61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan studi kasus terpancang. Deskriptif kualitatif karena penelitian ini lebih menekankan pada kegiatan mengumpulkan data berupa tindak tutur asertif menjawab (answering) dan terjemahannya. Moleong (2004:6) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistic (utuh) dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah, serta dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah yang salah satunya bermanfaat untuk keperluan meneliti dari segi prosesnya. Penggunaan jenis penelitian ini dimaksudkan agar peneliti dapat menangkap dan mendeskripsikan permasalahan-permasalahan secara mendalam. Dengan begitu, peneliti akan mampu mengungkapkan hasil penelitian secara mendalam berdasarkan konteks budaya dalam BSu dan BSa. Penelitian ini bersifat fleksibel dan mampu menggali informasi lain yang menunjang kedalaman permasalahan-permasalahan yang sedang diteliti. Dengan begitu, peneliti juga dimungkinkan mendapatkan informasi-informasi lain yang tidak terduga sebelumnya yang dapat melengkapi informasi sebelumnya sebagai
62
analisis. Data dalam penelitian kualitatif ini adalah berupa ujaran atau kalimat dari hasil observasi, wawancara, intisari dokumen, dan dari novel. Penelitian ini dapat disebut studi kasus terpancang (embedded case study research) karena permasalahan dan fokus penelitian sudah ditentukan dalam usulan penelitian sebelum peneliti terjun di lapangan (Sutopo, 2002). Penulis memfokuskan pada maksim Prinsip Kerjasama dan penggunaan teknik penerjemahan dalam tindak tutur menjawab (answering) pada dua versi novel terjemahan Pride and Prejudice serta bagaimana dampaknya terhadap kualitas terjemahan. Metode etnografi juga digunakan dalam penelitian ini karena dalam mengumpulkan data dari informan, peneliti turun langsung ke lapangan untuk mendapatkan data yang dirasa masih belum mencukupi dari sumber data utama. Spradley (2007:12) menjelaskan bahwa etnografi di sini digunakan untuk mendeskripsikan suatu permasalahan budaya secara eksplisit dan implisit, yang diungkapkan melalui komentar maupun wawancara. Data yang dikumpulkan dari lapangan adalah berupa kuesioner dan wawancara (interview). Kuesioner yang diberikan berisi pertanyaan-pertanyaan yang mengukur tingkat keakuratan dan keberterimaan terjemahan tindak tutur menjawab (answering) dalam novel Pride and Prejudice. Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara (interview) yang mendalam kepada para informan jika terdapat pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab dari kuesioner selama proses analisis data.
63
B. Lokasi Penelitian Lincoln dan Guba dalam Santosa (2014:40) menjelaskan bahwa lokasi penelitian sebagai “focus determined boundary”, yang secara harfiah berarti batas yang ditentukan oleh fokus atau objek penelitian.
Spradley dalam Santosa
(2014:40) menambahkan bahwa dalam lokasi penelitian, elemen utamanya adalah setting, participant, dan event. Lokasi penelitian (setting) dalam penelitian ini adalah
novel Pride and
Prejudice karya Jane Austen dan terjemahannya, yang ber-setting di kota Meryton, sekitar 24 mil dari London. Novel tersebut termasuk kategori romance novel, ditulis oleh penulis Inggris. Ia merupakan salah satu penulis dalam kesusasteraan Inggris yang paling disukai dan karyanya dibaca di seluruh penjuru dunia. Participant dalam novel ini adalah semua tokoh yang terlibat dalam novel tersebut, seperti Mr.Bennet, Mrs.Bennet, Jane, Elizabeth, Kitty, Lydia, Mary, Mr.Darcy, Mr.Bingley, Mr.Collins, Mr.Wickham, Charlotte, Sir William Lucas, Lady Lucas dan sebagainya. Event atau peristiwanya adalah kehidupan sehari-hari semua tokoh dalam novel tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari itulah tokohtokoh tersebut beraktivitas, seperti bekerja, bersosialisasi, berbincang, dan lain sebagainya. Tuturan menjawab dari para tokoh di novel tersebut itulah yang merupakan event atau peristiwanya.
64
C. Data dan Sumber Data Data yang dikaji dalam penelitian ini adalah tindak tutur menjawab (answering) dalam novel Pride and Prejudice yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan data yang dikumpulkan dari rater yang menilai kualitas terjemahan dalam hal keakuratan dan keberterimaan. Wawancara dengan informan juga menjadi data dalam penelitian ini. Sumber data dalam penelitian ini adalah: 1. Dokumen Dokumen merupakan bentuk sumber data tertulis. Data dalam penelitian ini adalah novel Pride and Prejudice dan dua versi terjemahannya karya Jane Austen. Teks BSu adalah berupa teks pdf sementara teks BSa adalah berupa dua novel terjemahan. a. Teks BSu Judul
: Pride and Prejudice
Pengarang
: Jane Austen
Penerbit
: T. Egerton, Whitehall
Tahun Terbit
: 1813 (Cetakan pertama)
Jumlah Halaman : 234 halaman b. Teks BSa1 Judul
: Pride and Prejudice
Penerjemah
: Susilawati dan Sri Wahyuningsih
65
Penerbit
: Shira Media
Tahun Terbit
: 2014
Jumlah Halaman : 524 halaman Teks BSa2 Judul
: Pride and Prejudice
Penerjemah
: Berliani Mantili Nugrahani
Penerbit
: Qanita (Mizan Pustaka)
Tahun Terbit
: 2014
Jumlah Halaman : 588 halaman 2. Informan Informan dalam penelitian ini ialah rater. Rater yang dijadikan narasumber ialah rater yang memiliki latar belakang penerjemahan, dimana memiliki keahlian dalam bidang penerjemahan dan memahami betul teori penerjemahan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, atau pun sebaliknya. Rater tersebut bertugas menilai kualitas terjemahan tindak tutur
asertif
menjawab
(answering)
dalam
hal
keakuratan
dan
keberterimaan. Dalam penelitian ini, peneliti merupakan salah satu rater yang juga akan menilai kualitas terjemahan. Data yang dikaji dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Yang termasuk dalam data primer ialah:
66
1. Data yang berupa tindak tutur asertif menjawab (answering) dalam novel Pride and Prejudice beserta dua versi terjemahannya dalam bahasa Indonesia. 2. Hasil dari kuesioner dan wawancara yang mendalam (in-depth interview) terhadap rater saat berlangsungnya Focus Group Discussion (FGD) mengenai keakuratan dan keberterimaan terjemahan tindak tutur asertif menjawab (answering) dalam dua versi novel Pride and Prejudice. Selanjutnya, data sekunder adalah informasi yang didapat dari ualasan dan tanggapan mengenai novel Pride and Prejudice tersebut, bisa dari internet atau pun dari penelitian sebelumnya yang membahas tentang tutur asertif, naskah novel, dan pendekatan pragmatik penerjemahan yang digunakan.
D. Teknik Cuplikan (Sampling) Penelitian ini menggunakan purposive sampling technique atau disebut juga criterion-based sampling technique, yaitu yang didasarkan atas tujuan penelitian. Oleh sebab itu, sample yang diambil yaitu berdasarkan kriteria-kriteria tertentu dan lebih selektif sehingga sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh kedalaman dan kelengkapan data dalam menghadapi realitas serta untuk memperoleh kedalaman studi di dalam konteks tertentu (Sutopo, 2002:36-37). Dalam hal ini, data yang digunakan adalah tindak tutur asertif menjawab (answering) dalam dua versi novel terjemahan Pride and Prejudice.
67
Selain untuk memilih data, teknik cuplikan juga digunakan dalam memilih rater untuk menilai keakuratan dan keberterimaan terjemahan tindak tutur asertif menjawab (answering). Ada pun kriteria rater antara lain adalah seperti di bawah ini: 1. Rater dapat menguasai bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dengan baik. 2. Rater memiliki latar belakang pendidikan penerjemahan dan kompetensi mengenai teori penerjemahan, minimal S2 penerjemahan. 3. Rater memiliki pengetahuan, keahlian, dan pengalaman dalam bidang menerjemahkan teks. 4. Rater bersedia untuk menjadi pembaca ahli dan membantu memberikan kontribusinya dalam penelitian ini.
E. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan dengan 3 cara, yaitu analisis dokumen (content analysis), kuesioner, dan Focus Group Discussion (FGD). Teknik ini digunakan untuk dapat melihat dengan jelas bagaimana dampak terjemahan tindak tutur asertif menjawab (answering) tersebut dan kualitas terjemahannya. 1.
Analisis dokumen (content analysis) Dalam analisis dokumen, peneliti melakukan teknik simak catat yang ada. Hal
ini dibenarkan oleh Sutopo (2002) yang menjelaskan bahwa content analysis penulis juga bukan sekedar mencatat isi yang penting yang tersurat dalam
68
dokumen atau arsip, namun juga tentang makna yang tersirat. Selanjutnya, langkah-langkahnya dapat ditempuh dengan cara seperti di bawah ini: a. Peneliti membaca novel Pride and Prejudice tersebut, sambil mencatat tindak tutur tindak tutur asertif menjawab (answering) beserta terjemahannya, juga memahami konteks situasi pada novel tersebut. b. Selanjutnya, peneliti mengklasifikasikan tindak tutur asertif menjawab (answering) tersebut berdasar teori maksim Prinsip Kerjasama (Cooperative Principle). Peneliti juga melihat apakah tuturan menjawab (answering) tersebut mematuhi (observing) atau melanggar (non-observing) maksim Prinsip Kerjasama. c. Memberikan label kode pada data, sebagai contoh: Keterangan: PAP001/C.01.003/B.01.008/008
: Data nomor 1
Obs
: Tuturan termasuk mematuhi maksim Prinsip Kerjasama
Non-obs
: Tuturan termasuk melanggar maksim Prinsip Kerjasama
d. Melakukan kode pada setiap data. e. Mengidentifikasi
teknik
penerjemahan
yang
digunakan
oleh
penerjemah. f. Mengidentifikasi dampak penggunaan teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan yang dihasilkan.
69
g. Mengidentifikasi perbedaan teknik penerjemahan dan kualitas terjemahan tindak tutur asertif menjawab (answering) dalam dua versi novel tersebut. 2.
Kuesioner Kuesioner dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang
tingkat keakuratan dan keberterimaan. Kuesioner bersifat terbuka (open-ended quesioner), yang artinya bahwa peneliti memberikan kesempatan kepada rater (informan) untuk memaparkan atau memberikan penjelasan, pendapat, alasan, maupun pernyataan atas data yang diberikan. Kuesioner akan diberikan kepada para informan dan diminta untuk menilai kualitas terjemahan berdasarkan skala yang telah disediakan oleh peneliti. Informan juga diberi kesempatan untuk menuliskan komentar atau argumen sebagai penjelasan mengenai pemberian skor sebelumnya. Dalam hal ini, peneliti menyediakan kolom dalam kuesioner tersebut agar dapat diisi oleh informan. Ada dua jenis kuesioner dalam penelitian ini. Yang pertama ialah kuesioner yang digunakan untuk mengukur tingkat keakuratan terjemahan, yaitu berisi Bahasa Sumber (BSu) dan Bahasa Sasaran (BSa). Kuesioner kedua yaitu kuesioner yang digunakan untuk mengukur tingkat keberterimaan terjemahan, yaitu hanya terdapat Bahasa Sasaran (BSa) saja. Berikut adalah tabel skala penilaian keakuratan dan keberterimaan terjemahan tindak tutur asertif menjawab (answering) dalan dua versi novel Pride and Prejudice:
70
Tabel 3.1 Skala Penilaian Keakuratan (Nababan dkk, 2012) Kategori Terjemahan Akurat
Skor 3
Kurang Akurat
2
Tidak Akurat
1
Parameter Kualitatif Makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau teks bahasa sumber dialihkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran; sama sekali tidak terjadi distorsi makna Sebagian besar makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau teks bahasa sumber sudah dialihkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran. Namun, masih terdapat distorsi makna atau terjemahan makna ganda (taksa) atau ada makna yang dihilangkan, yang mengganggu keutuhan pesan. Makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau teks bahasa sumber dialihkan secara tidak akurat ke dalam bahasa sasaran atau dihilangkan (deleted).
Tabel 3.2 Skala Penilaian Keberterimaan (Nababan dkk, 2012) Kategori Terjemahan Berterima
Skor 3
Kurang Berterima
2
Parameter Kualitatif Terjemahan terasa alamiah; istilah teknis yang digunakan lazim digunakan dan akrab bagi pembaca; frasa, klausa dan kalimat yang digunakan sudah sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia Pada umumnya terjemahan sudah terasa
71
Tidak Berterima
3.
1
alamiah; namun ada sedikit masalah pada penggunaan istilah teknis atau terjadi sedikit kesalahan gramatikal. Terjemahan tidak alamiah atau terasa seperti karya terjemahan; istilah teknis yang digunakan tidak lazim digunakan dan tidak akrab bagi pembaca; frasa, klausa dan kalimat yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia
Focus Group Discussion (FGD) Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara mendalam dengan para
rater yang telah dipilih sebelumnya. Rater dan peneliti berkumpul bersama untuk mendiskusikan permasalahan yang ditemukan saat menilai kualitas terjemahan. Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam mengenai tuturan menjawab dan penilaian para rater yang berkaitan dengan kualitas terjemahan sebelumnya. Melalui diskusi yang mendalam ini, didapatkan masukanmasukan dari para rater saat berdiskusi bersama, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang ada secara tuntas. Berikut adalah langkah-langkah Focus Group Discussion (FGD) dalam penelitian ini: a. Menghubungi para rater untuk memastikan kesediaan mereka, juga dalam menentukan waktu dan tempat.
72
b. Melakukan diskusi bersama sehingga semua masalah terkait data dalam penelitian ini dapat terselesaikan dan mendapatkan solusinya. c. Menganalisis hasil FGD, juga bisa mereduksi atau pun menambah hasil diskusi tersebut.
F. Validitas Data Untuk memperoleh derajat validitas dan reabilitas data penelitian ini, maka data yang terkumpul diteliti kembali dengan teknik keabsahan data yaitu teknik triangulasi. Ada empat macam teknik triangulasi yang sering digunakan untuk pengecekan validitas data di dalam penelitian kualitatif, yakni triangulasi sumber, triangulasi metode, triangulasi teori, dan triangulasi penelitian (Lincoln dan Guba, 1985, dalam Santosa, 2014: 57). Dalam penelitian ini, ada dua macam triangulasi yang digunakan yaitu triangulasi data (sumber data) dan triangulasi metode. 1. Triangulasi data (sumber data) Triangulasi data (sumber data) mengacu pada sumber dari mana suatu data
diperoleh.
Triangulasi
sumber
mengarahkan
peneliti
untuk
mengumpulkan data melalui berbagai sumber data yang tersedia (Sutopo, 2002:78). Sumber data yang diverifikasi merupakan sumber data objektif yang berupa teks bahasa sumber dan bahasa sasaran dalam novel. Sumber data yang lain bisa didapat dari hasil penilaian dari para rater. Dalam hal ini, peneliti juga bisa mengambil dari keterangan yang didapat dari hasil
73
interview dan kuesioner. Triangulasi sumber dapat digambarkan sebagai berikut:
Analisis dokumen
Dokumen/arsip
Kuesioner
Data
Informan (Rater) Wawancara Gambar 3.1 Skema Triangulasi Sumber (Sutopo, 2002:80)
2. Triangulasi Metode Triangulasi metode digunakan untuk mendapatkan data peneliti, yaitu menggunakan metode observasi (simak catat, interview, dan Focus Group Discussion). Metode ini bertujuan agar peneliti dapat mengkonfirmasi informasi yang ada dari dokumen, hasil kuesioner, dan wawancara, sehingga bisa mendapatkan data yang memiliki validitas data yang tinggi. Triangulasi metode tersebut digambarkan dalam bagan di bawah ini:
74
Kuesioner
Data
Wawancara
Sumber Data
Observasi
Gambar 3.2 Skema Triangulasi Metode (Sutopo, 2002:81)
G. Teknik Analisis Data Data yang telah terkumpul dianalisis secara induktif sesuai dengan ciri metode kualitatif yang datanya dikumpulkan satu persatu untuk menyusun teori yang utuh. Tahapan analisa data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari tahapan analisis data menurut Spradley (2007) yang meliputi domain, taxonomy, componential, dan finding cultural values. Di bawah ini adalah skemanya. Domain
Taksonomi
Tema Budaya
Gambar 3.3 Model analisis isi menurut Spradley ( dalam Santosa, 2014)
Komponensial
75
1.
Analisis Domain Tahap analisa pertama adalah analisa domain. Pada tahap ini, peneliti
memilah-milah mana yang termasuk data dan mana yang bukan termasuk data. Data dikumpulkan dari sumber data yang berupa tindak tutur asertif menjawab (answering) dan terjemahannya berdasarkan pendekatan Pragmatik. Contoh data dan bukan data adalah sebagai berikut: a.
Data Konteks: Elizabeth bertanya kepada saudarinya, Jane, apakah ia menyukai sikap saudari-saudari Mr.Bingley. Mereka sama-sama tahu bahwa sifat dan sikap saudari-saudari Mr.Bingley agak tidak menyenangkan kepada orang yang baru dikenal. BSu (asking): Elizabeth : "I know you do; and it is that which makes the wonder. With your good sense, to be so honestly blind to the follies and nonsense of others! Affectation of candour is common enough— one meets with it everywhere. But to be candid without ostentation or design—to take the good of everybody's character and make it still better, and say nothing of the bad—belongs to you alone. And so you like this man's sisters, too, do you? Their manners are not equal to his." BSu (answering): Jane : "Certainly not—at first. But they are very pleasing women when you converse with them. Miss Bingley is to live with her brother, and keep his house; and I am much mistaken if we shall not find a very charming neighbour in her." BSa1 (pertanyaan): Elizabeth : “Aku tahu itu; dan itulah yang membuatku heran. Dengan perasaan yang sebagus itu, bisa-bisanya kau begitu buta pada kebodohan dan omong kosong orang lain! Rasa suka itu lazim; setiap orang menjumpai hal itu di mana-mana. Namun yang jujur tanpa pamrih – yang melulu melihat sifat baik seseorang dan memujimujinya serta tidak mengungkapkan apa pun keburukannya – itulah
76
dirimu. Itu berarti kau juga menyukai saudara-saudara perempuannya? Betul bukan? Hanya saja tingkah laku mereka tidak sama dengannya.” BSa1 (jawaban): Jane : “Sudah pasti; pada awalnya. Tapi mereka memang menyenangkan saat kau berbincang-bincang dengan mereka. Miss Bingley tinggal bersama kakaknya dan merawat rumahnya; dan akan keliru sekali kalau kita tidak menyatakan bahwa dia perempuan yang menarik.” BSa2 (pertanyaan): Elizabeth : “Aku tahu itu; dan itulah yang membuatku heran. Dengan perasaan yang sebaik itu, kau masih mudah buta akan kekonyolan dan omong kosong orang lain! Cukup banyak orang yang berpura-pura baik – kita bisa menemukannya di mana-mana. Tapi, yang berwatak tulus tanpa pamrih – yang hanya bisa melihat sifat baik seseorang dan memuji-mujinya tanpa mengatakan satu pun keburukannya – hanya dirimu seorang. Berarti kau juga menyukai adik-adik perempuannya juga, kan? Perangai mereka tidak sama dengannya.” BSa2 (jawaban): Jane : “Tentu saja tidak—pada awalnya. Tapi, mereka menyenangkan ketika kau sudah bercakap-cakap dengan mereka. Miss Bingley akan tinggal bersama kakaknya dan merawat rumahnya, dan aku yakin dia akan menjadi tetangga yang sangat manis.”
b.
Bukan Data Konteks: Charlotte dan Elizabeth sedang memperbincangkan Jane (kakak Elizabeth) yang disukai Mr.Bingley. BSu: Charlotte : "Remember, Eliza, that he does not know Jane's disposition as you do." BSa: Charlotte : “Ingat, Eliza, dia tidak mengenal Jane sedalam dirimu.”
77
Peneliti menggunakan analisis domain ini untuk menggolongkan data yang termasuk tuturan menjawab (answering). Contoh (a) merupakan data karena memang di dalam tuturan tersebut mengandung respon atau jawaban Jane dari pertanyaan Elizabeth. Sebaliknya, pada contoh (b) bukan merupakan data karena tuturan tersebut ialah tuturan memperingatkan yang diujarkan Charlotte kepasa Eliza. 2.
Analisis Taksonomi Tahapan analisis taksonomi untuk mengklarifikasikan semua data yang telah
terkumpul menjadi kategori-kategori berdasarkan pendekatan yang digunakan. Semua data yang berupa tindak tutur asertif dikumpulkan dan diklarifikasikan berdasarkan kategorinya. Analisis
taksonomi pertama dilakukan
dengan
menganalisis data berdasarkan teori maksim Prinsip Kerjasama (Cooperative Principle) dan selanjutnya menganalisi teknik penerjemahan dan kualitas terjemahannya. Contoh data yang sudah diklarifikasikan akan terlihat seperti di bawah ini: Tabel 3.3 Contoh Analisis Taksonomi No.
BSu dan BSa
Cara Observing
001
Konteks: Netherfield Park, suatu tempat yang dinilai sangat mewah bagi penduduk sekitar akan disewa oleh pemuda kaya raya dari wilayah utara Inggris. Mrs.Bennet menawari suaminya (Mr.Bennet) untuk bersedia mendengarkan cerita mengenai pemuda itu.
Non-observing Flo Vio Mul Q1
Teknik Penerjemahan Kesepadanan lazim Amplifikasi
78
BSu (asking): "Do you not want to know who has taken it?" BSu (answering): "You want to tell me, and I have no objection to hearing it." BSa1 (pertanyaan): “Tidakkah kau ingin tahu siapa gerangan pembelinya?” BSa1 (jawaban): “Kau hendak memberitahu aku dan aku sama sekali tidak keberatan untuk mendengarkan.” BSa2 (pertanyaan): “Apa kau tidak ingin tahu siapa pembelinya?” BSa2 (jawaban): “Kau ingin memberitahuku, dan aku tidak keberatan mendengarnya.” 002
003
Konteks: Karena istrinya terus-terusan menceritakan tentang pemuda yang akan √ menyewa Netherfield Park, akhirnya Mr.Bennet bertanya kepada istrinya siapa nama pemuda kaya raya itu. BSu (asking): “What is his name?” BSu (answering): “Bingley.” BSa1 (pertanyaan): “Siapa namanya?” BSa1 (jawaban): “Bingley.” BSa2 (pertanyaan): “Siapa namanya?” BSa2 (jawaban): “Bingley.” Konteks: Setelah mengetahui nama pemuda itu, Mr.Bennet masih melanjutkan pertanyaan yang ditujukan kepada istrinya (Mrs.Bennet). Mrs.Bennet menjawab dengan lengkap pertanyaan suaminya itu. BSu (asking): "Is he married or single?" BSu (answering): "Oh! Single, my dear, to be sure! A single man of large fortune; four or five thousand a year. What a fine thing for our girls!" BSa1 (pertanyaan): “Sudah menikah atau masih bujangan?” BSa1 (jawaban): “Oh! Tentu masih bujangan, suamiku sayang! Pemuda lajang kaya raya; berpenghasilan empat atau lima ribu pound setiap tahun. Berita bagus untuk putrid-putri kita.”
Kesepadanan lazim
Harfiah
Harfiah Q1
Peminjaman Transposisi Amplifikasi Kesepadanan lazim
79
Peminjaman Modulasi Kesepadanan lazim
BSa2 (pertanyaan): “Dia sudah menikah atau masih lajang?” BSa2 (jawaban): “Oh, aku yakin dia lajang, sayangku! Seorang bujangan kaya raya; penghasilannya empat atau lima ribu setahun. Sungguh hal yang menguntungkan bagi anakanak gadis kita!”
Analisis taksonomi berikutnya yaitu dengan mentabulasikan hasil penilaian kualitas terjemahan yang telah dinilai oleh para rater melalui kuesioner dan hasil FGD.
Tabel 3.4 Contoh Analisis Taksonomi dalam Mentabulasi Hasil Penilaian Kualitas Terjemahan No .
BSu dan BSa
00 4
Konteks: Mrs.Bennet berharap agar pemuda kaya raya itu bisa tertarik kepada satu dari lima puterinya. Ia sangat menginginkan kekayaan pemuda yang akan menyewa Netherfield Park tersebut. Namun Mr.Bennet tidak sampai berpikir ke arah itu. Sebelumnya, Mr.Bennet bertanya kepada istrinya bagaimana bisa istrinya memikirkan untuk menjodohkan pemuda kaya raya itu kepada salah satu putrinya. BSu (asking): "How so? How can it affect them?" BSu (answering): "My dear Mr. Bennet," replied his wife, "how can you be so tiresome! You must know that I am thinking of his marrying one of them." BSa1 (pertanyaan): “Kenapa begitu? Bagaimana itu bisa mempengaruhi mereka?” BSa1 (jawaban): “Sayangku Mr.Bennet,” sahut istrinya, “bagaimana bisa kau begitu menyebalkan! Kau harusnya paham bahwa aku sedang memikirkan cara agar dia menikahi salah satu anak kita.”
Kualitas Terjemahan 3
KA 2
1
3
KB 2
1
80
00 5
BSa2 (pertanyaan): “Bagaimana mungkin? Apa pengaruhnya bagi mereka?” BSa2 (jawaban): “Suamiku sayang,” jawab istrinya, “jangan menyebalkan begitu! Kau pasti tahu aku berpikir dia akan menikahi salah seorang dari mereka.” Konteks: Mr.Bennet bertanya kepada istrinya tentang apa tujuan si pemuda kaya raya yang akan menyewa Netherfield Park itu. BSu (asking): "Is that his design in settling here?" BSu (answering): "Design! Nonsense, how can you talk so! But it is very likely that he may fall in love with one of them, and therefore you must visit him as soon as he comes." BSa1 (pertanyaan): “Apa itu memang tujuannya bermukim di sini?” BSa1 (jawaban): “Tujuan! Omong kosong apa itu. Kenapa kau berbicara seperti itu, suamiku! Tapi mungkin sekali kalau dia jatuh cinta kepada salah seorang anak kita, dan itulah kenapa kau harus menemuinya begitu dia tiba nanti.” BSa2 (pertanyaan): “Itukah tujuannya menetap di sini?” BSa2 (jawaban): “Tujuan! Kadang-kadang, bicaramu memang konyol! Tapi, sangat mungkin baginya untuk jatuh cinta dengan salah satu dari anak-anak kita, dank arena itulah kau harus mengunjunginya segera setelah dia tiba.”
3.
Analisis Komponensial Pada tahap analisis komponensial, data yang sudah dikelompokkan
berdasarkan kategori tindak tutur dan teknik penerjemahannya dianalisis tingkat kualitas terjemahannya yang meliputi tingkat keakuratan dan keberterimaan. Selanjutnya, data-data tersebut ditabulasikan dalam tabel sebagai berikut: pada analisis komponensial, data-data yang sudah ditabulasi dilihat tingkat kualitas terjemahannya, tindak tutur asertif menjawab (answering) yang diterjemahkan dengan teknik apakah yang mempunyai tingkat keakuratan dan keberterimaan
81
terjemahan yang tinggi dan kategori apa yang mempunyai tingkat keakuratan dan keberterimaan terjemahan yang rendah.
Tabel 3.5 Contoh Analisis Komponensial No.
BSu dan BSa
Cara Obse rving
00 1
00 2
Konteks: Netherfield Park, suatu tempat yang dinilai sangat mewah bagi penduduk sekitar akan disewa oleh pemuda kaya raya dari wilayah utara Inggris. Mrs.Bennet menawari suaminya (Mr.Bennet) untuk bersedia mendengarkan cerita mengenai pemuda itu. BSu (asking): "Do you not want to know who has taken it?" BSu (answering): "You want to tell me, and I have no objection to hearing it." BSa1 (pertanyaan): “Tidakkah kau ingin tahu siapa gerangan pembelinya?” BSa1 (jawaban): “Kau hendak memberitahu aku dan aku sama sekali tidak keberatan untuk mendengarkan.” BSa2 (pertanyaan): “Apa kau tidak ingin tahu siapa pembelinya?” BSa2 (jawaban): “Kau ingin memberitahuku, dan aku tidak keberatan mendengarnya.” Konteks: Karena istrinya terus-terusan menceritakan tentang pemuda yang akan √ menyewa Netherfield Park, akhirnya Mr.Bennet bertanya kepada istrinya siapa nama pemuda kaya raya itu. BSu (asking): “What is his name?” BSu (answering): “Bingley.” BSa1 (pertanyaan): “Siapa namanya?” BSa1 (jawaban): “Bingley.”
Non-observing Flo
Q1
Vio
Teknik Penerjemah an
Kualitas Terjemahan KA KB
Mul
Kesepadan an lazim Amplifikas i
2
3
Kesepadan an lazim
3
3
Harfiah
3
3
82
00 3
BSa2 (pertanyaan): “Siapa namanya?” BSa2 (jawaban): “Bingley.” Konteks: Setelah mengetahui nama pemuda itu, Mr.Bennet masih melanjutkan pertanyaan yang ditujukan kepada istrinya (Mrs.Bennet). Mrs.Bennet menjawab dengan lengkap pertanyaan suaminya itu. BSu (asking): "Is he married or single?" BSu (answering): "Oh! Single, my dear, to be sure! A single man of large fortune; four or five thousand a year. What a fine thing for our girls!" BSa1 (pertanyaan): “Sudah menikah atau masih bujangan?” BSa1 (jawaban): “Oh! Tentu masih bujangan, suamiku sayang! Pemuda lajang kaya raya; berpenghasilan empat atau lima ribu pound setiap tahun. Berita bagus untuk putrid-putri kita.” BSa2 (pertanyaan): “Dia sudah menikah atau masih lajang?” BSa2 (jawaban): “Oh, aku yakin dia lajang, sayangku! Seorang bujangan kaya raya; penghasilannya empat atau lima ribu setahun. Sungguh hal yang menguntungkan bagi anak-anak gadis kita!”
4.
Q1
Harfiah
3
3
Peminjama n Transposisi Amplifikas i Kesepadan an lazim
2
3
Peminjama n Modulasi Kesepadan an lazim
3
3
Analisis Tema Budaya (Tema Kultural) Tahap terakhir ialah finding cultural values atau analisis tema budaya. Pada
tahap ini melihat mengapa tindak tutur asertif menjawab (answering) dalam dua versi novel yang berjudul Pride and Prejudice yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki tingkat keakuratan dan keberterimaan yang tinggi atau sebaliknya. Dengan kata lain, analisis tema budaya merupakan interpretasi dari semua analisis terhadap domain, taksonomi, dan analisis komponensialnya dan
83
membentuk gambaran umum dari data tersebut. Pada tahap ini akan terlihat jelas kaitan teoritis antara tingkat kualitas terjemahan; yaitu tingkat keakuratan dan keberterimaan, dengan tindak tutur asertif menjawab (answering) yang ada dalam dua versi novel terjemahan Pride and Prejudice.