BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Variabel Penelitian
3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Depresi adalah suatu gangguan emosional yang ditandai dengan rasa sedih dan kosong yang berlebih, hilangnya minat untuk beraktivitas, mengalami gangguan tidur dan pola maka, sulit berkonsentrasi, dan terkadang muncul pikiran untuk bunuh diri. 3.2
Subjek Penelitian & Teknik Sampling
3.2.1 Karakteristik Subjek Penelitian Penulis
mengambil
subjek
Andikpas
yang
berada
di
Lembaga
Pemasyarakatan (Lapas) Anak Pria Tangerang. Lapas tersebut memiliki jumlah Andikpas terbanyak se-Jabotabek yaitu 223 anak (Maret 2013) menurut data dari http://smslap.ditjenpas.go.id. Peneliti memilih Andikpas menjadi subjek karena menjadi narapidana adalah stresor kehidupan yang berat bagi pelakunya. Perasaan sedih pada narapidana setelah menerima hukuman serta berbagai hal lainnya seperti rasa bersalah, hilangnya kebebasan, perasaan malu, sangsi ekonomi dan sosial serta kehidupan dalam penjara yang penuh dengan tekanan psikologis dapat memperburuk dan mengintensifkan stresor sebelumnya. Keadaan tersebut bukan saja mempengaruhi penyesuaian fisik tetapi juga psikologis individu (Morgan, 1981; Gussak 2009 dalam Mukhlis 2011). Dari keadaan seperti itulah Andikpas dapat mengalami depresi.
23
24 Peneliti memilih remaja karena menurut Santrock (dalam Agustina, 2006) remaja adalah periode peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yang disertai dengan perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional dan Neiger (dalam Fitriani & Hidayah, 2012) menyatakan bahwa usia muda yaitu 15-24 tahun sangat rentan untuk mengalami gangguan depresi.
Karakteristik subjek yang akan dijadikan sampel penelitian adalah sebagai berikut:
1. Berjenis kelamin laki-laki 2. Masih tergolong remaja (14-19 tahun) 3. Bisa baca dan tulis 4. Tercatat sebagai Andikpas baru yang tinggal di Lapas Anak Pria Tangerang dan sedang/akan menjalani masa hukuman/ masa kurungan pada waktu yang sudah ditentukan.
3.2.2 Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan adalah non-random sampling yaitu, metode yang digunakan hanya memberi peluang bagi anggota populasi tertentu sehingga menutup peluang anggota yang lain untuk menjadi sampel (Istijanto, 2009, hal. 120). Terdapat beberapa jenis sampling dalam non-random sampling, dan penulis memakai metode purposive sampling, yaitu pengambilan data yang disesuaikan dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya (Asnawi, 2005).
25 3.3
Desain Penelitian Penelitian ini bermaksud ingin melihat gambaran depresi pada Andikpas.
Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif atau biasa disebut dengan metode campuran (mixed methods). Seperti yang kita ketahui, ciri dari penelitian kuantitatif adalah datanya berupa jumlah kategori, skala, dan skor, sedangkan ciri dari penelitian kualitatif adalah data yang dikumpulkan berupa data lunak, dan pengumpulan datanya dengan observasi partisipatoris dan/atau wawancara (FIP-UPI, 2007). Setiap pendekatan baik kuantitatif maupun kualitatif memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Untuk menutupi kekurangan dari setiap pendekatan, maka dipakailah metode campuran. Data dari kuantitatif diperoleh dengan memberikan tes kepribadian yaitu Sixteen Personality Factor (16PF) Questionnaire dan tes depresi yaitu Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D) untuk melihat gejala depresi pada Andikpas. Setelah mengumpulkan data kuantitatif, penulis kemudian mengumpulkan data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara oleh penulis sendiri yang sebelumnya sudah diberi pengarahan oleh ahli. Subjek yang diwawancara merupakan subjek peneliti yang terpilih dan sudah mengikuti tes 16 PF dan tes CES-D. Setelah itu, penulis kemudian memberikan tes gambar dan membuat analisis gambaran depresi pada Andikpas.
26
1
2
Mengumpulkan data dari kuesioner
Mengumpulkan data dari wawancara
Analisis Data
Analisis Data
Hasil data dikombinasikan
Mengikuti tes gambar
Kesimpulan
Gambar 3.1 Skema Desain Penelitian Sumber: Olahan Peneliti
3.4
Alat Ukur Penelitian
3.4.1 Alat Ukur Pendekatan Kuantitatif Dalam pendekatan kuantitatif, peneliti menggunakan kuesioner/angket. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang telah disusun untuk memperoleh data sesuai yang diinginkan peneliti (Wasis, 2006). Pengukuran dalam kuesioner menggunakan skala Likert, yaitu skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena (Djaali & Muljono, 2007). Dalam skala Likert terdapat dua bentuk
27 pertanyaan/pernyataan yaitu favorable yang diberi skor 5, 4, 3, 2, 1, sedangkan unfavorable diberi skor 1, 2, 3, 4, 5. Pilihan jawaban dalam skala Likert seperti SS: Sangat Setuju, S: Setuju, N: Netral, TS: Tidak Setuju, STS: Sangat Tidak Setuju.
3.4.1.1 Alat Ukur Depresi Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D) CES-D diperkenalkan oleh Radloff (1977) yang merupakan alat ukur depresi berupa self-report untuk general population. Item yang ada dalam CES-D berasal dari item pada alat tes terdahulu seperti BDI dan MMPI. Instrumen ini memiliki item sebanyak 20 item yang mengukur gejala dari depresi dan menggunakan skala Likert dari 0-3, dimana 0=Tidak pernah, 1=Hampir tidak pernah, tapi terkadang muncul, 2= Beberapa kali, dan 3= Sering (Antony & Barlow, 2010). CES-D memiliki reliabilitas yang baik yaitu coeficient alpha .90 dan .85 dengan subjek pasien dan nonpasien. CES-D memiliki four factor structure didalamnya, yaitu Depressed Affect, Positive Affect, Somatic and Retarded Activity, dan Interpersonal (Antony & Barlow, 2010). Tabel 3.1 Gambaran Jumlah Item Alat Tes Depresi Dimensi Depressed Affect Positive Affect
Somatic and Retarded Activity Interpersonal
Nomor Item
Jumlah
F/UF
3, 6, 9, 10, 14, 17, 18
7
F
4, 8, 12, 16
4
UF
1, 2, 5, 7, 11, 13, 20
7
F
15, 19
2
F
28 Total
20
Sumber: Data Olahan Peneliti 3.4.1.2 Sixteen Personality Factor (16PF) Questionnaire Sixteen Personality Factor (16PF) Questionnaire dikembangkan oleh Raymond B. Cattell, yang merupakan alat ukur yang komperhensif untuk mengukur kepribadian seseorang yang dapat digunakan dalam setting apapun. 16PF tetrdiri dari 185 item berbentuk pilihan ganda dan dapat dikerjakan dalam waktu 35 – 50 menit dalam format paper and pencil (Hersen, 2004). 16PF memiliki internal consistency reliability sebesar 0.75 (berdasarkan jumlah hasil rata-rata 16 skala) dan 16PF memiliki criterion validty dimana 16PF memiliki nilai yang lebih baik apabila dibandingkan dengan alat tes kepribadian yang lainnya seperti NEO-PI-R dan MBTI (Hersen, 2004).
3.4.2 Alat Ukur Pendekatan Kualitatif Dalam pendekatan kualitatif, peneliti menggunakan dua metode, yaitu:
1. Wawancara Menurut Gorden (dalam Herdiansyah, 2010), wawancara merupakan percakapan antara dua orang yang salah satunya bertujuan untuk menggali dan mendapatkan informasi untuk suatu tujuan tertentu. Wawancara menurut Stewart & Cash (dalam Herdiansyah, 2010) adalah sebuah interaksi yang didalamnya terdapat pertukaran atau berbagi aturan, tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif, dan informasi. Penelitian ini menggunakan metode wawancara semi-terstruktur. Berikut ciri dari wawancara semi-terstruktur (Herdiansyah, 2010):
29 a. Pertanyaan terbuka, namun ada batasan tema dan alur pembicaraan. b. Kecepatan wawancara dapat diprediksi c. Fleksibel, tetapi terkontrol (dalam hal pertanyaan atau jawaban) d. Ada pedoman wawancara yang dijadikan patokan dalam alur, urutan, dan penggunaan kata e. Tujuan wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena
Penulis lebih memilih metode wawancara semi-terstruktur dibandingan wawancara terstruktur karena wawancara terstruktur terkesan sangat kaku dan pertukaran informasi antara peneliti dengan subjek yang diteliti sangat minim. 2. Tes Gambar Tes gambar merupakan tes proyektif, dimana melalui tes ini subjek dapat memproyeksikan kepribadian dan traitnya ke dalam gambar (Handler, Campbell, & Martin
dalam
Hersen,
2004).
Dengan
menggambar,
seseorang
dapat
mengekspresikan berbagai aspek kepribadian mereka, intelektual, serta persepsi terhadap dunia (Oster & Crone, 2004). Dalam penelitian ini, peneliti menggunaka dua macam tes gambar, yaitu Draw A Person (DAP) dan Wartegg Test.
Draw A Person (DAP) DAP dikembangkan oleh Karen Machover pada tahun 1949 yang merupakan alat tes proyektif digunakan untuk melihat kepribadian seseorang, dimana testee akan diminta untuk menggambar manusia secara utuh, bukan berupa karikatur, kartun, atau animasi. Testee diminta untuk menggambar diatas kertas HVS berukuran 21.6 x 29.7 cm dengan menggunakan pensil HB (McCallum, 2003).
30
Wartegg Test Tes Wartegg merupakan tes melengkapi gambar yang tergolong tes proyektif. Dalam kertas tes Wartegg terdapat delapan buah segiempat, dimana setiap segiempat berisi suatu tanda kecil yang memiliki arti tersendiri pada saat interpretasi dilakukan. Alat tulis yang digunakan berupa pensil HB. Testee tidak perlu mengikuti urutan seperti susunan segiempat yang ada di kertas, tetapi boleh dimulai dari tanda mana saja yang disukai dan memberikan nomor setiap gambar. Setiap gambar diberikan judul masing-masing. Setelah itu testee memberikan tanda + pada gambar yang disukai, - pada gambar yang tidak disukai, M pada gambar yang mudah digambar, dan S pada gambar yang sulit digambar (Kinget, 2007).
3.5
Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
3.5.1 Validitas Alat Ukur Depresi Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat tes atau instrumen pengukuran dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya (Djaali & Muljono, 2007). Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS 21.0 for Windows. Uji validitas yang pertama dilakukan dalam penelitian ini adalah content validity, yaitu menguji keterbacaan pada setiap item alat tes yang akan digunakan dengan expert judgement oleh dua dosen yang memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai. Dosen yang memberikan expert judgement adalah Esther Widhi Andangsari, M.Psi., Psi dan Pingkan Cynthia Belinda Rumondor, S.Psi, M.Psi. Uji validitas berikutnya
31 adalah face validity, dimana peneliti melakukan diskusi secara langsung dengan para remaja Lapas sebanyak lima orang dengan tujuan agar setiap kalimat pada item dapat dimengerti oleh mereka. Pengujian pada setiap item dilakukan dengan metode Corrected Item-Total Correlation, yaitu merupakan korelasi antara skor item dengan skor total yang merupakan hasil dari uji validitas instrumen (Nisfiannoor, 2009). Beradasarkan hasil rangkuman dari Prof. Dali S. Naga (dalam Nisfioannoor, 2009), 0,2 adalah patokan terendah yang menyatakan bahwa sebuah item telah valid. Alat ukur depresi pada awalnya memiliki jumlah item sebanyak 20 butir. Setelah dilakukan pilot study sebanyak 50 sampel, peneliti melakukan uji Corrected Item-Total Correlation, yang kemudian hasilnya terdapat 3 butir item yang tidak valid, yaitu memiliki nilai <0,2. Item-item yang tidak valid tersebut kemudian dihapus. Dibawah ini terdapat rincian dari alat ukur depresi setelah dilakukan pilot study. Tabel 3.2 Gambaran Jumlah Item Alat Tes Depresi Setelah Pilot Study Dimensi Depressed Affect Positive Affect
Somatic and Retarded Activity Interpersonal
Sumber: Data Pengolahan Peneliti
Nomor Item
Jumlah
F/UF
3, 6, 9, 10, 14, 17, 18
7
F
4, 12, 16
3
UF
2, 5, 11, 13, 20
6
F
15, 19
2
F
Total
17
32 3.5.2 Reliabilitas Alat Ukur Depresi Reliabilitas yang berasal dari kata reliability berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran hanya dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama memperoleh hasil pengukuran yang relatif sama (Djaali & Muljono, 2007). Uji reliabilitas biasanya menggunakan skala Likert untuk mengetahui konsitensi sebuah alat ukur. Cronbach Alpha merupakan salah satu teknik untuk melihat reliabilitas suatu alat ukur (Urdan, 2010). Hasil reliabilitas dari alat tes depresi setelah melakukan pilot study sebanyak 50 kuesioner dan diolah menggnakan software SPSS 21.0 for Windows adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Alat Tes Depresi Cronbach Alpha
Jumlah Item
Hasil pilot study
.803
20
Setelah item dihapus
.832
17
Sumber: Pengolahan Data SPSS 21.0
Menurut Geroge & Mallery (dalam Pellat, 2010) nilai reliabilitas α > .90 sangat baik, α > .80 baik, α > .07 cukup, α > .06 diragukan, α > .05 buruk, α < .50 tidak dapat diterima. Nilai reliabilitas alat ukur dari hasil pilot study sebelum dihapus sebesar .803, dan setelah item yang dinyatakan tidak valid sebanyak 3 butir item dihapus, nilai reliabilitas pada alat ukur bertambah menjadi sebesar .832. Dengan kata lain nilai reliabilitas pada alat tes depresi sudah baik.
33
3.6
Prosedur
3.6.1 Persiapan Penelitian Langkah pertama peneliti adalah menentukan topik dan judul penelitian dengan melihat fenomena dan fakta-fakta yang ada. Kemudian peneliti melakukan studi literatur yang sesuai dengan topik penelitian sebagai landasan dalam penelitian ini yang diambil dari buku, e-book, jurnal, data fakta dari internet, dan berbagai sumber lainnya yang dapat mendukung penelitian ini. Setelah studi literatur dilakukan, peneliti membuat metodologi penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel dan menentukan alat ukur yang akan digunakan. Peneliti melakukan adaptasi dari alat ukur depresi yaitu Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D) yang dikembangkan oleh Radloff (1977). Peneliti kemudian melakukan expert judgement dengan dua dosen yang memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai. Setelah melakukan expert judgement, peneliti menyusun kembali item-tem dan melakukan face validity kepada lima orang remaja Lapas untuk menguji apakah bahasa yang digunakan sudah cukup sesuai dengan bahasa yang digunakan oleh para remaja Lapas.
3.6.2 Pelaksanaan Penelitian Setelah melakukan expert judgement dan face validity, peneliti kemudian melakukan pilot study pada tanggal 1 Juni 2013 dengan tujuan menguji validitas dan reliabilitas alat ukur yang akan digunakan. Peneliti melakukan uji coba sebanyak 50 kuesioner kepada Andikpas yang terdiri dari 26 Andikpas baru dan 24 Andikpas
34 lama. Pada saat melakukan pilot study, peneliti memberikan dan membacakan contoh pada setiap item agar lebih dimengerti dan menghindari kesalahpahaman. Setelah itu peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas. Peneliti kemudian melanjutkan field study dan sekaligus melakukan pengambilan tes kepribadian di Lapas pada tanggal 8 Juni 2013. Peneliti mengambil sisa sampel sebanyak 17 remaja dari jumlah Andikpas baru yang sebanyak 43 orang dan melakukan tes kepribadian sebanyak 43 sampel. Pada saat field study menggunakan kuesioner depresi, peneliti juga memberikan dan membacakan contoh pada setiap item agar lebih dimengerti dan menghindari kesalahpahaman. Setelah proses field study dilakukan, peneliti kemudian membuat norma kelompok dari hasil field study. Peneliti mengambil 10 sampel yang memiliki skor tertinggi untuk dijadikan sebagai subjek dan mengikuti wawancara dan tes gambar yang dilakukan pada tanggal 13 dan 20 Juni 2013. Dari hasil wawancara ternyata 5 subjek memberikan respon yang kurang baik dengan peneliti. Oleh karena itu, peneliti hanya mendapatkan 5 subjek untuk dianalisis lebih dalam lagi.
3.6.3 Teknik Pengolahan Data Pengolahan
data
kuesioner
pada
penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan program aplikasi Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 21.0. Penelitian ini juga menggunakan teknik deskriptif yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskriptifkan atau menggambarkan data yang telah terkumpul (Sugiyono, 2012). Langkah-langkah dalam mengolah data kualitatif: •
Mengumpulkan data;
35 •
Mengubah hasil rekaman wawancara menjadi verbatim;
•
Melakukan reduksi data kedalam pola-pola tertentu, diikuti dengan kategorisasi tema. Proses ini mencakup coding yaitu memberikan kode berdasarkan kategori atau tema;
•
Analisis data hasil kuesioner, wawancara, 16 PF, dan interpretasi gambar;
•
Kesimpulan.