BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SLB N Surakarta yang berlokasi di Jl. Cocak X Sidorejo, Sambeng, Mangkubumen, Banjarsari, Surakarta. Alasan Peneliti memilih sekolah tersebut sebagai tempat penelitian dikarenakan beberapa hal antara lain: a. SLB Negeri Surakarta terdapat siswa autis dengan perilaku hiperaktif dan gangguan konsentrasi b. Belum diterapkannya intervensi pembelajaran dengan Puzzle Game di SLB Negeri Surakarta.
2.
Waktu Penelitian Penelitian dilakukan kurang lebih selama enam bulan. Kegiatan penelitian dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu: a.
Tahap persiapan Pada akhir bulan Desember sampai pertengahan bulan Februari kegiatan yang dilakukan adalah meliputi observasi, penyusunan proposal, penyusunan instrumen, mengurus perizinan, dan koordinasi dengan sekolah dan guru.
b.
Tahap Pelaksanaan Pada awal bulan Maret sampai bulan April kegiatan yang dilakukan meliputi pengukuran Baseline (A1), pelaksanaan intervensi (B), dan pengukuran hasil intervensi (A2) yang dilanjutkan dengan analisis data.
c.
Tahap penyelesaian Tahap penyelesaian kegiatan dilakukan pada bulan April sampai bulan Mei yang meliputi penyusunan laporan penelitian atau skripsi, ujian dan revisi serta pengumpulan laporan. 34
35 B. Desain Penelitian Penelitian menurut Kerlinger dalam Sukardi (2008 : 4) ialah “Proses penemuan yang mempunyai karakteristik sistematis, terkontrol, empiris, dan mendasarkan pada teori dan hipotesis atau jawaban sementara”. Sedangkan menurut Mulyatiningsih (2013: 1) “Penelitian adalah sebuah cara untuk menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan ilmiah”. Metode penelitian menurut Arikunto (2006: 160) adalah “Cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Sedangkan menurut Sukardi (2008) metodologi penelitian dapat diartikan sebagai kegiatan yang secara sistematis, direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan permasalahan yang hidup dan berguna bagi masyarakat, maupun bagi peneliti itu sendiri. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian adalah sebuah cara yang digunakan oleh peneliti dalam memecahkan masalah berdasarkan hipotesis yang ada dengan prosedur yang sistematis dan teoretis. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan pendekatan penelitian subjek atau Single Subject Research (SSR). Penelitian eksperimen adalah “Penelitian dimana variabel yang hendak diteliti (variabel terikat) kehadirannya sengaja ditimbulkan dengan memanipulasi menggunakan perlakuan” (Purwanto, 2008: 180). Sedangkan menurut Sukardi (2008: 17) “Penelitian eksperimen adalah merupakan cara yang digunakan dalam penelitian yang banyak menggunakan aturan dengan persyaratan ketat yang harus diikuti oleh para peneliti”. Penelitian eksperimen dilakukan dengan tujuan mengatur situasi dimana pengaruh beberapa variabel terhadap satu atau variabel terikat dapat diidentifikasi. Dalam penelitian eksperimen, ada dua macam variabel yang saling terkait yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Hubungan kedua variabel tersebut menjadi perhatian utama karena pada hakekatnya penelitian eksperimen bertujuan untuk mengetahui hubungan fungsional atau hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan terikat.
36 Pada disain subjek tunggal pengukuran variabel terikat atau target behavior dilakukan berulang-ulang dengan periode waktu tertentu misalnya perminggu, perhari, atau perjam (Sunanto; Takeuchi dan Nakata, 2005: 54). Perbandingan tidak dilakukan antar individu maupun kelompok akan tetapi dibandingkan pada subjek yang sama dalam kondisi yang berbeda. Yang dimaksud kondisi di sini adalah kondisi baseline
(A) dan kondisi
eksperimen/intervensi (B). Baseline merupakan kondisi dimana pengukuran target behavior dilakukan pada keadaan natural sebelum diberikan intervensi. Sedangkan kondisi eksperimen adalah kondisi dimana suatu intervensi telah diberikan dan target behavior diukur di bawah kondisi tersebut. Pada penelitian dengan disain subjek tunggal selalu dilakukan perbandingan antara fase baseline dengan sekurang-kurangnya satu fase intervensi (Sunanto, dkk., 2005: 54). Menurut Johnson, dkk dalam Sunanto, dkk., (2005: 54), disain penelitian pada bidang modifikasi perilaku dengan eksperimen kasus tunggal secara garis besar ada dua kategori yaitu (1) Disain reversal yang terdiri dari empat macam yaitu (a) disain A-B, (b) disain A-B-A, (c) disain A-B-A-B dan (2) Disain Multiple Baseline, yang terdiri dari (a) multiple baseline cross conditions, (b) multiple baseline cross variabels, dan (c) multiple baseline cross subjects. Dalam penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah desain reversal A-B-A. Desain A-B-A merupakan keadaan tanpa perlakuan (A1) sampai berada dalam keadaan stabil, kemudian diberi perlakuan (B) kemudian diikuti oleh keadaan tanpa perlakuan (A2) (Sukmadinata, 2011). Alasan peneliti memilih desain A-B-A adalah karena penambahan kondisi baseline yang kedua (A2) ini dimaksudkan sebagai kontrol untuk fase intervensi sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat. Sunanto, dkk., (2005: 9) menjelaskan prosedur desain A-B-A adalah sebagai berikut: Mula-mula target behavior diukur secara kontinyu pada kondisi baseline (A1) dengan periode waktu tertentu kemudian pada kondisi intervensi (B) setelah itu pengukuran pada kondisi baseline kedua (A2) diberikan. Penambahan kondisi baseline yang kedua (A2) ini dimaksudkan sebagai kontrol untuk fase intrvensi sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat (hlm. 59).
37 Sunanto, dkk., (2005: 60) menjelaskan cara menerapkan pola desain A-BA, terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah: 1. Mendefinisikan target behavior sebagai perilaku yang dapat diamati dan diukur secara akurat 2. Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi baseline (A1) secara kontinu sekurang-kurangnya 3 atau 5 atau sampai kecenderungan arah dan level data menjadi stabil 3. Memberikan intervensi setelah kecenderungan data baseline stabil 4. Mengukur dan mengumpulkan data pada fase intervensi (B) dengan periode waktu tertentu sampai data menjadi stabil 5. Setelah kecenderungan arah dan level data pada fase intervensi (B) stabil mengulang fase baseline (A2) Adapun rincian pelaksanaan penelitian subjek tunggal dengan desain A-BA Sebagai berikut: 1. Fase baseline 1 (A1) Merupakan kondisi awal perilaku hiperaktif dan daya konsentrasi subjek tanpa diberi treatment berupa Puzzle Game 2. Fase intervensi (B) Merupakan suatu gambaran perilaku yang diperlihatkan subjek selama pemberian intervensi. Intervensi yang diberikan adalah penggunaan Puzzle Game dalam pembelajaran untuk meminimalkan perilaku hiperaktif dna meningkatkan konsentrasi subjek 3. Fase baseline 2 (A2) Merupakan gambaran tentang penurunan perilaku hiperaktif dan peningkatan konsentrasi subjek sebagai bahan evaluasi setelah pemberian intervensi atau treatment. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan frekuensi dengan melihat banyaknya aspek perilaku yang dilakukan oleh anak.
38 C. Subjek Penelitian dan Variabel Penelitian 1.
Subjek Penelitian Moloeng (2005: 132) mengemukakan bahwa “Subjek penelitian sebagai informan, yang artinya orang pada latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian”. Penelitian ini mengambil subjek siswa autis kelas VI SDLB di SLB Negeri Surakarta. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini peneliti akan uraikan karakteristik subjek yaitu: Identitas Subjek Nama
: RH
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 14 tahun
Kelainan
: Autis
Kelas
: VI
Alamat
: Pandeyan Permai
Berdasarkan hasil dari observasi dan wawancara kepada Guru kelas yang dilaksanakan pada 22 Desember 2015, didapatkan data bahwa subjek memiliki perilaku hiperaktif dan daya konsentrasi rendah. Subjek menunjukkan adanya perilaku hiperaktif berupa menggerak-gerakkan anggota
tubuh,
menggeliat
di
kursi,
berbicara
berlebihan
dan
menginterupsi pembicaraan. Selain itu, subjek juga menunjukkan kurangnya konsentrasi yang terlihat dari mudah teralihnya perhatian subjek, terlihat melamun, terlihat tidak mendengarkan saat diajak bicara, tidak mengikuti instruksi, gagal menyelesaikan tugas, serta sering mengerjakan tugas dengan tidak akurat. dan konsentrasi rendah yang ditunjukkan selama mengikuti pembelajaran di kelas. Adapun penetapan subjek penelitian ini didasarkan atas beberapa kriteria penentuan subjek penelitian, yakni: a) Subjek merupakan siswa kelas VI SDLB SLB Negeri Surakarta.
39 b) Subjek penelitian merupakan siswa autis yang mempunyai perilaku hiperaktif dan daya konsentrasi yang rendah. 2.
Variabel Penelitian Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006). Sedangkan menurut Mulyatiningsih (2013: 2), variabel adalah sebuah karakteristik yang terdapat pada individu atau benda yang menunjukkan adanya perbedaan (variasi) nilai atau kondisi yang dimiliki. Dalam penelitian yang mempelajari pengaruh suatu treatment, terdapat variabel penyebab (x) atau variabel bebas (independent variable) dan variabel akibat (y) atau variabel terikat/tergantung, atau (dependent variable) (Arikunto, 2006). “Variabel bebas adalah variabel yang nilainya mempengaruhi variabel terikat. Sebaliknya, variabel terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel bebas” (Purwanto, 2008: 88). Adapun variabel yang terdapat dalam penelitian ini yaitu: 1.
Variabel bebas (independent variable) yang di dalam penelitian subjek tunggal lebih dikenal dengan nama intervensi atau perlakuan, dan variabelnya yaitu Puzzle Game
2.
Variabel terikat (dependent variabel) yang dalam penelitian subjek tunggal lebih dikenal dengan nama target behavior atau perilaku sasaran, dan variabelnya yaitu perilaku hiperaktif dan konsentrasi anak autis.
D. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Observasi Arikunto (2006) mengemukakan bahwa observasi merupakan kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Sedangkan menurut Mulyatiningsih (2013: 26) “Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan
40 perilaku subjek penelitian yang dilakukan secara sistematik”. Observasi dilakukan
dengan
tujuan
untuk
mengetahui,
mendeskripsikan
dan
mengidentifikasi target behavior anak autis sebelum dan sesudah pemberian intervensi. Kegiatan observasi dilakukan secara langsung dengan mencatat data variabel terikat pada saat kejadian atau perilaku terjadi. Pencatatan semacam ini merupakan dasar utama pengukuran dalam penelitian modifikasi perilaku (Sunanto, dkk., 2005: 20). Ada beberapa jenis pencatatan data menggunakan prosedur pencatatan secara langsung ini, yaitu pencatatan kejadian, durasi, latensi, interval dan sampel waktu. Dalam penelitian ini digunakan pencatatan kejadian/frekuensi. Pencatatan kejadian (menghitung frekuensi) merupakan cara yang paling sederhana dan tidak memakan waktu yang banyak, yaitu dengan cara memberikan tanda (dengan memberi tally) pada kertas yang telah disediakan setiap kejadian atau perilaku terjadi sampai dengan periode waktu observasi yang telah ditentukan. Dengan menggunakan pencatatan kejadian akan diketahui adakah penurunan dan/atau peningkatan frekuensi perilaku yang diharapkan, sehingga dapat diketahui apakah penelitian ini berhasil atau tidak. Intervensi dengan Puzzle Game dianggap berhasil apabila pada Intervensi (B) dan Baseline 2 (A2) terdapat penurunan frekuensi pada indikator perilaku hiperaktif dan indikator perilaku inattention (kurang perhatian) dibandingkan dengan frekuensi pada Baseline 1 (A1). Instrumen yang digunakan terdiri dari 4 perilaku dengan indikator perilaku hiperaktif dan 5 perilaku dengan indikator inattention yang diambil dari DSM V. Pelaksanaan observasi dilakukan sebelum dan sesudah diterapkan intervensi Puzzle Game. Adapun kisi-kisi instrumen observasi yang akan digunakan adalah seperti berikut:
41 Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen Observasi No.
Perilaku yang diamati Perilaku Hiperaktif
Konsentrasi
1.
Sering gelisah dengan menepuk tangan atau kaki atau menggeliat di tempat duduk
Sering mudah teralihkan oleh stimuli yang tidak berhubungan (untuk remaja dan dewasa, bisa termasuk gagasan yang tidak bersangkutan)
2.
Sering berbicara berlebihan
3.
Sering menyela atau memaksa pada yang lain (misalnya, mengganggu percakapan, permainan, atau aktivitas; bisa memulai menggunakan barang milik orang lain tanpa bertanya atau menerima izin; untuk remaja dan dewasa, bisa berupa mencampuri atau mengambil alih apa yang dilakukan orang lain)
Sering terlihat tidak mendengarkan saat berbicara langsung (misalnya, fikiran kemana-mana, bahkan dalam ketidakhadiran selingan apapun yang wajar Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal untuk menyelesaikan tugas sekolah, tugas sehari-hari, atau kewajiban di tempat kerja (misanya, memulai tugas tapi dengan cepat kehilangan fokus dan mudah teralih)
4.
5.
(Sumber: DSM V, APA, 2013)
Sering kesulitan mengorganisasi tugas dan aktivitas (misalnya, kesulitan mengatur contoh tugas; kesulitan menjaga bahan-bahan dan termasuk perintah; moratmarit, pekerjaan yang tak terorganisasi; kesulitan dalam mengatur waktu; gagal memenuhi batas akhir) Sering gagal untuk memberi perhatian pada detail atau membuat kesalahan yang sembrono dalam tugas sekolah, kerja, atau aktivitas lain (misalnya, mengabaikan atau kehilangan detail, pekerjaan yang tidak akurat)
42 2. Wawancara Wawancara menurut Arikunto (2006 : 155) adalah “Sebuah dialog yang dilakukakan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara”. Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu. Penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstruktur. Model wawancara tidak terstruktur memiliki pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar hal yang akan ditanyakan. Dalam hal ini perlu adanya kreativitas pewawancara dalam menggali informasi dari narasumber agar jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan mendalam. Wawancara dilakukan kepada guru kelas dengan tujuan mendapatkan data yang lebih jelas tentang perilaku subjek selama pembelajaran dan di luar pembelajaran.
E. Validitas Instrumen Penelitian “Validitas instrumen penelitian merupakan derajad ketepatan alat ukur mengukur apa yang seharusnya diukur” (Zuldafrial, 2012: 56). Sedangkan Arikunto mengemukakan bahwa
“Validitas
adalah
suatu
ukuran
yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau shahih mempunyai validitas tinggi. Sebalinya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki kualitas yang rendah” (2006: 168). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas instrumen. Sukmadinata (2011) menjelaskan “Validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran mengggambarkan segi atau aspek yang diukur” (hlm 228). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Instrumen dalam penelitian ini mengukur perubahan tingkat hiperaktivitas dan konsentrasi anak. Instrumen yang digunakan yaitu instrumen observasi, wawancara dan dokumentasi. Validitas instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi. Sukardi (2008) menjelaskan “Yang dimaksud validitas isi ialah
43 derajad di mana sebuah tes mengukur cakupan substansi yang ingin diukur” (hlm 123). Validitas isi umumnya ditentukan melalui pertimbangan para ahli. Tidak ada formula matematis untuk menghitung dan tidak ada cara untuk menunjukkan secara pasti (Sukardi, 2008). Uji validitas dilakukan oleh ahli atau disebut expert judgement. Sukardi (2008) menjelaskan bahwa uji validitas oleh ahli dilakukan dengan cara seperti berikut, Para ahli, pertama diminta untuk mengamati secara cermat semua item dalam tes yang hendak divalidasi. Kemudian mereka diminta untuk mengoreksi semua item-item yang telah dibuat. Dan pada akhir perbaikan, mereka juga diminta untuk memberikan pertimbangan tentang bagaimana tes tersebut menggambarkan cakupan isi yang hendak diukur. Pertimbangan ahli tersebut biasanya juga menyangkut, apakah semua aspek yang hendak diukur dibuat antara apa yang harus dimasukkan dengan apa yang ingin diukur yang telah direfleksikan menjadi tujuan tes (hlm 123). Uji validitas dilakukan oleh ahli (expert) yaitu dosen Pendidikan Luar Biasa Universitas Sebelas Maret. Tabel 3.2. Daftar Ahli untuk Validitas Instrumen No Nama
NIP
Jabatan
1
Sugini, M.Pd
197909232005012001 Dosen Mata Kuliah Modifikasi Perilaku
2
Erma Kumala Sari, 198411302012122002 Dosen Mata Kuliah M.Psi Pengukuran Psikologi
F. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan proses penafsiran data. Pada penelitian eksperimen pada umumnya pada saat menganalisis data menggunakan teknik statistik deskriptif. Oleh karena itu pada penelitian dengan subjek tunggal penggunaan statistik yang komplek tidak dilakukan tetapi lebih banyak menggunakan statistik deskriptif yang sederhana (Sunanto, dkk., 2005: 93). Sugiyono (2010: 207) menjelaskan bahwa “Statistik deskriptif merupakan statistik yang dipergunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
44 membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi”. Penyajian data dalam statistik deskriptif biasanya melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, pengukuran tendensi sentral, dan perhitungan persentase. Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk grafik. Grafik digunakan untuk menunjukkan perubahan data untuk setiap sesinya serta menunjukkan frekuensi perilaku pada fase baseline-1, fase intervensi dan fase baseline-2. Analisis data pada penelitian dengan subjek tunggal ini menggunakan analisis dalam kondisi. Yang dimaksud dengan analisis dalam kondisi adalah “Menganalisis perubahan data dalam suatu kondisi misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi, sedangkan komponen yang akan dianalisis meliputi komponen seperti yang dibicarakan di atas yakni tingkat stabilitas, kecenderungan arah, dan tingkat perubahan (level change)” (Sunanto, dkk., 2005: 96). Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data hasil penelitian ini antara lain menyusun data yang diperoleh ke dalam satuan-satuan. Pemrosesan satuan dilakukan dengan membaca dan mempelajari secara teliti seluruh data yang telah terkumpul. Data dari keseluruhan yang telah terkumpul tersebut dari hasil observasi langsung dan wawancara, selanjutnya diolah untuk mengetahui hasil dari penelitian dan dianalisis secara individu.
G. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yaitu langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian yang terdiri dari tiga tahapan, diantaranya sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan a. Melakukan pengamatan untuk mengetahui permasalahan b. Pengajuan judul c. Penyusunan proposal d. Membuat rencana pelaksanaan penelitian e. Menyusun instrumen penelitian f. Melakukan uji coba instrumen dan validitas
45 2. Tahap Pelaksanaan Baseline 1
Intervensi
Baseline 2
a. Baseline 1 (A1) Baseline 1 dalam penelitian ini diadakan observasi sebelum pemberian perlakuan menggunakan media pembelajaran Puzzle Game dilakukan sebanyak empat kali atau sampai kecenderungan arah dan level data menjadi stabil. b. Intervensi (B) Pelaksanaan intervensi ini dilaksanakan selama delapan kali pertemuan yang sebelumnya telah bekerja sama dengan guru kelas agar pelaksanaan ini berhasil. c. Baseline 2 (A2) Kegiatan Baseline 2 merupakan kegiatan pengulangan baseline 1 yang dimaksudkan sebagai evaluasi untuk melihat pengaruh pemberian treatment dalam pengubahan perilaku. Pelaksanaan Baseline 2 terdiri dari empat sesi agar didapatkan data yang stabil (Sunanto, dkk., 2005: 60).
3. Tahap Pelaporan a. Melakukan pemeriksaan ulang terhadap semua data yang diperoleh b. Mengolah data penelitian dan mengujinya c. Menarik kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh