40
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Metode dalam penelitian sangat penting guna menunjang sebuah penelitian. Metode ini akan membantu peneliti dalam memberikan gambaran dan data-data yang diperlukan oleh penelti. Penelitian yang berjudul Pembentukan Perilaku Seksual Pada Pasangan Lesbian dan Gay ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif sebab metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Obyek dalam penelitian kualitatif adalah obyek yang alamiah, atau natutal setting, sehingga metode penelitian ini sering disebut sebagai metode naturalistik. Obyek yang alamiah adalah obyek yang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi peneliti pada saat memasuki obyek, setelah berada di obyek dan setelah keluar dari obyek relatif tidak berubah (Sugiyono, 2013: 1-2). Pendekatan penelitian ini menggunakan fenomenologi yaitu berusaha untuk mengungkapkan dan mempelajari serta memahami suatu fenomena beserta konteksnya yang khas dan unik yang dialami oleh individu hingga
41
tataran “keyakinan” individu yang bersangkutan. Dengan demikian, dalam mempelajari dan memahami, haruslah berdasarkan sudut pandang, paradigma dan keyakinan langsung dari individu yang bersangkutan sebagai subyek yang mengalami langsung (Herdiansyah, 2010: 66-67). Sesuai dengan tradisi fenomenologi, penelitian ini dilakukan secara alamiah dengan kondisi yang direncanakan atau pun tidak terlibat langsung dengan kehidupan informan. Maka peneliti akan berusaha mengkaji dan memahami proses pembentukan perilaku seksual pada pasangan lesbian dan gay dan pola hubungan yang dibentuk oleh pasangan lesbian dan gay dalam menjalani hubungan mereka. Penelitian direncanakan dan mulai dilakukan sejak bulan Juni 2013, walaupun peneliti hanya sekedar melakukan pengamatan sebatas di permukaan saja guna membangun komunikasi dengan calon-calon informan. Pada saat itu, peneliti sudah memiliki tema dan niatan, akan tetapi belum mempunyai fokus kajian yang akan diteliti. Fokus kajian mulai muncul sejalan dengan melakukan kajian literatur mengenai tema homoseksual di Indonesia sekitar bulan November 2013. Pengambilan data penelitian dimulai pada akhir bulan Februari hingga awal April 2014. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, analisis literatur dan wawancara dengan informan yang mempunyai orientasi seksual terhadap sesama jenis (perempuan terhadap perempuan dan laki-laki terhadap laki-laki). Peneliti akan mengamati secara langsung dan melakukan wawancara mendalam dengan semua informan di tempat yang sudah disepakati antara peneliti dengan informan. Wawancara secara mendalam
42
sangat membantu peneliti untuk mengetahui karakteristik informan sehingga teknik wawancara akan menyesuaikan karakteristik masing-masing informan untuk mendapatkan data yang akurat. Kemudian hasil wawancara akan dikoding, dianalisis dan dideskripsikan dengan bantuan teori yang mendukung.
B. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di salah satu komunitas LGBT yang terletak di Yogyakarta yaitu di kantor PLU Satu Hati dan tempat yang disepakati antara peneliti dan informan antara kos informan dan tempat makan (Kolam Susu, Hoka-Hoka Bento, Lombok Abang, Parsley Resto). Dengan subyek atau informan penelitian yaitu kelompok homoseksual (Lesbian dan Gay) di Yogyakarta.
C. Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dan pengambilan data dilaksanakan dalam jangka waktu dua bulan, yaitu bulan Maret hingga April 2014.
D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen
43
meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistinya. Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan (Sugiyono, 2013: 59). Menurut sugiyono teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2013: 62). Dalam
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan
beberapa
teknik
pengumpulan data yakni, pengamatan (observasi) dan wawancara (interview). 1. Pengamatan (Observasi) Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke obyek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila obyek penelitian bersifat perilaku dan tindakan manusia, fenomena alam, proses kerja, dan penggunaan responden kecil (Riduwan, 2010: 30). Nasution (1988) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan
44
elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservai dengan jelas (Sugiyono, 2013: 64). Observasi dilakukan terhadap pasangan lesbian dan gay yang ditemui oleh peneliti. Peneliti mulai melakukan pengamatan di lingkungan Kampus. Di sekitar kampus peneliti menemukan beberapa informan gay maupun lesbian yang kemudian dapat membantu peneliti mendapatkan informasi mengenai informan-informan lainnya. Kemudian peneliti mencoba mengikuti kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan homoseksual seperti, acara G-Nite (Pesta gay di klub malam) yang dikenalkan oleh salah satu informan sehingga informan lebih terbuka untuk memberikan data-data yang diperlukan. Ikatan pertemanan antara peneliti dan informan kemudian dibangun dengan cara peneliti ikut berkumpul bersama informan dan calon informan. Biasanya berkumpul untuk makan, jalan-jalan, hingga ngobrol baik masalah pertemanan, pribadi hingga masalah asmara mereka. Selain itu peneliti juga sering melakukan konsultasi di PLU Satu Hati yang merupakan salah satu komunitas LGBT di Yogyakarta, adapun kegiatan yang diikuti peneliti dalam komunitas adalah open house, nonton bareng film it gets better dan diskusi peringatan women day. Berdasarkan pola interaksi tersebut peneliti dapat dengan mudah mencari data-data yang diperlukan. Selama observasi berlangsung peneliti dapat mengetahui bagaimana kegiatankegiatan yang dilakukan pasangan lesbian dan gay tersebut. Pengamatan atau observasi yang menjadi fokus peneliti adalah lokasi penelitian,
45
interaksi subjek dengan pasangan, penampilan subjek dalam berpakaian, perilaku subjek dalam hal bersikap (body language), interaksi subjek dengan pasangan dan interaksi subjek dengan orang lain. 2. Wawancara (Interview) Wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2007: 186). Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari informan yang lebih mendalam (Sugiyono, 2013: 72). Berdasarkan uraian yang dikemukakan oleh Sugiyono (2013), jenis wawancara
yang
dialakukan
peneliti
adalah
jenis
wawancara
semiterstruktur. Jenis ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interview. Berikut beberapa ciri dari wawancara semiterstruktur: a. Pertanyaan lebih terbuka, akan tetapi ada batasan tema dan alur pembicaraan. b. Kecepatan wawancara dapat diprediksi. c. Bersifat lebih fleksibel, tetapi terkontrol (dalam hal pertanyaan dan jawaban).
46
d. Ada pedoman wawancara yang akan menjadi patokan dalam alur, urutan, dan penggunaan kata. e. Tujuan dari wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena. Wawancara semiterstruktur disesuaikan dengan kondisi informan dan lokasi wawancara. Dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan (Sugiyono, 2013: 7374). Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dilakukan di tempat yang sudah disepakati antara peneliti dan informan. Beberapa tempat yang disepakati oleh peneliti dan informan antara lain kos informan dan tempat makan (Kolam Susu, Hoka-Hoka Bento, Lombok Abang, Parsley Resto). Pada saat wawancara, percakapan antara informan dan peneliti direkam menggunakan alat perekam suara yang telah disepakati oleh peneliti dan informan. Hal tersebut tidak mengganggu jalannya wawancara sebab hal-hal yang sekiranya tidak dapat dipublikasikan atas permintaan informan akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti. Mengenai waktu wawancara disesuaikan dengan aktivitas yang dijalani informan. Biasanya proses wawancara dilakukan malam hari karena diwaktu siang informan sibuk menjalani aktivitas sehari-hari.
47
E. Pemilihan Informan Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu, melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut (Sugiono, 2013: 52). Populasi diidentifikasi adalah seluruh lesbian dan gay yang berada di Yogyakarta, sebab informan yang dibutuhkan adalah individu yang memiliki orientasi seksual sesama jenis (perempuan terhadap perempuan dan laki-laki terhadap laki-laki) baik yang sudah mengenal perilaku seksual maupun belum. Populasi dipersempit lagi menjadi sampel penelitian. Pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan (purposive sampel) (Moleong, 2007: 224). Sesuai dengan tujuan penelitian maka peneliti menggunkan teknik purposive sampling. Artinya, teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti (Sugiono, 2013: 54). Kriteria informan yang dipilih sesuai dengan tujuan penelitian yaitu: individu yang memiliki orientasi terhadap sesama jenis dan pernah memiliki atau sedang memiliki pasangan sesama jenis. Penelitian ini akan melibatkan 11 informan yang terdiri dari lima informan lesbian dan enam informan gay dengan pertimbangan waktu dan biaya untuk menyelesaikan studi.
48
F. Reliabilitas dan Validitas 1. Reliabilitas Neuman (2000) dalam bukunya mendefinisikan reliabilitas, “Reliability means dependability or consistency. It suggest that the same thing is repeated or recurs under the identical or very similiar condition”. Kata kunci dari definisi yang dikemukakan oleh Neuman tentang reliabilitas adalah kekonsistenan, keajegan, atau ketetapan (Herdiansyah, 2010: 184). Reliabilitas dalam penelitian kualitatif diartikan kepada tingkat kesesuaian antara data/uraian yang dikemukakan oleh subyek dengan kondisi yang sebenarnya. Seberapa jauhkah kesesuaian antara data yang dikemukakan oleh subyek dengan kondisi konkret di lapangan. Untuk melihat tingkat kesesuaian tersebut diperlukan keandalan, ketelitian, dan kreativitas peneliti dalam mengungkapkannya. Terdapat beberapa teknik yang bisa digunakan oleh ahli-ahli kualitatif, antara lain: a. Melakukan prosedur cek ulang (re-checking) secara cermat b. Melakukan
teknik
penggalian
data
yang
bervariasi
dan
komprehensif c. Menambah jumlah subyek dan informan penelitian (Herdiansyah, 2010: 188-189). Reliabilitas merupakan kekonsistenan beberapa data yang diperoleh peneliti, seperti proses pembentukan perilaku seksual akan selalu konsisten beragam dalam konstruksi perilaku seksual homoseksual
49
(lesbian-gay). Berbeda dengan perilaku seksual yang dilakukan pada pasangan homoseksual yang mungkin bisa tidak konsisten terjadi, namun informan akan selalu konsisten dalam menyampaikan kebenaran atas dirinya. Peneliti dapat membuktikan kebenaran data yang diperoleh sebab antara peneliti dan informan telah ada rasa saling kepercayaan. Sistem wawancara secara sharing dan penceritaan (storytelling) menjadikan informan nyaman untuk bercerita. Data yang didapat juga dapat dikonfirmasikan kepada pasangan dan teman yang secara interaksi cukup intens dengan informan dan peneliti (Dezin & Lincoln, 2009: 655). 2. Validitas Pada penelitian kualitatif validitas berarti keaslian atau autentisitas (authenticity). Autentisitas diartikan sebagai jujur (honest), adil (fair), seimbang, dan sesuai berdasarkan sudut pandang individu/subyek yang bersangkutan (Herdiansyah, 2010: 190). Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang tejadi pada objek penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti, dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian (Sugiono, 2013: 117). Terdapat dua macam validitas, yaitu: a. Validitas internal yaitu validitas yang berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai. Peneliti akan
50
menjelaskan proses pembentukan perilaku seksual pada pasangan lesbian dan gay sesuai dengan data yang didapatkan b. Validitas eksternal yaitu validitas berkenaan dengan derajad akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi di mana sampel tersebut diambil. Validitas ini berkaitan dengan cara peneliti mengambil data yang dapat dikatakan benar atau salah. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, analisis dokumen yang ketiganya sesuai dengan teknik penelitian kualitatif sehingga pada validitas eksternal dapat dikatakan valid. Hal yang memperkuat validitas eksternal dalam penelitian ini adalah peneliti mengamati dan wawancara secara langsung dengan informan sehingga dapat dipertanggungjawabkan data-data yang diperoleh (Sugiono, 2013: 117-118). Validitas dan reliabilitas data pada penelitian ini diperkuat dengan triangulasi sumber. Artinya, peneliti memeriksa keabsahan data melalui sumber lainnya melalui langkah-langkah berikut: a. Menanyakan baik secara langsung atau tidak mengenai hal-hal yang telah diutarakan informan terhadap peneliti kepada pasangan teman informan b. Menganalisis data yang diperoleh dengan kajian kepustakaan terutama hasil penelitian. c. Membandingkan data hasil wawancara dengan observasi (Sugiono, 2013: 127).
51
B. Teknik Analisis Data Miles dan Hubermas (2009) dalam bukunya yang berjudul Analisis Data Kualitatif mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Proses analisis ini melalui empat tahap yaitu tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Adapun empat tahap dalam analisis data yaitu sebagai berikut : 1. Pengumpulan data Analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Data yang diperoleh merupakan data hasil dari observasi, wawancara atau catatan lapangan. Data penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dan observasi pada pasangan lesbian dan gay di Yogyakarta yang menjadi informan. 2. Reduksi data Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada langkah-langkah penyederhanaan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data juga dapat didefinisikan sebagai kegiatan merangkum data yang telah terkumpul, peneliti memilih hal-hal yang pokok saja atau memfokuskan pada hal yang penting. Data yang dihasilkan dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi merupakan data yang belum tersistematika dengan baik, masih perlu perapihan. Data yang diperoleh merupakan data
52
yang terkait dengan bagaimana proses pembentukan perilaku pada pasangan lesbian dan gay yang kemudian disederhanakan dan disajikan dengan memilih data yang relevan, kemudian menitikberatkan pada data yang paling relevan selanjutnya mengarahkan data pada pemecahan masalah dan memilih data yang dapat menjawab permasalahan penelitian. Reduksi data berlangsung terus menerus selama proses penelitian berlangsung dan berlanjut terus sesudah penelitian lapangan sampai laporan akhir lengkap tersusun. Jika data telah direduksi, diharapkan mampu memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya lagi bila diperlukan. 3. Penyajian data Penyajian data adalah merupakan upaya penyusunan sekumpulan informasi ke dalam suatu bentuk yang padu. Penyajian data disini dalam bentuk uraian singkat. Banyaknya data yang diperoleh tentunya akan menyulitkan peneliti untuk melihat gambaran hasil penelitian maupun proses pengambilan kesimpulan, sebab hasil penelitian masih berupa data-data yang berdiri sendiri. penyajian data diharapkan agar mudah dipahami apa yang terjadi dan dapat merencanakan kerja selanjutnya. Penyajian data dalam penelitian ini menggunakan analisis secara naratif dan deskriptif.
53
4. Penarikan kesimpulan atau verifikasi Hal terakhir yang dilakukan dalam analisis data yaitu penarikan kesimpulan.
Setelah
melalui
beberapa proses
kemudian ditarik
kesimpulannya. Peneliti berupaya mencari makna dibalik data yang diperoleh dalam proses penelitian serta menganalisis data dan membuat kesimpulan. Peneliti harus benar-benar jeli dalam menyimpulkan hasil penelitiannya dan jangan sampai salah menyimpulkan atau menafsirkan. Penarikan kesimpulan sendiri merupakan usaha mencari atau memahami makna, keteraturan pola-pola penjelasan, alur sebab akibat atau proposisi. Kesimpulan yang ditarik segera diverifikasi dengan cara melihat dan mempertanyakan kembali sambil melihat catatan dilapangan agar memperoleh pamahaman yang lebih tepat. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan mendiskusikannya. Diskusi dilakukan agar data yang diperoleh dan penafsiran terhadap data tersebut memiliki validitas sehingga kesimpulan yang ditarik menjadi kokoh (Miles & Huberman, 2009:16-20). Secara Skematis model interaktif Miles dan Huberman digambarkan sebagai berikut: Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Bagan 2. Model Interaksi Analisis Miles dan Huberman
54
C. Etika Penelitian Convention
scientific
research
mengemukakan
perlunya
memperhatikan masalah etika dalam penelitian yang melibatkan subyek manusia. Hal ini menyangkut masalah tata aturan dan nilai bagi peneliti maupun yang diteliti agar tidak terjadi benturan antarnilai yang dianut oleh kedua belah pihak atau untuk menghindari ekspolitasi dan manipulasi yang berdampak merugikan bagi salah satu pihak (Herdiansyah, 2010: 30). Peneliti harus memegang prinsip konfidensialitas dan privasi. Prinsip konfidensialitas dan privasi diartikan sebagai suatu usaha maksimal dari peneliti untuk menjaga kerahasiaan atribut dari subjek yang diteliti untuk tetap dalam domain pribadi subjek dan bukan berubah menjadi domain publik atau umum. Atribut subjek yang dimaksud dapat berupa identitas subjek, dan lain sebagainya (Herdiansyah, 2010: 33). Konsep
plagiarisme
dan
ethical
misconduct
juga
berusaha
diminimalisir. Plagiat atau perbuatan melanggar hak kekayaan ilmiah seseorang disebut plagiarisme. Misconduct bukan perilaku salah, melainkan pekerti salah menyimpang dari etik baik-buruk (Muhadjir, 2011: 22-23). Hal demikian harus diperhatikan, agar hasil penulisan skripsi ini sesuai dengan etika penulisan karya ilmiah.