BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN HASIL PENGEMBANGAN MODEL
A. Metode Penelitian Metode Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tertentu (Sugiyono, 2008 : 297). Dalam melaksanakan
penelitian ini, penulis menggunakan metode
Research and development (R&D). kegiatan R&D ini berlangsung dalam bentuk siklus, dimulai dari tahap penelusuran awal, pengembangan produk, pengujicobaan dan perbaikan. Menurut Borg and Gall, (2003 : 570) langkah-langkah penelitian yang dilakukan dalam Research and development (R&D) adalah sebagai berikut : 1.
Research and information collecting (penelitian dan pengumpulan informasi), merupakan studi pendahuluan meliputi review, studi literature, observasi kelas, ketersediaan sarana dan prasarana belajar.
2.
Planing (perencanaan) yaitu langkah untuk merencanakan yang akan dilakukan
berkaitan
dengan
penetapan
tujuan,
menentukan
urutan
pembelajaran, uji kelayakan. 3.
Develop preliminary form of product (mengembangkan bentuk model awal). Pada tahap ini dilakukan penyiapan materi ajar, sumber dan media yang digunakan, serta alat evaluasi yang akan digunakan. Dengan kata lain bahwa
64
65
pada tahap ini merupakan mencari bnetuk model pembelajaran kooperatif tipe Team Games tournament yang akan digunakan. 4.
Preliminary field testing ( ujicoba model awal). Pada langkah ini merupakan ujicoba dalam jumlah terbatas yang melibatkan sekolah dan subjek yang akan diteliti.
5.
Main product revision (revisi product), setelah uji coba terbatas dilakukan pada langkah sebelumnya, langkah ini mencoba merevisi kekurangankekurangan pada ujicoba awal yang diperoleh dari data observasi, wawancara, angket dan hasil belajar siswa.
6.
Main field testing (Uji coba Utama). Berdasarkan hasil revisi dan dilakukan perbaikan-perbaikan pada langkah sebelumnya, langkah ini mengujicobakan kepada sampel yang lebih luas dengan melibatkan beberapa sekolah subjek dengan tujuan untukmengetahui keakuratan produk.
7.
Operational product product revision (Revisi produk). Untuk menghasilkan hasil yang maksimal, langkah ini merupakan tahap revisi untuk memperoleh model yang ideal. Pada tahap ini peneliti berdiskusi dengan kolaborator terutama berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif.
8.
Operasional field testing (Uji coba). Draft akhir yang benar-benar siap untuk disebarluaskan diperlukan masukan, saran, dan langkah-langkah ideal melalui angket, observasi, wawancara.
9.
Final product revision (revisi produk terakhir), beradasarkan ujicoba terbatas dan ujicoba luas, untuk lebih meyakinkan bahwa model yang akan dikembangkan benar-benar telah sempurna.
66
10. Dissemmination and distribution (penyebaran dan distribusi). Langkah ini merupakan langkah terakhir dari penelitian dan pengembangan. Sepuluh
langkah
yang
telah
dilakukan
oleh
Borg
and
Gall
disederhanakan oleh Sukmadinata (2004 : 190) menjadi tiga langkah, yaitu : (1) Studi Pendahuluan yang meliputi studi literature, studi lapangan, dan penyusunan draf awal, (2) uji coba model dengan sampel terbatas dan ujicoba model dengan sampel lebih luas, (3) Uji produk (validasi model) melalui eksperimen dan sosialisasi produk. Sedangkan Sugiyono ( 2008 : 298) membagi langkah-langkah penelitian dan pengembangan ini dengan sepuluh angkah.
Potensi dan Masalah
Pengumpul an data
Desain Produk
Validasi Desain
Ujicoba pemakaian
Revisi Produk
Ujicoba Produk
Revisi Desain
Revisi Produk
1.
Produksi Massal
Potensi dan masalah Penelitian dan pengembangan berangkat dari potensi yang
ada dan bisa
dikembangkan sehingga menjadi nilai tambah (Sugiyono, 2008 : 298), sedangakan masalah adalah terdapat kesenjangan atara harapan dengan kenyataan. Potensi dan masalah dapat dijadikan sebagai dasar dalam melakukan penelitian dan pengembangan.
67
2.
Pengumpulan Data Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukan secara faktual, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Pada langkah ini peneliti melihat sebagai bagian dari studi pendahuluan, dengan tujuan untuk mengumpulkan dan megkaji kondisi pembelajaran saat ini.
3.
Desain Produk Pada langkah ini menurut Sugiyono (2008 : 301) yaitu langkah mempersiapkan desain atau langkah-langkah yang akan dilakukan berupa penjelasan mengenai bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat setiap komponen pada produk tersebut.
4.
Validasi Desain Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk akan lebih efektif tida dari yang sudah ada atau yang lama. Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai desain tersebut. Pada penelitian ini untuk menilai apakah rancangan sudah sesuai tidak, maka peran pembimbing sangat dominan, terutama dalam memvalidasi instrument penelitian.
5.
Revisi Desain Setelah desain divalidasi, kemudian direvisi untuk dilihat apakah masih terdapat kekurangan-kekurangan dengan tujuan agar sasaran tepat.
68
6.
Ujicoba Produk Setelah dilakukan validasi desain, produk yang telah dibuat, pada tahap ini diujicobakan. Pada penelitian ini ujicoba produk dilakukan dengan melakukan ujicoba terbatas pada sampel yang telah ditentukan.
7.
Revisi Produk Pada tahap ini dilakukan diskusi dengan para pakar untuk menilai apakah produk yang telah diujicobakan sudah sempurna atau belum. Pada tahap penelitian ini dilakukan dengan refleksi dan mengkaji kekurangankekurangan pada ujicoba terbatas, kemudian dilakukan penyempurnaan.
8.
Ujicoba pemakaian Setelah dilakukan revisi pada tahap sebelumnya, kemudian dilakukan ujicoba pemakaian. Pada tahap ini dilakukan ujicoba lebih luas untuk mengetahui apakah produk yang telah dibuat sudah sesuai tidak dengan rencana sebelummnya.
9.
Revisi produk Sebelum dilakukan produksi massal dilakukan juga revisi produk pada ujiba pemakaian. Maksudnya adalah untuk mengetahui apabila dalam pemakaian terdapat kekurangan dan kelemahan
10. Pembuatan produk massal Pembuatan produk massal ini apabila produk yang telah diujicobakan dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi massal Penelitian pengembangan ini dilaksanakan di SDN Kecamatan Cimarga, pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Penulis akan mencoba mengembangkan pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games
69
Tournamen, dalam upaya mengimplementasikan pendekatan tersebut, beberapa langkah kegiatan yang akan ditempuh, mulai dari tahapan perencanaan, tahapan pelaksanaan, tahapan observasi kegiatan, sampai dengan tahapan refleksi. 1.
Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generaliasai yang terdiri atas : obyek/ subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2008 : 80 ). Sedangkan menurut Sukardi (2003 : 53) menjelaskan bahwa yang dimaksud populasi adalah
semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa atau
benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhis suatu penelitian. Sedangkan menurut Nasution (2003 : 1) Populasi adalah keseluruhan objek yang akan/ingin diteliti. Populasi ini sering juga disebut Universe. Anggota populasi dapat berupa benda hidup maupun benda mati, dimana sifat-sifat yang ada padanya dapat diukur atau diamati. Populasi yang tidak pernah diketahui dengan pasti jumlahnya disebut"Populasi Infinit" atau tak terbatas, dan populasi yang jumlahnya diketahui dengan pasti (populasi yang dapat diberi nomor identifikasi), misalnya murid sekolah, jumlah karyawan tetap pabrik, dll disebut "Populasi Finit". Adapun populasi yang dijadikan objek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN di Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak Provinsi Banten dan sejumlah responden yang diperlukan antara lain Kepala Sekolah, kolaborator dan dewan guru.
70
Sampel menurut Sugiyono (2008 : 81) mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Sedangkan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini penulis berasumsi dari pendapat Sukardi ( 2003 : 55), yang mengatakan bahwa sampel adalah jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data. Sama halnya menurut Nasution (2003 : 1) Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (sampel sendiri secara harfiah berarti contoh). Hasil pengukuran atau karakteristik dari sampel disebut "statistik" yaitu X untuk harga rata-rata hitung dan S atau SD untuk simpangan baku. Alasan perlunya pengambilan sampel adalah sebagai berikut : 1. Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya. 2. Lebih cepat dan lebih mudah. 3. Memberi informasi yang lebih banyak dan dalam. 4. Dapat ditangani lebih teliti. Untuk studi pendahuluan, penulis memilih teknik pengambilan sampel dengan Sampel Berjatah (Quota Sampling). Pengambilan sampel hanya berdasarkan pertimbangan peneliti saja, hanya disini besar dan kriteria sampel telah ditentukan lebih dahulu. (Nasution, 2003 : 5). Sampel yang dijadikan untuk studi pendahuluan adalah dengan mengambil kuota sekolah, siswa, guru dan kepala sekolah setiap gugus sekolah. Di Kecamatan Cimarga terdapat 7 Gugus sekolah, setiap gugus terdapat 5-6 sekolah, maka setiap gugus dengan berasumsi
71
pada teknik quota sampling diambil 2 sekolah, setiap sekolah diambil sampel 10 orang siswa dan 1 orang guru kelas V serta 1 orang kepala sekolah. Dari asumsi tersebut maka diperoleh sampel data studi pendahuluan adalah 14 orang guru kelas V, 140 orang siswa dan 14 orang kepala sekolah, maka sesuai dengan pendapat dari Nasution (2003 : 1) bahwa pengambilan sampel seperti ini sudah sangat mewakili dari semua populasi. Sedangkan untuk uji coba terbatas dan uji coba luas, sampel penelitian populasi dengan jumlah siswa dari 4 Sekolah Dasar. Sampel utama yang dilakukan pada uji coba terbatas berjumlah 1 Sekolah Dasar, sedangkan untuk uji coba lebih luas berjumlah 3 sekolah dasar dengan criteria pemilihan berdasarkan nilai akreditasi dan pendapat masyarakat. Pada tahap pertama peneliti akan mengujicobakan metode cooperative learning pada SDN 2 Margajaya, tujuannya adalah untuk mengetahui keampuhan metode kooperatif dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, selajutnya untuk mengembangkan produk, penulis memilih 3 Sekolah Dasar dengan kriteria Baik, sedang dan Rendah. Dasar dari penliaian tersebut berdasarkan opini masyarakat yang berada di wilayah kecamatan Cimarga, sehingga peneliti mendapatkan gambaran yang jelas, sekolah dasar manakah yang masuk dalam kriteria di atas. 2.
Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan beberapa teknik mengumpulkan data seperti : a.
Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana penyelidik
mengadakan pengamatan secara langsung dengan menggunakan alat obserbasi
72
terhadap gejala-gejala subyek yang diselidiki, baik pengamatan itu dilakukan di dalam situasi sebenarnya maupun dilakukan di dalam situasi buatan yang khusus diadakan. Hadi dalam Sugiyono ( 2008 : 145 ) mengungkapkan : Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena - fenomena yang diselidiki. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung misalnya melalui questionnaire dan test. Dalam bab ini yang kita artikan dengan observasi dalam arti sempit.
Kemudian Nana Sujana ( 1991 : 84 ) mengungkapkan observasi adalah alat penilaian yang banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan memperhatikan definisi tersebut, penulis menggunakan teknik observasi dengan cara melakukan kegiatan pengamatan proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan metode cooperative learning dengan teknik Team Games tournament (TGT). Hasil pengamatan tersebut dicatat oleh penulis secara sistematis. b.
Wawancara Wawancara atau interview merupakan salah satu teknik pengumpulan
data (informasi) yang dilakukan penelitian obyek yang sedang diteliti. Hadi dalam Sugiyono (2008 : 137 ) mengungkapkan : Wawancara atau interview dapat digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/ kecil.
73
Dengan memperhatikan definisi tersebut di atas, penulis memilih wawancara sebagai salah satu teknik dalam pengumpulan data ini, hal ini digunakan untuk mengetahui kondisi proses pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru, oleh karena itu penulis akan menggunakan teknik ini kepada sejumlah siswa, guru dan kepala sekolah, demi melengkapi informasi/data yang diperlukan. c.
Studi dokumentasi Sebagai perlengkapan seorang penyelidik dalam lapangan ilmu
pengetahuan tidak sempurna bila tidak didukung atau dilindungi oleh kepustakaan, karena dalam pustaka itulah ditemukan landasan - landasan teoritis untuk berfikir. Oleh sebab itu, untuk memperoleh beberapa teori yang mendasari beberapa penelitian ini diperlukan adanya buku - buku, majalah, artikel dan lain sebagainya yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti. Untuk mengungkap pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, penulis mencoba mengkaji Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Silabus yang biasa digunakan oleh guru, hal ini dilakukan sebagai bahan untuk membuat Silabus dan RPP dengan metode Team games Tournamnet (TGT) d.
Angket Yang dimaksud angket menurut Sugiyono (2008 : 142) adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Teknik ini digunakan mengingat banyaknya responden yang akan dijadikan obyek penelitian, sehingga tidak mungkin ditanya orang - perorang secara langsung. Dari angket ini diharapkan pengumpulan data yang pokok akan terlaksana dengan efisien.
74
e.
Dokumentasi atau Foto Foto digunakan dalam penelitian ini agar dapat merekam peristiwa-
peristiwa penting atau untuk merekam aspek kegiatan di kelas yang meliputi seluruh aktivitas siswa dengan tujuan untuk memperjelas atau memperkuat data dari hasil observasi dan dapat juga membantu data-data lainnya yang sangat penting. f.
Kuesioner Kuesioner digunakan untuk melihat dampak dari pembelajaran yang
telah dilakukan, di mana kuesioner adalah merupakan tanggapan dari seluruh siswa terhadap model pembelajaran yang digunakan , manfaat atau dapat dirasakan oleh siswa dalam rangka meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. 3.
Langkah-langkah penelitian Secara skematik langkah-langkah penelitian yang dilakukan berdasarkan
gambar berikut ini seperti yang dikembangkan oleh Sukmadinata (2004 : 207). Studi Pendahuluan
Studi Pusta ka
Penyus unan draft
Survai Lapang an
Pengembangan
Uji Coba Terbata s
Pengujian
Pre Test Uji coba lebih luas
Perlaku an Post Test
Gambar I Langkah-Langkah Penelitian Dari skema yang dikembangkan pada gambar di atas, untuk studi pendahuluan merupakan studi awal untuk mengetahui bagaimana proses
75
pembelajaran IPS yang dikembangkan pada saat ini, hal ini dilakukan sebagai dasar penyusunan draf awal model pembelajaraj Kooperatif dengan teknik Teams Games Torunament (TGT). Studi pendahuluan juga menjadi asumsi dasar untuk mengembangkan model, sebab pada studi pendahuluan akan terlihat bagaimana proses pembelajaran yang pada saat itu dikembangkan. Pada tahap pengembangan, dilakukan beberapa langkah yaitu ujicoba terbatas dan ujicoba luas. Pada ujicoba terbatas bertujuan membuat model draft dan sekalligus merevisi hasil ujicoba untuk menghasilkan draft final setelah melalui proses revisi dengan melalui siklus pembelajaran. Pada coba terbatas, peneliti melakukan penelitian di SDN 2 Margajaya dan melakukan ujicoba model luas disekolah-sekolah lain yaitu SDN 1 Margajaya, SDN 1 Cimarga dan SDN 2 Cimarga. 4.
Pengembangan instrumen Agar proses penelitian dapat berjalan dengan baik dan terarah sesuai
dengan tujuan yang diinginkan, maka disusun panduan penelitian berupa instrument penelitian. Penyusunan instrument pun berdasarkan kisi-kisi yang dibuat, kemudian dirumuskan berupa butir-butir pertanyaan yang akan dijawab oleh responden. Pengembangan isntrumen ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada saat ini.
76
Tabel. 3.1 Kisi-Kisi Isntrumen Penelitian
No
1
Aspek Yang Diteliti
Guru
Sumber Data
Sub Aspek
a. Identitas Diri : 1) Sekolah 2) Jenis kelamin 3) Pendidikan terakhir 4) Pengalaman Pelatihan 5) Pengalaman Mengajar b. Aktualisasi Diri : 1) Tugas Guru Mengajar 2) Fungsi Guru Mengajar 3) Harapan Guru terhadap siswa 4) Minat Guru Mengajar c. Persepsi Guru tentang Pembelajaran IPS 1) Persepsi Guru terhadap tujuan pembelajaran IPS 2) Persepsi Guru terhadap manfaat Pembelajaran IPS bagi siswa 3) Persepsi Guru terhadap model pembelajaran IPS 4) Persepsi Guru terhadap kemampuan siswa 5) Persepsi Guru terhadap kebutuhan belajar d. Pengetahuan kemampuan guru pembelajaran meningkatkan hasil siswa 1) Pengetahuan tentang pembelajaran
dan dalam untuk belajar Guru model
Guru
Teknik Pengumpulan Data Angket
77
2) Implementasi dalam pembelajaran IPS di kelas meliputi : a) Metode pembelajaran b) Sarana dan prasarana belajar c) Evaluasi pembelajaran 2
Siswa
a.
b.
c. d.
e. f. g.
h.
i.
Rata-rata kemampuan umum intelektual siswa menurut guru. Minat dan motivasi belajar pada pelajaran menurut guru. Penguasaan materi dan prestasi belajar Persepsi siswa tentang tujuan pelajaran pelajaran IPS Persepsi siswa tentang manfaat belajar IPS Minat siswa terhadap mata pelajaran IPS Persepsi siswa terhadap pembelajaran IPS Persepsi siswa terhadap penampilan mengajar guru Model pembelajaran yang disukai siswa
Guru
Angket
Siswa
3
Pembelajaran IPS
a. Persiapan mengajar b. Pelaksanaan pembelajaran c. Evaluasi hasil belajar
Guru
Angket
4
Fasilitas/ Prasarana dan lingkungan Pembelajaran IPS
a. Ruang kelas dan fasilitas belajar b. Suasana kelas c. Buku sumber d. Media/alat bantu mengajar e. Perpustakaan
Guru dan siswa
Angket
78
5.
Analisis Data Data yang telah terkumpul berdasarkan pada tujuan yang telah
ditetapkan, kemudian dilakukan analisis dan diinterpretasi. Data yang telah diperoleh dikelompokan menjadi dua yaitu : data kuantitatif dan data kualitatif. Data yang bersifat kualitatif diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Data hasil penilaian terhadap hasil belajar siswa pada uji coba terbatas dan ujo coba lebih luas akan dianalisis secara statistic menggunakan uji-t dengan menggunakan program SPSS versi 16 dan atau versi terbaru. Uji-t yang digunakan dalam penelitian ini adalah Paired Sampel Test (Priyatno, 2009 : 78) yang digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata antara dua sampel yang berpasangan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan nilai tes antara sebelum dan sesudah dilakukan proses pembelajaran kooperatif dengan teknik team games tournament yang pengujiannya menggunakan taraf signifikansi 0,05 atau tingkat kepercayaan (confidence interval) sebesar 95% (Priyatno, 2009:78). Analisis data dilakukan dari awal penelitian sampai dengan akhir penelitian secara terus menerus yang mencakup kegiatan analisis, refleksi dan tindakan. Akhirnya berdasarkan pengolahan dan analisis data dilakukan penarikan kesimpulan dengan cara menjawab pertanyaan penelitian dan mensintesiskan jawaban-jawaban menyeluruh.
tersebut
dalam
sebuah
kesimpulan
penelitian
secara
79
B. HASIL PENGEMBANGAN MODEL 1. Deskripsi Hasil Studi Pendahuluan Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di 14 sekolah dasar yang berada di kecamatan cimarga, terdapat beberapa informasi yang diperoleh berkaitan dengan penelitian yang akan dikembangkan. Informasi ini berupa kondisi sekolah yang menyangkut sarana dan prasarananya, keadaan siswa dan kondisi pembelajaran. Informasi yang berkaitan dengan kondisi sekolah dijadikan dasar oleh peneliti untuk pengembangan model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif dengan teknik Team Games Tournament (TGT) yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah dasar. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket, observasi, studi dokumenter serta wawancara. Jumlah populasi sekolah dasar yang berada di kecamatan cimarga ada 38, jumlah yang dijadikan sampel oleh peneliti adalah 14 sekolah yang mewakili 7 gugus dengan tujuan memperoleh data real proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan sosial yang dilakukan oleh guru selama ini. Angket diberikan kepada guru yang menjadi objek untuk mendapatkan data-data tentang kondisi guru, tugas serta perannya, pandangan terhadap mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial, pandangan guru terhadap hasil belajar siswa, implementasi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), perencanaan pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi, data tentang sarana dan prasarana pembelajaran, media belajar serta sarana lain yang menunjang terhadap proses pembelajaran.
80
Angket juga diberikan kepada siswa sebelum proses pengembangan model dilakukan, hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi dan data tentang pandangan
siswa terhadap sekolah, mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial,
pembelajaran yang diinginkan serta cara pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh guru, data ini juga dilakukan untuk mengkroscek informasi yang disampaikan oleh guru melalui angket dan data sebenarnya yang diterima siswa. Studi pendahuluan dilakukan di 14 sekolah dasar negeri yang berada di kecamatan cimarga dengan jumlah responden 14 guru kelas 5 dan 14 orang siswa yang diambil 10 siswa dari setiap sekolah. a) Keadaan guru kelas 5 Guru sebagai ujung tombak proses pembelajaran memegang peran strategis dalam
proses pembelajaran, guru sebagai agen pembelajar harus
ditunjang oleh pengetahuan yang memadai, oleh karena itu, latarbelakang pendidikan, pengalaman akan sangat mempengaruhi terhadap kinerja dan prestasi siswa. Berkaitan dengan dengan hasil studi pendahuluan yang dilakukan terhadap guru kelas 5, diperoleh data dan informasi sebagai berikut : Table 3.2 LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, PELATIHAN DAN PENGALAMAN MENGAJAR GURU No 1
2
Aspek Pendidikan Terakhir
Pengalaman Mengajar
Jawaban Guru a. SPG b. DII c. SI
f 1 6 7
a. Kurang dari 5 tahun b. 6-10 tahun c. Lebih dari 11 tahun
2 6 6
81
3
Pelatihan yang pernah diikuti
a. b. c. d.
Kurikulum Pembelajaran Pembelajaran IPS Model-Model Pembelajaran
12
2
Berdasarkan tebel 4.1, diperoleh data bahwa pendidikan guru yang mengajar di kelas 5 yang berpendidikan SPG sebanyak 7,1 %, pendidikan D II PGSD sebanyak 42 % dan pendidikan SI sebanyak 50% hal ini menandakan bahwa guru-guru yang mengajar di kelas 5 di sekolah dasar yang memliki kualifikasi yang dipersyaratkan telah memenuhi standar, dan guru yang telah memiliki standar S1 mencapai 50%. Dari pengalaman mengajar, 2 orang guru atau sebesar 14% berpengalaman kurang dari 5 tahun, 42% atau 6 orang berpengalaman 6 sampai 10 tahun dan berpengalaman lebih dari 11 tahun. Namun pelatihan, penataran dan diklat yang pernah diikuti oleh guru kelas 5 masih belum merata, dan bahkan tidak ada satu orang gurupun yang pernah mengiktui model-model pembelajaran IPS di SD, untuk pelatihan kurikulum hampir 85 % guru pernah mengikutinya.
Table 3.3 PANDANGAN GURU TERHADAP TUGAS , FUNGSI, HARAPAN DAN MINATNYA DALAM MENGAJAR No 1 1.
2
Aspek Jawaban Guru Bagaimana pandangan a. Sebagai pekerjaan rutin. bapak/ibu terhadap tugas b. Sebagai suatu kewajiban yang harus mengajar di sekolah ini ? dijalankan karena digaji. tantangan untuk c. Sebagai mengembangkan profesi. d. Sebagai beban.
f 4 2 8
82
3
e. Lainnya……………… 2.
Apa yang bapak/ibu Sekolah ?
menjadi tujuan a. mengajar di b. c. d.
3.
4.
menyajikan seluruh materi yang harus diselesaikan. Menstransfer ilmu pengetahuan tentang IPS kepada siswa. mengubah perilaku siswa ke arah yang lebih baik. Membentuk kepribadian siswa menjadi lebih baik.
Apa yang diharapkan dari a. siswa yang bapak/ibu ajar ? b. c. d. Apakah mengajar IPS sesuai dengan minat bapak/ibu ? e.
Mampu menerima pengetahuan yang diberikan guru. Menjadi anak yang pintar. Menjadi anak mandiri dan supel. Menjadi anak yang berkepribadian dan berakhlak mulia. ………………………..
a.
Sangat sesuai dengan minat karena mata pelajaran IPS berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan bagi saya sebagai ibadah. Sesuai dengan minat saya sama seperti mengajar mata pelajaran lain. Kurang sesuai dengan minat karena banyak materi yang harus dihafal. Kurang berminat karena menuntut penggunaan metode mengajar yang merepotkan. Tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan
b.
c. d.
e.
Berdasarkan analisa data dari tabel 4.2, tergambar bahwa pandangan guru terhadap tugas, minat, fungsi dan harapanya dalam mengajar kecenderunganya bahwa mengajar merupakan tantangan untuk mengembangkan profesi hal ini terlihat dari jawaban guru sebanyak 8 orang yang menjawabnya atau sekitar 57%, peneliti menganggap bahwa ini adalah jawaban idealis guru, sedangkan yang menganggap mengajar merupakan pekerjaan rutin hanya 4 orang atau sekitar 27%
2 6 6
1 1 12
3
3
7
1
83
dan yang menjawab tugas mengajar merupakan sebuah kewajiban karena sudah digaji sebanyak 2 orang atau sekitar 14%. Dilihat dari tujuan guru dalam mengajar, responden menjawab variatif, 2 orang guru atau sekitar 14% responden menjawab bahwa tujuan mengajar IPS adalah mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, 6 orang atau sekitar 42,8%, responden menjawab bahwa tujuan mengajar adalah mengubah perilaku siswa kea rah yang lebih baik dan 6 responden atau sekitar 42,8% menjawab bahwa tujuan mengajar adalah membentuk kepribadian siswa kearah yang lebih baik. Dengan kata lain bahwa hampir sebagain besar responden sepakat bahwa mengajar adalah merupakan sebuah pekerjaan mulia yang bertujuan untuk membentuk kepribadian siswa kearah yang lebih baik melalui
proses
pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Harapan dari siswa melalui proses pembelajaran, sebagian besar responden menjawab bahwa mereka sepakat ingin menjadikan anak/ siswa yang berkepribadian dan berakhlak mulia. Hal ini tergambar dari pilihan responden sebanyak 12 orang atau sekitar 85.7%, menjadi anak yang mandiri dan supel sebanyak 1 orang atau sekitar 7,1% dan mampu menjadi anak yang pintar sebanyak 1 orang atau sekitar 7,1%. Sedangkan minat guru dalam mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), responden menjawab bervariasi, 3 0rang responden atau sekitar 21,4% menjawab bahwa sangat sesuai dengan minat karena mata pelajaran IPS berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan baginya sebagai ibadah, 3 orang responden atau sekitar 21,4% menjawab bahwa mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial sudah sesuai dengan minatnya sama seperti mengajar mata pelajaran lain, 7 orang responden atau
84
sekitar 50 % menjawab bahwa mengajar IPS sangat tidak berminat, karena harus banyak menghapal materi, 1 orang responden menjawab bahwa mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial menuntuk penggunaan metode mengajar yang merepotkan. Studi dokumentasi terhadap latar belakang pendidikan guru kelas V, 1 orang guru berlatar belakang Pendidikan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) , 7 orang guru berlatar belakang Diploma dan Sarjana pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), 3 orang guru berlatar belakang Pendidikan Kewarganegaraan, 1 orang Guru berlatar belakang Pendidikan Agama Islam, 1 orang guru berlatar belakang Pendidikan Olahraga dan 2 orang guru berlatar belakang pendidikan Bahasa Inggris. Tabel 3.4 Pandangan Guru Terhadap Pembelajaran IPS No 1 5.
2
3
6.
7.
Aspek Jawaban Guru Bagaimana pandangan a. Sangat penting karena sebagai bekal bapak/ibu tentang kedudukan dalam kehidupan sehari-hari siswa. mata pelajaran IPS? b. Penting sama halnya dengan mata pelajaran lain. c. Kurang penting karena masa depan siswa lebih ditentukan oleh ilmu eksakta. d. ………………………………
Menurut bapak/ibu sasaran a. Membekali sebanyak-banyaknya pengajaran IPS dikelas V SD pengetahuan. adalah : b. Melatih siswa banyak menghafal. c. Membina siswa jadi warga masyarakat yang baik. d. Melatih siswa cakap dalam berinteraksi sosial dengan Menurut bapak/ibu model sesamanya. pembelajaran yang cocok e. ………………………………… untuk mengajar IPS adalah? a. Tidak perlu ada model khusus. b. Model yang cocok, diantaranya
F 12 2
8 6
2 10
85
8.
9.
kontekstual, kooperatif, terpadu, dan lain-lain. c. Model apapun bisa diterapkan karena IPS sama saja dengan mata pelajaran Menurut bapak/ibu, apa yang lain. dibutuhkan siswa mempelajari d. ………………………………… IPS? a. Ilmu pengetahuan tentang IPS untuk kehidupan sehari. b. Ilmu pengetahuan tentang lingkungan. c. Ilmu pengetahuan, sikap dan Saat proses pembelajaran IPS, keterampilan sebagai satu kesatuan kondisi belajar siswa yang tidak. terpisahkan. bagaimana yang dibutuhkan d. Lebih penting kepada penanaman siswa : nilai-nilai pada diri siswa. e. ………………………………….. a. Tidak membutuhkan pengkondisian apa-apa. b. Situasi tenang dan pengelolaan yang baik. c. Membutuhkan banyak variasi media belajar. d. Situasi belajar yang santai dan menyenangkan. e. Situasi belajar yang serius. f. …………………………………...
Berdasarkan tabel 4.3, pandangan responden tentang kedudukan mata pelajaran IPS hampir sebagian besar sepakat bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial sangat penting untuk kehidupan sehari-hari, pada pertanyaan ini responden menjawab sebanyak 12 orang atau sekitar 85,7%, sedangkan responden yang menganggap pembelajaran IPS sama pentingnya dengan mata pelajaran lain adalah sebanyak 2 orang atau sekitar 4%. Sasaran pengajaran IPS dikelas V SD sebagian besar responden menjawab bahwa IPS bertujuan melatih siswa cakap dalam berinteraksi sosial dengan sesamanya. Pada pertanyaan ini 8 orang atau sekitar 57%, sisanya
2
1
12
1
1 12 1
86
responden menjawab bahwa sasaran pengajaran IPS adalah membina siswa jadi warga masyarakat yang baik, pada pilihan ini jumlah responden yang menjawab adalah 6 orang atau sekitar 42,8%. Tabel 3.5 Kemampuan Siswa Menurut Pandangan Guru No 1
2
3
Aspek 10. Berdasarkan pengamatan bapak/ibu selama mengajar, bagaimana keadaan kemampuan intelektual siswa di kelas ?
a. b. c. d. e.
Jawaban Guru Sangat pandai………%. Pandai……………...%. Cukup pandai………%. Kurang pandai……….%. Kurang sekali………..%.
11. Secara umum, bagaimana minat para siswa kelas V yang bapak/ibu ajar terhadap mata pelajaran IPS?
a. b. c. d. e.
Sangat tinggi. Tinggi. Cukup. Kurang. Kurang sekali.
12. Bagaimana motivasi siswa kelas V mengikuti kegiatan pembelajaran IPS dibanding dengan mata pelajaran lain ?
a. b. c. d. e.
Jauh lebih tinggi. Lebih tinggi. Sama saja. Lebih rendah. Sangat rendah.
13. Dalam melakukan penilaian, apakah bapak/ ibu melakukan tes awal ?
a. b. c. d.
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah
14. Bagaimana Bapak/ Ibu melaksanakan evaluasi pembelajaran ?
a. Setelah selesai mengajarkan satu kompetensi dasar b. Setelah selesai proses pembelajaran mengajarkan c. Setelah selesai beberapa kompetensi dasar d. Pada akhir semester
11
a. Sudah b. Belum
13 1
15. Berdasarkan penilaian Bapak/Ibu. Apakah rata-rata hasil belajar siswa sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal ? 16. Berdasarkan penilaian bapak/ibu, secara umum
a. Di atas 90 %.
F 2 10 1
2 9 3
7 7
1 3 10
2 1
87
berapa persen tingkat penguasaan materi pelajaran IPS pada kelas yang bapak/ibu ajar ? 17. Berapa nilai rata-rata ulangan IPS dikelas yang bapak/ibu ajar dalam tiga kali ulangan terakhir ?
b. c. d. e.
71-90 %. 51-70 %. 31-50 %. Di bawah 31 %.
a. Ulangan ke 1 rata-rata 6.5 b. Ulangan ke 2 rata-rata 7 c. Ulangan ke 3 rata-rata 8
1 4 9
12 2
Tabel 4.4 menggambarkan bahwa kemampuan siswa menurut pandangan guru, angket yang telah disebar menghasilkan jawaban responden dengan komposisi 2 responden atau sekitar 14% menjawab bahwa siswa disekolahnya termasuk kategori pandai, 10 responden atau 71% menajawab bahwa siswanya termasuk kategori cukup pandai dan 1 orang responden atau sekitar 7% menjawab bahwa siswanya termasuk kategori kurang pandai. Setelah ditelusuri dari dokumen bahwa responden yang menjawab bahwa siswanya kurang pandai ternyata latar belakang pendidika guru adalah guru olahraga, dengan kata lain bahwa latar belakang pendidikan akan sangat berpengaruh besar terhadap hasil dari proses pembelajaran. Tabel. 3.6 PANDANGAN GURU TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN IPS No Aspek 1 18. Selama ini ketersediaan a. persiapan mengajar (bapak/ibu bisa memilih lebih dari satu 2 pilihan jawaban yang tersedia) b. : c. 3 d. e.
Jawaban Guru Tersedia persiapan dalam bentuk program tahunan / semester / setiap program pembelajaran. Tersedia persiapan dalam bentuk satuan pelajaran. Tersedia persiapan dalam bentuk rencana pelajaran harian. Tersedia rencana evaluasi hasil pembelajaran. Belum tersedia.
F 8
6
88
19. Metode pembelajaran yang selama ini bisa digunakan dalam mengajarkan IPS (bisa memilih lebih dari satu) adalah :
f.
………………………
a. b. c. d. e. f. g.
Ceramah dan tanya jawab. Diskusi kelas. Diskusi kelompok. Kerja kelompok. Bermain peran. Simulasi. ………………….
20. Apakah Bapak/ Ibu menggunakan model pembelajaran kooperatif ? a. b. c. d. 21. Model pembelajaran e. kooperatif jenis apa yang a. pernah bapak/ ibu lakukan ? b. c. d. e. f. 22. Alasan bapak/ ibu menggunakan model pembelajaran kooperatif ? a. b. c. 23. Dalam pemberian tugas d. kepada siswa, jenis tugas apa yang diberikan ? a. b. c. d. 24. Bentuk evaluasi hasil belajar yang bapak/ibu gunakan e. (boleh memilih lebih satu) : a. b. c. d. e.
2 10 1 1
Sudah Pernah Jarang Tidak pernah (lanjutkan ke nomor 22) Kadang-kadang
4 2 5
Jigsaw Student Team Achivement Division Team Games Tournamnet Number Head Together Group Investigation Lainnya ( tidak menjawab)
1 2
Dapat meningkatkan aktivitas belajar Motivasi belajar siswa tinggi Senang karena bayak menguasai model kooperatif Hasil belajar siswa menjadi tinggi Menjawab soal-soal Merangkum buku/bab. Membuat skenario simulasi. Membuat skenario permainan peran. ………………….. Tes tertulis bentuk uraian. Tes tertulis bentuk objektif. Tes lisan. Pengamatan selama kegiatan pembelajaran. ……………………
3
3 8
2 13
14
1 13
89
Pandangan guru terhadap proses pembelajaran tergambar dari tabel 4.5, tabel ini menggambarkan pandangan responden terhadap proses pembelajaran, ketersediaan perangkat pembelajaran responden menjawab Tersedia persiapan dalam bentuk program tahunan / semester / setiap program pembelajaran sebanyak 8 responden atau sekitar 57%, dan responden yang hanya tersedia dalam bentuk satuan pelajaran saja sebanyak 6 responden atau sekitar 42,8%. Sedangkan pandangan responden terhadap pembelajaran secara garis besar sudah menggunakan pembelajaran kooperatif, namun tipe pembelajaran kooperatif sangat berbeda-beda serta pandangan responden terhadap alasan menggunakan pembelajaran kooperatifpun beragam. TABEL 3.7 SARANA PRASARANA PEMBELAJARAN IPS No
Aspek 25. Besar ruangan kelas :
Jawaban Guru dengan a. Luas ruangan sesuai kebutuhan berdasarkan jumlah siswa. b. Luas ruangan lebih besar dari kebutuhan berdasarkan jumlah siswa. c. Luas ruangan lebih kecil dari kebutuhan berdasarkan jumlah siswa.
F 5
a. Ruang kelas bersih dan udara sehat. b. Ruang kelas bersih tapi cahaya kurang cukup. c. Ruang kelas kurang bersih tapi cahaya dan udara sehat. 27. Ketersediaan buku sumber d. Ruang kelas kurang bersih, udara dan cahaya kurang sehat. pelajaran IPS milik sekolah :
12 2
26. Kondisi ruang kelas :
a. Tersedia lebih dari satu jenis buku dengan jumlah cukup untuk setiap siswa. b. Tersedia satu jenis buku cukup untuk setiap siswa. 28. Pemilikan buku sumber IPS c. Tersedia satu jenis buku cukup untuk oleh siswa : sebagian besar siswa.
9
4
10
90
d. Tersedia satu jenis buku cukup untuk sebagian kecil siswa. e. Tidak ada buku khusus IPS . 29. Media / alat pembelajaran IPS tersedia dikelas :
bantu a. yang b. c.
d. 30. Ketersediaan perpustakaan sekolah (buku bacaan dan e. buku sumber) :
a. b. c. d. e.
a. b. c. d.
Tiap siswa memiliki lebih dari satu jenis buku IPS . Tiap siswa memiliki satu jenis buku IPS . Sebagian besar siswa minimal memiliki satu buku IPS . Sebagian kecil siswa memiliki buku IPS . Tidak ada siswa yang memiliki buku IPS .
Media pembelajaran IPS sangat lengkap. Media pembelajaran IPS lengkap. Media pembelajaran IPS kurang lengkap. Media pembelajaran IPS tidak lengkap. Tidak ada media pembelajaran IPS .
Tersedia buku bacaan dan buku sumber yang lengkap. Tersedia buku bacaan dan buku sumber walaupun kurang lengkap. Tersedia buku sumber yang lengkap. Tersedia buku sumber kurang lengkap dan belum ada perpustakaan sekolah.
Tabel 4.6 menggambarkan pandangan guru terhadap sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah, mayoritas responden menyatakan bahwa sarana dan prasarana untuk pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kurang lengkap, hal ini dapat terlihat dari pandangan guru terhadap media belajar IPS, 85% guru mengatakan bahwa media pembelajaran IPS tidak lengkap.
7 7
12 2
4
10
91
b) Keadaan Siswa Kelas 5 Siswa sebagai komponen utama dalam proses pembelajaran memegang peranan penting, sebab siswa merupakan pelaku utama dalam kegiatan pembelajaran, keberhasilan siswa menggambarkan bahwa proses pembelajaran telah berjalan dengan baik. Pandangan siswa terhadap sekolah dan terhadap proses pembelajaran IPS tergambar dari tabel di bawah ini. Siswa yang dijadikan sampel dalam uji pendahuluan ini adalah 140 orang siswa yang berasal dari 14 sekolah dari 7 gugus. Tabel 3.8 Pandangan Siswa Terhadap Sekolah
No 1
Aspek Apa yang menjadi tujuan kamu bersekolah
a. b.
c. d. 2
Jawaban Guru Sebagai kewajiban karena perintah orang tua. Supaya pandai dan bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Supaya menjadi orang yang berilmu. Mendapat banyak teman.
Menurut kamu, pergi ke sekolah a. Sangat menyenangkan tiap hari merupakan suatu yang : karena dapat ilmu dan juga teman. b. Cukup menyenangkan karena bertemu banyak teman. c. Tidak menyenangkan karena badan terasa capek. d. Tidak menyenangkan karena terlalu banyak pelajaran. e. Biasa saja yang penting dijalani.
f 9 84
47
112
4
2
23
92
Tabel 4.7 menggambarkan pandangan siswa terhadap tujuan siswa bersekolah, pada tabel ini terlihat bahwa siswa memiliki tujuan yang beragam ketika mereka bersekolah, 9 orang atau sekitar 6,4% mengatakan bahwa bersekolah itu merupakan perintah orang tua, 84 orang atau sekitar 60% bertujuan supaya pandai dan bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, 33,5% atau 47 orang supaya menjadi orang yang berilmu. Sedangkan minat siswa ke sekolah cenderung seragam jawaban siswa hal ini terlihat dari pilihan jawaban, 112 orang (80%) mengatakan bahwa bersekolah sangat menyenangkan karena dapat ilmu dan juga teman, 4 orang (2,8%) mengatakan cukup menyenangkan karena bertemu banyak teman. 2 orang (1,4%) mengatakan bahwa sekolah itu tidak menyenangkan karena badan terasa capek, 23 orang (16%) Biasa saja yang penting dijalani. Kecenderungan jawaban siswa dari pilihan 1 dan pilihan 2 cenderung menunjukan keinginan kuat untuk belajar, sehingga kondisi ini memerlukan sebuah proses pembelajaran yang baik agar tujuan yang diharapkan dari materi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat tersampaikan.
93
Tabel 3.9 Pandangan Siswa Terhadap Pembelajaran IPS
No
Aspek
Jawaban Guru
1
Apakah kamu menyukai mata pelajaran IPS
a. Tidak, karena materinya sangat banyak. b. Kurang menyukai karena penyampaiannya kurang menarik. c. Sedikit menyukai, walaupun agak menjemukan. d. Menyukai karena materinya menarik. e. Menyukai karena materinya bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. f. Sangat menyukai karena cara belajarnya menyenangkan. a. Memiliki pengetahuan yang banyak. b. Banyak cerita-cerita yang menarik. c. Jadi akrab dengan teman dan guru karena belajarnya santai. d. Sebagai bekal dalam kehidupan sehari-hari.
2
3
Menurut kamu, apa manfaat dari belajar IPS
Menurut kamu, cara belajar IPS dikelas saat ini
a. Kurang menyenangkan karena saya hanya mendengarkan guru menerangkan. b. Cukup menyenangkan karena bisa main-main dengan teman. c. Cukup menyenangkan karena gurunya baik. d. Menyenangkan karena dengan diskusi atau mengerjakan tugas kelompok.
f 2 6
7
18 65
37
103 9 10
17
11
4
17 117
94
4
5
6
Cara pembelajaran IPS yang paling kamu sukai adalah
a. Mendengarkan penjelasan guru. b. Diskusi dengan guru. c. diskusi dalam kelompok. d. Mengerjakan LKS. e. Permainan f. Mengunjungi tempat diluar sekolah.
71 6 31 14 11 7
yang sudah Apabila disuruh memilih, maka a. Seperti dilakukan oleh guru cara belajar yang kamu inginkan sekarang. adalah b. Pembelajaran dengan cara berdiskusi. c. Belajar dengan mendengarkan ceramah guru. d. Belajar dengan kerja kelompok dan diskusi. e. Guru menggunakan cara mengajar yang bervariasi
41
a. Lebih mengutamakan menambahkan pengetahuan b. Lebih mengutamakan saling menghargai teman. c. Menanamkan pengetahuan dan membentuk kepribadian siswa. d. Membiasakan bekerjasama di kelas untuk kehidupan sehari-hari.
78
Tujuan mata pelajaran IPS yang kamu harapkan
a. b. c. d.
7
Dalam melakukan penilaian, Bapak/ Ibu guru kamu melakukannya
8
Menurut kamu, bagaimana nilai a. b. hasil ulangan IPS c. d.
9
Dalam
melakukan
Setiap akhir pelajaran Setiap satu bulan sekali Jarang melakukan penilaian Tidak pernah melakukan penilaian
Sudah bagus Biasa saja. Tidak bagus. jelek.
penilaian, a. Tes tertulis bentuk uraian
12 15
40 32
14 37
10
107 12 20 1
58 77 4 1 32
95
evaluasi yang sering digunakan b. Tes tertulis bentuk pilihan oleh Bapak/ ibu guru kamu ganda adalah c. Tes lisan d. Pengamatan
10
11
48 21 39
a. Dengan ceramah dan tanya Cara yang paling tepat dalam jawab. pembelajaran IPS di sekolah b. Pemberian keteladanan dari kamu adalah dengan guru disamping pembelajaran langsung di kelas. c. Pembiasaan melalui belajar bersama dalam kelompok. d. Terserah kepada guru saja.
32
Selama ini metode yang biasa digunakan oleh guru dalam mengajarkan IPS adalah
12 32 10 56 32
a. b. c. d.
Ceramah Tanya jawab Diskusi kelompok Mencatat dari buku yang ada e. Disuruh menulis yang ada dipapan tulis
59
20 29
Sementara tabel 3.9 mengungkap proses pembelajaran yang berkembang saat ini dan harapan siswa terhadap proses pembelajaran yang baik. Angket mengungkap bahwa proses pembelajaran yang dikembangkan saat ini belum memenuhi harapan apa yang diinginkan oleh siswa, guru lebih cenderung menyampaikan pembelajaran yang pasif, siswa hanya berusaha memindahkan materi-materi yang ada dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan memindahkan dari buku dan menulis di papan tulis. 2. Deskripsi Pengembangan Draft Model Berdasarkan analisis kondisi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di atas, maka dilakukan proses pemberian perlakuan terhadap kondisi yang ada, dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar. Langkah pertama yang dilakukan
96
untuk memperbaiki kondisi tersebut adalah dengan memulai langkah-langkah sebagai berikut : a.
Perencanaan Model Untuk dapat mencapai hasil yang maksimal dalam pengembangan draft
model ini, maka prencanaan merupakan bagian yang terpenting. Perencanaan yang dipersiapkan adalah berupa Dokumen Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi yang berisi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, Silabus dan rencana pembelajaran. Perencanaan yang dipersiapkan tentu saja bepedoman pada kurikulum yang berlaku yaitu Kurikulum 2006 yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Analisis terhadap kurikulum dilakukan untuk menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) yang rencananya akan dikembangkan. Perencanaan model selalu berkaitan dengan tujuan, materi, metode, media atau sumber dan evaluasi, oleh karena itu beberapa hal tersebut harus diperhatikan bahkan karakteristik siswa sesuai dengan perkembangan siswa sebagai subjek belajarpun harus juga menjadi perhatian guru. Berbeda dengan model pembelajaran pada umumnya, dari sisi tujuan pembelajaran, model ini tidak hanya memperhatikan aspek kognitif siswa tetapi juga aspek afektif dan psikomotor. Guru sebagai perencana pembelajaran sedapat mungkin harus memperhatikan ketiga aspek tujuan pembelajaran tersebut. Di antara tujuan dari pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri,
97
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. Oleh karena itu penggunaan model pembelajaran yang dikembangkan dipandang sangat tepat yakni membiasakan anak-anak dengan berkompetisi, saling menghargai pendapat orang lain, bekerjasama, hal ini sangat sesuai dengan tujuan pemerintah tentang karakter bangsa. Seperti telah dikemukakan bahwa setelah tujuan, materi merupakan aspek yang juga harus menjadi fokus guru. Materi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sarat dengan nilai-nilai yang dikembangkan pada diri siswa untuk selanjutnya diyakini dan diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hampir semua materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat dikaitkan dengan kehidupan sosial siswa, sehingga menjadi sangat penting menanmkan nilai-nilai ini melalui proses pembelajaran. Guru sebagai perencana pembelajaran tidak akan mengalami kesulitan dalam menghubungkan materi pelajaran yang harus diberikan dengan hasil belajar sebagai bagian cara untuk mengukur keberhasilan siswa dalam belajar. Dalam model pembelajaran kooperatif dengan teknik Team Games Tournament (TGT) dapat digunakan beberapa metode pembelajaran sekaligus secara bervariasi misalnya ceramah, diskusi, kerja kelompok, tanya jawab dan lain-lain. Dari studi pendahuluan yang telah dilakukan, mayoritas siswa menginginkan agar guru tidak hanya menggunakan satu metode saja tetapi menggunakan metode yang berariasi (multi method) dalam setiap pertemuan. Hal ini dapat dipahami karena penggunaan metode tertentu saja oleh guru dapat menimbulkan kejenuhan apalagi dalam jangka waktu yang panjang. Guru dituntut untuk benar-benar kreatif dan tanggap terhadap situasi data berlangsungnya proses
98
pembelajaran. Peran guru adalah bagaimana membelajarkan siswa, guru adalah motivator, fasilitator dan manager serta perencana pembelajaran. Pada pembelajaran
konvensional
sering
terlihat
dominasi
guru
pada
proses
pembelajaran dan ini harus menjadi perhatian guru pada model pembelajaran yang dikembangkan. Model pembelajaran yang dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa ini adalah model pembelajaran kooperatif dengan teknik team games tournament (TGT). Menurut Lie (2006: 60-69), merekomendasikan beberapa tehnik pembelajaran kooperatif seperti jigsaw, STAD bercerita berpasangan, lingkaran kecil lingkaran besar, kepala bernomor dan lain-lain untuk digunakan pada semua mata pelajaran termasuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan cocok untuk semua kelas (tingkatan). Dipilihnya
pembelajaran
kooperatif Tipe TGT karena model ini dipandang sangat meningkatkan aktivitas, kreativitas, kompetisi, memunculkan sikap demokratis, saling menghargai, dengan ukuran hasil belajar siswa, karena hasil belajar ini dijadikan sebagai ukuran kognitif, afektif dan psikomotorik siswa, sehingga pembelajaran ini menjadi sangat mudah untuk dilaksanakan. Untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran, dalam model yang dikembangkan ini guru dituntut untuk dapat memanfaatkan waktu, sarana dan fasilitas
yang tersedia di sekolah baik menyangkut media maupun sumber
pembelajaran. Umumnya setiap sekolah memiliki ruang kelas dengan fasilitas standar dan didukung dengan perpustakaan yang menyediakan buku-buku bacaan dan buku-buku sumber mata pelajaran. Di beberapa sekolah bahkan siswa
99
memiliki beberapa buku pegangan dan ditunjang dengan LKS sangat mendukung pembelajaran yang dikembangkan ini. Berkaitan dengan evaluasi, penelitian ini hanya melihat dari sisi hasil belajar siswa karena dalam hasil belajar telah mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Evaluasi terhadap hasil siswa lebih menitik beratkan pada evaluasi hasil. Pelaksanaan pembelajaran dengan kerja sama dalam kelompok heterogen, akan membiasakan siswa untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi dengan saling menghargai dan berbagi peran dengan peserta lain yang sangat dibutuhkan siswa dalam kehidupan di masyarakat kelak. Selama proses pembelajaran, disamping menjadi fasilitator dan motivator yang selalu siap memberikan bimbingan dan bantuan terhadap siswa terutama yang mengalami kesulitan, guru melakukan melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa. Evaluasi juga bisa dilakukan dengan cheklist atau skala sikap yang telah dipersiapkan guru. b.
Implementasi Sebelum
dilaksanakannya
proses
pembelajaran
seperti
model
pembelajaran pada umumnya, pembelajaran kooperatif yang dikembangkan juga membutuhkan persiapan matang sebelum diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Dengan persiapan yang baik diharapkan pelaksanaan pembelajaran dapat berlangsung sebagaimana yang diharapkan. Beberapa persiapan yang harus dilakuka oleh guru tersebut antara lain ; perangkat pembelajaran, pembentukan kelompok kooperatif, pengaturan tempat duduk dan kerja kelompok. Sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran, guru harus mempersiapkan perangkat pembelajaran meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku
100
pegangan siswa dan kartu soal beserta lembar jawabannya. Rencana Pembelajaran merupakan penjabaran dari silabus, dimana di dalam silabus tersebut telah terdapat rumusan tentang standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok pembelajaran, indikator, media serta evaluasi secara umum. Persiapan berikutnya adalah pembentukan kelompok. Pembentukan kelompok harus memperhatikan heterogenitas siswa bahkan bila memungkinkan pembagian kelompok memperhatikan kemampuan akademis, ras, agama, jenis kelamin, latar belakang ekonomi serta sosial budayanya. Apabila ternyata dalam kelas terdiri atas ras dan latar belakang yang relatif sama maka pembentukan kelompok didasarkan pada kemampuan akademis siswa. Hal ini menjadi perhatian guru dan peneliti sebelum pelaksanaan pembelajaran supaya pada pelaksanaan pembelajaran sesungguhnya waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk kegiatan pembelajaran. Hal lain yang juga penting untuk dipersiapkan adalah pengaturan tempat duduk. Dalam pembelajaran kooperatif tempat duduk harus diatur sedemikian rupa, pengaturan tempat duduk yang baik akan menunjang tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pengaturan tempat duduk hendaknya dilakukan seefektif mungkin dan guru harus mempersiapkan sebelumnya bagaimana posisi tempat duduk siswa tersebut sehingga pada saat pelaksanaan terutama pada tahap awal pengenalan model, waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan baik. Untuk menghindari terjadinya kendala atau hambatan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran kooperatif yang dikembangkan ini, perlu terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama dalam kelompok. Latihan ini dilakukan dengan tujuan agar masing-masing anggota kelompok lebih mengenal antara individu yang satu
101
dengan yang lainnya dan lebih familiar dengan model pembelajaran yang dikembangkan sehingga proses pembelajaran akan berjalan sebagaimana mestinya. Setelah beberapa hal tersebut diatas dipersiapkan dengan baik, pelaksanaan pembelajaran yang sesungguhnya dapat dilaksanakan. Dalam proses pembelajaran yang dilangsungkan, sekalipun peran guru hanya sebagai fasilitator dan motivator tetapi sangat menentukan keberhasilan dalam pembelajaran. Guru harus selalu melakukan pengamatan terhadap proses kerjasama siswa dalam kelompok dan selalu siap memberikan bantuan dan bimbingan baik kepada individu ataupun kelompok yang membutuhkan. Selain memberikan bantuan dan bimbingan, guru juga melakukan observasi terutama terhadap aktivitas siswa. Sebagaimana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada umumnya, model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan ini terdiri atas tiga langkah pokok yaitu ; a) kegiatan pembukaan, b) kegiatan Inti dan, c) kegiatan penutup.
Kegiatan
pembukaan
didahului
dengan
penyampaian
tujuan
pembelajaran bahwa pembelajaran yang dilakukan tidak semata-mata mentransfer pengetahuan Ilmu Pengetahuan, tetapi hal penting yang harus dikembangkan selama proses kooperatif adalah bagaimana keberhasilan dalam proses pembelajaran yang merupakan bagian terpenting yang harus dimiliki oleh setiap anak. Diantara keterampilan tersebut adalah ketermpilan
bekerjasama dan
komunikasi. Pengembangan materi ini sangat sesuai dengan materi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang sedang mereka pelajari saat dilaksanakannya pengembangan model. Sebagai motivasi siswa, guru juga perlu menyampaikan bahwa pada akhir pertemuan akan ada reward kepada individu atau kelompok
102
terbaik. Dengan penyampaian tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi tahap pembukaan ini siswa akan lebih siap dan terkondisi untuk belajar. Kegiatan inti yaitu proses pembelajaran kooperatif dengan menggunakan berbagai metode yang dipandang dapat mengaktifkan individu dan kelompok. metode pembelajaran yang digunakan antara lain; kerja kelompok, diskusi kelompok, presentasi, tanya jawab dan lain-lain. Kegiatan akhir atau penutup merupakan kegiatan guru untuk membuat kesimpulan atau rangkuman dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru membuat kesimpulan materi pelajaran yang telah dipelajari secara kooperatif dan pemberian reward kepada siswa dan kelompok yang telah mendapat nilai terbaik, reward atau penghargaan ini akan sangat mendorong siswa untuk terus berprestasi. c.
Evaluasi dan Revisi Model Kegiatan ini merupakan kegiatan akhir dari pengembangan model.
Evaluasi dilakukan dari setiap kali ujicoba melalui observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran oleh peneliti sebagia observer untuk selanjutnya didiskusikan dengan guru. Melalui diskusi secara intensif dengan guru sebagai pelaksana pembelajaran akan ditemukan kendala-kendala atau masalah-masalah. Kendala atau masalah ini menjadi masukan penting untuk memperbaiki model yang akan dikembangkan. Evaluasi dilakukan tidak hanya pada implementasi saja tetapi juga pada rencana
pembelajaran.
RPP
yang
telah
diperbaiki
dan
disempurnakan
dipersiapkan untuk diimplementasikan pada pertemuan berikutnya. Dari satu
103
ujicoba ke ujicoba lainnya selalu diadakan evaluasi dan revisi model sehingga diperoleh model final. Didasarkan pada hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan terhadap 14
sekolah
dengan
memperhatikan
kajian
literature
yang
mendukung
dikembangkannya model ini yaitu konsep pembelajaran kooperatif, karakteristik dengan tujuan akhir yaitu meningkatkan hasil pembelajaran. 3. Deskripsi Hasil Uji Coba Model Terbatas Sesuai dengan tujuan awal bahwa penelitian dan pengembangan ini dilakukan untuk memodifikasi model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)) dengan tujuan akhir yaitu ingin meningkatkan hasil belajar siswa. Proses pelaksanaan penelitian dan pengembangan dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah model Classrom Action Research (CAR). Pada uji coba terbatas dilakukan beberapa siklus dan setiap siklus terdiri dari empat tahap yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pada tahap-tahap berikutnya yaitu uji coba model secara luas, penelitian ini juga menggunakan siklus dengan mengambil sampel satu kelas dari tiga sekolah yaitu Sekolah yang dikategorikan baik, sedang dan kurang. Dari hasil studi pendahuluan, diketahui bahwa guru-guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang dijadikan sampel dalam studi pendahuluan, belum sepenuhnya memiliki pemahaman yang memadai tentang model pembelajaran yang akan dikembangkan, hal ini terungkap dari pernyataan siswa yang disebar melalui angket mengungkapkan bahwa proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial selama ini masih menggunakan pola pembelajaran pasif, siswa hanya menulis dan memindahkan materi pelajaran dari buku dan menulis
104
dari papan tulis, sehingga hasil belajar yang dinginkan sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang tetapkan belum tercapai secara maksimal. Agar proses pelaksanaan penelitian pada uji coba terbatas maupun uji coba lebih luas dapat berjalan dengan baik, maka peneliti melakukan diskusi dengan guru-guru tentang proses pelaksanaan pembelajaran terutama mengenai perencanaan model dan implementasinya dalam kelas. Merujuk pada silabus mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagaimana dapat dilihat pada lampiran. Maka disusunlah draft model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang akan dikembangkan untuk meningkatkan Hasil Belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan sosial siswa Sekolah Dasar. A. Uji Coba Model Terbatas Siklus Pertama 1. Perencanaan Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Satuan Pendidikan
: SDN 02 Margajaya
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas / Semester
: V / Ganjil
Waktu
: 3 x 35 menit ( 1 x Pertemuan )
a.
Tujuan 1. Standar Kompetensi Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional
pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan
alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia 2. Kompetensi Dasar Mengenal makna peninggalan-peninggalan sejarah yang berskala nasional dari masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia
105
3. .Indikator -
Menjelaskan perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia.
-
Menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia.
-
Mendeskripsikan benda-benda peninggalan sejarah (candi) masa Hindu-Buddha di Indonesia
b. Model Pembelajaran Pembelajaran kooperatif tipe TGT ( Teams Games Tournament) c.
Sumber dan Alat Pembelajaran 1. Sumber
:
Teguh Sihono, dkk.
2004.
Bimbingan Pembelajaran
Pengetahuan Sosial 6. Surakarta : Mediatama 2. Buku IPS BSE 3. Alat Pembelajaran : Buku Paket, Kartu-kartu soal, dan kartu jawaban d. Kegiatan Pembelajaran 1. Pendahuluan (+ 15 menit) -
Apersepsi dan Motivasi
-
Guru membagi
siswa
menjadi
5
kelompok
dengan
anggota
masing-masing kelompok 5 – 6 orang siswa. 2
Memberikan soal preetest
Kegiatan Inti (+ 65 menit) -
Meminta siswa untuk bergabung dengan kelompok masing-masing dan mengingatkan tentang keterampilan kooperatif ( Fase 1 )
-
Menyuruh siswa melakukan kegiatan membahas topik-topik pada tiap kelompok ( Fase 2)
106
-
Guru membimbing tiap-tiap kelompok dalam melaksanakan tugas masing-masing (Fase 3)
-
Guru memastikan bahwa seluruh kelompok telah selesai melakukan pembahasan topiknya masing-masing (Fase 4)
-
Guru meminta perwakilan kelompok untuk membacakan hasil kelompok masing-masing (Fase 5)
-
Guru
memberikan
pertanyan
pada
kelompok
dengan
jumlah
pertanyaan sebanyak 10 item -
Setelah
selesai,
juara
masing-masing
kelompok
mewakili
kelompoknya untuk bertanding dengan kelompok lain -
Guru memberikan pertanyaan kepada juara-juara kelompok untuk menentukan kelompok mana yang terbaik.
3. Penutup Siswa menyimpulkan hasil evaluasi e.
Evaluasi (25 Menit) Guru menilai proses kegiatan siswa dalam diskusi kelompok dengan : -
Tes Pilihan Ganda
2. EVALUASI DAN REFLEKSI UJI COBA TERBATAS PERTAMA Proses pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama masih terlihat belum terorganisir dengan baik. Guru masih kaku dan masih terfokus pada kalimat-kalimat yang dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sehingga kreatifitas guru dalam penyampaian materi ajar masih kaku. Hal ini kemungkinan karena guru belum terbiasa dengan model pembelajaran yang akan dikembangkan.
107
Penyampaian tujuan pembelajaran dan motivasi yang diberikan guru pada awal pembelajaran telah memberikan pengalaman baru bagi siswa, sebab proses pembelajaran yang akan berlangsung berbeda dengan pembelajaran yang biasa dilakukan. Pada saat tahap kerja kelompok mulai berlangsung tampak sebagian dari anggota kelompok kebingungan dan cenderung menunggu karena belum terbiasa. Walaupun ada sebagian siswa yang lain sudah dapat menyesuaikan diri dan mengambil inisiatif serta mengajak teman-temannya yang lain untuk segera mungkin bekerja dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, pembagian tugas yang telah diberikan kepada anggota kelompoknya masih belum berjalan dengan maksimal, hal ini disebabkan siswa masih belum paham dan terbiasa dengan pembelajaran sebelumnya, dimana guru masih memegang kendali penuh proses pembelajaran. Begitupun ketika penyampaian presentasi hasil kerja kelompok, tampak siswa masih malu-malu untuk mengajukan pertanyaan atau memberikan tanggapan. Diskusi masih didominasi oleh beberapa siswa. Selama pelaksanaan pembelajaran terutama pada saat siswa bekerja sama dalam kelompok, guru juga belum secara aktif memberikan bimbingan terhadap siswa atau kelompok yang membutuhkan. Sepanjang proses pembelajaran, guru sekali-kali mendominasi kegiatan dengan langsung mengambil alih pembicaraan tanpa memberikan kesempatan terlebih dahulu pada siswa, baik secara individu maupun kelompok sehingga peran guru sebagai fasilitator belum terlihat. Siswa dan guru walaupun tampak mengikuti dan menikmati setiap tahapan dari model pembelajaran yang dikembangkan, tapi belum berjalan sesuai alokasi waktu yang direncanakan.
108
Dalam permainan kelompok, siswa sepertinya belum terbiasa mengikuti proses
pembelajaran,
sehingga
pertandingan
kelompok
(Team
Games
Tournament) belum berjalan dengan maksimal, guru juga belum sepenuhnya menguasai proses pembelajaran ini Untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan selama proses pembelajaran, peneliti yang menjadi observer melakukan diskusi dengan guru terutama tentang pelaksanaan uji coba yang pertama, Evaluasi meliputi evaluasi terhadap rancangan pembelajaran dan evaluasi terhadap implementasinya. Beberapa masukan diberikan kepada guru terutama penegasan kembali tentang langkahlangkah pembelajaran kooperatif. Ditegaskan kembali kepada guru bahwa peran guru dalam pembelajaran model yang dikembangkan adalah sebagai motivator dan fasilitator, bukan mengajar yang hanya mentransfer ilmu tetapi lebih kepada membelajarkan siswa dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di dalam ruang kelas secara maksimal. Bagaimana guru memfasilitasi siswa agar siswa belajar dengan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif tentunya. Perbaikan terhadap pelaksanaan uji coba yang pertama kali ini lebih banyak kepada implementasi pembelajaran, yaitu tehadap kinerja guru dan siswa. Sedangkan dari rancangan pembelajaran tidak mengalami perubahan. Berdasarkan catatan tersebut di atas, secara umum dapat disimpulkan bahwa pada pelaksanaan uji coba pertama ini baik guru maupun siswa masih dalam tarap penyesuaian dengan model yang dikembangkan. Sekalipun bentuk model kooperatif yang dikembangkan ini sederhana tetapi memerlukan pemahaman
terhadap
konsep
pembelajaran
secara
umum
menyangkut
karakteristik, langkah-langkah tujuan pembelajaran yang diinginkan. Guru belum
109
dapat melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Waktu yang tersedia yaitu tiga jam pembelajaran belum terkelola dengan baik. Sebagian siswa baru sebatas mengikuti setiap prosedur pembelajaran sebagai bagian keharusan yang diberikan guru. Siswa belum memiliki pemahaman akan sasaran pembelajaran sehingga setiap prosedur pembelajaran belum secara maksimal dimanfaatkan untuk mengembangkan hasil belajar mereka. Sebagai umpan balik dari hasil evaluasi tersebut, dikemukakan hal-hal berikut : 1.
Diberikan pemahaman kembali tentang konsep pembelajaran kooperatif yang dikembangkan terutama prosedur atau langkah-langkah pembelajaran. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, pemberian motivasi dan cara kerja kelompok, dalam diskusi kelompok maupun game yang dapat mengaktifkan setiap anggota kelompok.
2.
Berkaitan dengan rencana pembelajaran, agar hasil belajar siswa lebih berkembang, pada kegiatan inti setelah diskusi kelompok dilanjutkan dengan presentasi
kelompok
pertandingan
yang
kelompok
ditunjuk.
yang
Kemudian
merupakan
dilanjutkan
wakil-wakil
dengan
terbaik
dari
kelompoknya. 3.
Untuk mengefektifkan waktu yang tersedia, pembagian kelompok dilakukan oleh guru seminggu sebelum pelaksanaan pembelajaran. Demikian juga dengan tugas kelompok, agar siswa lebih siap mengikuti proses pembelajaran, maka tugas kelompok diberikan bersamaan saat pembagian kelompok.
110
B. Uji Coba Model Terbatas Kedua 1.
Perencanaan Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Satuan Pendidikan
: SDN 02 Margajaya
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas / Semester
: V / Ganjil
Waktu
: 9 x 35 menit ( 3 x Pertemuan )
a.
Tujuan 1. Standar Kompetensi Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional
pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan
alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia 2. Kompetensi Dasar Mengenal makna peninggalan-peninggalan sejarah yang berskala nasional dari masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia 3. .Indikator -
Menjelaskan perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia.
-
Menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia.
-
Mendeskripsikan benda-benda peninggalan sejarah (candi) masa Hindu-Buddha di Indonesia
b. Model Pembelajaran Pembelajaran kooperatif tipe TGT ( Teams Games Tournament)
111
c.
Sumber dan Alat Pembelajaran 4. Sumber
:
Teguh Sihono, dkk.
2004.
Bimbingan Pembelajaran
Pengetahuan Sosial 6. Surakarta : Mediatama 5. Buku IPS BSE 6. Alat Pembelajaran : Buku Paket, Kartu-kartu soal, dan kartu jawaban d. Kegiatan Pembelajaran (Indikator kedua) 1.
Pendahuluan (+ 15 menit) -
Apersepsi dan Motivasi
-
Guru membagi
siswa
menjadi
5
kelompok
dengan
anggota
masing-masing kelompok 5 – 6 orang siswa. 2.
Memberikan soal preetest Kegiatan Inti (+ 65 menit)
-
Meminta siswa untuk bergabung dengan kelompok masing-masing dan mengingatkan tentang keterampilan kooperatif ( Fase 1 )
-
Menyuruh siswa melakukan kegiatan membahas topik-topik pada tiap kelompok ( Fase 2)
-
Guru membimbing tiap-tiap kelompok dalam melaksanakan tugas masing-masing (Fase 3)
-
Guru memastikan bahwa seluruh kelompok telah selesai melakukan pembahasan topiknya masing-masing (Fase 4)
-
Guru meminta perwakilan kelompok untuk membacakan hasil kelompok masing-masing (Fase 5)
-
Guru
memberikan
pertanyan
pertanyaan sebanyak 10 item
pada
kelompok
dengan
jumlah
112
-
Setelah
selesai,
juara
masing-masing
kelompok
mewakili
kelompoknya untuk bertanding dengan kelompok lain -
Guru memberikan pertanyaan kepada juara-juara kelompok untuk menentukan kelompok mana yang terbaik.
3.
Penutup Siswa menyimpulkan hasil evaluasi
4. Evaluasi (25 Menit) Guru menilai proses kegiatan siswa dalam diskusi kelompok dengan : 2.
Tes Pilihan Ganda EVALUASI DAN REFLEKSI UJI COBA TERBATAS KEDUA Pada uji coba terbatas kedua, proses pembelajaran sudah mulai ada
perubahan, baik dari guru maupun siswa, hal ini kemungkinan karena siswa mulai memahami proses pembelajaran serta langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan. Dalam proses diskusipun siswa sudah mulai ada perubahan, terutama dalam pembagian tugas kelompok, siswa sudah mulai memahami tugasnya masing-masing. Yang paling menonjol adalah pada saat game antar kelompok, siswa mulai berani adu argumentasi dengan kelompok lain. Bahkan ada kelompok yang membuat yel-yelnya untuk menjatuhkan kelompok lain, nuansa game sudah mulai terlihat. Setelah pelaksanaan uji coba terbatas siklus kedua selesai, peneliti kembali melakukan diskusi dengan guru untuk mengevaluasi pelaksanaan uji coba yang sudah
dilakukan.
Evaluasi
meliputi
evaluasi
terhadap
rancangan
pembelajaran dan implementasinya. Masukan diberikan kepada guru terutama
113
penegasan kembali tentang langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif. Perbaikan terhadap pelaksanaan uji coba siklus kedua ini lebih banyak pada implementasi pembelajarannya, yaitu terhadap guru dan siswa. Sedangkan dari rancangan
pembelajaran
hanya
dilakukan
modifikasi
terhadap
prosedur
pembelajaran yaitu pada kegiatan inti dengan mengurangi jumlah pertanyaan untuk menjaring siswa terbaik dari kelompoknya menjadi 5 pertanyaan, hal ini dilakukan karena waktu untuk sepuluh petanyaan terlalu lama. Demikian juga pada kegiatan akhir yaitu pembuatan kesimpulan, guru diharapkan tetap melibatkan siswa. Pada siklus ini proses pengambilan kesimpulan masih didominasi oleh guru, siswa hanya mengikuti saja. Masukan – masukan ini dilakukan untuk memperbaiki siklus berikutnya, sebab pada siklus ini masih banyak kekurangan. Secara umum pelaksanaan pembelajaran pada siklus kedua telah berjalan dengan baik dan sudah mengarah pada pembelajaran kooperatif yang dikembangkan. Dalam proses kegiatan belajar dalam kelompok, siswa sudah menampakkan kerjasamanya, ditunjukan dengan saling membantu menguasai materi yang dipelajari dan mempersiapkan bahan presentasi dengan tanya jawab. Sebagian besar siswa sudah terlihat lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan dan memberikan tanggapan dari presentasi kelompok lain pada saat dilakukannya diskusi kelas. Suasana belajar semakin dinamis dan menyenangkan, kondisi belajar yang demikian hampir terjadi dari awal sampai akhir kagiatan pembelajaran. Guru sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif dan menjalankan perannya sebagai fasilitator dan
114
motivator dengan terlihat aktif memberikan bantuan dan bimbingan terhadap kelompok yang membutuhkan. Memperhatikan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan uji coba terbatas siklus kedua tersebut, maka diberikan refleksi dan sekaligus perbaikan terhadap rencana pembelajaran maupun pelaksanaan pembelajaran untuk uji coba ketiga sebagai berikut : 1.
Diberikan pemantapan kembali terhadap pemahaman teori dan konsep pembelajaran kooperatif yang dikembangkan terutama prosedur atau langkahlangkah pembelajaran serta metode yang digunakan.
2.
Guru menyampaikan cara kerja kelompok, dalam diskusi kelompok maupun dalam diskusi kelas yang dapat mengaktifkan setiap anggota kelompok.
3.
Penyampaian tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi pada kegiatan awal serta pemberian reward atau penghargaan pada kegiatan akhir harus terus dilakukan setiap pelaksanaan pembelajaran dan menjadi ciri penting dari model kooperatif ini.
4.
Pengelolaan waktu yang baik akan semakin meningkatkan keberhasilan proses pembelajaran. Guru harus konsisten terhadap waktu yang telah direncanakan.
5.
Untuk mengefektifkan waktu yang tersedia, pembagian tugas kelompok (materi yang akan dibahas) diberikan pada akhir pembelajaran sebelumnya sehingga kelompok lebih siap mengikuti proses pembelajaran.
115
C. Uji Coba Model Terbatas Kedua 1. Perencanaan Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Satuan Pendidikan
: SDN 02 Margajaya
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas / Semester
: V / Ganjil
Waktu
: 9 x 35 menit ( 3 x Pertemuan )
a.
Tujuan 1. Standar Kompetensi Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional
pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan
alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia 2. Kompetensi Dasar Mengenal makna peninggalan-peninggalan sejarah yang berskala nasional dari masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia 3. .Indikator -
Menjelaskan perkembangan agama dan kebudayaan islam di Indonesia.
-
Menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan kerajaan islam di Indonesia.
-
Mendeskripsikan benda-benda peninggalan sejarah
masa islam di
Indonesia b.
Model Pembelajaran Pembelajaran kooperatif tipe TGT ( Teams Games Tournament)
c.
Sumber dan Alat Pembelajaran 1.
Sumber
:
Teguh Sihono, dkk.
2004.
Pengetahuan Sosial 6. Surakarta : Mediatama
Bimbingan Pembelajaran
116
d.
2.
Buku IPS BSE
3.
Alat Pembelajaran : Buku Paket, Kartu-kartu soal, dan kartu jawaban
Kegiatan Pembelajaran (Indakator ketiga) 1.
Pendahuluan (+ 5 menit) -
Apersepsi dan Motivasi
-
Guru membagi
siswa
menjadi
5
kelompok
dengan
anggota
masing-masing kelompok 5 – 6 orang siswa. 2.
Memberikan soal preetest Kegiatan Inti (+ 75 menit)
-
Meminta siswa untuk bergabung dengan kelompok masing-masing dan mengingatkan tentang keterampilan kooperatif ( Fase 1 )
-
Menyuruh siswa melakukan kegiatan membahas topik-topik pada tiap kelompok ( Fase 2)
-
Guru membimbing tiap-tiap kelompok dalam melaksanakan tugas masing-masing (Fase 3)
-
Guru memastikan bahwa seluruh kelompok telah selesai melakukan pembahasan topiknya masing-masing (Fase 4)
-
Guru meminta perwakilan kelompok untuk membacakan hasil kelompok masing-masing (Fase 5)
-
Guru
memberikan
pertanyan
pada
kelompok
dengan
jumlah
pertanyaan sebanyak 10 item -
Setelah
selesai,
juara
masing-masing
kelompok
mewakili
kelompoknya untuk bertanding dengan kelompok lain -
Guru memberikan pertanyaan kepada juara-juara kelompok untuk menentukan kelompok mana yang terbaik.
117
3.
Penutup Siswa menyimpulkan hasil evaluasi
e.
Evaluasi (25 Menit) Guru menilai proses kegiatan siswa dalam diskusi kelompok dengan : -
Tes Pilihan Ganda
2. EVALUASI DAN REFLEKSI UJI COBA TERBATAS KETIGA Proses pelaksanaan uji coba terbatas ketiga telah berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan. Langkah-langkah dan prosedur pembelajaran yang telah ditetapkan sudah sesuai dengan karakteristik pembelajaran kooperatif, guru telah dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik. Secara keseluruhan siswa telah terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Guru telah menjalankan perannya sebagai fasilitator dan motivator pembelajaran dengan baik dan kinerja guru tampak lebih profesional. Selain melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran, guru juga memberikan bantuan dan bimbingan terhadap siswa yang mengalami kesulitan sepanjang pembelajaran. Siswa secara umum bahkan hampir merata telah berusaha memanfaatkan setiap prosedur pembelajaran terutama pada saat diskusi kelompok Pada saat pertandingan kelompok siswapun semakin antusias ingin menjadi yang terbaik dalam kelompoknya serta ingin kelompoknya beda dengan yang lain, hal ini menunjukkan perkembangan yang positif, bahkan beberapa anggota kelompok ada yang menangis ketika kelompoknya kalah, terutama ketika terjadi seri (draw) dalam penilaian dan penentuan siapa maju mewakili kelompoknya.
118
Ada beberapa catatan penting selama proses pembelajaran uji coba terbatas ketiga : 1.
Siswa telah dapat menyesuaikan diri dengan model yang dikembangkan dan secara umum pembelajaran telah sesuai dengan yang direncanakan. Aktifitas siswa dalam proses pembelajaran sudah mengarah kepada pembelajaran kooperatif.
2.
Sebagian siswa sudah mampu membangun kerja sama dalam tim dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan guru.
3.
Terjadi peningkatan aktifitas belajar siswa dari siklus pertama, kedua dan ketiga ditunjukkan dengan partisipasi sepanjang pelaksanaan pembelajaran terutama pada saat diskusi kelompok, nuansa bekerja sudah sangat tampak, hal ini membuat sedikit bangga bagi peneliti, karena model yang akan dikembangkan sudah berjalan sesuai dengan rencana
4.
Dalam uji coba terbatas siklus ketiga, guru telah menunjukkan perannya sebagai fasilitator dan motivator, guru bertahap telah mampu menciptakan suasana pembelajaran kooperatif dengan baik.
5.
Sampai pada siklus ketiga, pembelajaran kooperatif tipe TGT yang dikembangkan sudah berjalan sebagaimana yang diharapkan dan siap diuji cobakan pada skala yang lebih luas. d. Hasil Team Games Tournament Sesuai dengan karakteristik dari pembelajaran kooperatif, maka
pertandingan antar team menjadi bagian terpenting dari pembelajaran ini. Setiap team yang berhasil menjadi yang terbaik akan mendapat penghargaan. Pertanyaan – pertanyaan yang diberikan kepada kelompok oleh guru menjadi dasar
119
pertimbangan penentuan tim terbaik dan mendapatkan sertifikat. Proses Team games Tournament akan dihitung pada setiap siklus. Dari 10 pertanyaan yang diberikan kepada siswa, akan diberikan skor 10, sehingga skor maksimal yang dimiliki oleh siswa adalah 100, nilai ini menjadi nilai point pada pertandingan kelompok. Setiap skor akan dikalikan 10. Tabel 3.10. Ketentuan skor perkembangan pada evaluasi model pembelajaran kooperatif Keterangan Skor No 1. 10 100 poin 2.
20
200 poin
3.
30
300 poin
4.
40
400 poin
5.
50
500 poin
6.
60
600 poin
7.
70
700 poin
8.
80
800 poin
9.
90
900 poin
10
100
1000 poin
Skor kelompok diperoleh dengan cara mencari nilai rata-rata skor perkembangan yang diperoleh oleh masing-masing anggota. Tiap-tiap tim akan memperoleh penghargaan yang diperoleh oleh masing-masing anggota. Tiap-tiap tim akan memperoleh penghargaan sesuai dengan skor kelompok yang diperolehnya. Tabel 3.11. Ketentuan penghargaan kelompok pada model pembelajaran kooperatif Skor rata-rata tim Penghargaan Kurang dari 500 poin Tim Standar 500 poin – 600 poin Tim Baik 700 poin – 800 poin Tim Hebat Lebih dari 900 poin Tim Super
120
Hasil pertandingan tim dapat dilihat pada tabel berikut ini, tabel ini diambil dari siklus 3, siklus 1 sampai 2 akan ditampilkan pada lampiran : TABEL. 3.12 DAFTAR NILAI DAN HASIL PEROLEHAN POIN TURNAMEN Kelompok
Nama
A
Skor
Keterangan
40 Sony Sanjaya 70
Wakil Kelompok
Nana Mulyana 50 Sri Depi 60 Ahmad 60 Aldiansyah B
90
Wakil Kelompok
Egi Dermawan 60 Saepur rohman 70 Agus Wahyudin 70 Yoga Suharyana 70 Aji Firdaus Anugrah 50 Amelia fajrianti C
60 Anton 80 Anwar 70 Ari Nugraha 60 Arip fahmi Nurdin 70 Badri 80 Delvi Ruhaeni. J
Wakil Kel. Draw (ditambah 1 pertanyaan)
121
D
80
Wakil Kelompok
Dinda Praptiwi 60 Eldin Janjani 70 Epa Farida 50 Eris Septiani 50 Haerudin E
50 Herlan 70 Ira Lil Hawa 60 Jayadi 80 M. Irfan. H.A 90
Wakil Kelompok
90
Wakil Kelompok
Mia Utari F Mita Agustin 80 M. Rangga Permana 70 M. Rijal 50 M. Ripaldi 50 Nuriah
TABEL. 3.13 DAFTAR NILAI DAN HASIL PEROLEHAN POIN TURNAMEN KELOMPOK Kelompok
Nama
A
Skor
Keterangan
70
Tim Hebat
80
Tim Hebat
70
Tim Hebat
Nana Mulyana B Egi Dermawan C Delvi Ruhaeni. J
122
D
80
Tim Hebat
70
Tim Hebat
90
Tim Super
Dinda Praptiwi E Mia Utari F Mita Agustin
4. Deskripsi Uji Coba Model Secara Luas Setelah model yang dikembangkan melalui uji coba terbatas dengan proses siklus teruji dengan baik, maka langkah selanjutnya yaitu dilakukan uji coba secara luas, hal ini dilakukan untuk menguji apakah model ini dapat dikembangkan atau tidak ditempat lain. Uji coba luas dilakukan setelah didapatkan model final sementara yang dihasilkan dari serangkaian kegiatan uji coba terbatas sebanyak tiga kali uji coba. Uji coba secara luas dilakukan pada tiga Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Cimarga yaitu 1). SDN 1 Margajaya, 2). SDN 1 Cimarga, dan 3). SDN 2 Cimarga. Untuk mematangkan uji coba secara luas, dilakukan serangkaian pertemuan dengan guru-guru yang akan dijadikan lokasi penelitian. Dalam pertemuan
tersebut
dijelaskan
tentang model
pembelajaran
yang
akan
dikembangkan, konsep, prinsip, karakter model, tujuan atau sasaran yang diinginkan, langkah-langkah, dan temuan-temuan dilapangan selama dilakukan uji coba terbatas baik menyangkut rencana pembelajaran maupun implementasi model, menyangkut guru sebagai pelaksana pembelajaran maupun siswa objek penelitian. Setelah benar-benar siap, ditetapkan kelas yang akan dijadikan uji coba dan ditentukan jadwal pelaksanaan uji coba.
123
a. Uji Coba Model Di SDN 1 Margajaya Sekolah yang dijadikan objek Uji coba secara luas adalah SDN 1 Margajaya, sekolah ini merupakan satu komplek dengan SDN 2 Margajaya yang dijadikan sebagai uji coba terbatas. Sekolah ini berdasarkan penilaian masyarakat termasuk ke dalam kategori sekolah baik, hal ini terlihat dari penunjukan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak bahwa SDN 1 Margajaya dijadikan sebagai sekolah Rintisan Sekolah Standar Nasional (RSSN). Suasana sekolah yang nyaman dan asri karena di sekeliling halaman tumbuh pohon-pohon Angsana yang membuat sekolah ini sejuk dan nyaman. Lokasi yang berdekatan dengan kantor UPT (Unit Pelaksana Teknis) Dinas Pendidikan sangan memungkinkan sekolah ini ditata dengan rapi Bangunan gedung sekolah tertata lebih rapi dan terencana serta memiliki areal yang cukup luas. Jumlah siswanya pun relative sesuai dengan Standar Nasional (SSN) yaitu berjumlah 28 orang Guru yang juga sudah senior dengan masa kerja lebih dari 20 tahun menjadi kendala tersendiri bagi peneliti. Setelah dilakukan pertemuan dan dilakukan diskusi beberapa kali serta diberikan bahan-bahan tentang konsep pembelajaran kooperatif, guru dapat memahami tujuan penelitian yang diinginkan. Pada uji coba luas pertama, suasana pembelajaran belum sebagaimana yang diharapkan. Suasana gaduh terutama pada saat pembagian kelompok dan penyusunan meja belajar (pengkondisian kelas). Proses pembelajaran pada pertemuan pertama belum berjalan dengan baik. Waktu yang tersedia belum dapat dikelola dengan baik. Sebagian anak berusaha untuk mengikuti setiap prosedur pembelajaran dengan baik, sedangkan sebagian
124
yang lain cenderung menunggu instruksi guru. Demikian juga pada saat dilaksanakan diskusi kelompok, siswa masih belum paham sepenuhnya tentang proses pembelajaran yang dikembangkan, walaupun sebelumnya guru kelas 5 telah diberikan pemahaman tentang pembelajaran kooperatif tipe TGT. Diawali dengan pembagian kelompok, kemudian siswa diberikan materi diskusi dilanjutkan dengan presentasi hasil diskusi kelompok. Setelah itu siswa dilakukan pembahasan bersama guru. Setelah pembahasan selesai, guru memberikan 10 item pertanyaan dengan tujuan untuk mencari wakil kelompok. Uji coba luas pertama diakhiri dengan diskusi antara peneliti dengan guru untuk mengevaluasi pelaksanaan pambelajaran yang sudah dilakukan. Beberapa masukan untuk perbaikan pada siklus berikutnya diberikan, diantaranya pemberian motivasi agar semua siswa dapat terlibat secara lebih aktif dalam pembelajaran, guru lebih intensif memberikan bimbingan kepada individu atau kelompok yang kesulitan, pengelolaan waktu dengan baik dan pemberian reward pada akhir pembelajaran kepada kelompok dan individu terbaik. Pelaksanaan uji coba kedua sudah mengarah kepada pembelajaran kooperatif Yang diinginkan. Dalam proses belajar dalam kelompok, siswa sudah menampakkan kerjasamanya dengan baik, ditunjukan dengan saling membantu menguasai materi yang dipelajari dan mempersiapkan bahan presentasi dengan tanya jawab. Sebagian besar siswa merasa termotivasi untuk terlibat lebih aktif dengan mengajukan pertanyaan dan memberikan tanggapan dari presentasi kelompok lain pada saat diskusi kelas. Suasana belajar yang efektif dan menyenangkan mulai tercipta.
125
Pada uji coba luas siklus ketiga, siswa telah dapat mengikuti prosedur pembelajaran dengan baik. Aktifitas siswa dalam proses pembelajaran sudah sesuai dengan apa yang direncanakan dalam rencana pembelajaran. Pada saat diskusi kelompok, siswa secara aktif bekerjasama dan saling membantu mempelajari materi yang diberikan guru. Siswa mampu membangun kerjasama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam mengerjakan tugas kelompok dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa sudah mulai mampu mempresentasikan hasil kerja dengan baik. Guru secara intensif memberikan bimbingan dan bantuan terhadap siswa yang membutuhkan atau siswa yang mengalami kesulitan. Secara umum pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TGT yang dikembangkan sudah berlangsung dengan baik. b. Uji Coba Model Luas Di SDN 1 Cimarga Sekolah Dasar Negeri I Cimarga terletak Kp. Jampang Desa Cimarga Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak merupakan Sekolah Dasar binaan UNICEF. Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah ini lengkap, sementara jumlah siswa tiap kelas terbilang gemuk dibanding dengan SDN 1 Margajaya, di SDN 1 Cimarga berjumlah 35 orang perkelas. Setelah penentuan jadwal, dilakukan untuk uji coba pertama. Guru pelaksana pembelajaran adalah guru yang juga sebagai guru pada uji coba terbatas, sehingga pada saat dilaksanakannya uji coba tidak mengalami hambatan. Pada uji coba pertama di sekolah yang dikategorikan sedang ini sebagaimana uji coba pertama di sekolah lain, rata-rata siswa masih dalam tarap adaptasi dengan model pembelajaran yang dikembangkan. Selama proses pembelajaran secara
126
kelompok kooperatif terutama pada saat diskusi kelompok, suasana pembelajaran yang dinamis mulai terlihat. Guru yang sudah memiliki pengalaman pada uji coba terbatas dengan mudah dapat mengarahkan pembelajaran sesuai dengan prosedur pembelajaran yang direncanakan. Penekanan sasaran pada pengembangan hasil belajar anak sudah dilakukan sejak awal pembelajaran. Kelemahan uji coba luas pertama pada sekolah ini lebih banyak pada performance siswa yang masih menunggu (pasif), walaupun beberapa siswa telah dapat mengikuti setiap prosedur pembelajaran sebagaimana diinginkan. Beberapa siswa tersebut dari pandangan peneliti telah memiliki dasar-dasar keterampilan yang sudah cukup baik. Keterampilan bekerjasama, mengemukakan pendapat, menerima masukan dari orang lain, serta rasa kesetiakawanan dan kemampuan berkomunikasi
tentu
saja
diharapkan
akan
lebih
berkembang
dengan
menggunakan model pembelajaran ini. Sementara bagi mereka yang belum terlibat banyak dalam aktifitas diskusi, bertanya atau memberikan tanggapan diberikan masukan kembali supaya lebih aktif dan memanfaatkan pembelajaran yang dikembangkan untuk meningkatkan keterampilan sosialnya. Uji coba kedua diawali dengan pemberian motivasi kepada siswa agar lebih aktif dalam setiap langkah atau prosedur pembelajaran dan menekankan kembali tentang pentingnya hasil belajar bagi kehidupan siswa kelak. Usaha yang dilakukan guru ternyata memberikan pengaruh positif terhadap proses pembelajaran pada uji coba luas kedua ini. Sebagian besar siswa telah berani mencoba mengembangkan keterampilan sosialnya yang diperlihatkan dengan suasana diskusi kelompok dan diskusi kelas yang semakin hidup. Walaupun satu dua siswa pada saat mengajukan pertanyaan atau memberi tanggapan terlihat
127
gugup dan ragu-ragu. Pada uji coba kedua, sebagian besar siswa telah aktif dalam proses pembelajaran kooperatif tipe TGT yang dikembangkan. Pelaksanaan uji coba ketiga telah berrjalan sesuai dengan apa yang diinginkan. Guru telah menjalankan perannya sebagai fasilitator dan motivator pembelajaran dengan baik dan kinerja guru tampak lebih profesional. Sementara siswa secara umum bahkan hampir merata telah berusaha memanfaatkan settiap prosedur pembelajaran terutama pada saat diskusi kelas untuk mengembangkan keterampilan sosialnya dengan bersama-sama dalam kelompok mendiskusikan pertanyaan apa yang akan diajukan dan siapa yang akan mewakili kelompok secara bergiliran. Sebagian yang lain disamping bersama-sama membuat pertanyaan juga menyiapkan jawaban atau tanggapan atas pertanyaan. Dari hasil pengamatan peneliti, masih ada satu dua siswa yang sepanjang pembelajaran terlihat pasif. Dari informasi yang disampaikan oleh guru, bahwa anak tersebut memang memiliki kebiasaan yang demikian. c. Uji Coba Model Luas Di Sekolah Dasar Negeri 2 Cimarga Letak sekolah yang tidak berjauhan dengan SDN 1 Cimarga memberikan efek negative terhadap jumlah siswa yang dimiliki. Sekolah ini relative memiliki siswa sedikit dibandingkan dengan SDN 1 Cimarga. Suasana lingkungan di Sekolah Dasar Negeri 2 Cimarga terasa sangat berbeda dibandingkan dengan dua sekolah lainnya yang menjadi objek penelitian terutama menyangkut kelengkapan fasilitas sekolah didukung dengan gedung dan kenyamanan, sekolah ini relative kurang dalam kebersihan, terutama ketika hujan turun, genangan air terlihat di halaman sekolah, hal ini disebabkan sekolah ini dekat dengan pesawahan, sehingga terasa kurang nyaman, namun penataan
128
ruangan guru, ruang kepala sekolah dan ruang belajar siswa sudah nampak kerapihannya. Jumlah siswa tiap kelas yang hanya 25 orang dengan ruangan kelas yang cukup luas membuat suasana belajar sangat kondusif. Pelaksanaan uji coba pertama berjalan dengan lancar, siswa dengan cepat dapat menyesuaikan diri, hanya saja guru sering mendominasi kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dimaklumkan karena merupakan pertemuan pertama dan tahap penyesuaian diri. Pada awalnya siswa masih tampak malu-malu untuk turut aktif dalam kegiatan diskusi kelompok. Setelah proses pembelajaran berjalan dari satu tahapan ketahapan berikutnya dan berkat motivasi dari guru, keberanian siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapat mulai tampak. Siswa dengan cepat dapat menyesuaikan diri dengan model pembelajaran yang dikembangkan. Pada uji coba luas pertama, sebagian siswa memang sempat tampak ragu untuk bertanya atau mengemukakan pendapat demikian halnya guru mata pelajaran yang sesekali mendominasi kegiatan pembelajaran dengan terlalu banyak memberikan penjelasan. Dari hasil pengamatan peneliti, secara umum uji coba luas pertama di sekolah dengan katagori baik ini telah berjalan dengan baik. Perbaikan dilakukan hanya pada implementasi pembelajarannya menyangkut kinerja guru dan siswa pada setiap prosedur pembelajaran. Begitu juga penekanan pada sasaran pembelajaran yaitu pengembangan hasil belajar siswa yang masih belum maksimal. Kelemahan-kelemahan tersebut didiskusikan pada akhir pertemuan dengan guru sebagai pelaksana pembelajaran. Beberapa catatan diberikan diantaranya penegasan kembali tentang prosedur pembelajaran, sasaran pembelajaran dan pengelolaan waktu sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia.
129
Pada uji coba luas kedua, suasana pembelajaran semakin baik. Siswa sudah mulai terbiasa dengan suasana pembelajaran kooperatif dan partisipasi siswa dalam diskusi baik diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Siswa yang pada pertama pasif mulai memberanikan diri untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan. Dominasi guru tidak lagi terjadi pada uji coba yang kedua ini. Dalam kegiatan
diskusi
kelas,
setiap
kelompok
diberikan
kesempatan
untuk
mempresentasikan hasil kerjanya, masing-masing kelompok yang terdiri dari lima orang dan setiap individu anggota kelompok mendapat peran sebagaimana yang mereka sepakati yaitu sebagai pemandu, penyaji (presentasi), dan anggota yang lain bekerjasama saling membantu memberikan tanggapan atas pertanyaan dari kelompok lain. Uji coba ketiga pada sekolah berkategori rendah telah mengalami perkembangan yang menggembirakan hampir semua siswa berpartisipasi dalam diskusi kelompok. Motivasi yang diberikan pada awal pembelajaran dan pemberian reward pada akhir pembelajaran telah berhasil menciptakan suasana yang dinamis selama proses pembelajaran pada uji coba luas ketiga ini. Peran guru sebagai fasilitator dan motivator sudah sangat dirasakan. Bimbingan dan bantuan guru hanya diberikan pada saat dibutuhkan baik kepada individu maupun kelompok. d. Evaluasi Dan Refleksi Dari Uji Coba Luas Pada uji coba luas siklus pertama, di ketiga sekolah umumnya proses pembelajaran belum berjalan sebagaimana yang direncanakan sesuai dengan prosedur pembelajaran kooperatif. Pada uji coba luas siklus pertama, guru belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran yang mengarah kepada model
130
pembelajaran kooperatif tipe TGT walaupun model ini dipandang sederhana. Sebagian siswa perlu menyesuaikan diri lebih lama dengan model yang dikembangkan, motivasi dan pengarahan guru sangat dibutuhkan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang diinginkan. Pada siklus dan ketiga, aktifitas siswa dalam proses pembelajaran sudah terjadi peningkatan dan sudah mengarah pada suasana pembelajaran kooperatif. Sebagian besar siswa sudah mampu membangun kerjasama dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan guru. Terjadi peningkatan aktifitas belajar siswa dari siklus pertama, kedua dan ketiga ditunjukkan dengan partisipasi sepanjang pelaksanaan pembelajaran terutama pada saat diskusi kelas dengan saling mempertahankan pendapat. Dalam uji coba luas siklus kedua dan ketiga, guru telah menunjukkan perannya sebagai fasilitator dan motivator. Secara bertahap guru telah mampu menciptakan suasana atau kondisi pembelajaran kooperatif
dengan baik. Model pembelajaran kooperatif
tipe TGT yang
dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa Sekolah Dasar sudah berjalan sebagaimana yang diharapkan.