BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis
Penelitian,
Waktu,
dan
Lokasi
Pengambilan Data 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif mencakup penilaian sikap atau pendapat tentang individu, organisasi,
peristiwa,
atau
prosedur
dengan
memanfaatkan peranan teknik statistika (Silalahi, 2009) 3.1.2 Waktu dan Lokasi Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan selama bulan Februari – Mei 2014 di 15 SLTA di Salatiga dengan responden guru BK sekolah. Ada 28 SLTA di Salatiga terdiri dari 8 SMA, 19 SMK, dan 1 MA. Pemilihan 15 SLTA berdasarkan pada keberadaan guru BK sekolah dan pemberian ijin dari pihak sekolah.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah guru BK di 15 SLTA di Salatiga yang berjumlah 47 orang guru.
Penulis
menggunakan teknik sampel jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Penelitian ini melibatkan 47 orang guru BK.
33
3.3 Teknik
Pengumpulan
Data
dan
Teknik
Analisis Data 3.3.1 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menyebarkan skala sikap kepada setiap guru BK di setiap sekolah.
Skala sikap
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Widoyoko, 2012). Skala sikap untuk guru BK ini dipergunakan untuk mengumpulkan data faktor penyebab guru BK tidak melakukan evaluasi terhadap program BK sekolah mereka. Berikut ini adalah tabel kisi-kisi skala sikap:
34
Tabel 3.1 Kisi-kisi Skala Sikap Alasan Guru BK Tidak Melakukan Evaluasi Perencanaan Program
Konsep Alasan
Sub-konsep
guru
BK
SLTA adalah:
1. Kekurangan Waktu
1. Kekurangan waktu 2. Kurangnya
Epistemic a. Kegiatan
non-BK
merupakan
dasar
a. Guru selain
melakukan
sebagai
evaluasi
sekolah
perencanaan
tentang
program.
Item BK
mengerjakan
bagi guru BK tidak
pelatihan penelitian
Indikator
Correlation
tugas
tugas utama konselor
1. Sebagai guru BK saya banyak mendapatkan
dan
melaksanakan tugas sekolah di
luar
tugas
pengembangan
di
diri
area peserta
didik. 2. Sebagai guru BK saya terlibat
dan
hampir
evaluasi
di
setiap
aspek
operasional sekolah
3. Terbatsnya data sekolah tentang siswa
untuk
b. Waktu
yang
kepentingan
tersedia
untuk
evaluasi
merencanakan
perencanaan
program
program BK
merupakan dasar
BK
b. Kecukupan
waktu
3. Waktu bagi guru BK untuk
untuk merencanakan
membuat
perencanaan
program BK
program tidak banyak. 4. Selama pelaksanaan program terjadi
kasus-kasus
35
yang
4. Evaluasi
bagi
guru
membutuhkan
tidak
melakukan
dana
evaluasi
mengurangi
perencanaan
kegiatan
program.
program.
5. Kesulitan menentukan kriteria
BK
membutuhkan layanan secara insidental
sehingga waktu
untuk
perencanaan
yang
tepat dan dapat diukur
c. Pendistribusian
c. Pendistribusian waktu
5. Waktu yang
saya gunakan
waktu
untuk
untuk layanan dasar,
lebih
layanan
dasar,
perencanaan individu,
memberikan layanan di dalam
perencanaan
layanan responsif, dan
dan
individu, layanan
dukungan sistem.
membantu
responsif,
banyak luar
untuk
kelas siswa
untuk mencapai
dan
kompetensi-kompetensi dasar
dukungan system
yang sudah ditetapkan dalam
merupakan dasar
program BK.
bagi
guru
tidak
melakukan
BK
6. Waktu yang lebih
saya gunakan
banyak
untuk
evaluasi
memberikan
layanan
perencanaan
penilaian, pemberian saran,
program.
dan
perencanaan
siswa.
