BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kementerian Kehutanan telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.33/Menhut-II/2007 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.51/Menhut-II/2006 tentang penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk pengangkutan hasil hutan kayu yang berasal dari hutan hak. Implementasi penerapan kebijakan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.33/Menhut-II/2007 di Desa Jugalajaya, melibatkan 4 pelaku kegiatan yaitu : petani hutan rakyat, tengkulak/pengusaha kayu hutan rakyat, Kepala Desa, dan Dinas Kehutanan setempat. Untuk mengetahui respon dari ke-4 pelaku kegiatan terhadap kebijakan SKAU tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang respon pelaku usaha hutan rakyat terhadap implementasi kebijakan SKAU. Respon yang ditunjukkan oleh masyarakat terhadap penerimaan suatu proyek/kegiatan berbeda-beda. Pebedaan respon yang ditunjukkan masyarakat terhadap kegiatan tersebut dapat dilihat dari tahapan yang disebut proses adopsi. Menurut Rogers dan Shoemaker (1971) proses-proses adopsi tersebut terdiri dari 5 tahap, yaitu: awareness stage (tahap sadar), interest stage (tahap minat), evaluation stage (tahap evaluasi), trial stage (tahap percobaan), dan adoption stage (tahap adopsi). Peraturan
mengenai SKAU
terealisasi dengan
baik
jika
dalam
implementasinya pelaku usaha hutan rakyat memberikan respon positif. Respon positif terjadi jika individu dalam masyarakat tersebut terdorong untuk ikut serta mengambil bagian dalam seluruh perencanaan dan pemenuhan program (dalam hal ini ke-5 proses adopsi dilakukan sesuai dengan peraturan). Respon netral terjadi jika pengikutsertaan masyarakat tidak relevan dengan hasil rencana kebijakan SKAU (dalam hal ini ke-5 tahapan adopsi dilakukan, tetapi tidak sesuai dengan peraturan). Respon negatif terjadi jika unsur pembaharuan tidak berhasil membuat masyarakat tersebut ikut serta, baik dalam perencanaan maupun dalam pemenuhan program (dalam hal ini tahapan adopsi ke-4 dan ke-5 tidak dilakukan). Secara skematis, kerangka penelitian digambarkan pada Gambar 1 berikut ini :
10
Permenhut (SKAU)
Implementasi
Pelaku Kegiatan : 1. Petani Hutan Rakyat 2. Tengkulak/Pengusaha 3. Kepala Desa 4. Dinas Kehutanan
Kriteria : 1) Mengetahui SKAU 2) Ada inovasi dan punya informasi mengenai SKAU 3) Mulai mempertimbangkan untuk menggunakan SKAU atau tidak 4) SKAU mulai digunakan 5) SKAU digunakan secara kontinu
5 Tahap Adopsi (Rogers & Shoemaker 1971) 1) Tahap Sadar 2) Tahap Minat 3) Tahap Evaluasi 4) Tahap Percobaan 5) Tahap Adopsi
RESPON
POSITIF
NEGATIF
(Sajogyo & Pudjiwati 2002) 5 tahapan adopsi dilakukan sesuai dengan Peraturan
NETRAL
Tahapan adopsi ke-4 dan ke-5 tidak dilakukan
5 tahapan adopsi dilakukan, tetapi tidak sesuai dengan Peraturan
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian. 3.2. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu : Bulan Mei - Juni tahun 2011. Penelitian dilakukan di Desa Jugalajaya Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor. 3.3. Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital, alat rekam, alat tulis, dan konsep pertanyaan untuk wawancara. Bahan yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil wawancara langsung dengan informan kunci. Data sekunder berupa kondisi umum fisik daerah penelitian dan potensi hutan rakyat (luas hutan rakyat dan jenis tegakan).
11
3.4. Strategi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu suatu pendekatan yang biasanya digunakan untuk mengamati gejala sosial dan memfokuskan diri pada suatu kejadian (events) dan proses interaksi (interactive processes). Penelitian kualitatif disebut verstehen (pemahaman mendalam) karena mempertanyakan makna suatu objek secara mendalam dan tuntas (Irawan 2006). Focus kejadian yang diamati adalah sebuah produk kebijakan berupa SK Menhut No. P.33/2007 dan sekaligus proses interaksinya dalam hal ini adalah bagaimana respon pelaku usaha hutan rakyat dan para pihak terkait (stakeholders) terhadap implementasi kebijakan SKAU. 3.5. Metode Penentuan Responden Metode yang digunakan dalam menentukan responden adalah Purpossive Sampling Method. Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 45 responden. Adapun kriteria yang digunakan dalam penentuan responden yaitu mereka yang diduga memiliki pengetahuan tentang Permenhut tersebut dan pihak yang dianggap terlibat dalam penggunaan SKAU. Rincian responden yang diwawancarai meliputi 5 orang pejabat dinas kehutanan, 5 orang pejabat desa, 5 orang tengkulak/pengusaha kayu hutan rakyat, dan 30 orang petani hutan rakyat. Adapun pemilihan responden yang akan diwawancarai adalah sebagai berikut : 1. Petani hutan rakyat : Sebagai pemilik kayu hutan rakyat/pemohon SKAU. 2. Tengkulak
:
Sebagai
pembeli
kayu
yang
berasal
dari
hutan
menampung
dan
rakyat/pemohon SKAU. 3. Pengusaha/sawmill
:
Sebagai
tempat
menyimpan/mengolah kayu hutan rakyat/pemohon SKAU. 4. Kepala Desa/Lurah/Pejabat Setara : Sebagai pejabat penerbit SKAU. 5. Dinas Kehutanan : Sebagai pihak yang mengeluarkan petunjuk teknis (Juknis)
dalam
pelaksanaan
penatausahaan
hasil
hutan/mengatur
ketersediaan blanko SKAU. 3.6. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan yaitu berupa data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data responden, proses adopsi implementasi kebijakan SKAU,
12
respon masyarakat atau petani serta stakeholders terkait terhadap implementasi kebijakan SKAU, dan permasalahan dalam pelaksanaan SKAU. Data sekunder yang dikumpulkan adalah kondisi umum fisik daerah penelitian dan potensi hutan rakyat. Data primer dikumpulkan dengan teknik wawancara dan pengamatan (observasi) secara langsung di lokasi penelitian. Data sekunder dikumpulkan dengan teknik mencatat data yang sudah ada di kantor kehutanan, perpustakaan ataupun instansi terkait. Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini: Tabel 2 Jenis data yang dikumpulkan No.
Variabel
Indikator
Metode Pengumpulan
Sumber
Data Primer 1.
Respon masyarakat atau petani serta stakeholders terkait terhadap implementasi kebijakan SKAU
Adanya informasi mengenai Wawancara dan proses tahapan adopsi Observasi lapang terhadap kebijakan SKAU 5 Tahapan Adopsi : 1. Tahap Sadar : Pelaku Hutan Rakyat (HR) mengetahui SKAU 2. Tahap Minat : Ada inovasi dan punya informasi mengenai SKAU 3. Tahap Evaluasi : Mulai mempertimbangkan untuk menggunakan SKAU atau tidak 4. Tahap Percobaan : SKAU mulai digunakan 5. Tahap Adopsi : SKAU digunakan dan diterapkan secara kontinu. Respon Pelaku Usaha : Positif : 5 tahapan adopsi dilakukan sesuai dengan Peraturan tentang SKAU. Netral : 5 tahapan adopsi dilakukan, tetapi tidak sesuai dengan Peraturan tentang SKAU. Negatif : Tahapan adopsi ke4 dan ke-5 tidak dilakukan.
2.
Permasalahan dalam Adanya informasi mengenai pelaksanaan SKAU kendala dalam pelaksanaan SKAU
Wawancara dan Observasi lapang
Responden
Responden
13
Tabel 2 (lanjutan) No.
1.
2.
Variabel
Indikator
Metode Pengumpulan
Data Sekunder Kondisi Umum fisik Terdapat data mengenai Studi literatur dan Daerah Penelitian Letak dan luas wilayah, Observasi lapang topografi dan iklim, pola penggunaan lahan, kependudukan Potensi Hutan Adanya data mengenai luas Studi literatur Rakyat hutan rakyat, potensi tegakan, realisasi kayu bulat
Sumber
Kantor desa/ Kecamatan
Kantor desa/ Kecamatan & Dinas Kehutanan
Argumentasi penetapan kriteria respon pelaku usaha hutan Rakyat : 1. Positif :
tahapan adopsi dilakukan sesuai dengan Peraturan, artinya
pelaksanaan SKAU di lokasi penelitian sesuai dengan ketentuan atau tata cara yang tercantum pada Peraturan tentang SKAU. 2. Netral : tahapan adopsi dilakukan, tetapi tidak sesuai dengan Peraturan, artinya SKAU dilaksanakan di lokasi penelitian, tetapi tidak
sesuai
dengan ketentuan atau tata cara yang tercantum pada Peraturan tentang SKAU. 3. Negatif : tahapan adopsi ke-4 dan ke-5 tidak dilakukan, artinya pelaku usaha mungkin saja melakukan tahapan adopsi ke-1 sampai ke-3 atau mungkin saja tidak juga melakukan, tetapi untuk tahapan adopsi ke-4 dan ke-5 tidak sama sekali dilaksanakan. 3.7. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Penelitian ini tidak menguji hipotesa, melainkan hanya mendeskripsikan informasi faktual. Adapun cara yang dilakukan yaitu dengan mengkaji isi Permenhut tentang SKAU kemudian membandingkan isi Permenhut tersebut dengan hasil wawancara dan observasi di lapangan.