BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang diterapkan adalah penelitian deskriptif analisis dengan desain studi kasus. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara membuat deskripsi permasalahan yang telah diidentifikasi. Peneliti berusaha menjelaskan objek yang diteliti dengan sudut pandang peneliti. Penelitian dengan sebuah studi kasus dilakukan dengan observasi secara mendalam terhadap suatu objek penelitian yang dipilih dari beberapa keadaan yang dianggapnya sama. Meskipun beberapa keadaan dianggap sama, tetapi kesimpulan yang diambilnya tidak boleh digeneralisasi sebagai kesimpulan secara menyeluruh terhadap kasus-kasus yang dianggap sama. Sesuai dengan jenis tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang diharapkan dapat menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan, atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu.
3.2. Deskripsi Populasi dan Penentuan Sampel Keseluruhan obyek yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Citra Profoam Nusantara yang memperoleh penghasilan dan dikenakan PPh 21 pada saat penelitian ini. Jumlah populasi yang tersedia
36
37
di Lingkup perusahaan PT. Citra Profoam Nusantara adalah data gaji sebanyak 28 orang karyawan. Karena jumlah populasi cukup banyak, maka dalam penelitian ini ditarik sampel dengan sistem acak, yakni data gaji sebanyak 4 orang diambil dari masing – masing bagian yang ada.
3.3. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Variabel yang diteliti dibedakan kedalam dua kategori, yaitu: 1. Variabel bebas atau independent variable (variabel berpengaruh) adalah Penerapan Tax Planning PPh 21 diberi simbul (X) 2. Variabel tak bebas atau dependent variable (variabel terpengaruh) adalah Pencapaian Tax Saving diberi simbul (Y) Adapun definisi operasional dari masing – masing variabel adalah: 1. Penerapan Tax Planning PPh 21 sebagai variabel bebas (X). Tax planning mengacu pada suatu proses legal untuk merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak agar hutang pajak pada jumlah yang minimal. PPh 21 sendiri adalah pajak penghasilan yang dipungut sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Maka dapat saya simpulkan bahwa tax planning PPh 21 adalah suatu usaha atau cara – cara yang legal dalam merekayasa PPh 21 yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah dan honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak
38
agar beban pajak menjadi serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada dan biasanya dilakukan dengan memanfaatkan hal – hal yang tidak diatur dalam Undang – Undang Perpajakan. Penerapan tax planning PPh 21 dapat diukur dengan beberapa indikator seperti: a. Metode Gross-Up Metode gross-up dilakukan dengan memberikan tunjangan pajak yang jumlahnya sama besar dengan jumlah pajak yang akan dipotong dari karyawan. Pada metode ini, tunjangan pajak akan dibayar oleh perusahaan. Bagi perusahaan, tunjangan pajak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dan hal ini sesuai dengan Undang – undang PPh pasal 6 ayat (1). b. Metode Reimbursement atau Lump-Sum Prosedur reimbursement adalah pembayaran yang disertai dengan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan penggunaan dana dengan meminta bukti pengeluaran. Apabila terdapat kelebihan harus dikembalikan ke perusahaan dan bila kekurangan dapat meminta kembali ke perusahaan. Sedangkan Lump-sump sendiri adalah perusahaan memberikan uang saku, transpot, akomodasi atau biaya lainnya tanpa diminta bukti atas penggunaannya. c. Metode Tunjangan atau Fasilitas Perusahaan dapat memberikan tunjangan makan, tunjangan kesehatan, maupun fasilitas pengobatan kepada para pegawainya. Dengan
39
memberikan tunjangan tersebut akan mengakibatkan bertambahnya jumlah PPh 21. Oleh perusahaan, tunjangan yang diberikan kepada pegawainya akan dijadikan sebagai biaya. 2. Pencapaian Tax Saving sebagai variabel terikat (Y). Penghematan pajak atau tax saving, yaitu suatu cara yang dilakukan oleh wajib pajak dalam mengelakkan utang pajaknya dengan jalan menahan diri untuk tidak membeli produk – produk yang ada pajak pertambahan
nilainya,
pajak
penjualannya
atau
dengan
sengaja
mengurangi jam kerja atau pekerjaan yang dapat dilakukannya sehingga penghasilannya menjadi kecil dan terhindar dan terhindar dari pengenaan pajak penghasilan yang besar (Zain, 2007:50).
3.4. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer, yaitu merupakan data atau informasi yang berhubungan langsung dengan penelitian dimana data ini diperoleh dari sumber intern dan wawancara yang dilakukan dengan bagian personalia. Data yang diperoleh berupa gambaran umum perusahaan 2. Data Sekunder, yaitu merupakan data atau informasi dari perusahaan berupa slip gaji, SPT 1721, dan aturan kepegawaian Sesuai dengan jenis penelitian dan sumber data yang digunakan, maka diperlukan cara – cara atau teknik – teknik pengumpulan data tertentu sehingga proses penelitian dapat berjalan dengan lancar. Teknik pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut:
40
1. Survei pendahuluan, untuk mendapatkan gambaran perusahaan secara garis besar yang berupa gambaran umum perusahaan 2. Wawancara, yaitu dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh data atau informasi dari terwawancara secara langsung maupun tidak langsung. Wawancara dilakukan dengan pihak – pihak dalam perusahaan yang terkait langsung dengan pokok permasalahan. Hal ini dilakukan agar data – data yang diperoleh benar – benar akurat 3. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengutip dokumen – dokumen dan arsip – arsip perusahaan yang dibutuhkan dalam penelitian
3.5. Teknik Keabsahan Data Dalam menguji keabsahan data, terdapat empat kriteria keabsahan dan keajegan yang diperlukan dalam suatu penelitian pendekatan kualitatif. Empat hal tersebut adalah sebagai berikut : 1. Keabsahan Konstruk (Construct validity) Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastiaan bahwa yang berukur benar - benar merupakan variabel yang ingin di ukur. Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada 4 macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu :
41
a. Triangulasi data Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memeiliki sudut pandang yang berbeda b. Triangulasi Pengamat Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing studi kasus bertindak Sebagai
pengamat (expert judgement) yang
memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data c. Triangulasi Teori Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori telah dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan menguji terkumpulnya data tersebut d. Triangulasi metode Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancara dilakukan. 2. Keabsahan Internal (Internal validity) Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh kesimpulan
hasil
penelitian
menggambarkan
keadaan
yang
sesungguhnya. Keabsahan ini dapat dicapai melalui proses analisis dan
42
interpretasi yang tepat. Aktivitas dalam melakukan penelitian kualitatif akan selalu berubah dan tentunya akan mempengaruhi hasil dari penelitian tersebut. Walaupun telah dilakukan uji keabsahan internal, tetap ada kemungkinan munculnya kesimpulan lain yang berbeda. 3. Keabsahan Eksternal (Eksternal validity) Keabsahan ekternal mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada kasus lain. Walaupun dalam penelitian kualitatif memeiliki sifat tidak ada kesimpulan yang pasti, penelitiaan kualitatif tetapi dapat dikatakan memiliki keabsahan ekternal terhadap kasus-kasus lain selama kasus tersebut memiliki konteks yang sama. 4. Keajegan (Reabilitas) Keajegan merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh penelitian berikutnya akan mencapai hasil yang sama apabila mengulang penelitian yang sama, sekali lagi. Dari keempat kriteria tersebut, teknik keabsahan data yang digunakan adalah Triangulasi Data.
3.6. Teknik Analisa Data Adapun teknik analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Menetapkan sasaran atau tujuan manajemen pajak Dalam menentukan sasaran ini, harus dalam lingkup perpajakan dan tidak melanggar ketentuan peraturan perpajakan. Selain itu ketentuan administratifpun juga tidak boleh terlewatkan agar terhindar dari sanksi – sanksi administrasi maupun sanksi pidana.
43
2. Tax Planning Salah satu tujuan dari tax manajemen adalah tax planning. Dalam tax planning ini dilakukan proses merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak agar jumlah hutang pajak tidak terlalu besar. 3. Penghitungan PPH pasal 21 Dalam penghitungan PPh pasal 21, ada beberapa metode yang dapat dilakukan, diantaranya adalah: a. Gross-Up Metode pemotongan pajak dimana perusahaan memberikan tunjangan pajak yang jumlahnya sama besar dengan jumlah pajak yang dipotong dari karyawan. b. Reimbursement atau Lump Sum Reimbursement adalah pembayaran yang dilakukan karyawan, kemudian
karyawan
berkewajiban
mempertanggungjawabkan
penggunaan danan tersebut dengan memberikan bukti pengeluaran kepada perusahaan. Sedangkan Lump Sum tidak jauh beda dengan reimbursement, tetapi ada perbedaannya yaitu lump sum dalam pemakaian dana perusahaan tidak diperlukan bukti pemakaian dana. c. Fasilitas atau Tunjangan Perusahaan dapat memberikan beberapa tunjangan pada karyawannya, misalnya tunjangan makan, tunjangan kesehatan, dan tunjangan transportasi. Untuk tunjangan makan misalnya, agar jumlah hutang pajak yang dibayar kecil, maka tunjangan makan dapat diganti
44
perusahaan dengan memberikan fasilitas makan bersama. Dengan demikian nilai hutang pajak akan berkurang. 4. Tax Saving Dengan penghitungan PPh pasal 21 dengan menggunakan salah satu metode, secara langsung akan menyebabkan terjadinya tax saving. Tax saving ini terjadi karena jumlah pajak yang dibayarkan berkurang, sehingga dana yang tersisa bisa digunakan untuk pembiayaan pos – pos lain yang ada di perusahaan.