36
individu
7. Waktu yang lebih
saya gunakan
banyak
untuk
memberikan
layanan
konseling
individu
dan
kelompok,
konsultasi,
dan
referral. 8. Waktu yang lebih
saya gunakan
banyak
melakukan
untuk
penelitian
dan
pengembangan, pengembangan
profesional,
humas,
manajemen
dan
program BK. 9. Layanan orientasi, informasi, penempatan dan
&
penyaluran,
penguasaan
menyita
sebagian
konten besar
waktu. d. Rasio BK:siswa
guru
d. Rasio guru BK : siswa
10. Seorang guru BK melayani lebih dari 250 siswa
37
merupakan dasar bagi
guru
BK
tidak
melakukan
evaluasi perencanaan program. 2. Kurangnya
a. Kesempatan
a. Kesempatan
11. Sebagai
guru
BK
saya
pelatihan
mengikuti pelatihan
mengikuti
pelatihan
mendapat kesempatan yang
tentang
tentang
tentang
penelitian
cukup
penelitian dan
dan
evaluasi
program
penelitian evaluasi
merupakan
BK
untuk
mengikuti
dan evaluasi program
seminar/workshop tentang
BK
penelitian
dasar
termasuk
evaluasi program BK.
bagi guru BK tidak melakukan evaluasi perencanaan program
b. Penguasaan tentang konsep dan praksis
b. Penguasaan
tentang
12. Dengan pelatihan yang saya
konsep dan praksis
dapatkan, saya memahami
38
penelitian dalam BK
penelitian dalam BK
berbagai jenis dan metode
sebagai
sebagai
penelitian.
hasil
dari
pelatihan
hasil
dari
pelatihan
merupakan
dasar
13. Dengan pelatihan yang saya dapatkan,
saya
mampu
bagi guru BK tidak
merancang
melakukan evaluasi
bimbingan dan konseling
perencanaan
penelitian
14. Dengan pelatihan yang saya
program.
dapatkan,
saya
mampu
memanfaatkan
hasil
penelitian dalam bimbingan dan
konseling
dengan
mengakses
jurnal
pendidikan dan bimbingan dan konseling. c. Terlibat
atau
tidaknya
guru
dalam
penelitian
merupakan tidak evaluasi
BK
dasar
melakukan
c. Keterlibatan guru BK dalam penelitian
15. Sebagai
guru
mampu
BK
penelitian, evaluasi
saya
melakukan termasuk perencanaan
program BK, secara objektif dan ilmiah.
39
perencanaan
16. Saya
program.
hanya
membantu
mengumpulkan data ketika ada penelitian dan evaluasi program
BK
sehingga
ketrampilan penelitian dan evaluasi
saya
kurang
berkembang. 17. Hanya staf tertentu yang sudah
mendapatkan
pelatihan
saja
yang
merencanakan
dan
melakukan penelitian dan evaluasi. 18. Saya
tertarik
melakukan
untuk evaluasi
program BK tetapi kurang mengetahui sistematikanya. 3. Terbatasnya data
sekolah
tentang siswa
Ada data
atau
tidaknya siswa
merupakan hal yang
Ketersediaan data siswa di sekolah
19. Data
siswa
dikumpulkan
sejak
yang awal
masuk sekolah hanya untuk
40
untuk
mendasari
kepentingan
tidak
evaluasi
evaluasi perencanaan
kepentingan
perencanaan
program BK
perencanaan program BK.
program BK
guru
BK
melakukan
kepentingan dan
administratif
bukan
20. Tidak
untuk evaluasi
terdapat
mengenai
data
kemampuan
intelegensi,
bakat,
minat,
dan aspirasi karier siswa. 21. Terdapat
data
mengenai
gender dan orientasi seksual siswa. 22. Terdapat
data
mengenai
keragaman orang tua siswa, misal
orang
tua
biologis,
orang tua angkat, atau orang tua yang homoseksual. 23. Terdapat
data
mengenai
etnisitas, keadaan ekonomi keluarga,
latar
belakang
pendidikan orang tua, dan komunitas asal.
41
24. Terdapat
data
mengenai
permasalahan, hambatan
isu,
yang
atau
dihadapi
siswa. 25. Tidak
terdapat
data
yang
memadai mengenai tingkat capaian
program
tahun
sebelumnya. 26. Terdapat umpan
data balik
mengenai dari
siswa,
orang tua, staf sekolah, dan komunitas tentang program BK sekolah. 4.
Evaluasi
a. Kebutuhan
akan menjadi
a. Kebutuhan evaluasi
membutuhkan
dana
dana
dasar bagi guru BK
program
tidak
dana cukup besar
melakukan
perencanaan BK
27. Evaluasi
perencanaan
program BK membutuhkan akan
dana yang cukup besar.
evaluasi perencanaan program BK
42
b. Ada/tidaknya dana untuk
evaluasi
b. Ketersediaan untuk
menjadi dasar bagi
perencanaan
guru
program BK
BK
tidak
dana evaluasi
28. Sekolah tidak menyediakan anggaran
untuk
evaluasi
perencanaan program BK. 29. Anggaran
lebih
banyak
melakukan
dialokasikan
untuk
evaluasi
memenuhi
perencanaan
material
program
dalam layanan & kegiatan
kebutuhan yang
dibutuhkan
BK. 30. Anggaran
lebih
dialokasikan
untuk
kebutuhan seperti visual
banyak
perlengkapan,
kebutuhan untuk
audio-
layanan
&
kegiatan BK. 31. Anggaran
lebih
dialokasikan
banyak untuk
kebutuhan fasilitas di ruang BK.
43
c. Sikap
kepala
c. Ketidakyakinan
32. Kepala
sekolah/pembuat
sekolah/pembuat
kepala
keputusan
menganggap
keputusan
sekolah/pembuat
evaluasi
perencanaan
keputusan mengenai
program BK sebagai hal yang
nilai
membutuhkan dana cukup
terhadap
nilai
evaluasi merupakan yang guru
hal
mendasari BK
tidak
evaluasi
perencanaan program
besar
untuk
BK
sehingga anggaran dialihkan. 33. Kepala
dilakukan
sekolah/pembuat
melakukan
keputusan
evaluasi
mengenai
perencanaan
evaluasi
program BK
program
tidak
yakin
arti
penting
perencanaan BK
sehingga
anggaran dialihkan. 34. Kepala
sekolah/pembuat
keputusan
berpendapat
evaluasi program
perencanaan BK
tidak
menjadi
prioritas
dibandingkan kegiatan
harus
dan
dengan layanan
BK
yang lain sehingga anggaran
44
dialihkan. Kesulitan
5. Kesulitan
dalam
menentukan
menentukan
kriteria yang tepat
dan
dapat diukur
visi,
Kesulitan/ke-mudahan
35. Tidak
mudah
untuk
menetapkan visi & misi,
menentukan visi dan misi
misi, tujuan program,
serta
program
dan
dan standar kompetensi
kompetensi
standar siswa
merupakan hal yang mendasari SLTA melakukan
guru
program
BK
yang
pada
akhirnya bisa diukur dengan ukuran tertentu. 36. Tidak
mudah
untuk
BK
menentukan tujuan program
tidak
BK yang pada akhirnya bisa
evaluasi
perencanaan program BK
siswa.
tujuan
diukur
dengan
ukuran
tertentu. 37. Tidak
mudah
menentukan
apa yang seharusnya siswa peroleh dalam program BK 38. Mudah untuk menentukan standar
kompetensi
siswa
yang tepat dan dapat diukur dengan
ukuran
tertentu
dalam program BK. 39. Tidak
mudah
ketrampilan
menentukan apa
45
yang
seharusnya
siswa
kembangkan dalam program BK. 40. Mudah apa
menentukan yang
sikap
seharusnya
terbentuk pada siswa setelah mengikuti program BK.
46
Jawaban setiap item menggunakan skala Likert dengan respon skala empat (4), yaitu sangat setuju (SS) dengan skor 4 untuk pernyataan positif dan skor 1 untuk pernyataan negatif; setuju (S) dengan skor 3 untuk pernyataan positif dan skor 2 untuk pernyataan negatif; tidak setuju (TS) dengan skor 2 untuk pernyataan positif dan skor 3 untuk pernyataan negatif; dan sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1 untuk pernyataan positif dan skor 4 untuk peryataan negatif.
Pemilihan
skala
4
ini,
yang
berarti
menghilangkan
pilihan/respons netral pada instrumen, berdasarkan pada alasan untuk mengurangi peluang bagi responden untuk bersikap netral sehingga memaksa responden untuk menentukan sikap terhadap fenomena yang disebutkan dalam instrumen (Widoyoko, 2012) Data hasil skala sikap untuk mengukur faktor penyebab guru BK tidak melaksanakan evaluasi perencanaan program BK kemudian akan ditabulasi dalam tabel seperti di bawah ini: Item
Guru BK
1
2
3
5
6
7
8
9
...
40
1 2 3 4 5 ... 47
Setelah data terkumpul, akan dianalisis menggunakan analisis faktor untuk menjawab rumusan masalah penelitian. 3.3.2 Teknik Analisis data Data hasil skala sikap akan dianalisis menggunakan teknik analisis faktor.
Analisis faktor merupakan salah satu analisis
multivariat yang dipergunakan untuk mereduksi atau meringkas data dari banyak variabel menjadi lebih sedikit variabel (Supranto, 2010). Analisis
faktor
menyediakan
alat
untuk
menganalisis
struktur 47
interrelasi (korelasi) antara sejumlah variabel dengan mendefinisikan seperangkat variabel yang berelasi kuat, yang disebut sebagai faktor (Hair et al, 2010). Dari tujuh alasan yang dikemukakan oleh shertzer & Stone (1981) mengenai tidak terlaksananya program BK sekolah, akan diketahui alasan mana yang signifikan terjadi di SMA/SMK/MA di Salatiga.
Faktor-faktor akan dianalisis menggunakan analisis
faktor dengan bantuan program SPSS 22. Terdapat lima langkah dalam uji analisis faktor (Purwanto, 2010), yaitu: 1. Menguji kelayakan analisis Uji ini disajikan dengan perhitungan KMO dan Bartlet. Uji KMO dipergunakan untuk mengetahui apakah semua data yang telah terambil telah cukup untuk difaktorkan, sedangkan uji Bartlett digunakan untuk mengetahui apakah variabel tidak berkorelasi dalam populasi. Sekelompok data dikatakan memenuhi asumsi kecukupan data jika nilai KMO lebih besar dari 0,5 dan signifikansi dalam uji Bartlett harus lebih kecil dari 0,005. 2. Menyajikan matriks korelasi Penyajian matriks korelasi digunakan untuk melihat pengelompokan-pengelompokan butir-butir dalam klusterkluster. 3. Melakukan ekstraksi Ekstraksi dilakukan untuk mengetahui urutan besarnya sumbangan butir-butir terhadap keseluruhan kualitas butir. Faktor yang dipertahankan adalah faktor yang memiliki eigenvalue di atas 1,00. 4. Melakukan rotasi Butir akan menjadi bagian faktor apabila memberikan sumbangan (factor loading) paling tidak 0,50 (Hair et al, 2010). 5. Memberi nama faktor Hasil dari proses rotasi akan menunjukkan pengelompokan dan besar sumbangan butir ke dalam faktor. Faktor-faktor tersebut belum memiliki nama dan harus diberi nama sesuai dengan kesamaan ciri yang dimiliki oleh butir-butir yang mendukung.
3.4 Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 3.4.1 Uji Validitas Alat
ukur
(instrumen)
dikatakan
valid
apabila
memiliki
kemampuan untuk mengukur secara tepat sesuatu yang ingin diukur (Purwanto, 2010). Menurut Widoyoko (2012), harga koefisien korelasi 48
dilakukan dengan membandingkan harga rxy dengan harga kritik dimana harga kritik untuk validitas butir instrumen adalah 0,3. Jika rxy lebih besar atau sama dengan 0,3 maka nomor butir tersebut dapat dikatakan valid. 3.4.2 Uji Reliabilitas Instrumen dikatakan reliabel jika digunakan untuk mengukur objek yang sama berulang kali akan tetap memberikan hasil yang sama (Arikunto, 2002).
Tinggi rendahnya reliabilitas menggunakan
acuan menurut Sutriyono (2004) sebagai berikut: 0,00 – 0,20
Reliabilitas rendah sekali
0,21 – 0,40
Reliabilitas rendah
0,42 – 0,60
Reliabilitas cukup
0,61 – 0,80
Reliabilitas tinggi
0,81 – 1,00
Reliabilitas sangat tinggi
3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Sikap Terdapat 40 item yang disebarkan untuk uji validitas dan reliabilitas.
Pada uji yang pertama, dengan koefisien reliabilitas
sebesar 0.820, terdapat 14 butir soal yang koefisien validitasnya ≤ 0.30 sehingga 14 item tersebut dinyatakan tidak valid dan dibuang. 26 item yang tersisa diuji kembali, menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0.921, dan masih terdapat satu item yang nilai koefisien validitasnya ≤ 0.30 sehingga item tersebut dibuang dan tersisa 25 item yang kemudian diujikan kembali.
Pada uji yang ketiga kalinya
menghasilkan nilai koefisien reliabilitas sebesar 0.927 dan ke25 item memiliki nilai koefisien validitas ≥ 0.30 sehingga dinyatakan valid dan koefisien reliabilitas dari uji yang terakhir sebesar 0.927 berarti reliabilitas skala sikap sangat tinggi (tabel hasil uji validitas & reliabilitas lihat lampiran).
49