BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Bagan Alur Penelitian Mulai Hipotesis
Survei Bahan
Studi Literatur
Penentuan Bahan Material Pengujian Bahan Material
Sesuai Mix Desain
Sesuai Pembuatan Benda Uji Perawatan Beton Pengujian Kuat Tekan Beton Analisis Hasil Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 3.1 Metodologi Penelitian 42
43 3.2 Material yang Digunakan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Semen Semen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu semen Portland type 1 produksi PT. Tiga Roda kemasan 50kg. b. Air Air yang digunakan dalam penelitian ini yaitu air bersih yang terdapat dalam Laboratoriun Bahan Jurusan Teknik Sipil Universitas Bina Nusantara. c. Agregat Halus Agregat halus yang digunakan yaitu pasir putih yang berasal dari daerah Bangka d. Agregat Kasar Agregat kasar yang digunakan yaitu batu belah dengan ukuran 20 mm yang berasal dari daerah Bogor. e. Styrofoam Styrofoam yang digunakan yaitu Styrofoam yang memiliki ukuran 3mm-5mm yang memiliki berat isi 13-22 kg/m3. f. Fly Ash Fly Ash yang digiunakan dalam penelitian ini yaitu fly ash tipe F yang berasal dari sisa pembakaran batu bara. 3.3
Benda Uji Dalam penelitian Analisa Penambahan Fly ash Dalam Campuran Beton Ringan Dengan Expanded Polystyrene Sebagai Agregat Ringan digunakan benda uji yang berbentuk silinder dengan ukuran diameter 15cm dan tinggi silinder 30cm.
44
Gambar 3.2 Cetakan Beton Langkah-langkah dalam pembuatan benda uji yaitu sebagai berikut: a. bahan-bahan dan alat dipersiapkan. Pembersihan cetakan silinder dan pelapisan silinder dengan oli pada dinding dalamnya agar cetakan beton dapat dengan mudah dilepaskan. b. timbangkan campuran beton beserta styrofoam dan fly ash yang telah ditentukan sesuai proporsi yang telah dihitung. c. setelah bahan ditimbang kemudian campurkan bahan sehingga menjadi beton segar.
Gambar 3.3 Pengadukan Beton
45
Gambar 3.4 Beton Segar d. ujikan nilai slump pada beton sebelum dilakukan pencetakan beton.
12 cm
Gambar 3.5 Pengujian Nilai Slump e. adukan beton dimasukkan kedalam cetakan secara bertahap, yaitu setiap 1/3 lapisan dari cetakan silinder. f. masing-masing lapisan dipadatkan dengan merojok.
Perojokan dilakukan
sebanyak 25 kali dengan menggunakan “Rod” (besi perojok). g. setelah masing-masing lapisan selesai dirojok, adukan tersebut diratakan sepanjang sisi dan ujungnya dengan menggunakan besi perojok.
46 h. benda uji kemudian ditutup dengan plastik atau karung goni basah untuk mencegah penguapan. i. setelah 24 jam cetakan beton dapat dibuka.
Gambar 3.6 Benda uji Beton j. setelah beton dibuka dari cetakannya maka dilakukan perawatan beton dengan cara merendamkan beton kedalam bak perendam.
Gambar 3.7 Perawatan Beton 3.4
Teknik Pengambilan Benda uji Dalam penelitian ini dilakukan pengambilan benda uji dengan cara melakukan pembagian benda uji setiap penelitian menjadi tiga bagian yaitu penggambilan benda uji untuk dilakukan pengujian kuat tekan beton pada hari ke 7, hari ke 14, dan hari ke 28.
47 Tabel 3.1 Persentase Penggunaan Fly Ash Terhadap Semen Persentase
Persentase
Jumlah Benda Uji
Jenis
Styrofoam
Fly Ash
(Silinder φ 150 mm)
Pengujian
(%)
(%)
20%
3.5
Hari ke 7
Hari ke 14
Hari ke 28
0
3 buah
3 buah
4 buah
Kuat Tekan
10
3 buah
3 buah
4 buah
Kuat Tekan
12,5
3 buah
3 buah
4 buah
Kuat Tekan
15
3 buah
3 buah
4 buah
Kuat Tekan
17,5
3 buah
3 buah
4 buah
Kuat Tekan
20
3 buah
3 buah
4 buah
Kuat Tekan
22,5
3 buah
3 buah
4 buah
Kuat Tekan
25
3 buah
3 buah
4 buah
Kuat Tekan
Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini dilakukan pengambilan data yang dilakukan dengan cara membuat benda uji yang berbentuk silinder kemudian dilakukan pengujian kuat tekannya. Pada penelitian ini digunakan 3 variabel penelitian yaitu: a. Variabel bebas Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu persentase penggunaan fly ash sebagai penggati sebagian semen.
48 b. Variabel terikat Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuat tekan rencana, persentase penggunaan styrofoam sebagai pengganti sebagian agregat, dan faktor air semen yang digunakan dalam mix desain. c. Variabel kontrol Variabel kontrol yaitu variabel yang dikendalikan dilihat konstan sehingga peneliti dapat melakukan penelitian bersifat membandingkan. Variabel control yang digunakan dalam penelitian adalah bahan-bahan pembuat beton, alat-alat yang digunakan dalam pengujian beton dan bahan, serta tempat pengujian beton (laboratorium). 3.6
Perawatan Beton Berdasarkan SNI 03.2847-2002 Beton (selain beton kuat awal tinggi) harus dirawat pada suhu diatas 10 °C dan dalam kondisi lembab untuk sekurangkurangnya selama 7 hari setelah pengecoran, kecuali jika dirawat : a. perawatan dengan uap bertekanan tinggi, penguapan pada tekanan atmosfer, panas, dan lembab, atau proses lainnya yang dapat diterima, dapat dilakukan untuk mempercepat peningkatan kekuatan dan mengurangi waktu perawatan. b. percepatan waktu perawatan harus memberikan kuat tekan beton pada tahap pembebanan yang ditinjau sekurang-kurangnya sama dengan kuat rencana perlu pada tahap pembebanan tersebut. c. proses perawatan harus sedemikian hingga beton yang dihasilkan mempunyai tingkat keawetan paling tidak sama dengan yang dihasilkan oleh metode perawatan pada tawap awal.
49 Pada penelitian ini dilakukan perawatan benda uji beton setelah benda uji beton dilepas dari cetakannya yaitu dengan cara merendamkan benda uji beton ke bak air. Beton akan diangkat pada saat satu hari sebelum dilakukan pengetesan kuat tekan.
Gambar 3.8 Perawatan Beton 3.7 Pengujian Beton Pengujian beton bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton dan berat jenis beton yang menggunakan styrofoam dengan persentase 20% terhadap penggunaan fly ash dengan persentase (0%, 10%, 12.5%, 15%, 17,5%, 20%, 22,5%, dan 25%) yang menggunakan benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm dengan alat yang digunakan adalah universal testing machine for concrete.
Gambar 3.9 Universal Testing Machine for Concrete
50 Langkah-langkah dalam pengujian beton yaitu sebagai berikut: a. masing-masing benda uji diukur panjang, lebar, tingginya dan timbangkan beratnya. b. letakkan benda uji pada alat pengujian kuat tekan beton secara simetris. c. penggunaan alat pengujian kuat tekan beton dengan cara menambahkan beban secara konstan dan memperhatikan jarum manometer yang menunjukan kenaikan kuat tekan beton yang terjadi. d. pemberian beban dilakukan sampai benda uji hancur (beban maksimum), kemudian membaca beban maksimum yang dapat ditahan benda uji dengan cara membaca jarum manometer.
Gambar 3.10 Pengujian Benda uji