyajikan ukuran-ukuran numerik yang sangat penting bagi data sampel. Data yang diteliti meliputi Corporate Social Responsibility Index (CSRI), nilai perusahaan (tobins’q), dan good corporate governance. 3.
Uji Asumsi Klasik Dalam penelitian ini digunakan uji asumsi klasik. Pengujian asumsi
klasik yang bertujuan untuk menentukan ketepatan model. Uji asumsi klasik yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi:
62
a.
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi,variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk menghindari terjadinya bias, data yang digunakan harus terdistibusi dengan normal. Model regresi yang baik adalah memiliki data normal data normal atau mendekati normal (Ghozali, 2006). Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Dasar pengambilan keputusan uji statistik dengan KolmogorovSmirmov Z (I-Sample K-S) adalah (Ghozali, 2006): 1. Apabila nilai Asymp. Sig (2-tailed) kurang dari 0,05, maka H0 ditolak. Hal ini berarti ada data residual terdistribusi tidak normal. 2. Apabila nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima. Hal ini berarti data residual terdistribusi normal. b.
Uji Multikolinearitas Uji multikolineraritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (Ghozali, 2006). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas, dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas
63
variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF=1/tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10. c.
Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode (t-1). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi yang lain. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, salah satunya adalah dengan uji Durbin-Watson (D-W test). Dasar pengambilan
keputusan
ada
tidaknya
autokorelasi
dengan
menggunakan tabel Durbin-Watson (Ghozali, 2006): 1. Bila nilai DW terletak antara batas atas (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol berarti tidak ada autokorelasi. 2. Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah (dl), maka koefisien autokorelasi lebih dari nol berarti ada autokorelasi positif.
64
3. Bila nilai DW lebih dari pada (4-dl), maka maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol berarti ada autokorelasi negatif. 4. Bila nilai DW terletak antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW terletak antara (4-du) dan (dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan. d.
Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006). Untuk mendeteksi adanya masalah heteroskedastisitas bisa dilakukan dengan uji Glejser yaitu dengan meregresi nilai absolute residual terhadap variabel independen. Heteroskedastisitas dengan uji Glejser tidak terjadi apabila tidak satupun variabel independen signifikan secara statistic mempengaruhi dependen nilai Absolute residual (Abs_res).
4.
Analisis Hipotesis a.
Analisis Regresi Berganda Analisis hipotesis dilakukan dengan menggunakan regresi
berganda dengan variabel moderating. Dalam anlisis ini digunakan uji interaksi atau sering disebut dengan Moderated Regression Analysis (MRA) untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen, dimana dalam pengaruh
65
tersebut mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen) dengan rumus sebagai berikut (Ghozali, 2006) : Y=a+b1 X1+b2 X2+b3 XI X2+e
(1)
Variabel perkalian antara X1 dan X2 merupakan variabel moderating oleh karena menggambarkan pengaruh moderating variabel X2 terhadap hubungan X1 dan Y. Sedangkan variabel X1 dan X2 dapat dianggap sebagai moderating variabel, hal ini dapat dijelaskan dengan cara membuat persamaan derivasi (turunan) X1 atau dY/dX1 dari persamaan (1). Hasil dY/dX1 adalah : dY/dX1 = b1+b3X2 Persamaan
(2)
(2)
memberikan
makna
bahwa
dY/dX1
merupakan fungsi dari X2 atau variabel X2 memoderasi hubungan antara X1 dan Y. Variabel perkalian antara CSR dan GCG (CSR*GCG)
merupakan
variabel
moderating
oleh
karena
menggambarkan pengaruh moderating variabel GCG terhadap hubungan CSR dan Nilai Perusahaan (Tobinsq). Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini yaitu pengujian pengaruh corporate social responsibility dan good corporate governance terhadap nilai perusahaan, dan untuk mengetahui apakah variabel GCG dapat berperan sebagai variabel moderasi antara hubungan Pengungkapan CSR dengan Nilai Perusahaan. Sehingga dibuat model regresi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
66
Y = α + β1CSRI + β2 GCG + β3CSRIxGCG + e
Keterangan: Y
= Tobin’s Q
α
= konstanta
β1- β3
= koefisien regresi
CSRI
= corporate social responsibility disclosure index
GCG
= good corporate governance
CSRIxGCG
= |CSRIxGCG|
e
= error term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian Analisis regresi yang dilakukan adalah untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh antar variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian statistik yang dilakukan adalah: b.
Uji Koefisien Determinasi (R2) Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan
model dalam menerangkan variabel independen, tapi karena R2 mengandung kelemahan mendasar, yaitu adanya bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model, maka dalam penelitian ini menggunakan adjusted R2 berkisar antara 0 dan 1. Jika nilai adjusted R2 semakin mendekati 1 maka semakin baik kemampuan model tersebut dalam menjelaskan variabel dependen.
67
c.
Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji F digunakan untuk menguji tingkat pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Dalam uji F kesimpulan yang diambil adalah dengan melihat signifikansi (α) dengan ketentuan: α > 5% : H0 diterima α < 5% : H0 ditolak d.
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) Uji t digunakan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan perbandingan nilai t hitung masing-masing koefisien t regresi dengan t tabel sesuai dengan tingkat signifikansi yang digunakan. Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut: 1. bila nilai signifikansi t < 0.05 maka H0 ditolak, berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel dependen. 2. bila nilai signifikansi t > 0.05 maka H0 diterima, berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen dengan variabel dependen.