BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan sebab-akibat melalui pemanipulasian variabel bebas dan menguji perubahan yang diakibatkan oleh pemanipulasian tadi, sehingga penelitian ini digolongkan kepada penelitian eksperimen (Ruseffendi, 1998). Hasil dari pemanipulasian terhadap variabel bebas ini dapat dilihat dari variabel terikatnya yaitu berupa peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan dua perlakuan. Pada kelas eksperimen dilaksanakan suatu pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Resource-Based Learning, sedangkan pada kelas kontrol dilaksanakan suatu pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran langsung. Terhadap kedua kelompok tersebut diberikan pretes sebelum pembelajaran dan postes setelah pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, maka desain penelitian yang digunakan adalah desain Quasi eksperimen yakni desain kelompok kontrol non-ekuivalen (Ruseffendi, 1998) yang digambarkan sebagai berikut: O X
O
O
O
Keterangan : O
: Pretes atau postes
X
: Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan ResourceBased Learning. : Subjek tidak dikelompokkan secara acak
B. Populasi dan Sampel Penelitian Khususwanto, 2013 Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Resource-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Self Confidence Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
33
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di salah satu SMPN di Purwakarta yang terdiri dari 9 kelas. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara pengundian terhadap kelas anggota pupulasi. Dua kelas yang terpilih yakni kelas VIII B dijadikan kelas eksperimen dan kelas VIII F dijadikan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Resource-Based Learning, sedangkan pada kelas kontrol dilaksanakan pembelajaran langsung.
C. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas instrumen tes dan instrumen non tes.Instrumen tes yaitu tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Sedangkan instrumen non tes terdiri atas: skala sikap (angket), dan pedoman observasi. Penjelasan dari instrumen-instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Tes (tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa) Bentuk soal tes dalam penelitian ini berbentuk uraian, pemilihan soal dengan bentuk uraian ini bertujuan untuk mengungkap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Instrumen tes ini digunakan pada saat pretes dan postes dengan karakteristik setiap soal pada masing-masing tes adalah identik, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Instrumen penelitian yang baik, tentu harus diperhatikan kualitas dari instrumen tersebut. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kualitas soal yang baik, harus diperhatikan kriteria yang harus dipenuhi, diantaranya dilihat dari beberapa hal berikut: validitas soal, reliabilitas soal, daya pembeda, dan indeks kesukaran. Untuk mengetahui kriteria-kriteria ini, di bawah ini dipaparkan penjelasannya, yaitu: 1) Validitas Butir Soal Definisi validitas diungkapkan oleh Suherman, dkk. (2003) yaitu suatu alat evaluasi disebut valid (absah atau sahih) apabila alat tersebut mampu Khususwanto, 2013 Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Resource-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Self Confidence Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
34
mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Oleh karena itu, keabsahannya tergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu dalam melaksanakan fungsinya. Dengan demikian suatu alat evaluasi disebut valid jika ia dapat mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang dievaluasi itu. Koefisien validitas butir soal diperoleh dengan menggunakan rumus korelasi produk-momen memakai angka kasar (raw score), yaitu: rxy
n X
Dengan:
n
n XY X Y 2
X n Y 2 Y 2
2
= banyaknya subyek (testi)
X = skor setiap butir soal Y = skor total butir soal Signifikansi koefisien korelasi dapat diketahui dengan melakukan uji-t. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut (Sujana, 1992):
t = rxy
n2 1 r 2
Keterangan : t
: nilai t hitung
n : banyak subjek rxy : koefisien korelasi Untuk taraf signifikansi α dan derajat kebebasan dk = (n – 2), H0 diterima jika: >
. Dalam keadaan lain, H0 ditolak artinya butir soal tersebut valid.
Untuk tes kemampuan berpikir kreatif dengan α= 0,05 dan derajat kebebasan 25, nilai yang diperoleh berdasarkan tabel adalah t(0,95; 25) = 1,71. hasil uji-t semua butir soal memiliki thitung > ttabel sehingga H0 ditolak. Ini berarti bahwa semua soal tersebut valid. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini: Tabel 3.1 Validitas Butir Soal Khususwanto, 2013 Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Resource-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Self Confidence Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
35
No. Soal 01 02 03 04
Koefisien Korelasi 0,70 0,90 0,89 0,89
Kriteria Validitas Sedang Tinggi Tinggi Tinggi
t hitung
Keterangan
4,89 10,31 10,03 9,91
Valid Valid Valid Valid
Dari tabel di atas terlihat untuk keempat soal kemampuan berpikir kreatif matematis valid, berarti soal-soal tersebut dapat dipakai sebagai instrumen tes penelitian.
2) Reliabilitas Tes Suatu alat evaluasi disebut reliabel jika hasil evaluasi tersebut relatifsama (konsisten atau ajeg) jika digunakan untuk subjek yang sama (Suherman dkk, 2003).Tolok ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tolok ukur yang dibuat oleh J.P. Guilford (Suherman dkk, 2003) sebagai berikut: Tabel 3.2 Koefisien Reliabilitas Tes Koefisien Korelasi r11 0,20 0,20 r11 0,40 0.40 r11 0.70 0,70 r11 0,90 0,90 r11 1,00
Interpretasi Derajat reliabilitas sangat rendah Derajat reliabilitas rendah Derajat reliabilitas sedang Derajat reliabilitas tinggi Derajat reliabilitas sangat tinggi
Rumus yang digunakan untuk mencari koefisisn reliabilitas soal bentuk uraian adalah dengan rumus Alpha sebagai berikut: 2 n si r11 1 2 st n 1
Dengan:
n si
= Banyak butir soal 2
= Jumlah varians skor setiap item
Khususwanto, 2013 Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Resource-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Self Confidence Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
36
st 2
= Varians skor total
Berdasarkan perhitungan dengan bantuan Microsoft Excel 2010 diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,82. Hal ini menunjukkan bahwa derajat reliabilitas (keajegan) tergolong tinggi, sehingga jika soal digunakan pada subyek yang memilki karakteristik sama akan diperoleh hasil evaluasi yang relatif sama.
3) Daya Pembeda Dalam Suherman dkk (2003) dijelaskan bahwa daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara testi (siswa) yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Derajat daya pembeda (DP) suatu butir soal dinyatakan dengan Indeks Diskriminasi yang bernilai dari -1,00 sampai dengan 1,00. Rumus untuk menentukan daya pembeda untuk jenis soal uraian dikemukakan oleh To (Maulana, 2007) yaitu: ̅
̅
dengan : DP = Daya Pembeda ̅ = rata-rata skor kelompok atas ̅ = rata-rata skor kelompok bawah SMI = skor maksimum ideal Adapun klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang banyak digunakan adalah (Suherman dkk, 2003): Tabel 3.3 Indeks Daya Pembeda Indeks Daya Pembeda DP 0,00 0,00 DP 0,20 0,20 DP 0,40 0,40 DP 0,70 0,70 DP 1,00
Interpretasi Sangat jelek Jelek Cukup Baik Sangat baik
Khususwanto, 2013 Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Resource-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Self Confidence Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
37
Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan Microsoft Excel 2010, diperoleh daya pembeda untuk masing-masing soal seperti tampak pada Tabel 3.4 berikut: Tabel 3.4 Daya Pembeda Soal No 1. 2. 3. 4.
Soal Soal nomor 1 Soal nomor 2 Soal nomor 3 Soal nomor 4
Daya Pembeda 0,21 0,21 0,22 0,30
Kriteria Cukup Cukup Cukup Cukup
4) Indeks Kesukaran Derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut indeks kesukaran (Difficulty Index). Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval (kontinum) 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks kesukaran 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah. Rumus untuk menentukan indeks kesukaran soal uraian dikemukakan oleh To (Maulana, 2007) yaitu: ̅
dengan :
IK = Indeks Kesukaran ̅
= rata-rata skor tiap butir soal
SMI = Skor maksimum ideal Klasifikasi indeks kesukaran yang sering digunakan adalah: Tabel 3.5 Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran IK 0,00 0,00 IK 0,30 0,30 IK 0,70
Interpretasi soal terlalu mudah soal sukar soal sedang
Khususwanto, 2013 Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Resource-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Self Confidence Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
38
0,70 IK 1,00 IK 1,00
soal mudah soal terlalu mudah
Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan Microsoft Excel 2010, diperoleh indeks kesukaran untuk masing-masing soal seperti tampak pada Tabel berikut: Tabel 3.6 Tingkat Kesukaran Soal No Soal 1. Soal nomor 1 2. Soal nomor 2 3. Soal nomor 3 4. Soal nomor 4 2. Non Tes
Indeks Kesukaran 0,20 0,21 0,23 0,25
Kriteria Sukar Sukar Sukar Sukar
Instrumen non tes yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu: angket atau skala sikap siswa, dan pedoman observasi. Penjelasan dari masing-masing instrumen non tes ini adalah: 1) Angket atau Skala Sikap Siswa Angket atau skala sikap siswa ini digunakan untuk mengetahui Self confidence
siswa
yang
memperoleh
pembelajaran
matematika
dengan
menggunakan pendekatan Resource-Based Learning. Model skala sikap yang digunakan adalah model skala Likert yang dimodifikasi terdiri dari 4 pilihan jawab, yaitu: SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). 2) Pedoman Observasi Pedoman observasi yang digunakan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas pembelajaran (aktivitas guru dan siswa) dengan menggunakan pendekatan Resource-Based Learning. D. Variabel Penelitian Variabel merupakan objek atau titik perhatian dari suatu penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah pembelajaran Khususwanto, 2013 Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Resource-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Self Confidence Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
39
matematika dengan menggunakan pendekatan Resource-Based Learning (variabel bebas) dan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dan Self confidence sebagai variabel terikatnya. E. Prosedur Penelitian Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 4 tahapan, yaitu: (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap analisis data, dan (4) tahap pembuatan kesimpulan. Penjelasan dari keempat tahap tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan Pada tahap ini, dilaksanakan beberapa kegiatan yaitu: pengembangan perangkat pembelajaran (lembar aktivitas siswa), penyusunan instrumen dan uji coba instrumen, revisi perangkat pembelajaran, dan pemilihan kelas sampel pada seluruh kelas VIII SMP N 1 Pasawahan Purwakarta sebanyak dua kelas untuk dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. 2. Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini, kegiatan awal yang dilakukan adalah memberikan pretes kemampuan berpikir kreatif matematis untuk kedua kelas. Hal ini bertujuan untuk mengukur kemampuan awal kedua kelas tersebut. Selanjutnya melakukan pembelajaran sesuai jadwal dan materi yang sudah ditetapkan. Pada saat pembelajaran, aktivitas pembelajaran diobservasi oleh observer. Setelah pembelajaran berakhir secara keseluruhan, dilaksanakan tes kemampuan berpikir kreatif matematis untuk kedua kelas sampel. Selanjutnya pengisian angket self confidence oleh siswa di kelas eksperimen. 3. Tahap analisis data Analisis data yang dilakukan yaitu: pengumpulan data kuantitatif dan data kualitatif, pengolahan dan penganalisisan hasil data kuantitatif berupa pretes dan postes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dari kedua kelas. Kemudian pengolahan data kualitatif berupa hasil angket dan lembar observasi. Khususwanto, 2013 Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Resource-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Self Confidence Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40
4. Tahap pembuatan kesimpulan Pada tahap ini dilaksanakan penyimpulan terhadap penelitian yang telah dilakukan berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan.
