BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan kualitatif. Moleong (2009, hlm. 6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik (utuh) dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Desain penelitian kualitatif yang digunakan yaitu studi kasus yang bersifat deskriptif, yang
bertujuan
untuk
menganalisis
gambaran
kesulitan
siswa
dalam
menyelesaikan soal pemecahan masalah dan penyebab munculnya kesulitan tersebut, serta sikap matematis yang mendukung siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah. Dikarenakan penelitian ini menggunakan desain kualitatif, maka rancangan yang dipilih yaitu rancangan penelitian induktif, dimana penarikan kesimpulan yang bersifat umum (general) dari kasus-kasus yang bersifat khusus. Menurut Denzin dan Lincoln (2009, hlm. 595) rancangan induktif akan sangat berguna khususnya bagi sebuah studi kasus di lokasi yang masih asing dan benarbenar rumit, dan lebih bersifat deskriptif eksploratis.
B. Subjek dan Lokasi Penelitian 1. Subjek penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V di salah satu Sekolah Dasar Negeri Bandung. Subjek yang akan dianalisis hasil jawabannya dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah akan dipilih secara purposif, dengan alasan dianggap bisa mengekspresikan diri baik secara verbal maupun tulisan dan
Vina Amilia Suganda M., 2014 ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
kesulitan yang dialaminya dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika dapat mewakili kesulitan siswa lainnya. 2. Lokasi Penelitian Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah salah satu Sekolah Dasar Negeri di Bandung. Penentuan lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan peneliti karena peneliti merasa tidak dipersulit dalam melakukan penelitian baik segi administrasi, biaya dan kluster sekolah tersebut.
C. Fokus Penelitian Yang menjadi fokus penelitian adalah bagaimana gambaran kesulitan siswa kelas V di salah satu Sekolah Dasar Negeri Bandung dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika sesuai dengan tingkatan kemampuan matematika rendah, sedang dan tinggi, serta sikap matematis siswa yang mendukung kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah.
D. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data a. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengasakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenoma yang dijadikan obyek pengamatan (Djaali, 2004, hlm. 23). Kelemahan dari observasi adalah kecenderungan terganggunya suasana, sehingga latar tidak lagi alami, dan mungkin beberapa responden merasa terancam karena perilakunya terdokumentasikan. Peneliti harus berhati-hati betul agar semua responden merasa aman, dan kepentingannya tidak terancam oleh observasi ini. Langkah pertama penelitian ini adalah melalui teknik observasi. Observasi awal yang peneliti lakukan yaitu mengamati proses pembelajaran dan mendalaminya. Pengamatan awal ini dimaksudkan untuk mulai mengenal subjek Vina Amilia Suganda M., 2014 ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
yang nantinya akan diteliti yaitu siswa. Ada beberapa karakteristik yang menjadi pusat pengamatan peneliti yaitu proses pembelajaran yang berupa interaksi guru dan siswa, sikap yang ditunjukkan siswa saat proses pembelajaran matematika dilaksanakan, kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah yaitu ketika mereka diberikan permasalahan dalam bentuk soal, bagaimana respon siswa yang timbul dan sikap matematis siswa yang mendukung dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah. Metode observasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data melalui pengamatan dan pengindraan (Bungin, 2010, hlm. 115). Jenis observasi yang digunakan dengan teknik observasi partisipatif, dimana Sugiyono (2010, hlm. 64) menyatakan bahwa jenis observasi partisipatif ini melibatkan peneliti dalam kegiatan sehari-hari subjek yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Dengan observasi partisipan, maka data yang diperoleh lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak, yang dapat menunjukkan bagaimana kesulitan yang lebih cenderung pada subjek penelitian. Pada tahap observasi ini, peneliti mengamati aktivitas siswa ketika mengerjakan soal-soal pemecahan masalah. Setiap aktivitas dan sikap yang ditunjukkan subjek saat proses pembelajaran matematika berlangsung diamati, agar meminimalisir terlewatkannya hal-hal yang penting dalam mendukung penelitian. Hasil pada observasi ini digunakan untuk disesuaikan dengan informasi yang peneliti peroleh dari hasil tes dan wawancara untuk menggambarkan kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah dan sikap matematis yang ditunjukkannya. Selanjutnya
dilakukan
observasi
kedua
dan
seterusnya
hingga
memperoleh informasi yang bersifat jenuh dari subjek penelitian. Observasi lanjutan dilakukan untuk menggali informasi mengenai sikap matematis siswa yang terbentuk saat proses pembelajaran matematika dilaksanakan. Hal ini dikaitkan dengan sikap matematis siswa saat menyelesaikan soal pemecahan Vina Amilia Suganda M., 2014 ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
masalah, kemudian ketika proses wawancara berlangsung sehingga selanjutnya tingkah laku yang mencerminkan sikap matematis subjek penelitian dapat digambarkan.
2. Angket Langkah selanjutnya adalah menyusun instrumen angket. Angket yang dibuat berdasarkan skala likert yang terdiri atas 4 pilihan jawaban yaitu : “setuju sekali”, “setuju”, “tidak setuju”, “sangat tidak setuju”. Pernyataan-pernyataan yang dimunculkan dalam angket dibuat berdasarkan indikator dan definisi serta hal-hal yang terkait secara langsung maupun tidak langsung terhadap sikap matematis siswa ditinjau dari kompetensi sikap yang terdapat pada Kurikulum Singapura. Pernyataan-pernyataan
yang
ada
pada
angket
digunakan
untuk
memperkuat atau menambahkan informasi-informasi mengenai sikap matematis siswa yang mendukungnya baik dalam menyelesaikan soal-soal matematis dari subjek maupun sikap yang muncul dalam proses pembelajaran matematika. Hal ini dilakukan karena dikhawatirkan ada beberapa hal penting yang mungkin tidak bisa digali atau tidak muncul pada observasi maupun wawancara nantinya. Pemberian angket sikap kepada subjek penelitian ini dimaksudkan untuk untuk memperkuat atau bahkan menambahkan informasi-informasi mengenai sikap matematis siswa karena dikhawatirkan ada beberapa hal penting yang mungkin tidak bisa digali atau tidak muncul pada observasi maupun wawancara nantinya. Pengumpulan data dengan menggunakan angket jauh lebih praktis, menghemat waktu dan tenaga, Sudjiono (2011, hlm. 84) menyatakan bahwa angket (questionnaire) juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil belajar. Angket dalam penelitian ini adalah menggunakan skala Likert. Dalam skala Likert, responden (subjek) diminta untuk membaca dengan seksama setiap Vina Amilia Suganda M., 2014 ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
pernyataan yang disajikan, kemudian ia diminta untuk menilai pernyataanpernyataan itu. Penilaian terhadap pernyataan-pernyataan itu sifatnya subjektif, tergantung dari kondisi sikap masing-masing individu. Faktor dari luar yang bisa mempengaruhi diusahakan tidak ada. Derajat penilaian siswa terhadap suatu pernyataan terbagi ke dalam 5 (lima) kategori yang tersusun secara bertingkat, mulai dari Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS) atau bisa pula disusun sebaliknya.
Pernyataan Sikap Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Tabel 3.1 Sistem Penetapan Skor untuk Skala Sikap Sangat Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Setuju 4
3
2
1
1
2
3
4
(modifikasi Djaali dan Padji M., 2004, hlm. 37-38) Keterangan : Skor Maksimum = 4 x jumlah pertanyaan Skor Minimum = 1 x jumlah pertanyaan Dengan kategori kriteria 4, kemudian dihitung dengan menggunakan rumus :
Kategori angket siswa ditentukan sebagai berikut: Tabel 3.2 Kategori Angket Sikap Siswa Persentasi Skor Sikap Kategori Penilaian 0% - 20% Sangat Negatif 21% - 40% Negatif 41% - 60% Cukup Positif 61% - 80% Positif 81% - 100% Sangat Positif Modifikasi Djaali (2004)
Vina Amilia Suganda M., 2014 ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
3. Tes Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah mempersiapkan instrumen Tes. Soal-soal yang nantinya digunakan merupakan tipe soal pemecahan masalah, yang dirancang sedemikian rupa agar bisa menggali penggambaran kesulitan siswa dalam dalam menyelesaikannya berdasarkan tingkatan kemampuam matematika subjek penelitian yang terdiri dari rendah, sedang dan tinggi. Untuk mengetahui dan mengelompokkan siswa sesuai dengan kemampuan matematikanya, maka peneliti telah menyiapkan soal KAM (Kemampuan Awal Matematis) yang terdiri dari 15 soal berupa materi yang telah dipelajari dari kelas I hingga kelas V semester I. Tes ini berupa soal kemampuan pemecahan masalah yang dilakukan secara tertulis untuk memperoleh data berupa kesulitan dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika siswa kelas V Sekolah Dasar. Soal tes terlebih dahulu di validasi oleh pembimbing dan guru serta diuji cobakan ke beberapa siswa. Seperti yang dibahas sebelumnya, peneliti akan melihat gambaran kesulitan siswa dari kemampuan matematika siswa yang dimilikinya yaitu rendah, sedang dan tinggi. Soal kemampuan pemecahan masalah yang diberikan terdiri dari dua materi yaitu bilangan pecahan serta bangun datar dan bangun ruang. Dimana masing-masing materi terdiri dari 5 soal yang dibuat dari 5 indikator kemampuan pemecahan masalah. Soal yang diberikan beragam, yaitu terdiri dari soal cerita, non cerita, soal rutin, non rutin, masalah terbuka di dalam matematika dan di luar matematika serta masalah terdefinisi terdefinisi lemah (ill defined). Dengan demikian maka untuk menentukan kategori siswa berdasarkan tingkat kemampuan matematika, terlebih dahulu kelas di bagi menjadi 3 kelompok yaitu siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Tiga kelompok siswa ini, dikategorikan melalui soal KAM yang diberikan ke siswa, berikut pedoman peneliti dalam menentukan kategori kemampuan matematika siswa ke dalam 3 kelompok. Vina Amilia Suganda M., 2014 ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.3 Kategori KAM (Kemampuan Awal Matematis) Siswa Rentang KAM - SD
Kategori KAM Siswa Tinggi
+ SD KAM <
+ SD
Sedang Rendah
KAM < - SD
Arikunto, (2009, hlm. 263-265) Keterangan: = nilai rata-rata (jumlah skor dibagi dengan banyaknya siswa yang memeiliki skor itu.
SD = Standar Deviasi
= tiap skor dikuadratkan lalu dijumlahkan kemudian dibagi N.
= semua skor dijumlahkan, dibagi N, lalu dikuadratkan.
4. Wawancara Tujuan dilakukan wawancara ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai kesulitan subjek penelitian dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah dan mengetahui bagaimana sikap matematis yang mendukung dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah serta sikap yang muncul saat berlangsungnya proses pembelajaran. Jenis wawancara yang dilakukan adalah wawancara semiterstruktur, dimana wawancara dengan jenis ini merupakan kategori in-depth interview, Vina Amilia Suganda M., 2014 ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Sugiyono (2010, hlm. 73) mengatakan bahwa pelaksanaan jenis wawancara semistruktur ini lebih terbuka, bebas dimana tujuannya adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, pihak diwawancarai diminta pendapatnya dan ide-idenya. Dalam wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. Sebelum melakukan wawancara, peneliti terlebih dahulu membuat pedoman wawancara. Pedoman wawancara dipersiapkan untuk mempermudah pelaksanaan wawancara, sehingga materi wawancara yang nantinya diberikan kepada subjek terarah untuk mengetahui bagaimana penggambaran kesulitan subjek penelitian dalam membangun kemampuan memecahkan permasalahan matematika berdasarkan tingkatan berpikir matematika. Akan tetapi, wawancara dapat dikembangkan sendiri oleh peneliti pada saat wawancara berlangsung. Wawancara dilakukan terhadap subjek penelitian. Tujuan dilakukannya wawancara ini adalah untuk memperoleh informasi awal mengenai bagaimana kesulitan subjek penelitian dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika. Dengan wawancara ini, peneliti akan mendapatkan informasi yang mendalam, seperti yang dikatakan Alwasilah (2003, hlm. 154) mengatakan bahwa wawancara dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak mungkin diperoleh lewat observasi. Melalui interview peneliti bisa mendapatkan informasi yang mendalam (in-depth information), antara lain: a. Peneliti dapat menjelaskan atau mem-parafrase pertanyaan yang tidak dimengerti responden. b. Peneliti dapat mengajukan pertanyaan susulan (follow-up question). c. Responden cenderung menjawab apabila diberi pertanyaan. d. Responden dapat menceritakan sesuatu yang terjadi di masa silang dan masa mendatang. Selanjutnya dilakukan kembali wawancara kedua dari tes kemampuan pemecahan masalah materi kedua yaitu bangun datar dan bangun ruang, hingga memperoleh informasi yang bersifat jenuh dari subjek penelitian. Informasi Vina Amilia Suganda M., 2014 ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
jenuh yang dimaksud disini adalah informasi yang diberikan oleh siswa dan ditangkap oleh peneliti yang berupa pernyataan atau berupa informasi yang tetap, tidak ada perubahan lagi ketika dilakukan penelurusan dengan fokus yang sama sekalipun. Hal ini menandakan bahwa informasi yang diberikan sudah berupa informasi yang benar-benar menggambarkan sikap matematis subjek penelitian berdasarkan tingkatan kemampuan matematika yang dimilikinya. Wawancara kedua ini dilakukan setelah soal pemecahan masalah diberikan ke siswa. Wawancara dilakukan tidak hanya dengan subjek penelitian saja, akan tetapi peneliti juga mewawancarai guru matematika yang mengajar di kelas peneliti mengadakan penelitian. Wawancara dilakukan saat awal peneliti melakukan penelitian, saat berlangsungnya proses pembelajaran dan setelah diperoleh jawaban penelitian dari subjek yang diteliti. Wawancara akhir yang dilakukan dengan guru ini, bermaksud untuk mengkonfirmasi kumpulan dari data-data penelitian yaitu dari observasi, hasil tes, dan angket sikap siswa.
5. Triangulasi Data Teknik pengumpulan data dengan triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menuju pada kredibilitas data (Sugiyono, 2010, hlm. 83). Triangulasi dalam penelitian ini adalah triangulasi teknik, yang artinya peneliti menggunkan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Dalam penelitian ini akan dilakukan pengecekkan terhadap penggunaan metode pengumpulan data berupa sumber data dari metode observasi, wawancara, tes, dan angket akan memberikan informasi yang sama atau berbeda menggunakan metode triangulasi. Apabila berbeda, maka peneliti harus bisa menjelaskan perbedaan itu, atau bahkan harus Vina Amilia Suganda M., 2014 ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
terus menggali mengenai alasan mengapa perbedaan itu bisa terjadi. Tujuannya adalah mencari kesamaan data dengan metode yang berbeda. Sugiyono (2010, hlm. 83) menyatakan bahwa bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Triangulasi ini dilakukan untuk melakukan pengecekkan terhadap penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi yang didapat sama dengan metode lainnya (Bungin, 2010, hlm. 257).
b. Teknik Analisis Data Pada tahap analisis ini, dilakukan analisis yang diperoleh dari respon subjek penelitian pada tes dan wawancara lanjutan yang dilakukan setelah observasi, angket, penilaian diri, wawancara dan studi dokumen. Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : a. Reduksi data (pengurangan) Kegiatan
ini
mengarah
pada
proses
menyeleksi,
memfokuskan,
menyederhanakan, dan mengabstraksikan serta mentransformasikan data mentah yang ditulis pada catatan lapangan yang dibarengi dengan perekaman melalui kamera. Sugiyono (2010, hlm. 92) menyatakan bahwa mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
Vina Amilia Suganda M., 2014 ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Penyeleksian dan pemfokusan ditekankan pada hasil wawancara serta pengamatan yang mengamati pola interaksi yang terjadi antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa lainnya dalam pembelajaran matematika, yang nantinya digunakan untuk menyimpulkan bagaimana penggambaran kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah dan sikap matematis yang ditunjukkan subjek penelitian. Kemudian, beberapa hal yang berada di luar fokus penelitian dikurangi dan tidak dimasukkan pada analisis data. Adapun tahap reduksi data dalam penelitian ini meliputi: 1. Hasil observasi pertama dan observasi lanjutan disederhanakan menjadi bahasa yang baik dan mudah dimengerti ke dalam bentuk tulisan dan disebut transkrip observasi. 2. Hasil angket disusun berdasarkan poin-poin pertanyaan yang hendak dijawab. 3. Hasil wawancara pertama dan wawancara lanjutan disederhanakan menjadi
susunan
bahasa
yang
baik
dan
rapi,
kemudian
ditransformasikan ke dalam catatan yang disebut transkrip wawancara. b. Penyajian data Tahap selanjutnya adalah mengolah sekumpulan informasi yang telah diperoleh dan tersusun rapi tersebut untuk memberi kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Sugiyono (2010, hlm. 95) menyatakan bahwa melalui penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. c. Menarik kesimpulan dan verifikasi Verifikasi adalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh sehingga mampu menjawab pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian. Dengan cara mencocokkan hasil observasi, tes, dokumen dan wawancara untuk penggambaran kesulitan subjek penelitian dalam menyelesaikan soal pemecahan
Vina Amilia Suganda M., 2014 ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
masalah dan mencocokkan hasil observasi, wawancara dan angket untuk penggambaran sikap matematis yang ditunjukkan subjek penelitian. Adapun pendapat lain namun masih sama maksudnya dengan penjelasan sebelumnya mengenai analisis data yang dikemukakan Moleong (2009, hlm. 280) bahwa analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data dilakukan dalam suatu proses, berarti pelaksanaannya sudah dimulai dilakukan sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif sesudah meninggalkan lapangan penelitian. Dalam penelitian ini, Moleong menyatakan analisis data yang dilakukan menggunakan metode perbandingan tetap (constant comparative method) karena dalam analisis data, secara tetap membandingkan satu datum dengan datum lainnya, kemudian secara tetap membandingkan kategori dengan kategori lainnya. Secara umum proses analisis data tersebut mencakup: reduksi data, kategorisasi data, diakhiri dengan hipotesis kerja. Miles dan Huberman (Denzin dan Lincoln, 2009, hlm. 592) menggambarkan proses analisis data dengan model interaktif sebagai berikut: Pengumpulan data Penyajian data
reduksi data Kesimpulan pengambaran/ verifikasi Gambar 3.1 Komponen Analisis Data
Vina Amilia Suganda M., 2014 ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Pada penelitian ini, data yang diperoleh dari hasil observasi, angket sikap, tes, wawancara dalam bentuk rekaman dan dokumentasi dikumpulkan kemudian disederhanakan dengan memilah data mana saja yang dapat menjawab pertanyaan penelitian atau dengan kata lain dapat mendukung apa yang diinginkan peneliti, tahap inilah yang disebut reduksi data. Dari proses reduksi ini, kemudian data yang sudah dipilah didefinisikan dan dikaji yaitu pada proses penyajian data. Denzin, Norman K. dan Lincoln menyatakan bahwa seorang peneliti perlu mengkaji proses reduksi data sebagai dasar pemaknaan. Dari penyajian data ini memungkinkan pengambilan kesimpulan yaitu gambaran kesulitan apa saja yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah dan penyebab munculnya kesulitan tersebut, serta sikap matematis yang ditunjukkan subjek penelitian.
Vina Amilia Suganda M., 2014 ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu