BAB III METODE PENGEMBANGAN
3.1 Model Pengembangan Penelitian ini tergolong penelitian dan pengembangan atau Research and Development. Menurut Sugiyono (2013) dijelaskan bahwa “Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya Research and Development (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut”. Model pengembangan yang digunakan dalam mengembangkan media pembelajaran fisika ini adalah model ADDIE (Analysis, Design, Development or Production, Implementation or Delivery and Evaluations). Branch (2009) menyatakan bahwa: “ADDIE is an acronym for Analyze, Design, Develop, Implement, and Evaluate. ADDIE is a product development paradigm and not a model per se. The ADDIE concept is being applied here for intentional learning environments. The application of ADDIE to instructional systems design facilitates the complexities of intentional learning environments by responding to multiple situations, interactions within context, and interactions between contexts”.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ADDIE merupakan singkatan dari analysis (analisis), design (desain), development (pengembangan), implementation (implementasi), dan evaluate (evaluasi). ADDIE adalah salah satu model pengembangan sebuah produk, yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran dengan menyesuaikan kebutuhan dan keadaan yang ada. Adapun bagan
27
28
alur pengembangan ADDIE menurut Branch (2009) terdapat pada gambar 3.1 dibawah ini: Analyze Revision
Revision
Implement
Evaluate
Design
Revision
Revision Develop Gambar 3.1 Bagan Pengembangan ADDIE Sumber: Branch, 2009
3.2 Prosedur Pengembangan Prosedur pengembangan media pembelajaran fisika materi suhu dan kalor kelas X SMA ini meliputi lima tahapan yaitu, analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi.
3.2.1 Analysis (Analisis) Branch (2009) menyatakan bahwa: “The purpose of the Analyze phase is to identify the probable causes for a performance gap. The common procedures associated with the Analyze phase are as follows: Validate the Performance Gap, Determine Instructional Goals, Analyze Learners, Audit Available Resources, Recommend Potential Delivery, Systems (including cost estimates), Compose a Project Management Plan”.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dilakukannya analisis adalah mengidentifikasi permasalahan yang ada. Langkah yang harus dilakukan adalah memvalidasi kesenjangan pelaksanaaan, menentukan tujuan instruksional,
29
menganalisis peserta didik, menganalisis sumber daya yang tersedia, menyusun rencana kerja. 1. Memvalidasi Kesenjangan Pelaksanaan Tujuan dari memvalidasi kesenjangan pelaksanaan adalah menghasilkan sebuah pernyataan yang menjadi tujuan dasar untuk menetapkan kesenjangan pelaksanaan. Perlu diperhatikan bahwa kesenjangan pelaksanaan adalah masalah pembelajaran yang ada dalam kelas antara kondisi aktual (nyata) dan yang diharapkan dalam pembelajaran. Dengan menetapkan kesenjangan pelaksanaan ini maka peneliti dapat menentukan masalah pembelajaran kemudian menganalisis masalah tersebut. 2. Merumuskan Tujuan Instruksional Perumusan tujuan merupakan tahap yang penting dalam merancang media pembelajaran, karena tujuan merupakan arah dan target kompetensi akhir yang ingin dicapai dari suatu proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran juga menjadi dasar bagi guru dalam memilih metode pembelajaran, bentuk dan fomat media serta menyusun instrumen evaluasinya. Langkah yang harus dilakukan pada tahap ini yaitu melihat kurikulum yang digunakan oleh sekolah untuk menyesuaikan isi media yang akan di desain dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. 3. Menganalisis Peserta Didik Tujuan menganalisis peserta didik adalah untuk mengetahui kemampuan awal, pengalaman, hal yang disukai, dan motivasi pembelajaran siswa dalam proses pembelajaran. Untuk mengetahui hal tersebut digunakanlah lembar observasi awal yang ditujukan kepada siswa.
30
4. Menganalisis Sumber Daya yang Tersedia Analisis sumber daya yang tersedia ini bertujuan untuk mengidentifikasi semua jenis sumber daya yang akan dibutuhkan. Dalam hal ini terdapat empat jenis sumber daya yang harus dianalisis, yaitu sumber daya isi, sumber daya teknologi, fasilitas instruksional, dan sumber daya manusia. 5. Rencana Kerja Rencana kerja sangat dibutuhkan dalam suatu pengembangan. Rencana kerja yang dimaksud adalah menyusun tahapan pembuatan produk yang akan dihasilkan oleh peneliti sampai tahap akhir pengembangan. Adapun rencana kerja yang harus disusun oleh peneliti adalah sebagai berikut: a. Pengumpulan bahan b. Membuat storyboard c. Menyusun tujuan pelaksanaan atau pengembangan. d. Memvalidasi media yang terdiri dari validasi oleh ahli materi dan ahli desain. e. Implementasi. f. Evaluasi.
3.2.2 Design (Desain) Branch (2009) menjelaskan: “The purpose of the Design phase is to verify the desired performances and testing methods. The common procedures associated with the Design phase are as follows conduct a task inventory, compose performance objectives, generate testing strategies”.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tahap desain merupakan tahapan perancangan dan pembuatan produk. Langkah yang harus dilaksanakan pada
31
tahap ini adalah melakukan inventarisasi tugas, menyusun tujuan kinerja, dan menyusun strategi pengujian.
3.2.2.1 Melakukan Inventarisasi Tugas Adapun hal-hal yang dilakukan dalam melakukan inventarisasi tugas ini adalah: 1. Membuat storyboard media pembelajaran fisika SMA pada materi pokok Suhu dan Kalor yang disesuaikan dengan Kurikulum KTSP. 2. Pengumpulan bahan-bahan berupa perangkat pembelajaran, materi, animasi, gambar yang didapat baik melalui buku, internet maupun dari sumber-sumber yang lain.
3.2.2.2 Menyusun Tujuan Kinerja Perumusan tujuan merupakan tahap yang penting dalam merancang media pembelajaran, karena tujuan merupakan arah dan target kompetensi akhir yang ingin dicapai dari suatu proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran juga menjadi dasar bagi guru dalam memilih metode pembelajaran, bentuk dan format media serta menyusun instrumen evaluasinya. Langkah yang harus dilakukan pada tahap ini yaitu melihat kurikulum yang digunakan oleh sekolah untuk menyesuaikan isi media yang akan didesain dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa.
3.2.2.3 Menghasilkan Strategi Pengujian Menurut Branch (2009) pada tahap ini akan dibuat item untuk keperluan evaluasi pada tahap development dan implementation maka diperlukan penyusunan
32
item. Item yang dibuat oleh peneliti berupa angket tertutup untuk tim ahli dan angket respon siswa untuk megetahui kelayakan media yang dikembangkan.
3.2.3 Development (Pengembangan) Dalam model ADDIE, development merupakan kegiatan realisasi rancangan produk atau pembuatan produk yang sebelumnya telah disusun pada tahap desain. Branch (2009) menjelaskan bahwa “The purpose of the Develop phase is to generate and validate selected learning resources”. Dalam bahasa Indonesia berarti bahwa tujuan dari tahap pengembangan adalah menghasilkan dan memvalidasi produk. Sugiyono (2013) menerangkan bahwa validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya. Untuk tahap validasi media pembelajaran ini akan divalidasi oleh 2 tenaga ahli, yaitu ahli materi, ahli media. Dari kedua ahli ini akan diperoleh kelemahan dan kekurangan yang kemudian akan direvisi. Sugiyono (2013) menyebutkan bahwa setelah produk divalidasi oleh para ahli, maka akan diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki produk. Namun jika tanggapan dari tenaga ahli telah bagus, maka tidak perlu dilakukan revisi atau perbaikan produk.
3.2.4 Implementation (Implementasi) Branch (2009) menjelaskan:
33
“The purpose of the Implement phase is to prepare the learning environment and engage the students. The common procedures associated with the Implement phase are the following: prepare the teacher and prepare the student”.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan tahap penerapan sebuah produk. Produk yang telah direvisi dan dinyatakan layak oleh tim ahli, diujicobakan untuk mengumpulkan data tentang kualitas produk. Uji coba ini dilakukan pada kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Kuala Tungkal.
3.2.5 Evaluation (Evaluasi) Menurut Branch (2009): The purpose of the Evaluate phase is to assess the quality of the instructional products and processes, both before and after implementation. The common procedures associated with the evaluate phase are as follows: determine evaluation criteria, select evaluation tools, and conduct evaluation.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan penilaian sebuah produk yang dikembangkan. Evaluasi dilakukan pada setiap tahap, mulai dari analisis, desain, pengembangan dan implementasi. Langkah yang dilakukan pada tahap evaluasi ini adalah menentukan kriteria evaluasi, memilih alat evaluasi, dan melakukan evaluasi. Evaluasi ini bertujuan untuk memperbaiki produk disetiap tahapan yang dilakukan. Hal ini dilakukan agar produk yang dikembangkan layak digunakan pada proses pembelajaran. 3.3 Subjek Uji Coba Uji coba produk media pembelajaran materi suhu dan kalor ini dilakukan pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Kuala Tungkal. Asyhar (2010) menjelaskan “Tujuan dari uji coba tersebut adalah melihat kesesuaian dan efektivitas media dalam
34
pembelajaran. Hal ini diperlukan karena kadang-kadang apa yang dikonsepkan oleh penulis belum tentu sesuai dengan kenyataan di lapangan”. Selama uji coba juga diperlukan masukan dari siswa untuk mengetahui persepsi mereka tentang media yang digunakan.
3.4 Jenis Data Dalam penelitian pengembangan ini, jenis data yang diambil yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari tim validasi yaitu tim ahli materi dan tim ahli media berupa isian angket berupa saran dalam perbaikan media. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari persepsi siswa mengenai media yang dibuat dengan menggunakan Adobe Flash Professional CS6.
3.5 Instrumen Pengumpulan Data Instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur dalam rangka pengumpulan data. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah angket. Menurut Sugiyono (2014) “Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Menurut Arikunto (2010) “Angket tertutup merupakan angket yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih”. Angket tertutup pada penelitian pengembangan ini digunakan untuk memperoleh data dari ahli media, ahli materi dan siswa sebagai bahan mengevaluasi media pembelajaran yang dikembangkan.
35
3.5.1 Angket Tim Ahli Angket evaluasi media untuk ahli media dan ahli materi dimaksudkan untuk mengetahui apakah media pembelajaran yang dibuat layak untuk dilakukan penelitian. Angket evaluasi media untuk ahli media disusun berdasarkan aspek komunikasi visual. Angket evaluasi media terdiri dari 12 indikator dengan alternatif jawaban “Ya/Tidak”. Adapun angket untuk ahli materi disusun berdasarkan aspek desain pembelajaran. Angket evaluasi materi terdiri dari 14 indikator dengan alternatif jawaban “Ya/Tidak”. Angket evaluasi media dan materi disusun berdasarkan kisi-kisi sesuai yang dikemukakan oleh Wahono (2006). Adapun kisikisinya adalah sebagai berikut. Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Angket Ahli Media Aspek Indikator No. Butir Komunikasi visual Kejelasan bahasa yang digunakan 1 Kemudahan dalam penggunaan 2 media Keserasian warna background 3 dengan tampilan Kesesuaian pemakaian warna 4 Penggunaan Media Kesesuaian jenis huruf 5 Pembelajaran Fisika pada Kesesuaian ukuran huruf 6 Materi Pokok Suhu dan Ukuran dan kualitas gambar 7 Kalor Kualitas tampilan animasi 8 Kreatifitas penyajian animasi 9 Program berjalan dengan baik 10 Tombol/ikon jelas 11 Ketersediaan petunjuk penggunaan 12 Sumber: Wahono, 2006
Variabel
36
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Ahli Materi Variabel
No. Butir 1
Aspek
Indikator
Desain pembelajaran
Kejelasan tujuan pembelajaran Kesesuaian tujuan dengan 2 KD/SK/kurikulum Kesesuaian materi dengan tujuan 3 pembelajaran Pemberian motivasi belajar 4 Aktualisasi materi 5 Kebenaran konsep materi 6 Kemudahan memahami materi 7 Keruntutan penyajian materi 8 Kejelasan uraian materi 9 Kesesuaian gambar dengan materi 10 Kesesuaian animasi dengan materi 11 Kesesuaian contoh soal dengan materi 12 Kesesuaian soal latihan dengan materi 13 Soal latihan bervariasi 14 Sumber: Wahono, 2006
Penggunaan Media Pembelajaran Fisika pada Materi Pokok Suhu dan Kalor
3.5.2 Angket Persepsi Siswa Angket persepsi siswa yang digunakan yaitu berupa angket tertutup dengan menggunakan jenis skala Likert. Jawaban setiap item instrumen yang mengunakan skala Likert untuk keperluan analisis kuantitatif. Menurut Sugiyono (2014) dapat diberi skor sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
Sangat setuju/selalu/sangat positif diberi skor Setuju/sering/positif diberi skor Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor Sangat tidak setuju/tidak pernah diberi skor
5 4 3 2 1
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Dalam penelitian ini, instrumen penelitiannya dibuat dalam bentuk checklist.
37
Variabel
Penggunaan Media Pembelajaran Fisika pada Materi Pokok Suhu dan Kalor
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Persepsi Siswa Indikator Descriptor No. Butir Desain Pembelajaran Kemudahan petunjuk penggunaan 1 Sistematika penyajian 2 Kesesuaian dengan karakteristik 3 peserta didik Kemenarikan tampilan media 4 Mendorong minat siswa 5 Materi Kesederhanaan penyajian materi 6 Kejelasan tujuan pembelajaran 7 Kejelasan uraian gambar 8 Membantu mengingat materi 9 Kemudahan untuk belajar mandiri 10 Mempermudah pemahaman 11 Keterbacaan Media Kalimat yang digunakan mudah 12 dipahami Bahasa yang digunakan jelas dan 13 sederhana Tampilan judul dan subjudul jelas 14 Kesesuaian ukuran huruf 15 Kesesuaian tampilan dan ukuran 16 animasi Informasi mudah dimengerti 17 Sumber: Warsita, 2008
3.6 Teknik Analisis Data 3.6.1 Angket Tim Ahli Data dan informasi yang telah dikumpulkan disesuaikan dengan kebutuhan analisis, selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan metode triangulasi waktu dan sumber yaitu mengumpulkan saran dan pendapat tim ahli tentang kelayakan media pembelajaran pada materi suhu dan kalor. Pendapat dari tim ahli tersebut berupa data kualitatif yang mempunyai dua alternatif jawaban yaitu “ya” dan “tidak”. Data ini akan digunakan untuk memperbaiki media yang digunakan. Tahap validasi ini akan berakhir jika tim ahli menyatakan media ini layak diproduksi.
38
3.6.2 Angket Persepsi Siswa Dalam penelitian ini data yang didapatkan dengan melihat persepsi siswa adalah data kuantitatif. Data tersebut didapatkan dengan menyebarkan angket persepsi. Sebelum angket ini diberikan kepada siswa, terlebih dahulu angket diuji dengan menganalisis validitas dan reliabilitasnya.
3.6.2.1 Analisis Validitas Menurut Arikunto (2010) “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. Untuk mendapatkan data penelitian yang valid, maka digunakan instrumen penelitian yang valid. Oleh sebab itu suatu instrumen yang akan digunakan untuk mengambil data penelitian haruslah divalidasi terlebih dahulu. Untuk analisis validitas digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:
rxy =
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
{N ∑ X
2
− (∑ X )
2
}{N ∑ Y
2
− (∑ Y )
2
}
(3.1)
Keterangan: rxy = koefisien korelasi antar variabel X dan variabel Y X = Skor dari setiap butir angket Y = skor total N = jumlah sampel Menurut Widoyoko (2015) “Penafsiran harga koefisien korelasi dilakukan dengan membandingkan harga rxy dengan harga kritik. Adapun harga kritik untuk validitas instrumen adalah 0,30”. Artinya apabila rxy lebih besar atau sama dengan
39
0,30 (rxy ≥ 0,30), nomor butir tersebut dapat dikatakan valid. Sebaliknya apabila rxy lebih kecil dari 0,30 (rxy < 0,30), nomor butir tersebut dikatakan tidak valid. Hasil perhitungan validitas butir soal yang telah diujicobakan adalah sebagai berikut: No Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Pengujian Validitas Angket Validitas Keterangan 0,79 Valid 0,63 Valid 0,68 Valid 0,64 Valid 0,69 Valid 0,67 Valid 0,48 Valid 0,34 Valid 0,66 Valid 0,55 Valid 0,41 Valid 0,65 Valid 0,43 Valid 0,35 Valid 0,36 Valid 0,62 Valid 0,54 Valid
3.6.2.2 Analisis Reliabilitas Menurut Arikunto (2010) “Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”. Ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas eksternal dan reliabilitas internal. Dalam penelitian ini, pengujian reliabilitas menggunakan reliabilitas internal yang diuji dengan menganalisis konsistensi butirbutir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu. Menurut Sugiyono (2014) “Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara
40
mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu”. Teknik yang digunakan untuk mencari reliabilitas dalam penelitian ini adalah dengan rumus Alpha. Menurut Arikunto (2010) “Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian”. k r11 = 1 − k − 1
(∑σ ) 2
σt
b 2
(3.2)
Keterangan: r11
= reliabilitas instrumen
k
= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σ σt2
2 b
= jumlah variansi butir = variansi total Variansi dapat dicari dengan :
σ b2 =
∑X2 −
Keterangan:
σ b2
= Variansi butir
N
= Jumlah responden
X
= Skor-skor pada butir ke-i
∑ X = Jumlah seluruh skor pada butir ke-i
(∑ X )2
N
N (3.3)
41
∑X
2
= Jumlah hasil kuadrat skor pada butir ke-i
Untuk mengetahui apakah instrumen reliabel atau tidak langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan dengan harga kritik atau standar reliabilitas. Harga kritik atau indeks reliabilitas instrumen adalah 0,7. Artinya suatu instrumen dikatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien Alpha sekurang-kurangnya 0,7 Kaplan (1982) dalam Widoyoko (2015).
3.6.2.3 Analisis Skala Angket Langkah-langkah menganalisis data angket persepsi siswa adalah sebagai berikut: a. Mengkuantitatifkan hasil checking dengan memberi skor sesuai dengan bobot yang telah ditentukan sebelumnya. b. Membuat tabulasi data. c. Menghitung presentasi dari tiap-tiap sub variabel. d. Persentase untuk tiap-tiap sub variabel dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Sudijono, 2010): RS = × 100% Keterangan: RS = persentase sub variable n
= jumlah nilai tiap sub variable
N = jumlah skor maksimum
(3.4)
42
e. Dari persentase yang telah diperoleh ditransformasikan ke dalam kalimat yang bersifat kualitatif. Tabel 3.5 Range Persentase dan Kriteria Kualitatif No. Interval Persentase Kriteria 1. 81 % - 100 % Sangat Baik 2. 61 % - 80 % Baik 3. 41 % - 60 % Cukup Baik 4. 21 % - 40 % Kurang Baik 5. 0 % - 20 % Tidak Baik Sumber: Riduwan, 2013