F. Bahan Ajar Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan LAS (Lembar Aktivitas Siswa) untuk kelas eksperimen dan untuk kelas kontrol menggunakan buku paket. Materi pokok yang diajarkan adalah bangun ruang sisi datar dengan sub materi kubus dan balok. Secara lengkap kompetensi dasar, indikator, materi pokok, dan sub materi pokok disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.7 Bahan Ajar Penelitian
Kompetensi Dasar Mengidentifikasi sifatsifat kubus dan balok Menghitung luas permukaan dan volume kubus dan balok
Indikator Siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat kubus dan balok Siswa dapat menghitung luas permukaan dan volume kubus dan balok
Materi
Sub Materi
Bangun ruang sisi datar
Kubus dan Balok
G. Teknik Pengolahan Data Data yang telah diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Pengolahan data kuantitatif dengan bantuan media bantu SPSS 16 for Windows, sedangkan pengolahan data kualitatif dengan menggunakan microsoft office excel 2007. Pengolahan data kuantitatif dan kualitatif dijelaskan sebagai berikut: 1. Data Kuantitatif
Khususwanto, 2013 Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Resource-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Self Confidence Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41
Data kuantitatif dimulai dengan menganalisis hasil pretes. Untuk mengetahui kemampuan awal antara siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama atau tidak, dilakukan uji perbedaan dua rata-rata pretes. Sebelum menggunakan uji perbedaan dua rata-rata pretes tersebut harus diperiksa normalitas dan homogenitas varians data pretes kedua kelompok tersebut. Langkah yang dilakukan adalah: a. Uji normalitas dengan statistik uji Shapiro Wilk, Jika data berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya yaitu uji homogenitas varians dengan uji Levene. Jika data homogen, maka selanjutnya menguji perbedaan dua rata-rata data pretes tersebut dengan menggunakan uji t. sedangkan jika datanya tidak homogen
maka
dilakukan
uji
perbedaan
dua
rata-ratanya
dengan
menggunakan uji t’. b. Jika datanya tidak berdistribusi normal, maka langkah berikutnya adalah menguji perbedaan dua rata-rata dengan uji nonparametrik. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dilakukan perhitungan N-gain dengan rumus (Meltzer 2002):
Selanjutnya untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis kelompok mana yang lebih baik dilakukan uji t dengan mekanisme perhitungan statistik seperti di atas. Sedangkan untuk mengetahui signifikansi perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan RBL dan siswa yang memperoleh pembelajaran langsung ditinjau dari subkelompok tinggi, sedang, dan rendah digunakan statistik uji Anova dua jalur. 2. Data Kualitatif Pengolahan data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Angket atau Skala Sikap Siswa Khususwanto, 2013 Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Resource-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Self Confidence Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
42
Derajat penilaian terhadap suatu pernyataan dalam angket atau skala sikap siswa terbagi menjadi 4 kategori, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Karena data yang diperoleh berupa skala kualitatif, maka data skala kualitatif tersebut ditransfer ke dalam data kuantitatif. Suherman dkk (2003) menjelaskan bahwa untuk pernyataan yang bersifat positif, jawaban SS diberi skor 5, S diberi skor 4, TS diberi skor 2, dan STS diberi skor 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif, jawaban SS diberi skor 1, S diberi skor 2, TS diberi skor 4, dan STS diberi skor 5. Pemberian skor setiap pilihan dari pernyataan angket siswa ditentukan berdasarkan distribusi jawaban responden dengan metode MSI (Methode of Succesive Interval). Menghitung rata-rata skor sikap untuk tiap-tiap sikap siswa dan membandingkan dengan skor netral. Jika skor sikap kurang dari skor netral, artinya siswa mempunyai sikap negatif dan sebaliknya.
b. Pedoman Observasi Pedoman observasi ini dijadikan sebagai data pendukung dalam penelitian ini. Agar memudahkan dalam menginterpretasikannya penyajian pedoman observasi dibuat dalam bentuk tabel.
Khususwanto, 2013 Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Resource-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Self Confidence Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu