BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai dengan Juni 2013
di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu (Lampiran 1), Pemilihan lokasi penelitian tersebut didasarkan pada kondisi bahwa lokasi tersebut merupakan wilayah kecamatan yang memiliki jumlah pembudidaya ikan bandeng paling tinggi dan jumlah tambak bandeng terluas di Kabupaten Indramayu.
3.2
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai.
Metode survai adalah penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran umum tentang obyek yang diteliti, menjelaskan hubungan-hubungan dari beberapa variabel, menguji hipotesis-hipotesis untuk memperkuat penerimaan atau mengadakan penolakan terhadap teori, dan membuat prediksi (Saragih, et. al. 1994). Widodo dan Mukhtar (2000) menjelaskan bahwa metode survai adalah suatu metode yang digunakan untuk menemukan pengetahuan yang seluasluasnya terhadap obyek penelitian pada suatu saat tertentu. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status variabel atau tema, gejala atau keadaan yang ada, yaitu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.
3.3
Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan metode
purposive sampling dimana sampel atau responden ditetapkan secara sengaja oleh peneliti dengan didasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu (Wiratha 2006). Kriteria responden yang dipilih dalam penelitian ini yaitu : 1. Warga atau masyarakat yang melakukan atau mengelola tambak budidaya bandeng. 2. Pembudidaya telah memiliki pengalaman budidaya minimal 1 tahun.
23
24
3. Pembudidaya memiliki lahan budidaya minimal 1 Ha. Sumanto (1990) dalam Wirartha (2005) menyatakan bahwa ukuran sampel minimum yang digunakan dalam jenis penelitian deskriptif adalah 10% dari populasi, maka penghitungannya adalah sebagai berikut : Jumlah sampel = 10/100 x jumlah populasi = 10/100 x 949 orang = 94,9 orang Berdasarkan penghitungan diatas maka jumlah responden sebagai sampel dalam penelitian ini adalah 95 orang.
3.4
Prosedur Pengumpulan Data Sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer
dan data sekunder. 1. Data primer Data primer diperoleh dari wawancara dengan responden yang dipandu dengan kuisioner terstruktur. Beberapa pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner yaitu pengalaman budidaya, luas lahan, pakan yang digunakan, biaya produksi, sumber air, sumber benih, dan vitamin atau probiotik yang digunakan. Disamping melalui wawancara, data primer juga diperoleh dari pengamatan langsung di lokasi budidaya. 2. Data sekunder Data sekunder diperoleh dari beberapa sumber yaitu : Perpustakaan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat, dan Badan pusat statistik Indramayu.
25
3.5
Definisi dan Oprasionalisasi Variabel Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Biaya total (C) adalah jumlah biaya total yang dikeluarkan pembudidaya dalam satu siklus panen. 2. Produktivitas (Y) meliputi produktivitas per satuan luas dan produktivitas per satuan biaya. 3. Benih bandeng (X1) adalah jumlah benih ikan bandeng yang ditebar selama satu kali musim pemeliharaan dan dinyatakan dalam kg. 4. Pakan (X2) adalah jumlah pakan yang dikeluarkan selama satu siklus pemeliharaan yang dinyatakan dalam kg. 5. Luas lahan (X3) adalah luas total tambak yang digunakan dalam budidaya bandeng yang dinyatakan dalam satuan m2. 6. Lama pengalaman budidaya (X4) adalah lamanya waktu atau pengalaman budidaya dari pembudidaya bandeng yang dinyatakan dalam tahun. 7. Pendidikan (X5) adalah tingkat pendidikan terakhir yang pernah ditempuh pembudidaya bandeng. 8. Umur (X6) adalah jumlah tahun kehidupan dari pembudidaya bandeng.
3.6
Metode Analisis Data Analisis data merupakan proses penyederhanaan data yang telah
dikumpulkan mengenai objek permasalahan yang diterapkan kedalam bentuk yang mudah diinterpretasikan. Informasi dan data yang telah terkumpul setelah ditabulasikan kemudian dianalisis dengan menggunakan beberapa metode :
3.6.1
Analisis Faktor-Faktor Produktivitas Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
menggunakan Regresi Linear Berganda, dengan persamaan sebagai berikut:
Y = β0+β1x1+ β2x2+ β3x3+ β4x4+ β5x5+ β6x6+ɛ
26
Keterangan
:
Y
: Produktivitas
X1
: Kualitas benih (Produksi (kg) per jumlah benih (kg))
X2
: Konversi pakan (Produksi (kg) per jumlah pakan (kg))
X3
: Luas lahan (m2)
X4
: Lama pengalaman (Tahun).
X5
: Pendidikan
X6
: Umur (Tahun)
ɛ
: Galat.
Pada variabel tingkat pendidikan atau X5 diberikan skor angka pada tiaptiap jenjang pendidikan yaitu : SD = 1; SMP = 2; SMA = 3; D3 = 4. Variabel umur X6 diberikan rangking pada tiap umur dimana rangking 1=25 sampai 29 tahun, 2=30 sampai 34 tahun. 3=35 sampai 39 tahun, 4=40 sampai 44 tahun, 5=45 sampai 49 tahun, 6=50 sampai 54 tahun, 7=55 sampai 59 tahun, dan 8=60 sampai 64 tahun. Hasil dari persamaan model regresi linear berganda pada tahap selanjutnya dilakukan evaluasi model pendugaan yang bertujuan untuk mengetahui apakah hasil dari model regresi linear berganda terpenuhi secara teori dan statistik. Evalusi model pendugaan harus sesuai dengan :
1.
Evalusi Kriteria Statistik Pengujian suatu model regresi meliputi uji pengaruh parameter secara
individual (uji-t), uji pengaruh parameter secara keseluruhan (uji F), dan koefisien determinasi (R2). Uji-t berguna untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap produktivitas bandeng. Uji F digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel bebas secara serentak berpengaruh nyata terhadap produktivitas bandeng, sedangkan koefisien determinasi (R2) digunakan sebagai pengukur tingkat kebaikan model. Koefisien tersebut menjelaskan variasi total dalam variabel tak bebas (Y) yang dijelaskan oleh variabel bebas dalam model.
27
Semakin tinggi keragaman yang dapat diterangkan oleh model tersebut, semakin besar koefisien determinasinya. Model yang dianalisis menunjukkan pengujian terhadap hipotesishipotesis yang dilakukan. Pengujian hipotesis secara statistik bertujuan untuk melihat nyata tidaknya pengaruh variabel yang dipilih terhadap variabel yang diteliti. Pengujian hipotesis baik untuk uji-t maupun uji F yaitu dengan melihat tingkat signifikan (α). Tingkat signifikan (α) adalah probabilitas kesalahan menolak hipotesis yang ternyata benar. Jika dikatakan α = 5 persen, berarti resiko kesalahan mengambil keputusan adalah 5 persen. Semakin kecil nilai α, berarti semakin rendah resiko kesalahan penelitian (Santoso 2001). A.
Uji-t Uji-t digunakan untuk melihat nyata atau tidaknya pengaruh variabel bebas
terhadap variabel tak bebas dengan langkah-langkah sebagai berikut: H0 : bi = 0 H1 : bi ