BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah format metode penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang terbagi atas dua bagian yaitu a) metode penelitian, meliputi: uraian dan jumlah variabel yang akan digunakan dalam penelitian, definisi operasional yang akan memberikan informasi tentang bagaimana caranya mengukur variabel, teknik pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur, penentuan populasi dan sampel; b) teknik analisis data, meliputi: uji asumsi klasik dan cara pengujian hipotesis. Kerangka kerja metode penelitian di atas secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: 3.1. VARIABEL PENELITIAN Dalam penelitian ini terdapat dua (2) variabel bebas (independent variable) atau biasa disebut variabel prediktor dan biasanya diberi notasi X, yaitu kecerdasan emosional (X1), kecerdasan spiritual (X2) dan satu (1) variabel terikat (dependent variable) yang biasanya diberi notasi Y, yaitu servant leadership (Y). 3.2. DEFINISI OPERASIONAL Definisi operasional setiap variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.2.1. Kecerdasan Emosional Menurut Goleman (2007) kecerdasan emosional adalah kemampuan mendengarkan emosi dengan baik dan menjadikan 59
sebagai sumber informasi penting untuk membangun efektivitas hubungan intrapersonal dan interpersonal yang diekpresikan melalui kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Menurut Goleman, Boyatziz, dan McKee (2005) kecerdasan emosional adalah kemampuan pemimpin untuk menciptakan resonansi melalui dua kompetensi utama yaitu kompetensi pribadi yang terdiri dari kesadaran diri dan manajemen diri; kompetensi sosial terdiri dari kesadaran sosial dan manajemen relasi. Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam penelitian ini kecerdasan emosional didefenisikan sebagai kemampuan seorang pemimpin untuk menciptakan resonansi (keselarasan emosi) diri sendiri dan orang lain dan menjadikan hal tersebut sebagai sumber informasi
untuk
menumbuhkembangkan
kualitas
hubungan
intrapersonal dan interpersonal melalui kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, dan manajemen relasi. Kecerdasan emosional diukur dengan menggunakan skala kecerdasan emosional yang dikonstruksi
sendiri
olah
peneliti
berdasarkan
teori
yang
dikemukakan oleh Goleman, Boyatziz, dan McKee (2005), melalui skor angka peringkat dari empat aspek kecerdasan emosional yaitu kesadaran diri emosi, manajemen diri, kesadaran sosial, dan manajemen relasi. Untuk mendapatkan gambaran sampel, maka penelitian ini menggunakan skor total semua aspek. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin menunjukkan tingkat kecerdasan emosional yang tinggi.
60
3.2.2. Kecerdasan Spiritual Menurut
King
(2008)
kecerdasan
spiritual
adalah
sekumpulan kapasitas mental adaptif yang didasarkan pada aspekaspek non material dan transenden dari realitas, secara khusus yang berhubungan dengan critical existential thinking, personal meaning production, transcendental awareness, conscious state expansion. Menurut Busan (2003) kecerdasan spiritual terkait dengan cara menumbuhkan dan mengembangkan kualitas-kualitas vital seperti energi, semangat, keberanian, dan tekat Berdasarkan pendapat di atas maka kecerdasan spiritual dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kualitas nilai-nilai spiritual melalui critical existential thinking, personal meaning production, transcendental awareness, conscious state expansion. Kecerdasan spiritual diukur dengan menggunakan skala yang diadaptasi dari Spiritual Intelligence Self-Report Inventory (SISRI) dari King (2008) melalui skor angka peringkat dari empat aspek kecerdasan spiritual, yaitu:critical existential thinking, personal meaning production, transcendental awareness, conscious state expansion. Untuk mendapatkan gambaran sampel, maka penelitian ini menggunakan skor total semua aspek. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin menunjukkan tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi. 3.2.3. Servant Leadership Menurut Laub (2004) servant leadership adalah pola pikir, paradigma, dan cara memimpin. Ini adalah cara terlibat dalam proses perubahan yang disengaja dimana pemimpin dan pengikut 61
berkumpul dengan tujuan bersama dan melakukan tindakan untuk mengejar visi bersama. Menurut Wong dan Page (2000) servant leadership adalah seorang pemimpin yang memiliki tujuan utama adalah melayani orang lain yang didasarkan pada orientasi karakter, orientasi orang, orientasi tugas, dan orientasi proses. Berdasarkan pendapat di atas, maka servant leadership dalam penelitian ini didefenisikan sebagai pola pikir, paradigma, dan cara memimpin yang didasarkan pada prinsip nilai, dan keyakinan yang memampukan seorang pemimpin untuk berorientasi pada karakter, orientasi orang, orientasi tugas, dan orientasi proses. Servant leadership diukur dengan menggunakan skala SelfAssessment of Servant Leadership Profile yang diadaptasi dari Wong dan Page (2000) melalui skor angka peringkat dari empat aspek servant leadership, yaitu orientasi karakter, orientasi orang, orientasi tugas, dan orientasi proses. Untuk mendapatkan gambaran sampel, maka penelitian ini menggunakan skor total semua aspek. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin menunjukkan tingkat servant leadership yang tinggi 3.3. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Alat ukur yang digunakan untuk menjaring data dan informasi tentang kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan servant leadership menggunakan skala psikologi, dengan alasan karena skala psikologi memiliki keunikan yang khas seperti: stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan, selalu berisi banyak item, dan respon partisipan tidak diklasifikasikan dalam 62
benar atau salah. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh. Ciri khas inilah yang membedakan skala psikologi dari berbagai bentuk alat pengumpulan data lainnya seperti: angket, daftar isian, dan inventori. Skala Psikologi yang digunakan dalam penelitian ini, dikembangkan berdasarkan skala Likert dengan 4 alternatif jawaban, yakni: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Partisipan diminta memberikan jawaban dengan tanda centang (√) pada kolom yang telah disediakan. Skor tertinggi diberi angka 4 dan skor terendah diberi angka 1. 3.3.1. Skala Servant Leadership Skala servant leadership menggunakan bentuk pendekatan Self-Assessment of Servant Leadership Profile. Metode ini dikembangkan oleh Page dan Wong (2003). Melalui pendekatan ini para pemimpin menilai dan mengevaluasi diri mereka sendiri dengan cermat di atas dasar merumuskan dengan baik karakteristik servant leadership, untuk itu melalui Self-Assessment of Servant Leadership Profile diharapkan dapat menghasilkan servant leader yang dapat tampil digaris depan sebagai promotor atau penganjur yang dapat memberi perubahan positif dalam masyarakat. SelfAssessment of Servant Leadership Profile terdiri dari 100 item, namun untuk kepentingan penelitian ini maka penulis telah melakukan modifikasi item menjadi 67 item. Self-Assessment of Servant Leadership Profile memiliki nilai Alpha Cronbach dari masing-masing indikator atau sub skala dan nilai Alpha Cronbach total. Adapun nilai Alpha Cronbach total adalah 0,937 dan nilai Alpha Cronbach masing-masing indikator atau sub skala adalah 63
integritas sebesar 0,796, Kerendahan hati (0.656),Kehambaan (0,761), kepedulian terhadap orang lain (0,714), Memberdayakan orang lain (0,765), Mengembangkan orang lain (0,916), visi (0,569), Penetapan tujuan (0,768), memimpin (0,837), keteladanan (0.763), membangun tim (0,815), dan pengambilan keputusan bersama (0,802). Item di susun melalui pernyataan favorabel (pernyataan positif). Penjabaran orientasi servant leaderhip, indikator, dan sebaran total item dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1 Blue Print Skala Servant Leadership No
1
2
3
4
Orientasi Servant Leaderhip Orientasi karakter
Orientasi orang
Orientasi tugas
Orientasi proses
Indikator
Favorabel
Integritas
1,2,3,4,5
5
Kerendahanhati
6,7,8,9,10,11,12
7
kehambaan
13,14,15,16,17,18,19
7
Kepedulian terhadap orang lain
20,21,22,23,24,25
6
Memberdayakan orang lain
26,27,28,29
4
Mengembangkan orang lain
0,31,32,33,34
5
Visi
35,36,37,38,39,40
6
Penetapan tujuan
41,42,43,44,45,46,47
7
Memimpin
48,49,50,51
4
Keteladanan
52,53,54,55,56, 57
6
Membangun tim
58,59,60,61,62,63
6
Pengambilan keputusan bersama
64,65,66,67
4
Total Item
Jmlh Item
67
64
3.3.2. Skala Kecerdasan Emosional Skala yang digunakan untuk
mengukur
kecerdasan
emosional disusun penulis berdasarkan aspek-aspek dan indikatorindikator kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh Goleman, Boyatzis dan McKee (2005). Reliabilitas kecerdasan emosional yang didasarkan pada teori Goleman dkk tergolong bagus, misalnya Lestari (2011), menyusun skala kecerdasan emosional berdasarkan aspek-aspek
dan
indikator
kecerdasan
emosional
Goleman,
Boyatzis, dan McKee, yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitiannya tentang “Adaptive Selling Ditinjau Dari Kecerdasan Emosional
Pada
Sales
Minuman
Kesehatan
Yakult”setelah
dilakukan diskriminasi item dan reliabilitasnya ditemukan koefisien korelasi item total bergerak dari -0,030 hingga 0,742 dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,938. Demikian pula Mukmin (2011), menyusun skala kecerdasan emosional berdasarkan aspek-aspek dan indikator kecerdasan emosional Goleman, Boyatzis, dan McKee, yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitiannya “Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Agresif Pada Siswa Kelas 2 SMK 45 Lembang” menemukan bahwa
koefisien reliabilitas
sebesar 0,938. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa skala kecerdasan emosional yang disusun sesuai dengan aspek-aspek dan indikator kecerdasan emosional Goleman dkk dapat diberlakukan secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan penelitian. Item pernyataan semuanya disusun dalam pernyataan favorable. Penjabaran aspek kecerdasan emosional, indikator, dan sebaran total item dapat dilihat pada tabel berikut:
65
Tabel 3.2 Blue Print Skala Kecerdasan Emosional (EI) No 1
2
Aspek Kesadaran diri
Pengaturan diri
Indikator
Favorabel
Jmlh Item
1,2,3
3
Penilaian diri yang akurat
4,5,6,7,8
5
Kepercayaan diri
9,10,11
3
Kendali diri emosi
12,13,14
3
15,16,17,18
4
19,20,21,22,23,24
6
Prestasi
25,26,27,28,29
5
Inisiatif
30,31,32,33,34,35
6
36,37,38,39,40,41,42,43
8
44,45,46,47,48
5
49,50,51
3
Pelayanan
52,53,54,55
4
Inspirasi Pengaruh
56,57,58,59 60,61,62,
7
Mengembangkan orang lain
63,64,65,66
4
Katalisator perubahan
67,68,69,70
4
71,72
2
73,74,75,76
4
Kesadaran diri emosi
Transparansi Kemampuan menyesuaikan diri
Optimisme 3
4
Kesadaran sosial
Pengelolaan relasi
Empati Kesadaran berorganisasi
Pengelolaan konflik Kerja tim dan kolaborasi Total Item
76
3.3.3 Skala Kecerdasan Spiritual Skala yang digunakan untuk mengukur kecerdasan spiritual diadaptasi dari Spiritual Intelligence Self-Report Inventory (SISRI) yang berisi 24 item. Spiritual Intelligence Self-Report Inventory memiliki nilai Alpha Cronbach dari masing-masing sub skala individual dan nilai Alpha Cronbach total. Adapun nilai Alpha 66
Cronbach total adalah 0,92 dan nilai Alpha Cronbach masingmasing sub skala individual adalah Critical Existential Thinking sebesar
0,78 dengan korelasi rata antar item 0,34; Personal
Meaning Production sebesar 0,78 dengan korelasi rata-rata antar item 0,42; Transcendental Awareness sebesar 0,87 dengan korelasi rata-rata antar item 0,49; Conscious State Expansion sebesar 0,91 dengan korelasi rata-rata antar item 0,69. Item pernyataan semua adalah favorabel. Penjabaran aspek, indikator dan sebaran total item dapat dilihat tabel berikut: Tabel 3.3 Blue Print Skala Kecerdasan Spritual No
Aspek
Indikator
favorabel
1
Critical Existential Thinking Personal Meaning Production
kemampuan berpikir kritis
1,2,3,4,5,6,7
2
3
4
kemampuan 8,9,10,11,12 menemukan dan menciptakan makna Transcendent kemampuan 13,14,15,16,17 al Awareness menggali aspek- ,18, 19 aspek spiritual Conscious kemampuan 20,21,22,23,24 State mengembangkan Expansion praktek spiritual TOTAL ITEM
Jmlh item 7
5
7
5
24
3.4 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.4.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah seluruh pendeta Gereja Kristen Sulawesi Tengah yang berjumlah 630 orang. 67
3.4.2 Sampel Menurut Arikunto (2002) Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel yang diambil harus benar-benar mewakili populasi. Hal ini penting mengingat kesimpulan dari penelitian akan diberlakukan pada keseluruhan populasi. Untuk mendapatkan sampel yang representatif maka diperlukan tekhnik pengambilan
sampel.
Teknik
pengampilan
sampling
dalam
penelitian ini menggunakan simple random sampling. Dikatakan simple karenapengambilan anggota sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Hal ini dilakukan karena anggota populasi dianggap homogen. Selanjutnya Arikunto mengemukakan bahwa jika jumlah populasi lebih besar dari 100 maka besarnya sampel dapat diambil berkisar antara 10%15% atau 20%-25% atau lebih. Bertolak dari pendapat ini, penulis menentukan besarnya sampel 15% dari seluruh populasi pendeta Gereja Kristen Sulawesi Tengah atau 15% x 630 orang = 94 orang). Akan tetapi dalam penelitian ini sampel dibulatkan menjadi 100 orang pendeta. Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang pendeta. 3.5 DAYA DISKRIMINASI DAN RELIABILITAS Dalam penelitian data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Data penelitian diperoleh dari data skor alat ukur. Baik tidaknya suatu data akan menentukan kualitas hasil penelitian dan baik tidaknya data sangat bergantung pada ketepatan dan keandalan alat ukur yang digunakan. Karena itu, data yang diperoleh harus diuji terlebih
68
dahulu melalui pengujian alat ukur yang terdiri dari uji validitas dan reliabilitas. 3.5.1 Daya Diskriminasi Alat Ukur Uji daya diskriminasi alat ukur merupakan bentuk pengujian terhadap ketepatan alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Suatu alat ukur dikatakan valid apabila dapat digunakan untuk mengukur apa yang sebenarnya hendak diukur sehingga memberikan informasi yang akurat (Azwar, 2009; Sugiyono, 2010). Dengan demikian, alat ukur yang valid merupakan alat ukur yang benar-benar tepat untuk mengukur apa yang hendak di ukur. Model yang digunakan untuk melihat daya diskriminasi alat ukur adalah model pendekatan corrected item-total correlation dengan bantuan SPSS versi 17. Untuk menentukan apakah sebuah item dinyatakan valid atau tidak maka Azwar (2009) menetapkan patokan besaran koefisien corrected item-total correlation ≥ 0,30 sebagai batas minimal valid tidaknya sebuah ítem. Artinya, bila koefisien corrected item-total correlation lebih besar atau sama dengan 0,30 maka hal ini mengindikasikan item tersebut memiliki daya diskriminasi yang memadai. 3.5.2 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana suatu hasil pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan (Azwar, 2009). Suatu alat ukur dapat dikatakan reliabel atau handal bila dipergunakan berulang kali hasilnya tetap sama dari waktu ke waktu. Analisis data menggunakan uji statistik Cronbach Alpha.
69
Data dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach Alpha ≥ 0,60 (Ghozali, 2009). 3.6 TEKNIK ANALISIS DATA 3.6.1 Uji Asumsi Klasik Maksud dilakukan pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan model regresi yang baik dan benarbenar mampu memberikan estimasi yang handal dan tidak bias sesuai dengan kaidah Best Linier Unbiased Estimator (BLUE). Uji asumsi klasik dilakukan sebelum pengujian hipotesis (Supramono & Haryanto 2005). Terdapat 4 Uji asumsi klasik terdiri yang melandasi uji regresi dalam penelitian ini, yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedasitas, uji linearitas dan uji homogenitas. 3.6.1.1 Uji normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui bahwa data itu berdistribusi normal, Selain itu dari hasil pengujian normalitas juga dapat
menunjukkan apakah dalam
model
regresi,
variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. (Ghozali, 2009) Pengujian normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnove dan melihat grafik histogram serta P-P Plot Test. Pada uji Kolmogorov Smirnove apabila nilai signifikansi > 0,05 maka dapat disimpulkan data nilai residual terdistribusi normal. Normalitas P-P Plot Test dideteksi dengan melihat titik-titik yang mengikuti garis linear yang bergerak dari bawah ke kanan atas. Sehingga bila titiktitik tersebut mengikuti garis linear, berarti data terdistribusi normal, dan analisis dapat dilanjutkan (Santoso, 2000). 70
3.6.1.2 Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Sebab jika terjadi korelasi, maka terdapat masalah multikolinearitas. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat dilihat melalui nilaiValue Inflation Factor (VIF) dan tolerance. Suatu model regresi yang
bebas
adalah
masalah
multikolinearitas
adalah
yang
mempunyai nilai Variance Inflation Factor di sekitar angka 1 dan mempunyai angka tolerance mendekati 1 (Santoso, 2000). Senada dengan itu Ghozali (2009) dan Wijaya (2009) menyatakan bahwa apabila nilai tolerance lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF lebih besar dari 10, terjadi multikolinieritas. Sebaliknya, jika nilai tolerance lebih kecil dari 0,10 dan VIF lebih kecil dari 10, tidak terjadi multikolinearitas. 3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan kepada pengamatan yang lain. Jika varians berbeda maka terjadi masalah heteroskedastisitas. Namun jika varians residual dari satu pengamatan kepada pengamatan yang lainnya tetap disebut homoskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu melihat scatter plot (nilai prediksi dependen ZPRED dengan residual SRESID). Apabila titik pada grafik scatterplot menyebar secara acak di atas dan di bawah angka
71
nol pada sumbu Y maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas (Santoso, 2000). 3.6.1.4 Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui linearitas hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan untuk mengetahui signifikansi penyimpangan dari linieritas hubungan tersebut. Jika penyimpangan tersebut tidak signifikan, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat adalah linear (Hadi, 2000). Hasil uji linieritas dengan p>0.05 maka dapat dikatakan adanya hubungan yang linear antara variabel bebas dengan variabel terikat. 3.6.2 UJI HIPOTESIS Untuk pengujian hipotesis dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda yang diolah melalui SPSS for windows evaluation version 17. Analisis regresi berganda bermaksud untuk meramalkan bagaimana keadaan variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai prediktor dimanipulasi (Sugiyono, 2006). Analisis ini digunakan karena jumlah variabel independen dalam penelitian ini lebih dari dua.
72