BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas secara kolaboratif. PTK kolaboratif yaitu kerja sama antara peneliti dengan guru kelas, ide berasal dari peneliti dan yang melakukan tidakan adalah guru kelas. Dalam
penelitian ini proses pembelajaran siklus I dan siklus II dilaksanakan guru kelas. Disebut PTK karena penelitian ini hanya dilakukan oleh guru di dalam kelas yang sedang berlangsung kegiatan belajar mengajar. PTK timbul atau dilaksanakan karena ada kesenjangan atau perbedaan antara harapan dan kenyataan, sehingga setelah PTK ini dilaksanakan diharapkan kesenjangan atau perbedaan tersebut tidak ada. Adapun lokasi yang dipilih dalam melakukan penelitian adalah di SD Negeri Gabahan Lokasi SD Negeri Gabahan terletak di Desa Gabahan Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman. Penelitian ini hanya dilakukan di kelas II siswanya terdiri dari 25 orang.
3.2. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di SD Negeri Gabahan Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman. Subyek dari penelitian tindakan kelas siswa kelas II SD Negeri Gabahan ini terletak di Desa Gabahan Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman. Jumlah siswa 25, terbagi menjadi 12 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki. Siswa kelas II ini rata-rata berumur antara 8 sampai 9 tahun yang menuju tahap operasional konkret artinya anak akan memahami dengan hal yang nyata. Sebagian besar orang tua siswa berprofesi sebagai petani, sehingga dalam hal ini mempengaruhi hasil belajar khususnya dalam mata pelajaran matematika yang rendah. Dikarenakan orang tua siswa lebih mementingkan mencari kebutuhan dengan bekerja daripada memantau belajar putra-putrinya.
18
19
Karakteristik siswa di kelas ini juga berbeda-beda, iklim kelasnya sangat dipengaruhi oleh beberapa siswa yang menjadi pemicu keributan di dalam kelas.
3.3. Waktu Penelitian Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Kolaborasi ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai dengan bulan April 2012 dan dilakukan secara bertahap. (Adapun jadwal lengkap penelitian tertera pada lampiran).
Adapun tahapannya meliputi : a.
Tahap persiapan (Januari 2012 – Februari 2012) Tahap ini mencakup judul, pembuatan proposal, pembuatan instrument, permohonan izin serta survey disekolah yang direncanakan sebagai tempat penelitian.
b.
Tahap pelaksanaan (Februari 2012 – Maret 2012 ) Tahap ini mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan disekolah yang meliputi uji coba instrumen dan pengambilan data.
c.
Tahap penyusunan (Maret 2012 – April 2012 ) Yaitu tahap penelitian serta pengelolaan data dan konsultasi yang diikuti penyusunan skripsi serta persiapan ujian skripsi.
3.4. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2010:3) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari seseorang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini ada 2 variabel yang digunakan, yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent).
20
a.
Variabel Bebas
Menurut (Sugiyono, 2008: 61).Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tahapan belajar menurut teori Dienes.
b. Variabel terikat
(Sugiyono, 2008 : 61) “Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas”. Paradigma penelitian dapat dilihat pada gambar 2.
X
Y
Gambar 3.1 Paradigma Penelitian
Keterangan
:
X = Tahapan belajar menurut teori Dienes Y = Hasil belajar matematika
3.5. Definisi Operasional Variabel Penelitian 3.5.1.Variabel bebas X : Tahapan belajar menurut teori Dienes.
Menurut Dienes (dalam Ruseffendi, 1992:125-127), “konsep-konsep matematika akan berhasil jika dipelajari dalam tahap-tahap tertentu". Dienes membagi tahap-tahap belajar menjadi tahap, yaitu :
21
a. Tahap Permainan Bebas (Free Play) Permainan bebas merupakan tahap belajar konsep yang aktifitasnya tidak berstruktur dan tidak diarahkan. Anak didik diberi kebebasan untuk mengatur benda dalam permainan.
b. Tahap Permainan yang menggunakan aturan (games) Dalam permainan yang disertai aturan dari guru, siswa sudah mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep materi yang diajarkan. Melalui permainan yang digunakan diawal tersebut siswa memahami materi yang disajikan dalam bentuk-bentuk disesuaikan dengan benda yang digunakan dalam permainan diberikan dalam konsep tertentu sehingga konsep benda tersebut dipahami siswa.
c. Tahap Kesamaan Sifat (Searching for communalities) Dalam tahap ini siswa mulai diarahkan untuk menunjukkan kesamaan sifat yang terdapat dalam benda yang digunakan dalam permainan sesuai dengan konsep materi yang diajarkan.
d. Tahap Representasi (Representation) Representasi adalah tahap pengambilan sifat dari benda yang sejenis. Para siswa menentukan kesamaan sifat dari konsep benda yang digunakan dalam permainan dengan cara menemukan banyaknya benda tersebut sesuai konsep materi yang sedang dipelajari.
e. Tahap Simbolisasi (Symbolization) Simbolisasi
termasuk
tahap
belajar
konsep
materi
yang
membutuhkan kemampuan menentukan rumus sesuai materi yang diajarkan.
22
f. Tahap Formalisasi (Formalization) Formalisasi merupakan tahap belajar konsep yang terakhir yaitu dengan cara siswa membuktikan rumus dari materi yang dipelajari tersebut.
3.5.2. Variabel terikat (Y) : Hasil belajar Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu, “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Dalam siklus inputproses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa mengalami perubahan perilaku dibanding sebelumnya. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar.
(Winkel,1996:51).“Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya”. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson, dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Winkel, 1996: 244). (Zainal dan Nasoetion, 1996 : 28) mengemukakan bahwa : Proses pengajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat siswa belajar. Proses sadar mengandung implikasi bahwa pengajaran merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam konteks demikian maka hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran menjadi hasil belajar potensial yang akan dicapai oleh anak melalui kegiatan belajarnya. Oleh karenanya, tes hasil belajar sebagai alat untuk mengukur hasil belajar harus mengukur apa yang ada dalam proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan instruksional yang tercantum dalam kurikulum yang berlaku.
23
Tujuan pengajaran adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari hasil pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur.
Oleh karenanya, menurut Arikunto dalam merumuskan tujuan instruksional harus diusahakan agar tampak bahwa setelah tercapainya tujuan tersebut terjadi adanya perubahan pada diri anak yang meliputi kemampuan intelektual, sikap atau minat maupun keterampilan (Arikunto, 1995:131).
Perubahan perilaku akibat kegiatan belajar mengakibatkan siswa memiliki penguasaan terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran.
(Soedijarto, 1993:49). mendefinisikan “hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan”. Dengan memperhatikan berbagai pendapat dari ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena siswa mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil tersebut berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
24
3.6. Rencana Tindakan Penelitian tindakan kelas ini diadakan 2 siklus dengan sasaran untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika melalui tahapan belajar menurut teori Dienes. Tiap siklus 3 kali pertemuan. Tiap-tiap siklus disajikan dengan materi yang berbeda tetapi sejenis dan berkesinambungan, artinya proses dan hasil siklus I akan ditindak lanjuti dalam siklus 2. Desain prosedur penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain putaran spiral.
Menurut Kemmis dan Taggart (Endang Mulyatiningsih, 2011: 70). “Model spiral yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart ini terdiri atas empat komponen utama, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting)”. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus, setiap siklus terdiri atas 4 tahap, yaitu : perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Tahapan siklus diartikan sebagai perputaran tahapan dalam penelitian tindakan kelas. Pada bagian ini dipersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan dalam kegiatan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan hasil belajar matematika.
Adapun perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi adalah sebagai berikut 3.6.1. Siklus I (pertemuan 1, 2, dan 3) meliputi : a.Tahap Perencanaan 1) Meminta izin mengajar pada jam pelajaran matematika dengan materi Perkalian Bilangan. 2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3) Merancang alat peraga perkalian yang akan dipakai dalam pembelajaran. 4) Menyiapkan soal evaluasi.
25
b. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi kegiatan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Langkah-langkah pelaksana pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan 1 (2 x 35 menit) Sebelum proses pembelajaran dimulai guru menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja kelompok, dan buku pelajaran. Pada awal pembelajaran guru mengajak peserta didik untuk berdoa, presensi, guru memberikan
apersepsi dan motivasi, serta guru menjelaskan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian dilanjutkan kegiatan inti. Peserta didik dalam kelompok berdiskusi melaksanaan permainan pensi X dengan benda pensil dan sedotan tentang perkalian bilangan dengan tahapan belajar menurut teori Dienes, kemudian membahas hasil diskusi dalam permainan, setelah itu guru memberikan penguatan dan menarik kesimpulan. Guru bertanya jawab dengan peserta didik tentang perkalian bilangan. Pada kegiatan akhir guru memberikan tindak lanjut untuk mempelajari materi berikutnya.
2) Pertemuan 2 (2 x 35 menit) Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan II sebagai tindak lanjut dan perbaikan proses pembelajaran dan pemahaman siswa pada pertemuan I, maka pada pelaksanaan pertemuan II ini guru menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), alat peraga kartu perkalian, lembar kerja kelompok, lembar observasi, dan buku pelajaran. Pada awal pembelajaran guru mengajak peserta didik untuk berdoa, presensi, guru memberikan motivasi, peserta didik mengadakan , serta guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
26
Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian dilanjutkan kegiatan inti. Peserta didik melakukan diskusi menggunakan alat peraga kartu perkalian, kemudian membahas hasil diskusi, setelah itu guru memberikan penguatan dan menarik kesimpulan. Pada kegiatan akhir guru memberikan tindak lanjut untuk mempelajari materi berikutnya.
3) Pertemuan 3 (2 x 35 menit) Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan III sebagai kegiatan untuk mengerjakan soal evaluasi. Pada pelaksanaan pertemuan III ini guru menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan lembar evaluasi. Pada awal pembelajaran guru mengajak peserta didik untuk doa, presensi, guru memberikan motivasi, melakukan tanya jawab berkaitan dengan materi sebelumnya, guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Peserta didik mengerjakan soal evaluasi, kemudian guru memberi kata-kata pujian kepada peserta didik atas keaktifan dan kesungguhannya mengerjakan soal serta memberikan tindak lanjut mengingatkan peserta didik untuk mempelajari materi selanjutnya.
c. Tahap Observasi Dalam proses pembelajaran yang dilakukan peneliti mengamati beberapa hal: 1) Siswa tidak berani dalam bertanya dan kurangnya keaktifan siswa dalam kerjasama kelompok. 2) Hasil evaluasi di akhir pembelajaran sebagai tingkat pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan rendah.
d. Tahap Refleksi Pada pembelajaran matematika yang dilakukan di kelas II ini, pada saat guru menyampaikan materi, ada beberapa siswa yang tidak berani dalam bertanya dan kurangnya keaktifan siswa dalam kerjasama kelompok.
27
3.6.2. Siklus II (pertemuan 1, 2, dan 3) meliputi : a. Tahap Perencanaan 1) Meminta izin dan persetujuan guru kelas untuk mengajar pokok bahasan yang berbeda dengan siklus I, yaitu Pembagian. 2) Membuat Rencana Pelaksanan Pembelajaran 3) Merancang alat peraga pembagian yang akan dipakai dalam pembelajaran 4) Menyiapkan soal evaluasi.
b. Tahap Pelaksanaan 1) Pertemuan 1 (2 x 35 menit) Sebelum proses pembelajaran dimulai guru menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja kelompok, alat peraga permen, dan buku pelajaran. Pada awal pembelajaran guru mengajak peserta didik untuk doa, presensi, serta guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian dilanjutkan kegiatan inti. Peserta didik dibagi dalam kelompok melaksanaan permainan permen perkalian dengan tahapan belajar menurut teori Dienes (permainan bebas, permainan menggunakan aturan , kesamaan sifat, representasi, dan formulalisasi), kemudian membahas hasil diskusi kelompok, setelah itu guru memberikan penguatan dan menarik kesimpulan. Guru bertanya jawab dengan peserta didik tentang arti pembagian sebagai pengurangan berulang. Pada kegiatan akhir guru memberikan tindak lanjut untuk mempelajari materi berikutnya. 2) Pertemuan 2 (2 x 35 menit) Pelaksanaan tindakan siklus II pada pertemuan II sebagai tindak lanjut dan perbaikan proses pembelajaran dan pemahaman siswa pada pertemuan I, maka pada pelaksanaan pertemuan II ini guru menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), alat peraga bola dan tomat, lembar kerja kelompok, lembar observasi, dan buku pelajaran. Pada awal pembelajaran guru mengajak peserta didik
28
untuk doa, presensi, guru memberikan apersepsi dan motivasi, serta guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian dilanjutkan kegiatan inti. Peserta didik melakukan permainan Ball Colour pembagian menggunakan alat peraga bola dan tomat berdasarkan tahapan belajar menurut teori Dienes, kemudian membahas hasil diskusi, setelah itu guru memberikan penguatan dan menarik kesimpulan. Pada kegiatan akhir guru memberikan tindak lanjut untuk mempelajari materi berikutnya. 3) Pertemuan 3 (2 x 35 menit) Pelaksanaan tindakan siklus II pada pertemuan III sebagai kegiatan untuk mengerjakan soal evaluasi. Pada pelaksanaan pertemuan III ini guru menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan lembar evaluasi.
Pada awal
pembelajaran guru mengajak peserta didik untuk doa, presensi, guru memberikan motivasi, melakukan tanya jawab berkaitan dengan materi sebelumnya, guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Peserta didik mengerjakan soal evaluasi, kemudian guru memberi katakata pujian kepada peserta didik atas keaktifan dan kesungguhannya mengerjakan soal serta memberikan tindak lanjut mengingatkan peserta didik untuk mempelajari materi selanjutnya. c. Tahap Observasi Dalam proses pembelajaran yang dilakukan peneliti mengamati beberapa hal : 1) Siswa lebih terlihat aktif dan lebih berani untuk mengerjakan soal dan berinteraksi dengan kelompoknya. 2) Adanya kerjasama dalam kelompok. d. Tahap Refleksi Pada saat pembelajaran berlangsung siswa terlihat lebih memperhatikan penjelasan guru. Pada saat guru meminta perwakilan dari kelompok untuk maju mengerjakan soal di papan tulis, siswa terlihat lebih antusias dan bersemangat untuk mengerjakan. Hasil belajar mereka sangat memuaskan.
29
3.7. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 3.7.1. Instrumen pengumpulan data Sesuai dengan penelitian tindakan kelas secara kolaboratif dan sumber data maka Instrument pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini meliputi : 3.7.1.1 Tes tertulis Soal tes tertulis berupa pemberian soal tes objektif atau pilihan ganda yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran dan sebagai pembanding peningkatan hasil belajar pra siklus, siklus I dan siklus II. Tes ini diberikan setelah pembelajaran. Adapun kisi-kisi soal test tertera pada lampiran 11.
3.7.1.2 Observasi
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, “observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis”. (dikutip dalam Sugiyono, 2010 : 203)”. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu melakukan pengamatan saat pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh observer yaitu dari guru sebagai pengamat. Adapun yang di obervasi ada dua hal yaitu aktivitas siswa dan keterampilan guru. Observasi terhadap guru berfungsi untuk mengontrol apakah pembelajaran yang
dilakukan sesuai dengan perencanaan.
Sedangkan observasi terhadap siswa berfungsi untuk mengetahui seberapa besar minat belajar siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Adapun kisi-kisi observasi pada lampiran 14.
30
3.7.1.3 Dokumentasi Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan sumber tertulis yang sudah ada. Dokumentasi dilakukan dengan cara mengadakan pencatatan-pencatatan dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan belajar siswa. Pada penelitian ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh informasi tentang hasil belajar matematika yang dilihat dari nilai hasil evaluasi setiap siklus, foto kegiatan pembelajaran dikelas dan daftar nilai tes akhir yang diperoleh setiap siklus.
3.7.2. Teknik pengumpulan data Teknik
pengumpulan
data
yang
digunakan
peneliti
untuk
mengumpulkan data adalah soal tes pilihan ganda (objektif) dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai pokok bahasan perkalian dan pembagian bilangan dua angka. Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes yang telah tersedia dengan memilih salah satu jawaban.
3.8. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Sebelum digunakan untuk mengukur, instrumen penelitian harus diujicobakan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) instrumen penelitian tersebut. Instrumen penelitian yang baik harus memenuhi dua persyaratan, yaitu valid dan reliabel. Instrumen penelitian dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur.
Instrumen penelitian yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. (Sugiyono, 2010 : 173).
31
a. Uji validitas instrumen tes hasil belajar Validitas adalah salah satu syarat tes hasil belajar yang baik. Validitas berhubungan dengan kemampuan tes hasil belajar untuk mengukur keadaan yang akan diukurnya. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.
Validitas merupakan derajad sejauh mana tes mengukur apa yang ingin diukur (Borg dan Gall, 1983: 275); Poppham,1981:98). Jenis validitas tes menurut the American Psychological Association, the American Education Resesearch Association, dan the National Council on Measurement Used in Education (Kerlinger, 1986) : Validitas isi (Content Validity), Validitas kriteria (Criteriation Related validity), Validitas konsepsi (Construct Validity). Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan cara menelaah butir, meminta pertimbangan ahli dan menghitung korelasi butir dengan total, Pengujian validitas kriteria dapat berupa validitas konstrak, dapat dilakukan dengan menelaah butir, meminta pertimbangan ahli dan analisis faktor dan pengujian validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.
1) Tes Tes merupakan alat ukur untuk mengumpulkan data yang berupa respons representasi kemampuan siswa yang diberikan oleh guru. Beberapa pendapat mengenai definisi tes sebagai berikut :
a) Menurut Webster’s Collegiate, tes adalah serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 1988: 29).
32
b) Cronbach mendefinisikan tes sebagai “a systematic procedure for observing a person’s behaviour and describing it with the aid of a numerical scale or category system” (Azwar, 1997: 3). c) Menurut Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka, satu dengan yang lain (Sudijono,2009: 67). Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah cara yang dapat dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh test, sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut dapat dihasilkan nilai tes. Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan Uji validitas instrumen test dilakukan dengan uji validitas isi. Untuk menguji validitas isi setelah dikonsultasikan dengan ahli, maka selanjutnya diujicobakan, dan dianalisis dengan analisis item. Pengujian validitas isi dilakukan dengan cara mengujicobakan test. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:210), subjek uji coba instrumen adalah 25 – 40 orang. Dalam penelitian ini, test diujicobakan pada 30 siswa kelas II di SD Negeri Dalangan 02 yang tidak digunakan sebagai sampel penelitian. Data uji coba test kemudian dianalisis dengan bantuan SPSS dengan rumus korelasi product moment. Berdasarkan hasil analisis item dari jumlah total 30 item yang gugur yaitu item 2,9,15,23 sehingga jumlah item yang valid adalah 26 item. Item yang gugur tidak diganti dengan item yang baru karena item yang valid masih dapat mewakili indikator. Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor butir dengan skor total. Untuk menghitung validitas test menggunakan SPSS versi 16 dengan cara klik Analyze - correlate – Bivariate - klik tes I dan test II - pindahkan tes I dan tes II ke kotak variable - klik option : pada statistic, pilih means and standar deviation - klik continue dan klik OK.
33
Dalam hal analisis item tersebut menurut Masrun (1979) menyatakan “Item yang mempunyai korelasi positif dengan skor total serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3”. Maka apabila korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Dari 30 responden pada uji coba instrumen I yang tidak valid terdapat 5 siswa sedangkan pada uji coba instrumen II yang tidak valid terdapat 6 siswa. Kemudian setelah di uji cobakan lagi data yang memenuhi (valid) diolah lagi dan hasilnya dapat dilihat pada lampiran 17. Dapat dibaca pada lampiran bahwa, korelasi antara skor butir 1 dengan skor total = 0,75 antara butir item 5 dengan skor total = 0,46 dan seterusnya. Korelasi yang digunakan adalah korelasi pearson product moment. Seperti telah dikemukakan bahwa, bila koefisien korelasi sama dengan 0,3 atau lebih maka butir instrumen dinyatakan valid. Dari uji coba tersebut ternyata koefisien korelasi semua butir dengan skor total di atas 0,3, sehingga semua butir instrumen test dinyatakan valid. Butir yang mempunyai validitas tertinggi adalah butir satu, dengan koefisien korelasi 0,75 dan paling rendah adalah butir nomor 18 dengan koefisien korelasi 0,35.
2) Lembar observasi Uji validitas lembar observasi dilakukan dengan mendeskripsikan skor observasi yang terbanyak, yaitu membandingkan antara isi lembar observasi siklus I dan II.
34
a.
Uji Reliabilitas instrumen tes hasil belajar Reliabilitas
dapat
diartikan
dapat
dipercaya,
keterpercayaan
berhubungan dengan ketetapan dan konsistensi. Tes hasil belajar dapat dipercaya apabila memberikan hasil pengukuran hasil belajar yang relatif tetap secara konsisten.
Beberapa ahli memberikan batasan reliabilitas sebagai berikut : Menurut Thorndike dan Hagen (1977), “Reliabilitas berhubungan dengan akurasi instrumen dalam mengukur apa yang diukur, kecermatan hasil ukur dan seberapa akurat seandainya dilakukan pengukuran ulang”. Sedangkan, Menurut Hopkins dan Antes (1979: 5) menyatakan “Reliabilitas sebagai konsistensi pengamatan yang diperoleh dari pencatatan berulang baik pada satu subjek maupun sejumlah subjek”. Uji reliabilitas tes pada penelitian ini menggunakan SPSS versi 16 dengan cara klik Analyze- klik scale - klik Reliability Analysis– klik butir 1 sampai butir 30- pindahkan butir 1 sampai butir 30 ke kotak items dengan mengklik tanda- klik Statistic (pilih item, scale, scale if item deleted) – klik Continue – klik OK. digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya 1 dan 0. Instrumen dikatakan reliabel apabila nilai α hitung di atas 0,70. (Alfa Cronbach) Berdasarkan hasil analisis dengan bantuan program SPSS versi 16, diperoleh nilai α hitung sebesar 0,888. Sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen reliabel karena nilai α hitung > 0,70.
35
Uji Taraf Kesukaran Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyak siswa yang menjawab benar. Taraf kesukaran item dinyatakan dalam suatu bilangan indeks yang disebut indeks kesukaran yang sering disingkat, IK. Indeks kesukaran yang dimaksud adalah bilangan yang merupakan hasil perbandingan antara jawaban benar yang diperoleh siswa dengan jawaban benar yang seharusnya diperoleh dari suatu item. Menurut Crocker dan Algina, 1986: 311) Tingkat Kesukaran dapat didefinisikan sebagai proporsi siswa peserta tes yang menjawab benar. Definisi tersebut dapat dinyatakan dengan sebuah rumus IK adalah jumlah peserta yang menjawab benar dibagi dengan jumlah peserta.
I= Keterangan : IK = Indeks kesukaran B = jumlah siswa yang menjawab benar n = jumlah siswa peserta tes Tabel 3.2 Taraf kesukaran soal siklus I No. 1. 2. 3.
Kategori Mudah Sedang Sukar
Jumlah soal 5 15 5
Dari tabel Taraf kesukaran siklus I terlihat dari 25 item soal yang termasuk kategori mudah yaitu 5 soal, kategori sedang 15 soal, dan kategori sukar sebesar 5 soal.
36
Tabel 3.3 Taraf kesukaran soal siklus 2 No.
Kategori
Jumlah soal
1.
Mudah
5
2.
Sedang
15
3.
Sukar
6
Dari tabel Taraf kesukaran siklus II terlihat dari 26 item soal yang termasuk kategori mudah yaitu 5 soal, kategori sedang 15 soal, dan kategori sukar sebesar 6 soal Kriteria untuk menentukan rentang nilai tingkat kesukaran sebagai berikut : Rentang Tingkat Kesukaran
Kategori
0,00 – 0,32
Sukar
0,33 – 0,66
Sedang
0,67 – 1,00
Mudah Purwanto (2008 : 101)
3.9. Indikator Kinerja Indikator hasil belajar matematika dihitung dengan peningkatan hasil belajar matematika yang dilihat dari hasil sebelum dan sesudah pembelajaran yang menggunakan tahapan belajar menurut teori Dienes. Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah presentase siswa yang memperoleh skor ≥ 65 minimal 75% dari jumlah 25 siswa. Hal tersebut berdasarkan Standar Ketuntasan Belajar Mengajar (SKBM) yang ditetapkan di SD Negeri Gabahan untuk mata pelajaran matematika.
37
4.0
Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah kuantitatif. Teknik kuantitatif digunakan untuk menganalisis pencapaian hasil belajar matematika diperoleh dari tes yaitu tes tertulis yang berbentuk objektif atau pilihan ganda. Adapun penyajian data kuantitatif yang berupa hasil belajar kognitif dianalisis dengan
menentukan rata-rata (mean), nilai maksimum, nilai
minimum. Penyajian data kuantitatif dipaparkan dalam bentuk distribusi rentang nilai (tabel), persentase, diagram batang dan diagram garis. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif untuk menguraikan data hasil penelitian setiap siklus dan membandingkan dengan data siklus sebelumnya.