BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian Dan Pengkajian Akademis Dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data dengan mendatangi langsung lokasi @america. Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan dari bulan October 2014 - April 2015. Fokus penelitian ini berada dalam ruang lingkup komunikasi diplomasi yang diasumsikan sebagai bentuk penyebaran budaya melalui bentuk pendidikan, hiburan dan teknologi oleh lembaga @america. 3.2. Paradigma Penelitian Paradigma
dalam
penelitian
ini
menggunakan
paradigma
konstruktivisme. Penggunaan paradigma konstruktivis ini sejalan dalam penelitian ini, karena material wawancara dari para narasumber dijadikan sebagai rujukan untuk dilakukan suatu konstruksi komunikasi politik dalam menggali lebih jauh tentang bagaimana strategi public relations @america dalam meningkatkan citra Amerika Serikat. Dalam upaya untuk memperbaiki citra, Amerika menggunakan @america sebagai public relations untuk menghilangkan atau paling tidak mereduksi pandangan-pandangan negatif melalui konstruksi sosial dengan
52
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya (Prof.Bungin,2012:193) Deddy Mulyana (2010:9) menyatakan bahwa paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami dunia nyata. Menurut Muhadjir (2000:188)
jika pandangan positivis
meyakini obyektifitas adalah
pengakuan adanya realitas empirik yang ada di luar diri individu, pandangan konstruksionis meyakini bahwa yang sebenarnya ada bkan realitas empirik melainkan pemaknaan manusia tentang kondisi empiris. Paradigma konstruktivis yang menjadi kiblat atau akar tradisi penelitian kualitatif pada dasarnya menganggap bahwa fenomena sosial melibatkan manusia sebagai pelaku praktis aktivitas sosial yang senantiasa sarat dengan dunia makna yang melekat pada subyek (manusia) dan senantiasa melibatkan interpertasi, kesafaran dan makna subyektif di tingkat individu sebagai pelaku tindakan sosial. Menurut Berger & Luckmann, Institusi masyarakat tercipta dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi (Prof.Bungin, 2012:193). @america dijadikan tempat interaksi dalam mensosialisasikan wacana-wacana
pemerintah
Amerika
yang
bersifat
subyektif dan kemudian melakukan konstruksi realitas terhadap sisi pandang obyektifitas masyarakat Indonesia. Konstruktivis melihat relitas dunia ini sebagai sesuatu yang didasarkan oleh (fakta) evidence yang secara materil bisa ditangkap ataupun tidak oleh panca indera namun fakta tersebut tidak menuntun/tidak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
menentukan bagaimana kita (manusia) melihat realitas sosial. Sebaliknya relitas sosial menurut konstruktivis adalah hasil konstruksi manusia (konstruksi sosial). Konstruktivisme merujuk pandangan yang melihat bahwa terdapat suatu pola di mana dunia materi pada dasarnya terbentuk dan dibentuk oleh tindakan dan interaksi manusia yang tergantung pada interpretasiinterpretasi terhadap dunia materi yang tentunya berbeda (antara manusia satu dengan manusia lainnya) karena adanya perbedaan latar belakang secara normatif dan epistemik. Jika kita akan memakan roti makan bukan roti itu yang menentukan pisau apa yang akan kita pakai untuk mengirisnya, sebaliknya konstruksi pikiran kitalah yang menentukan pisau jenis apa yang tepat menurut kita, atau sangat terbuka kemungkinan kita untuk menggunakan sesuatu yang bukan disebut pisau asalkan menurut pikiran kita alat tersebut bisa digunakan untuk mengiris roti. Lebih lanjut Berger & Luckmann mengatakan, konstruktivisme dilihat sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada, karena terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang sekitarnya. Kemudian individu membangun sendiri pengetahuan atas realitas yang dilihatnya berdasarkan pada struktur pengetahuan yang telah ada sebelumnya (Prof.Bungin, 2012:194) Konstruktivis muncul sebagai suatu pendekatan yang penting di dalam hubungan internasional karena posisi ontologisnya yang secara nyata
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
berbeda dari pendekatan-pendekatan rasionalis yang lebih dulu ada dan sangat dominan. Konstruktivis muncul memberikan alternatif lain di dalam melihat hubungan internasional yang selama ini didominasi oleh pemahaman materialis-rasionalis yang berbasiskan pada materi. Teori-teori itu mengklaim bahwa negara ataupun power actors pada umumnya, telah mengetahui dengan pasti apa kepentingan mereka, serta mengetahui bagaimana cara mewujudkannya. Bagi rasionalis, logika yang berlaku adalah negara merupakan aktor rasional yang selalu mengejar power atau selalu memaksimalkan keuntungan dan kepentingannya. Sebaliknya, konstruktivis dibangun dari basis ide, norma, budaya, dan nilai. Atas dasar itulah konstruktivis digolongkan ke dalam teori idealis. Formulasi teoritik konstruktivis menyatakan bahwa lingkungan sosial menentukan bentuk identitas aktor. Identitas kemudian menentukan kepentingan, dan kepentingan akan menentukan bentuk tingkah laku, aksi ataupun kebijakan dari aktor. Kehidupan sosial timbul dari pengalaman subyektif orang sewaktu mereka berinteraksi dengan orang lain dan membentuk makna. Orang membentuk realitas dari keyakinan mereka (W.Lawrence Neuman, 2003:117) Dalam proses interaksi terjadi proses saling mempengaruhi antar negara sehingga memberikan bentuk terhadap struktur internasional. Dalam interaksi itu negara membawa subyektifitas masing-masing yang didasarkan pada meanings yang dimiliki. Proses interaksi menyebabkan terjadinya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
interaksi subyektifitas, dan kesepahaman tentang persepsi atau pengakuan identitas pihak lain--- yang selanjutnya disebut others dan diri sendiri (negara) disebut self-- memunculkan konsep intersubyektifitas. Intersubyektifitas menyangkut kesepakatan ataupun pengakuan terhadap meanings bersama atau collective meanings. Masing-masing pihak di dalam proses interaksi telah sepakat tentang sesuatu yaitu bisa berupa musuh, teman, ancaman, atau kerja sama. Sistem makna yang sama memungkinkan orang menerjemahkan tindakan tersebut menjadi pertanda atau aksi yang relevan secara sosial (W.Lawrence Neuman, 2003:116). Menurut konstruktivisme, setiap tindakan negara didasarkan pada meanings yang muncul dari interaksinya dengan lingkungan internasional. Setiap bentuk tindakan negara misalnya melakukan perang atau menjalin hubungan baik, ataupun memutuskan hubungan dan bahkan tidak melakukan hubungan dengan negara lain, semuanya didasarkan oleh meanings yang muncul dari interaksinya dengan negara-negara atau lingkungan internasionalnya. Tindakan negara terhadap musuhnya tentulah berbeda dengan tindakan terhadap temannya. Negara akan memberikan ancaman terhadap musuhnya dan tentu tidak terhadap temannya. Tindakan negara dalam pandangan konstruktivisme memberikan pengaruh terhadap bentuk sistem internasional, sebaliknya sistem tersebut juga memberikan pengaruh pada perilaku negara-negara. Dalam proses saling mempengaruhi itu terbentuklah apa yang disebut dengan collective meanings. Collective meanings itulah yang menjadi dasar terbentuknya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
intersubyektifitas dan kemudian membentuk struktur dan pada akhirnya mengatur tindakan negara-negara.
3.3. Metode Penelitian Metode penelitian adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban (Deddy Mulyana, 2006:145). Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dimana cara ilmiah berarti kegiatan dalam kegiatan tersebut di lakukan berdasarkan ciri-ciri keilmuan, yaitu bersifat rasional, empiris, dan sistematis. Dimana rasional berarti dilakukan dengan cara—cara yang masuk akal, empiris berarti pengamatan berdasarkan indera manusia sehingga orang lain dapat mengetahui cara yang dgunakan dan sistematis yang berarti penelitian dilakukan dengan langkahlangkah yang bersifat logis (Sugiono, 2007:2). 3.3.1 Penelitian Kualitatif Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yang artinya peneliti mendeskripsikan dan menjelaskan setiap kata untuk dikonstruksikan secara ilmiah dari pengumpulan data melalui wawancara mendalam. Oleh karena itu penelitian ini bersifat subyektif dan hasilnya lebih bersifat kasuistik. Penelitian kualitatif seperti yang paparkan oleh Bogdan dan Taylor (2005:213) model penelitian kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan dan tingkah laku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, organisasi tertentu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
dalam suatu konteks setting tertentu dan dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan menyeluruh. Dengan metode penelitian deskriptif kualitatif artinya melukiskan proposisi satu dengan proposisi lainnya satu demi satu. Metode penellitian desktiptif bertujuan untuk: 1) Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada 2) Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi yang terjadi 3) Membuat perbandingan atau evaluasi 4) Menentukan apa yang dilakukan dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. Setelah mendapatkan data atau informasi yang dimaksud, maka langkah selanjutnya yang ditempuh oleh peneliti yaitu menggambarkan informasi atau data tersebut secara sistematis untuk kemudian di analisis dengan menggunakan perbandingan dan perpaduan dengan teori yang sudah ada yaitu dengan teknik (Bungin, 2007:28): 1) Menerima teori karena mendukung teori 2) Meragukan teori kemudian mengkritiknya 3) Membantah teori kemudian menolaknya 4) Membangun sebuah teori baru Pengambilan kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah kategori-kategori substantif dari makna-makna atau interpretatif terhadap
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
fenomena yang di teliti. Oleh karenanya terlihat jelas bahwa penelitian kualitatif bersifat interpretatif dan dengan demikian bernuansa subyektif. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan dan ataupun perilaku yang diamati individu, kelompok, masyarakat, atau organisasi tertentu dalam suatu konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik (Bogdan and Taylor, 1992:22). Dengan demikian model kualitatif deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan secara sistematis dan mendalam tentang strategi public relations @america dalam upaya meningkatkan citra Amerika Serikat. 3.3.2 Metode Studi Kasus Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode studi kasus. Penelitian studi kasus adalah pendekatan penelitian kualitatif dimana peneliti mengeksplorasi system dibatasi (kasus) atau beberapa system dibatasi (kasus) dari waktu ke waktu secara rinci, pengumpulan data secara mendalam yang melibatkan informasi dari beberapa sumber seperti: observasi, wawancara, materi audio-visual, dan dokumen (John W Creswell, 2012:73) Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Metode studi kasus merupakan penelitian yang dilakukan terhadap obyek atau sesuatu yang harus diteliti secara menyeluruh, utuh dan mendalam. Dengan kata lain, kasus yang diteliti harus dipandang sebagai obyek yang berbeda dengan obyek penelitian pada umumnya. Selain itu penelitian studi kasus adalah sebuah metode penelitian yang dibutuhkan untuk meneliti atau mengungkapkan secara utuh dan menyeluruh terhadap ‘kasus’. Penelitian studi kasus adalah sebuah metode penelitian yang secara khusus menyelidiki fenomena kontemporer yang terdapat dalam konteks kehidupan nyata, yang dilaksanakan ketika batasan-batasan antara fenomena dan konteksnya belum jelas, dengan menggunakan berbagai sumber data. Dalam kaitannya dengan waktu dan tempat, obyek yang dapat diangkat sebagai kasus bersifat kontemporer, yaitu yang sedang berlangsung atau telah berlangsung tetapi masih menyisakan dampak dan pengaruh yang luas, kuat atau khusus pada saat penelitian dilakukan
(Prof. Robert K Yin,
2014:12) Ciri khas penelitian kualitatif adalah mampu memberikan makna yang lebih dalam terhadap hasil dari suatu penelitian tersebut. Penulis beranggapan jika dalam musik terdapat alunan yang merdu, maka hasil dalam penelitian kualitatif memberikan “soul” terhadap hasil penelitiannya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
Ini dikarenakan sang peneliti berangkat dari kehampaan demi mencapai keniscayaan. Penulis memilih menggunakan metode studi kasus dikarenakan studi kasus mempunyai beberapa kelebihan. Salah satu kekhususan penelitian studi kasus sebagai metode penelitian adalah pada tujuannya. Penelitian studi kasus sangat tepat digunakan pada penelitian yang bertujuan menjawab pertanyaan ‘bagaimana’ dan ‘mengapa’ terhadap sesuatu yang diteliti, dan hal ini sesuai dengan keinginan penulis melihat bagaimana pemerintah Amerika melakukan diplomasinya melalui public relations @america. Penelitian studi kasus tepat digunakan pada penelitian yang bersifat eksplanatori, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk menggali penjelasan kasualitas, atau sebab dan akibat yang terkandung di dalam obyek yang diteliti. Penelitian studi kasus tidak tepat digunakan pada penelitian eksploratori, yaitu penelitian yang berupaya menjawab pertanyaan ‘siapa’, ‘apa’, ‘dimana’, dan ‘seberapa banyak’, sebagaimana yang dilakukan pada metoda penelitian eksperimental (Prof. Robert K Yin, 2014:18). 3.4 Unit Analisis Data Seperti yang telah dituliskan sebelumnya, fokus penelitian ini adalah menjelaskan bagaimana upaya public relations @america dalam melakukan diplomasi melalui penyebaran budaya, meliputi pesan bentuk pendidikan, hiburan dan olah raga . Berdasarkan fokus ini, beberapa unit analisis data akan ditentukan untuk mendukung pengumpulan dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
pengelolaan data berkaitan dengan fokus, diantaranya adalah event yang dilakukan oleh @america, fasilitas teknologi yang dimiliki @america dan informasi yang berkaitan dengan Amerika Serikat sebagai bentuk pesan pendidikan. Dengan pengamatan yang terus-menerus pada ketiga unit analisis data tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali dan data yang diperoleh umumnya adalah data kualitatif, sehingga teknik pengolahan data yang digunakan belum ada polanya yang jelas, baku, atau pasti. Oleh karena itu, sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisis data. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau bahkan gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulan ini dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, maupun hipotesis atau teori.
3.5 Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini mengelompokkan dua bagian besar dalam rangka mengumpulkan data. Yang pertama yaitu teknik pengumpulan data primer melalui observasi di lingkungan lembaga @america, wawancara mendalam, dan yang kedua adalah teknik pengumpulan data sekunder melalui tinjauan literatur dan dokumen yang berkaitan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
3.5.1 Data Primer Sebagai teknik pengumpumpulan data, observasi lapangan sangat penting dilakukan sehingga kedekatan antara penulis dan obyek penelitian dapat terjaga. Observasi lapangan merupakan bentuk partisipasi penulis dalam memahami obyek penelitian. Selain observasi, penulis juga melakukan teknik wawancara mendalam (indeph interview). Wawancara mendalam bersifat dinamis dan sangat potensial untuk memunculkan faktafakta baru terkait penanggulangan krisis prusahaan. Teknik wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam (indepthinterview) atau wawancara tidak terstruktur yang bertujuan untuk mengetahui pandangan personal subjek penelitian. Dimana responden dapat memberikan jawaban – jawaban secara menyeluruh dan mendalam tentang objek penelitian.wawancara tatap muka ini dilakukan lebih dari satu kali dan terus menerus untuk mendapatkan informasi yang digali secara mendalam, oleh karena itu responden juga bisa disebut informan. Dengan
wawancara
mendalam,
penulis
berharap
dapat
mengumpulkan data yang diperlukan sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai fokus penelitian. Adapun beberapa target wawancara mendalam ini terbagi dalam beberapa narasumber, yakni: 1) Narasumber Utama (Key Informan) : John Choi, penanggung jawab @america 2) Narasumber Pendukung : Swiny Andina, koordinator lembaga @america 3) Narasumber Pendukung : Pengunjung @america
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
3.5.2 Data Sekunder Pengumpulan data sekunder terdiri atas Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini penulis akan mendokumentasikan responden dengan bentuk foto, yaitu gambar kejadian ketika responden sedang melaksanakan kegaitan. Selain dokumentasi, Pengumpulan dan pengkajian literatur riview yang sesuai dengan hasil identifikasi data pada tahap sebelumnya.
3.6 Teknik Analisa Data Dalam menganalisa data yang telah dikumpulkan, penulis melakukan terus menerus pengumpulan data disebabkan model analisis induktif tidak mengenal batasan waktu. Penulis terus berupaya untuk menyusaikan fenomena-fenomena yang terjadi dilapangan. Data yang telah terkumpul tidak dapat dibiarkan menumpuk, hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam menangani data. Manfaat strategi ini adalah bahwa setiap tahapan pengumpulan data terpadu oleh fokus yang jelas shingga obsevarsi dan interview selanjutnya semakin terfokus, menyempit, dan menukik tajam (Chaedar Alwasilah, 2006:158) Dengan berbagai acara yang di tampilkan oleh pihak @america, maka penulis menganggap penting untuk mengumpulkan data sebanyak mungkin dari berbagai pengunjung dalam rangka memberikan varian-varian dan mampu mempertajam analisa penulis dalam melakukan penelitian. Teknik analisis data pada metode studi kasus hampir sama dengan beberapa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
teknik analisis data kualitatif pada umumnya. Berikut adalah sistem teknik analisis data: 1) Pemilihan kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan (purposive) dan bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan menjadikan objek orang, lingkungan, program, proses, dan masvarakat atau unit sosial. Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk akal, sehingga dapat diselesaikan dengan batas waktu dan sumbersumber yang tersedia; 2) Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data, tetapi yang lebih dipakai dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Peneliti sebagai instrurnen penelitian, dapat menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta dapat mengumpulkan data yang berbeda secara serentak; 3) Analisis
data:
setelah
data
terkumpul
peneliti
dapat
mulai
mengagregasi, mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit
yang
mengabstraksi
dapat hal-hal
dikelola. khusus
Agregasi menjadi
merupakan
hal-hal
umum
proses guna
menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau setelah selesai dan lapangan;
http://digilib.mercubuana.ac.id/
66
4) Perbaikan (refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus hendaknya clilakukan penvempurnaan atau penguatan (reinforcement) data baru terhadap kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada; 5) Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga rnernudahkan pembaca untuk mernahami seluruh informasi penting. Laporan diharapkan dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus kehiclupan seseorang atau kelompok.
3.7 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Menurut Maxwell dalam Alwasilah (2002:171) validitas dalam penelitian kualitatif merujuk pada pemahaman deskripsi, interpertasi, teori dan generalisasi. Supriyono (2012:124) mengungkapkan bahwa uji keabsahan data dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain adalah dimana peneliti perlu meningkatkan ketekunan yang artinya melakukan analisa hasil wawancara dan mengecek kembali atau menguji konsistensi apa yang disampaikan oleh narasumber. Menguji konsistensi dapat dipahami seperti dijelaskan dalam buku Rachmat Krisyantoro (2012:63) tentang wawancara mendalam yang dilakukan terus menerus atau lebih dari satu kali dimana peneliti akan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
67
menanyakan kembali hal yang sudah ditanyakan sebelumnya. Cara lain untuk keabsahan data adalah adanya pendukung pembuktian data yaitu data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara dan foto-foto interaksi dengan narasumber. Penulis memahami bahwa dalam mengumpulkan dan menganalisis data, muatan-muatan subyektivitas penulis yang dapat menyebabkan tingkat bias data semakin tinggi tidak dapat dipungkiri. Untuk itu, diperlukan upaya untuk meminimalisir terjadinya bias data yang tinggi dalam penelitian. Pemeriksaan keabsahan data adalah upaya yang tepat meminimalisir bias data. 3.7.1 Triangulasi Sumber Norman K. Denkin (Lexy J. Moleng, 2007:86) “triangulasi di gunakan sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda”.
Lebih lanjut, Norman K Denkin menyebut
setidaknya ada empat teknik triangulasi yang dapat digunakan dalam penelitian, yaitu triangulasi metode, triangulasi antar-peneliti, triangulasi sumber data dan triangulasi teori (Moleng 2007 : 88). Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda (Patton dalam Moleong, 2007:330). Hal ini dapat dicapai dengan jalan:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
68
1) Membandingkan data hasil pengamatan, dengan data hasil wawancara 2) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi 3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu Selanjtnya, Burhan Bungin (2003:73) menambahkan bahwa triangulasi sumber data juga memberi kesempatan untuk dilakukannya halhal sebagai berikut: a) penilaian hasil penelitian dilakukan oleh responden, (b) mengoreksi kekeliruan oleh sumber data, (c) menyediakan tambahan informasi secara sukarela, (d) memasukkan informan dalam kancah penelitian, menciptakan kesempatan untuk megikhtisarkan sebagai langkah awal analisis data, (e) menilai kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan.
. Triangulasi sebagai salah satu tehnik pemeriksaan data secara sederhana dapat disimpulkan sebagai upaya untuk mengecek data dalam suatu penelitian, dimana peneliti tidak hanya menggunakan satu sumber data, satu metode pengumpulan data atau hanya menggunakan pemahaman pribadi peneliti saja tanpa melakukan pengecekan kembali dengan penelitian lain.
http://digilib.mercubuana.ac.id/