BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Gambaran Ekonomi Amerika dan Jepang III.1.1 Gambaran Ekonomi Amerika A Kondisi Ekonomi Amerika Petaka krisis diawali jauh hari ketika World Trade Centre (WTC) diruntuhkan oleh serangan teroris yang memicu kekawatiran terjadinya resesi global waktu itu. Maklum meskipun hanya sebuah gedung, runtuhnya WTC memberikan implikasi yang cukup luas karena WTC merupakan salah satu tempat institusi keuangan global bermarkas dan dampaknya keraguan investor akan keamanan AS untuk berinvestasi. Dalam kondisi kepanikan pasca serangan, Federal Reserve Bank (FED) sebagai otoritas moneter Amerika mau tidak mau harus menjaga kesetabilan mata uang sekaligus menjaga investasi tetap tumbuh yang dapat menggerakan sektor riil. Bagaimana caranya? Yang paling mudah adalah dengan memangkas suku bunga hingga di bawah 2% dari tahun 2001 sampai 2004. Dengan demikian suku bunga pinjaman dapat ditekan pada level yang rendah dan sekaligus menjaga pembangunan sektor riil terus tumbuh pasca serangan. Dan itu berhasil, sektor perumahan menjadi sektor yang sangat berkembang pesat. Ancaman resesi dapat dihindari kala itu. Semua memuji langkah cepat dan tepat yang dilakukan FED. Sayangnya hal ini tidak berlangsung lama, rendahnya suku bunga ditambah regulasi yang kurang ketat di bidang perkreditan membuat perkembangan perkreditan di sektor perumahan menjadi bola liar yang tidak terkendali. Dalam dunia kredit dikenal
28
tingkatan dari yang memiliki tingkat gagal bayar rendah (prime) hingga yang memiliki tingkat gagal bayar tinggi (subprime). Bagi nasabah yang termasuk kedalam tingkat gagal bayar tinggi merupakan resiko bagi perbankan. Untuk menagihnya biasanya subprime diberikan beban bunga yang lebih tinggi dibandingkan kreditur bergolongan prime. Hal ini justru memperbesar kemungkinan para kreditur di tingkat subprime memiliki gagal bayar yang cukup tinggi. Disinilah celah resesi mulai terkuak, perbankan dengan semangatnya membuka kesempatan kredit bagi nasabahnya berhubung tingkat suku bunga FED yang sangat rendah. Kondisi ini diperparah dengan dikeluarkannya berbagai produk derivatif (turunan) dari kredit perumahan. Produk seperti Credit Default Swap (CDS) atau Collateral Debt obligation (CDO) yang juga erat kaitan dengan perumahan ramai dikeluarkan sejak tahun 2001. CDS dan CDO pada dasarnya adalah surat jaminan yang dikeluarkan perusahaan asuransi apabila sebuah surat utang mengalami gagal bayar. Namun justru produk-produk inilah yang akhirnya menjadi pintu menyebarnya krisis perumahan ke berbagai sektor. Perkembangan ekonomi Amerika saat itu, juga menimbulkan kenaikan hargaharga yang cukup signifikan. Ditambah lagi perkembangan ekonomi global seperti Cina dan India, yang membutuhkan banyak energi dan bahan tambang untuk pembangunan mereka, hal ini menyebabkan komoditas dunia ikut merangkak naik. Ini memicu terjadinya inflasi yang juga merembet pada Amerika. Untuk mengantisipasi dampak yang lebih luas dari inflasi akhirnya FED menaikan suku bunga secara bertahap hingga ke Level 5.25% di awal 2007.
29
Gambar 3.1 Tingkat Suku Bunga Amerika Dengan demikian bom waktu yang telah terpasangpun segera meledak. Para kreditur subprime mulai kehilangan kemampuan membayar kredit perumahan mereka. Kemacetan terjadi kemana-mana dan karena yang terlibat di sektor perumahan ini bukan hanya perusahaan pembiayaan perumahan tapi juga bank-bank investasi besar dunia, mau tidak mau imbasnyapun hampir ke semua sektor. Salah satu sektor yang terkena imbasnya adalah sektor property dan berbagai industri yang berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan demikian dampaknya adalah efisiensi dalam tenaga kerja, yaitu dengan pemutusan hubungan kerja (PHK). Gambar 3.2 menunjukan tingkat penganguran di Amerika yang meningkat drastis selama tahun 2008.
Gambar 3.2 Tingkat Pengangguran di Amerika Selama 2008
30
Bukan hanya itu saja, krisis financial juga berdampak pada menurunya Gross Domestic Product (GDP) dan Balance of Trade (BOT). Bahkan yang paling parah adalah kondisi di penghujung 2008. Gambar berikut akan menunjukan perkembangan ekonomi Amerika sebelum dan selama krisis financial yang diakibatkan oleh subprime mortgage.
Gambar 3.3 Tingkat GDP Amerika
Gambar 3.4 Balance of Trade Amerika
B Pertumbuhan Inflasi Amerika Selama kurun waktu tahun 2008 inflasi telah menjadi masalah yang sangat menghambat dalam perekonomian negara Amerika Serikat. Inflasi yang sangat tidak terkendali terutama terjadi dalam sektor energi dan makanan. Sebenarnya kenaikan tingkat inflasi sudah terasa sejak 2004, sebagai dampak dari pertumbuhan ekonomi dunia yang sangat pesat, terutama di negara-nerara berkembang, seperti Cina dan India.
31
Inilah yang akhirnya menjadi alasan FED menaikan suku bunga waktu itu, yang akhirnya memicu terjadinya subprime mortgage. Pertumbuhan inflasi Amerika selama tahun 2008 akan penulis bagi menjadi dua periode yaitu: Januari sampai Juni dan periode Juli sampai dengan Desember. Tabel di bawah akan menunjukan tingkat inflasi kedua periode selama tahun 2008. Tabel 3.1 Tingkat Inflasi Amerika Periode Januari Sampai Juni 2008
Tingkat Inflasi (%)
Januari
Februari
4,3
4
Maret
April
4
Mei
3,9
Juni
4,2
5
Sumber: www.forexfactory.com Tabel 3.2 Tingkat Inflasi Amerika Periode Juli Sampai Desember 2008 Juli Tingkat Inflasi (%)
5,6
Agustus
September
Oktober
November
Desember
5,4
4,9
3,7
1,1
0,1
Sumber: www.forexfactory.com Tabel 3.1 dan 3.2 Menunjukan tingkat inflasi Amerika selama tahun 2008. Pada semester pertama 2008 tingkat inflasi menunjukan kenaikan terus menerus sampai pada tingkat 5%. Sedangkan pada semester kedua tahun tersebut menunjukan inflasi yang menurun di penghujung tahun, ini diakibatkan oleh turunya permintaan yang diakibatkan oleh menurunya daya beli konsumen dan turunya konsumsi bahan bakar minyak.
B Kebijakan Tingkat Suku Bunga Amerika Kebijakan FED sebagai otoritas moneter tertinggi di Amerika Serikat dalam mengatasi krisis salah satunya adalah dengan menurunkan tingkat suku bunga. Setidaknya tercatat Federal Reserve Bank telah tujuh kali menurunkan tingkat suku bunga selama 2008. Hal ini sebenarnya sangat ironi sekali dibandingkan dengan kondisi
32
perekonomian selama tahun 2008 yang mengalami tingkat inflasi yang tinggi. Menurut FED alasannya sederhana saja, saat ini pemerintah lebih konsentrasi kepada masalah pertumbuhan ekonomi, sehingga dengan menurunkan tingkat suku bunga akan dapat memberi dorongan pada sektor riil lebih cepat. Tabel 3.3 Tingkat Suku Bunga Federal Reserve Bank Semester Pertama 2008
Tingkat Suku Bunga (%)
Januari
Februari
3,50
3,00
Maret
April
2,25
2,00
Mei
Juni
2,00
2,00
Sumber: www.forexfactory.com Tabel 3.4 Tingkat Suku Bunga Federal Reserve Bank Semester Kedua 2008 Juli Tingkat Suku Bunga (%)
2,00
Agustus
September
Oktober
November
Desember
2,00
2,00
1,50,1,00
1,00
0,50
Sumber: www.forexfactory.com Tabel di atas diambil dari situs www.forexfactory.com, menunjukan kebijakan The Federal Reserve Bank mengenai tingkat
suku bunga Amerika selama tahun 2008.
Selama periode Januari sampai Juni 2008 FED telah menurunkan suku bunga sebanyak tiga kali. Sedangkan di semester kedua, suku bunga Amerika sempat berada stabil di level 2,00%, namun karena perbaikan ekonomi yang diharapkan tak kunjung membuahkan hasil, di penghujung tahun 2008 FED kembali menurunkan suku bunga secara agresif. Sementara itu inflasi sendiri merupakan faktor yang dikesampingkan terlebih dahulu, karena menurut FED inflasi masih dalam batas yang tidak terlalu mengancam, namun hanya dalam sektor tertentu saja yang mengalami keparahan, yaitu sektor energi. Inflasi juga akan dengan sendirinya bisa teratasi oleh perekonomian itu sendiri. Benar saja, di penghujung tahun 2008 harga minyak dunia mengalami penurunan yang sangat
33
hebat, yaitu dari $144.5/barel pada 13 Juli 2008 menjadi sekitar $40/barel di akhir tahun 2008, walaupun sebenarnya ini lebih disebabkan oleh penurunan permintaan karena dampak krisis financial itu sendiri.
III.1.2 Gambaran Ekonomi Jepang A Kondisi Ekonomi Jepang Kaizen adalah sebuah metode yang sangat dipegang teguh di Jepang. Ia merupakan proses penyempurnaan secara terus menerus dan tiada henti. Kaizen inilah yang telah mengubah wajah Jepang menjadi sebuah bangsa yang memiliki peradaban sangat maju serta memiliki perekonomian yang mampu mengalahkan dunia barat. Penguasaan mereka di bidang teknologi telah menempatkan bangsa Jepang menjadi bangsa yang sangat diperhitungkan dalam ekonomi dan perdagangan internasional. Restorasi Meiji di Jepang adalah sebuah langkah monumental perbaikan kondisi ekonomi, teknologi dan budaya bangsa Jepang kala itu. Pada masa sebelum restorasi, Jepang adalah sebuah negara tertutup dengan sistem kekaisaran. Kemudian ketika restorasi Meiji dilaksanakan, mereka membubarkan sistem kekaisaran. Inilah yang menjadi titik awal kemajuan bangsa Jepang di berbagai bidang, termasuk bidang ekonomi. Semenjak itu ekonomi Jepang terus tumbuh pesat, bahkan bangsa Jepang telah mampu mengalahkan persaingan dengan Negara barat dalam bidan ekonominya. Namun seiring meluasnya dampak dari krisis keuangan global, Jepang mau tidak mau harus mengakui bahwa negaranya mengalami resesi ekonomi. Hal ini bisa dilihat dari berbagai indikator ekonomi Jepang yang kian melemah semenjak adanya krisis subprime mortgage di Amerika. Gambar berikut menunjukan beberapa indikator ekonomi Jepang yang terkena dampak dari krisis keuangan. 34
Gambar 3.5 Tingkat Pengangguran Jepang Tahun 2008 Gambar 3.5 di atas menunjukan tingkat pengangguran di Jepang selama tahun 2008. Sektor industri yang melemah telah mengakibatkan tingkat pengangguran bertambah, karena penyerapan tenaga kerja berkurang. Bukan hanya sektor industri saja yang terkena dampak krisis keuangan, namun Gross National Product (GNP) dan Balance of Trade-pun mengalami hal yang sama. Ini bisa di tunjukan dari gamgar 3.6 dan gambar 3.7 berikut.
Gambar 3.6 Gross National Product Jepang
Gambar 3.7 Balance of Trade Jepang
35
B Pertumbuhan Inflasi Jepang Tidak jauh berbeda dengan kondisi ekonomi Amerika, ekonomi Jepang juga dihadapkan hal yang sama selama tahun 2008. Inflasi di sektor energi dan makanan telah menjadi hal yang sangat pelik. Bisa dilihat pada tabel berikut yang menunjukan tingkat inflasi di Jepang sangat tinggi, terutama dalam pertengahan tahun 2008. Tabel 3.5 Tingkat Inflasi Jepang Periode Januari Sampai Juni 2008
Tingkat Inflasi (%)
Januari
Februari
0,7
1
Maret
1,2
April
0,8
Mei
Juni
1,3
2
Sumber: www.forexfactory.com Table 3.6 Tingkat Inflasi Jepang Periode Juli Sampai Desember 2008 Juli Tingkat Inflasi (%)
2,3
Agustus
September
Oktober
November
Desember
2,1
2,1
1,7
1
0,6
Sumber: www.forexfactory.com Dari kedua tabel di atas kita bisa melihat adanya peningkatan inflasi di tahun 2008. Dari bulan Januari inflasi terus mengalami kenaikan sampai dengan bulan Juli hingga mencapai 2,3%. Namun kemudian inflasi di penghujung tahun 2008 mengalami penurunan kembali hingga mencapai 0,6% hal ini dimungkinkan karena waktu itu tingkat daya beli konsumen Jepang menurun, yang diakibatkan tingkat pengangguran yang meningkat.
C Kebijakan Tingkat Suku Bunga Jepang Jepang merupakan negara yang terkenal mempunyai kebijakan suku bunga sangat rendah. Hal ini bertujuan untuk mendorong investasi supaya tumbuh, sehingga akan menggerakan sektor riil. Institusi yang berwenang menentukan tingkat kebijakan suku
36
bunga di Jepang adalah Bank of Japan (BOJ). Kebijakan suku bunga akan ditentukan dalam BOJ meeting, yang diadakan secara berkala atau dalam keadaan darurat, jika diperlukan. Selama krisis financial global yang melanda sekarang, Jepang tercatat telah menurunkan tingkat suku bunga sebanyak dua kali dalam periode tahun 2008. Tabel 3.7 Tingkat Suku Bunga BOJ Januari Sampai Juni 2008
Tingkat Suku Bunga (%)
Januari
Februari
0,50
0,50
Maret
0,50
April
0,50
Mei
Juni
0,50
0,50
Sumber: www.forexfactory.com Tabel 3.8 Tingkat Suku Bunga BOJ Juli Sampai Desember 2008 Juli Tingkat Suku Bunga (%)
0,50
Agustus
September
Oktober
November
Desember
0,50
0,30
0,30
0,30
0,10
Sumber: www.forexfactory.com Dari tabel di atas bisa kita lihat tingkat suku bunga di Jepang telah berada pada level yang sangat rendah yaitu di level 0,10% pertahun. Sebenarnya Jepang pernah menerapkan kebijakan suku bunga 0,00% pada periode sebelum pertengahan tahun 2006, namun karena dorongan inflasi saat itu, suku bunga kembali dinaikan. Untuk melakukan pengujian secara statistik terhadap PPP dan IFE penulis mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan persentasi perubahan nilai tukar dan selisih antara inflasi dan tingkat suku bunga antara Amerika dan Jepang tahun 2008.
37
Tabel 3.9 Analisis Regresi Data
Y
X1
X2
Februari
0.93
3
2.5
Maret
6.82
2.8
1.75
April
-1.85
3.1
1.5
Mei
-1.74
3.9
1.5
Juni
2.58
3
1.5
Juli
-5.08
3.3
1.5
Agustus
-2.71
3.3
1.5
September
3.02
2.8
1.7
Oktober
6.76
2
0.95
November
3.34
0.1
0.7
Desember
5.53
0.5
0.4
III.2 Metodologi Penelitian Dalam pembahasan ini penulis melakukan penelitian dengan metode-metode sebagai berikut:
III.2.1 Metode Pengumpulan Data Data-data yang perlukan dalam penelitian ini dikumpulkan selama rentang waktu satu tahun yaitu dari 1 Januari 2008 sampai dengan 31 Desember 2008. pergerakan nilai mata uang diambil dengan harga OHLC setiap hari selama masa penelitian. Sumber data
38
dipergunakan sebagai dasar dalam pembentukan candlestick chart dimana data-data tersebut merupakan data sekunder. III.2.2 Metode Analisis Data Metode yang dipergunakan dalam menentukan atau menghitung variable yang terdapat dalam Tabel Operasional Variabel adalah sebagai berikut: 1. Metode Candlestick digunakan dalam menentukan trend 2. Metode penghitungan PPP dan IFE digunakan dalam penilaian nilai wajar dari kurs USD/JPY, dan predikri nilai kurs USD/JPY 3. Metode analisis regresi digunakan dalam pengujian secara statistik PPP dan IFE 4.
Metode mengukur korelasi menggunakan Microsoft Excel dengan rumus (correl=(range1,range2).
III.2.3 Metode Penyajian Data Data yang diteliti disajikan dengan menggunakan grafik candle stick, tabulasi, dan bagan. Penyajian ini diharapkan dapat menggambarkan dan mendukung pemahaman data dan hasil perhitungan dan analisis yang dilakukan dengan disertai komentar yang relevan.
III.2.4 Operasional Variabel Variabel-variabel yang diteliti, kemudian dikelompokan lalu disajikan dalam tabulasi atau tabel sebagai berikut:
39
Tabel 3.10 Operasional Variabel OHLC Variabel Definisi
Indikator Skala Data
Data
Waktu Perdagangan
Tanggal
Rasio
Open
Harga Pembukaan
Currency
Rasio
High
Harga Tertinggi
Currency
Rasio
Low
Harga Terendah
Currency
Rasio
Close
Harga Penutupan
Currency
Rasio
Tabel 3.11 Operasional Variabel Analisis Regresi Skala Variabel Definisi
Indikator
Data
Persentase Y
Variabel Devenden
Perubahan Kurs
Rasio
Indevenden
Selisih Inflasi
Persentase
Variabel
Selisih Suku
Indevenden
Bunga
Variabel X1
X2
Persentase
40