BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengujian hipotesis (hypotesis testing) yaitu penelitian untuk menguji hipotesis yang telah ditentukan di awal penelitian terdahulu tentang pengaruh investor institusional terhadap risiko, manajemen
risiko,
dan
kinerja
akuntansi
pada
perusahaan-perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014.
1.2
Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling Sekaran dan Bugie (2010) menyatakan bahwa sampel merupakan
sebagian dari populasi yang masih memiliki ciri dan kharakteristik yang sama dengan populasi dan mampu mewakili keseluruhan populasi penelitian , sedangkan populasi merupakan keseluruhan orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur dengan kepemilikan institusional oleh institusi keuangan dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011-2014 dengan mengambil informasi yang terdaftar di website BEI yakni http://www.idx.co.id dan website masing-masing perusahaan. Sampel yang diambil dalam penelitian ini bejumlah 32 perusahaan. Berdasarkan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka diperoleh sampel akhir sebanyak 26 perusahaan.
26
27
1.3
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1.3.1 Variabel Independen Adapun variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan institusional. Investor institusional ini merupakan semua institusi keuangan yang menguasai lebih dari 5% saham perusahaan. Lembaga atau institusi keuangan dalam penelitian ini yaitu perusahaan pebankan, perusahaan asuransi, perusahaan dana pensiun, perusahaan investasi, dan perusahaan pembiayaan. Kepemilikan institusional oleh lembaga keuangan diprediksi akan membawa peningkatan kualitas kinerja keuangan perusahaan. Transparansi informasi menjadi salah satu dampak dari adanya investor institusional (Jensen dan Meckling,1976) dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap risiko spesifik perusahaan, manajemen risiko Marion
et
al,
2015).
Ukuran
menggunakan rumus berikut :
ALLINST =
dan kinerja perusahaan (Hutchinson,
kepemilikan
institusional
dapat
dihitung
28
1.3.2 Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini meliputi risiko spesifik perusahaan, manajemen risiko, dan kinerja. a.
Risiko Spesifik Perusahaan (INDADJSTD) Risiko merupakan kemungkinan hasil yang diperoleh menyimpang
dari yang diharapkan (Hanafi, Mahmud M., 2009). Risiko ini muncul karena ketidakpastian. Dan untuk mengukurnya dapat menggunakan deviasi standar. Deviasi standar merupakan alat statistik yang dapat digunakan untuk mengukur risiko (Hanafi, Mahmud M., 2009). risiko ini dapat berfluktuasi setiap saat, dapat meningkat namun juga dapat menurun. Dalam penelitian ini risiko diukur dengan deviasi standar dari pergerakan harga saham harian perusahaan dalam kurun waktu 4 (empat) tahun. Risiko dapat dihitung menggunakan rumus : INDADJSTD = total risk is calculated as the standard deviation of firm daily stock returns for each fiscal year. b.
Manajemen Risiko (RISMKGT) Manajemen risiko merupakan seperangkat kebijakan, prosedur yang
lengkap,
yang
dipunyai
organisasi,
untuk
mengelola,
memonitor,
dan
mengendalikan eksposur organisasi terhadap risiko (SBC Warburg, 2004).
29
Manajemen risiko ini menjadi penerapan dari corporate governance dalam mengelola risiko perusahaan (Hutchinson, Marion et al, 2015). Manajemen risiko ini menjadi cara perusahaan untuk mengendalikan risiko yang muncul dalam setiap aktivitas perusahaan. Dan kewenangan tersebut tidak mutlak diambil oleh direksi atau perusahaan secara langsung. Perusahaan dapat membentuk suatu komite independen yang khusus menangani risiko. Corporate
governance
akan
menjelaskan
bagaimana
praktik
manajemen dan proses pengambilan keputusan termasuk formasi khusus yang mengatur komite untuk memonitor proses manajemen risiko (Badriyah, Nurul et al, 2015). Ukuran yang besar dari komisaris mengijinkan pembentukan banyak komite termasuk komite manajemen risiko (Carson, 2002; Chen et al., 2009 dalam Januarti, 2012). Manajemen risiko (RIKMGT) disini diklasifikasian menjadi 3 kategori dengan rangking sebagai berikut: Rank
Kriteria
2
Merupakan rengking tertinggi apabila kebijakan manajemen risiko didelegasikan kepada komite terpisah dari perusahaan (komite audit atau komite manajemen risiko).
1
Kebijakan manajemen risiko perusahaan diambil alih oleh perusahaan atau direksi.
0
Perusahaan tidak memiliki aturan kebijakan manajemen rrisiko yang formal.
Sumber : Marion Hutchinson et al (2015)
30
c.
Kinerja (ROAt) Kinerja perusahaan merupakan aspek yang penting dalam mencapai
target keuntungan bisnis perusahaan. Calon investor akan mempertimbangkan kinerja sebagai faktor penentu layak tidaknya suatu perusahaan untuk berinvestasi. Ada banyak cara dalam menilai kinerja perusahaan, salah satunya menggunakan pengukuran ROA. ROAt atau retur aset tahun tertentu merupakan sebuah indikasi kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan
pendapatan
berdasarkan
perhitungan akuntansi dalam jumlah yang diperlukan dari beban aktual dari portofolio aset yang dinyatakan sebagai pelunasan historical costs (Carter et al, 2010)
ROAt =
1.3.3 Variabel Kontrol Variabel kontrol dalam penelitian ini antara lain net gearing, net interest coverage, logaritma dari total aset, logaritma dari kapitalisasi pasar, industri, dan kinerja tahun sebelumnya (ROAt-1). a.
Net gearing Net gearing ini merupakan total hutang bersih kas & setara kas
sebagai persentase dari total dana pemegang saham dan dana utang, yang merupakan efek dari risiko perusahaan. Net gearing ini menjadi variabel kontrol dari risiko spesifik perusahaan. Untuk menghitung net gearing menggunakan rumus sebagai berikut :
31
NETGEARING =
b.
Net Interest Coverage Sama dengan net gearing, net interest coverage menjadi variabel
kontrol dari risiko spesifik perusahaan. net interest coverage adalah rasio utang dan profitabilitas yang digunakan untuk menentukan bagaimana dengan mudah sebuah perusahaan dapat membayar bunga hutang Net interest coverage dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
NETINTCOV =
c.
Logaritma Total Aset Logaritma total asset (LNTA) ini dinyatakan sebagai ukuran
perusahaan. LNTA merupakan variabel kontrol dari manajemen risiko. Semakin besar aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka perusahaan dapat melakukan investasi baik untuk aset lancar maupun aset tetap dan juga memenuhi permintaan produk. Hal ini akan semakin memperluas pangsa pasar yang akan dicapai yang kemudian akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Logaritma total asset dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : LNTA = Ln (Total asset)
32
d.
Logaritma dari Kapitalisasi Pasar Logaritma
dari
kapitalisasi
pasar
dinyatakan
sebagai
ukuran
perusahaan. LNMKTCAP merupakan variabel kontrol dari kinerja perusahaan dan dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : LNMKTCAP = Ln (closing share price on the last day company’s financial year x number of shares outstanding at the end of the period). e.
Industri Industri merupakan variabel dummy yang membedakan jenis
perusahaan. Industri (INDY) ini merupakan variabel kontrol dari kinerja perusahaan dengan ketentuan sebagai berikut: Nilai Variabel Dummy
Kriteria
1
Untuk perusahaan baja dan pertambangan
0
Perusahaan selain perusahaan baja dan pertambangan
Sumber : Marion Hutchinson et al (2015)
f.
Kinerja Tahun Sebelumnya Kinerja tahun sebelumnya merupakan lag dari variabel dependen
yang memiliki pengaruh terhadap kinerja tahun tertentu. Penggunaan lag variabel dependen kemungkinan untuk mengurangi kekhawatiran kausalitas
33
terbalik dan menghilangkan variabel. Sejauh menghilangkan hubungan variabel relatif stabil, efek tersebut dapat ditangkap oleh nilai lag dari variabel dependen. Kinerja tahun sebelumnya (ROAt-1) dihitung menggunakan rumus yang sama dengan ROA namun mundur 1 (satu) tahun sebelumnya.
1.4
Metode Analisis Data
1.4.1 Uji t Uji t merupakan pengujian terhadap koefisien dari variabel penduga atau variabel bebas. Koefisien penduga perlu berbeda dari nol secara signifikan atau p-value sangat kecil (Ajija, Sochrul R et al, 2011). Dalam penelitian ini pengujian
hipotesis
dilakukan
dengan
konsep
p-value.
Konsep
ini
membandingkan α = 5% dengan nilai p-value. Jika p-value kurang dari α, maka H0 ditolak.
1.4.2 Uji F Uji F atau uji model secara keseluruhan dilakukan untuk melihat apakah semua koefisien regresi berbeda dengan nol atau model diterima (Ajija, Sochrul R et al, 2011). Uji ini juga dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh secara simultan variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini hasil uji F dapat dilihat dari probabilitas F-statistic, apabila F statistic lebih kecil dari α = 5% , maka H0 ditolak.
1.4.3 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan bahwa data penelitian valid, konsisten, menghindari terjadinya estimasi bias, dan
34
penaksiran koefisien regresinya efisien (Gujarati, 2005). Pengujian asumsi klasik yang dilakukan dalam peneltian ini meliputi uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskesdastisitas.
1.4.3.1 Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal. Jika jumlah observasi lebih dari 30, maka tidak perlu dilakukan uji normalitas. Sebab distribusi sampling error term telah mendekati normal (Ajija, Sochrul R et al, 2011). Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji Jarque-Berra (JB). Jika pvalue < α, maka H0 ditolak. Penelitian ini menggunakan nilai signifikansi sebesar 5%.
1.4.3.2 Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah ada korelasi yang tinggi antar 2 (dua) variabel independen (Ghozali, 2006). Hasil uji yang baik apabila model dinyatakan bebas multikolinearitas. Terdapat 3(tiga) cara untuk mengetahui adanya multikolinearitas yaitu dengan menggunakan nilai R2 dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris yang sangat tinggi, menganaisis matrik korelasi variabel-variabel independen, dan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance. Dalam penelitian ini, pengujian multikolinearitas menggunakan analisis terhadap masing-masing variabel bebas. Jika koefisien korelasi di antara masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0,8 , maka variabel dinyatakan
35
terkena multikolinearitas. Sebaliknya, apabila koefisien korelasi lebih kecil dari 0,8 , maka variabel dinyatakan bebas dari multikolinearitas (Ajija, Sochrul R et al, 2011).
1.4.3.3 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linier memiliki korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2006). Model regresi yang baik adalah model yang bebas dari autokorelasi. Autokorelasi menunjukkan korelasi di antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang (Ajija, Sochrul R et al, 2011) Dalam penelitian ini, menguji ada tidaknya autokorelasi menggunakan nilai Durbin Watson.
1.4.3.4 Uji Heteroskesdastisitas Uji Heteroskesdastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2006). Uji heteroskesdastisitas dapat dilakukan dengan melihat pola residual dari hasil estimasi regresi. Jika residual bergerak konstan, maka tidak ada heteroskesdastisitas. Namun apabila residual membentuk suatu pola tertentu, maka hal tersebut dapat mengindikasikan adanya heteroskesdastisitas (Ajija, Sochrul R et al, 2011).
36
Dalam penelitian ini, uji heteroskesdastisitas menggunakan Uji Park, dengan ketentuan apabila dari hasil uji ini menghasilkan nilai probabilitas kurang dari α = 5%, maka H0 ditolak.
1.4.4 Analisis Regresi 1.4.4.1
Koefisien Determinasi (R2) Koefisien Determinasi adalah nilai yang menunjukkan seberapa besar
variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Koefisien determinasi digunakan untuk menguji goodness of fit model regresi. Untuk jumlah variabel independen lebih dari 2 (dua), menggunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan yaitu adjusted (R2) (Ghozali, 2012). Nilai R2 atau (R2 adjusted) berkisar antara 0 sampai 1. Semakin mendekati 1, maka semakin baik (Ajija, Sochrul R et al, 2011).