BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian Fraenkel & Wallen (2008: 261) mengatakan bahwa penelitian eksperimen adalah cara terbaik untuk mengetahui sebab-akibat dan hubungan antara berbagai variabel penelitian. Bentuk dan jenis metode penelitian menurut Tuckman (dalam Riduwan, 2008: 50-51) menyebutkan terdapat empat metode yaitu pre-experimental, true-experimental, factorial, dan quasi experimental. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah preeksperiment (weak experimental design) dan penelitian deskriptif dengan desain penelitian One Group Pretest-Posttest Design (Fraenkel & Wallen, 2008: 265). Pada penelitian ini hanya akan digunakan satu kelompok eksperimen yang akan diberikan treatment dengan dilakukan 2 kali tes yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Tes yang dilakukan sebelum eksperimen (pretest), dan tes yang dilakukan sesudah eksperimen (posttest). Sedangkan untuk metode deskriptif yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis keterlaksanaan kegiatan pembelajaran. Hal tersebut senada dengan penjelasan metode deskriptif yang dikemukakan Sukmadinata (2012: 81), yaitu analisis kegiatan yang diarahkan untuk menganalisis kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan suatu tugas atau pekerjaan. Setelah diberikan perlakuan, berdasarkan hasil pretest dan posttest dilakukan uji N-gain untuk mengetahui pengaruh dari penerapan metode pembelajaran yang digunakan terhadap peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa. Pola desain penelitian ini secara umum dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Desain penelitian the one group pretest - posttest design Pretest Treatment Posttest T1, T2 X T1, T2 (Fraenkel & Wallen, 2008:265)
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
33
34
Keterangan : T1
= pretest dan posttest untuk menjaring data KPS
T2
= pretest dan posttest untuk menjaring data kemampuan kognitif
X
= Perlakuan penerapan pembelajaran CLIS menggunakan Virtual
Laboratory Instrumen yang diberikan ketika posttest setara dengan pretest. Instrumen yang digunakan sebagai pretest dan posttest dalam penelitian ini merupakan instrumen untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif dan keterampilan proses sains siswa yang telah di-judge dan diujicobakan terlebih dahulu.
B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di salah satu SMP negeri di kabupaten Bandung. Dari sejumlah kelas maka akan ditentukan satu kelas sebagai sampel penelitian menggunakan teknik sampling purposive sampling. Purposive sampling ini dilakukan karena dari pihak sekolah menentukan kelas yang akan digunakan sebagai kelas penelitian. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diterapkan model pembelajaran CLIS menggunakan Virtual Laboratory.
C. Definisi Operasional Untuk menghindari perbedaan konsep terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka definisi operasional yang dimaksud dijelaskan sebagai berikut: 1.
Model pembelajaran CLIS dengan menggunakan Virtual Laboratory adalah model pembelajaran yang memiliki tahapan-tahapan untuk membangkitkan perubahan konseptual siswa dengan melakukan kegiatan laboratorium menggunakan media virtual yang bisa mensimulasikan fenomena fisika secara digital. Model pembelajaran CLIS yang
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
35
digunakan
menurut
Rosalind
orientasi (orientation), penyusunan
ulang
gagasan (application
Driver
ini
terdiri
dari
tahap
pemunculan gagasan (elicitation of ideas), gagasan (restructuring of
ideas),
dan
of
ideas),
penerapan
ulang
perubahan
mengkaji
gagasan (review change in ideas). Penerapan Virtual Laboratory ini diterapkan pada tahap peyusunan ulang gagasan dimana siswa melakukan eksperimen dan pengumpulan data. Program software yang digunakan dalam Virtual Laboratory ini menggunakan Adobe Flash yang terlebih dahulu
telah
melalui
Keterlaksanaan
proses
penerapan
judgement
model
oleh
pembelajaran
ahli
multimedia.
CLIS
dengan
menggunakan Virtual Laboratory diamati melalui lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran
dengan
menggunakan
persentase
keterlaksanaan pada pembelajaran. 2. Keterampilan proses sains dalam penelitian ini adalah keterampilan proses sains terintegrasi (integrated skills) yang terdiri dari keterampilan mengamati,
menafsirkan,
memprediksi,
mengkomunikasikan,
dan
menerapkan konsep yang dibatasi dari sembilan aspek keterampilan proses sains menurut Nuryani Rustaman. Keterampilan-keterampilan tersebut diukur dengan menggunakan tes keterampilan proses sains berdasarkan masing-masing indikator keterampilan (Rustaman, 2005). Dalam penelitian ini keterampilan proses sains siswa diukur dengan menggunakan tes tertulis berbentuk pilihan ganda. 3. Kemampuan kognitif dalam penelitian ini dibatasi pada tiga aspek dari enam aspek kemampuan kognitif yang dikemukakan oleh Anderson (2010), yaitu mengingat (C1), memahami (C2), dan mengaplikasikan (C3). Kemampuan kognitif diukur dengan menggunakan tes kemampuan kognitif dalam bentuk tes pilihan ganda yang mencakup ketiga aspek kemampuan kognitif di atas yang dilaksanakan pada saat pretest dan posttest.
D.
Instrumen Penelitian
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
36
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari tiga instrumen yaitu a) Tes tertulis kemampuan kognitif yang diberikan pada saat pretest dan posttest. Tes ini bersifat konseptual dalam bentuk tes objektif model pilihan ganda. Tes ini dibuat untuk menguji kemampuan kognitif C1 sampai C3. b) Tes tertulis keterampilan proses sains yang diberikan pada saat pretest dan posttest. Tes ini berbentuk tes objektif model pilihan ganda yang mencakup kemampuan mengamati, memprediksi, menafsirkan, mengkomunikasikan, dan menerapkan konsep. c) Lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran berupa aktivitas guru dan siswa, yang bertujuan mengamati kesesuaian keterlaksanaan pembelajaran dengan skenario pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Observasi yang dilakukan adalah observasi terstruktur dengan menggunakan daftar cek (√). Format observasi diisi oleh observer pada saat pembelajaran berlangsung. Format observasi berisi tahapan-tahapan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian. d) Skala sikap tanggapan siswa terhadap pembelajaran CLIS dengan Virtual Laboratory. Skala sikap adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respons (responden) sesuai permintaan pengguna (Riduwan, 2010: 99).
E. Teknik Analisis Uji Coba Instrumen Sebelum instrumen tes dipakai dalam penelitian, instrumen tes terlebih dulu di ujicobakan di kelas IX yang berada di sekolah tempat penelitian dilaksanakan. Data hasil uji coba tes kemudian dianalisis untuk mendapatkan keterangan mengenai layak atau tidaknya instrumen tes dipakai dalam penelitian agar data yang didapatkan dalam penelitian menggambarkan kemampuan subjek penelitian. Berikut di paparkan macam-macam analisis yang di gunakan untuk mengetahui kelayakan instrumen tes.
1. Analisis validitas tes
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
37
Validitas butir soal adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan butir soal yang digunakan (Arikunto, 2006: 168). Sebuah soal dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Validitas isi dari setiap butir soal akan dipenuhi dengan menggunakan judgement beberapa pakar yang relevan dengan konten dalam tes yang digunakan yang dalam penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui instrumen yang digunakan sudah tepat untuk mengukur apa yang hendak diukur. Peneliti meminta pendapat dari ahli mengenai instrumen yang telah dibuat dan para ahli dapat memberikan pendapat berupa instrumen sudah tepat, ada yang perlu diperbaiki, atau semua harus diperbaiki. Instrumen tes kemampuan kognitif dan instrumen keterampilan proses sains di-judge oleh empat dosen ahli. Dari pertimbangan empat dosen ahli tersebut, diperoleh berbagai masukan mengenai redaksi, isi, dan konstruk.
2. Analisis reliabilitas tes Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg atau tidak berubah-ubah. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2008). Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan instrumen yang ekuivalen. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama dan waktunya yang berbeda. Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes adalah dengan menggunakan metoda tes ulang (test-retest method). Uji reliabilitas tes pilihan ganda dilakukan menggunakan program Anates versi 4.0 for Windows. Pada program ini menggunakan reliabilitas tes metode belah dua (split-half method), dengan menggunakan korelasi product moment menggunakan persamaan :
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
38
rxy
N XY X Y
N X
2
X
2
N Y
2
Y
2
(Arikunto, 2009: 72)
Keterangan : rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y X = skor tiap butir soal. Y = skor total tiap butir soal. N = jumlah siswa Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen digunakan tolok ukur interpretasi nilai koefisien korelasi menurut Arikunto: Tabel 3.2 Interpretasi Reliabilitas Koefisien Korelasi Kriteria reliabilitas sangat tinggi 0,800 r 1,00 Tinggi 0,600 r 0,80 Cukup 0,41 r 0,60 Rendah 0,21 r 0,40 sangat rendah 0,00 r 0,20 (Arikunto, 2009: 75) Dari hasil analisis jawaban siswa diperoleh nilai
reliabilitas
instrumen tes KPS sebesar 0,826 berada pada kategori sangat tinggi, dan nilai reliabilitas instrumen tes kognitif sebesar 0,839 berada pada kategori sangat tinggi.
3. Analisis tingkat kemudahan tes Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya sesuatu soal disebut dengan indeks kesukaran. Menurut Arikunto (2009) soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Semakin mudah soal itu, semakin besar pula bilangan indeksnya dan menunjukkan soal yang semakin mudah
(Arikunto, 2009: 208). Untuk mengetahui
indeks kesukaran suatu soal digambarkan pada suatu skala antara 0,001,00. Soal yang sukar memiliki indeks 0,00 sedangkan soal yang mudah memiliki indeks kesukaran 1,00. Rumus untuk mencari indeks kesukaran adalah sebagai berikut: KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
39
𝑇𝑘 =
𝑆𝐴 + 𝑆𝐵 × 100% 𝐼𝐴 + 𝐼𝐵
Keterangan: Tk : Indeks tingkat kesukaran butir soal SA : jumlah skor kelompok atas SB : jumlah skor kelompok bawah IA : jumlah skor ideal kelompok atas IB : jumlah skor ideal kelompok bawah
Tabel 3.3 Kategori Tingkat Kemudahan Soal Batasan (%) Kategori 0-15 Sangat sukar 16-30 Sukar 31-70 Sedang 71-85 Mudah 86-100 Sangat mudah (Karno To, 1996: 15)
Proses analisis tingkat kemudahan instrumen menggunakan program Anates versi 4.0 for Windows. Hasil perhitungan tingkat kemudahan soal terdapat pada Tabel 3.4.
No Soal (KPS)
Tabel 3.4 Hasil analisis tingkat kemudahan soal KPS dan kognitif Tingkat Kriteria No Soal Tingkat Kriteria kemudahan (Kognitif) kemudahan 86.96
1 2 3 4 5 6 7 8 9
82.61 17.39 89.13 50.00 45.65 26.09 76.09 43.48
Sangat mudah Mudah Sukar Sangat mudah Sedang Sedang Sukar Mudah Sedang
86.96 21 22 23 24 25 26 27 28 29
52.17 17.39 28.26 45.65 78.26 13.04 34.78 21.74
Sangat mudah Sedang Sukar Sukar Sedang Mudah Sangat sukar Sedang Sukar
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40
No Tingkat Soal kemudahan (KPS) 10 41.30 11 50.00 12 52.17 13 36.96 14 65.22 15 36.96 16 28.26 30.43 17 18 15.22 19 45.65 20 23.91
Kriteria
No Soal Tingkat Kriteria (Kognitif) kemudahan
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar Sukar
30 31 32 33 34 35 36 37
39.13 41.30 23.91 60.87 36.96 26.09 41.30 0.00
Sukar Sedang Sukar
38 39 40
26.09 41.30 15.22
Sedang Sedang Sukar Sedang Sedang Sukar Sedang Sangat sukar Sukar Sedang Sukar
Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 20 soal KPS yang diujicobakan sebanyak 2 buah soal berada pada kategori sangat mudah, 2 soal berada pada kategori mudah, 10 soal berada pada kategori sedang, dan 6 soal berada pada kategori sukar. Sedangkan dari 20 soal kognitif yang diujicobakan sebanyak 1 buah soal berada pada kategori sangat mudah, 1 soal berada pada kategori mudah, 10 soal berada pada kategori sedang, 7 soal berada pada kategori sukar, dan 2 buah soal berada pada kategori sangat sukar.
4. Analisis daya pembeda tes Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2009). Semakin tinggi indeks diskriminasi, maka makin baik soal tersebut. Untuk mengukur daya pembeda dari setiap butir soal, peneliti menggunakan program Anates versi 4.0 for Windows. 𝐷𝑃 =
𝑆𝐴 − 𝑆𝐵 × 100% 𝐼𝐴 (Karno To, 2003)
Keterangan : DP= indeks daya pembeda butir soal tertentu (satu butir) KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41
SA= jumlah jawaban benar pada kelompok atas SB= jumlah jawaban benar pada kelompok bawah IA= jumlah siswa Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka harga tersebut diinterpretasikan pada kriteria daya pembeda sesuai dengan tabel berikut. Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda Instrumen Tes Indeks daya pembeda Kriteria daya pembeda Negatif – 9% Sangat buruk, harus dibuang 10 % – 19 % Buruk, sebaiknya dibuang 20 % – 29 % Agak baik atau cukup 30 % - 49 % Baik 50 % ke atas Sangat baik (Karno To, 1996:15)
No Soal (KPS)
Tabel 3.6 Hasil perhitungan daya beda soal tes KPS dan kognitif Daya Kriteria No Soal Daya Kriteria Pembeda (Kognitif) Pembeda 33.33
1 2 3
33.33 33.33 8.33
4 8.33 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
25.00 66.67
Baik Baik Baik Sangat buruk (dibuang) Sangat buruk (dibuang) Cukup Sangat baik
8.33 21 22 23
33.33 25.00 25.00
Sangat buruk (dibuang) Baik Cukup Cukup
41.67
Baik
50.00 8.33
Sangat baik Sangat buruk (dibuang) Cukup Sangat buruk (dibuang) Sangat baik Baik Buruk (dibuang) Baik Sangat baik Baik Baik
24 25 26 27 28
50.00 41.67
Sangat baik Baik
25.00 8.33
33.33 75.00 50.00
Baik Sangat baik Sangat baik
29 30 31 32
58.33 33.33 16.67
33.33 66.67 58.33 41.67
Baik Sangat baik Sangat baik Baik
33 34 35 36
33.33 50.00 33.33 33.33
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
42
No Soal (KPS)
Daya Pembeda
Kriteria
No Soal Daya (Kognitif) Pembeda
41.67
Baik
37
0.00
33.33
Baik
38
16.67
50.00 41.67
Sangat baik Baik
39 40
66.67 33.33
17 18 19 20
Kriteria
Sangat buruk (dibuang) Buruk (dibuang) Sangat baik Baik
Dari analisis daya beda soal KPS didapatkan bahwa 2 soal berada dalam kategori sangat buruk, 1 soal dalam kategori cukup, 10 soal dalam kategori baik, dan 7 soal dalam kategori sangat baik. Sedangkan dari analisis daya beda soal kognitif didapatkan bahwa 4 soal berada dalam kategori sangat buruk, 2 soal berada dalam kategori buruk, 3 soal dalam kategori cukup, 7 soal dalam kategori baik, dan 4 soal dalam kategori sangat baik. Untuk soal yang memiliki kategori buruk dan sangat buruk tidak digunakan sebagai soal tes dalam penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data 1. Data kemampuan kognitif diperoleh melalui tes tertulis bentuk pilihan ganda. 2. Data keterampilan proses sains siswa diperoleh melalui tes tertulis bentuk pilihan ganda. 3. Data observasi keterlaksanaan model pembelajaran. Lembar observasi dibuat bertujuan sebagai pedoman untuk melakukan observasi aktifitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan tahapan model pembelajaran. Pengamat memberikan tanda check (√) pada tahapan pembelajaran yang terlaksana, dan mengisi kolom keterangan pada lembar observasi jika terdapat saran atau tambahan mengenai proses pembelajaran yang tak tercantum dalam kolom tahapan pembelajaran. 4. Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran CLIS dengan Virtual Laboratory KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
43
Teknik yang digunakan untuk memperoleh data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dilakukan dengan skala sikap secara kualitatif.
G.
Prosedur penelitian Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu : a. Tahap Persiapan Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi : 1) Studi kasus ke lokasi penelitian dengan mewawancarai guru 2) Observasi ke lokasi penelitian untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang biasa dilaksanakan. 3) Memberikan tes KPS dan kemampuan kognitif untuk mengetahui kemampuan awal siswa 4) Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat mengenai permasalahan yang akan dikaji. 5) Telaah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dilakukan untuk mengetahui kompetensi dasar yang hendak dicapai. 6) Menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
dan
skenario
pembelajaran. 7) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembelajaran (khusus untuk Virtual Laboratory membuat baru dalam bentuk Adobe Flash) 8) Menyusun instrumen penelitian b. Tahap Pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi : 1) Memberikan tes awal (pretest) untuk mengukur keterampilan proses sains dan kemampuan kognitif siswa sebelum diberikan perlakuan. 2) Memberikan perlakuan pada kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran CLIS menggunakan Virtual Laboratory. 3) Memberikan tes akhir (posttest) untuk mengukur keterampilan proses sains dan kemampuan kognitif setelah diberi perlakuan. KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
44
c. Tahap Akhir Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilakukan antara lain: 1) Mengolah data hasil pretest dan posttest. 2) Menganalisis peningkatan keterampilan proses sains dan kemampuan kognitif
siswa
yang
mendapatkan
model
pembelajaran
CLIS
menggunakan Virtual Laboratory. 3) Membuat kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data. 4) Memberikan saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang sesuai. Adapun alur penelitian ini dapat ditunjukkan pada gambar 3.1
PENDAHULUAN
PERENCANAAN & PENYUSUNAN INSTRUMEN
PELAKSANAAN
PENGOLAHAN DATA & PELAPORAN
Studi pendahuluan: Wawancara dengan guru Observasi lapangan (kondisi siswa, kondisi sarana dan prasarana sekolah , kondisi pembelajaran fisika) Tes awal KPS dan Kemampuan kognitif Identifikasi masalah
Penentuan Sampel Penelitian
Tes awal (pre-test) menggunakan instrumen yang telah diujicoba
Pengolahan data hasil pretest dan posttest, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, dan angket siswa
Penyusunan RPP pembelajaran CLIS menggunakan Virtual Laboratory
Penerapan model pembelajaran CLIS menggunakan Virtual Laboratory Melakukan analisis data penelitian menggunakan gain yang dinormalisasi untuk menentukan kategori peningkatan KPS dan kemampuan kognitif
Pembuatan kisi-kisi instrumen dan pembuatan Virtual Lab Cahaya untuk kegiatan pembelajaran
Pengumpulan data keterlaksanaan model pembelajaran dan KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015 dan judgement instrument angket siswa PENGARUH PENERAPAN MODELvirtual PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) judgement lab MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES Cahaya SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Studi literatur: Analisis kurikulum dan materi fisika SMP
Pembahasan
Ujicoba instrumen tes
Tes akhir (postest)
45
Gambar 3.1 Rencana alur penelitian
H. Teknik Analisis Data 1.
Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran Untuk melihat persentase ketercapaian pelaksanaan pembelajaran
ditentukan dari rata-rata persentase tiap kegiatan. Nilai ini menunjukkan nilai keterlaksanaan kegiatan yang ada dalam pembelajaran CLIS menggunakan Virtual Laboratory. Adapun langkah langkah yang dilakukan untuk mengolah data tersebut adalah sebagai berikut: 1)
Menghitung jumlah jawaban “ya” dan “tidak” yang observer isi
pada format observasi keterlaksanaan pembelajaran. 2)
Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan rumus persamaan (3.1):
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
46
% Keterlaksanaan Pembelajar an
Observer yang menjawab ya atau tidak x 100% ...(3.1) Observer seluruhnya (Sugiono, 2008)
Untuk
mengetahui
kategori
keterlaksanaan
pembelajaran
CLIS
menggunakan Virtual Laboratory dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.7 Tabel 3.7 Kriteria keterlaksanaan pembelajaran KM (%) Kriteria KM = 0 0 < KM < 25 25 ≤ KM < 50 KM = 50 50 < KM < 75 75 ≤ KM < 100 KM = 100
Tak satu kegiatan pun terlaksana Sebagian kecil kegiatan terlaksana Hampir setengah kegiatan terlaksana Setengah kegiatan terlaksana Sebagian besar kegiatan terlaksana Hampir seluruh kegiatan terlaksana Seluruh kegiatan terlaksana (Pelita, dalam Kurniawan: 2013)
2. Analisis Skala Sikap Siswa Analisis data skala sikap dihitung dengan cara mencari persentase tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mengolah data tersebut adalah: 1. Menghitung jumlah jawaban “SS” ,“S”,“TS” dan “STS” yang disi pada skala sikap tanggapan siswa terhadap pembelajaran. 2.
Melakukan perhitungan persentase angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan persamaan berikut: % 𝑇𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 =
∑
𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏 𝑆𝑆/𝑆/𝑇𝑆/𝑆𝑇𝑆 𝑥100%. . . (3.2) ∑ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛
Untuk mengetahui kategori skala sikap siswa terhadap pembelajaran, dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.8. Tabel 3.8 Kriteri skala sikap tanggapan siswa terhadap pembelajaran ATGS (%) Kriteria ATGS = 0
Tak satupun siswa
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
47
ATGS (%) 0 < ATGS < 25 25 ≤ ATGS < 50 ATGS = 50 50 < ATGS < 75 75 ≤ ATGS < 100 ATGS = 100
Kriteria Sebagian kecil siswa Hampir setengah siswa Setengah siswa Sebagian besar siswa Hampir seluruh siswa Seluruh siswa (Wibowo: 2012)
3. Analisis Peningkatan Kemampuan Kognitif dan KPS Siswa Data peningkatan keterampilan proses sains dan kemampuan kognitif dianalisis dengan menggunakan gain yang dinormalisasi. Langkah-langkah dalam penganalisisan data dari hasil tes awal dan tes akhir hasil kemampuan kognitif dan KPS siswa adalah sebagai berikut: a.
Menentukan skor dan nilai tes awal dan tes akhir.
b.
Menentukan nilai rata-rata dan persentase masing-masing kategori.
c.
Menghitung skor gain yang dinormalisasi (N-Gain) dari tes awal dan
tes akhir untuk menunjukkan peningkatan kemampuan kognitif dan KPS menggunakan persamaan (3.3) yang dikembangkan oleh Hake
g
S post S pre Sm ideal S pre
Keterangan : g
...................................................................(3.3) = gain yang dinormalisasi
Spost
= skor tes akhir yang diperoleh siswa
Spre
= skor tes awal yang diperoleh siswa
Sm ideal = skor maksimum ideal d.Menentukan skor rata-rata gain yang dinormalisasi Untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif dan KPS siswa pada materi cahaya digunakan data skor rata-rata gain yang dinormalisasi yang diolah dengan menggunakan persamaan (3.4)
yang dikembangkan oleh
Hake (1999)
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
48
<S post S pre Sm ideal S pre
..........................................................(3.4)
Keterangan:
= skor rata-rata gain yang dinormalisasi
<Spost>
= skor rata-rata tes akhir yang diperoleh siswa
<Spre>
= skor rata-rata tes awal yang diperoleh siswa
Sm ideal
= skor maksimum ideal
d. Mengintrepetasikan skor rata-rata gain yang dinormalisasi dengan menggunakan Tabel 3.9. Tabel 3.9 Kriteria nilai rata-rata N-gain Nilai Kriteria ≥ 0,7 Tinggi 0,3 ≤ < 0,7 Sedang < 0,3 Rendah (Hake: 1999)
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu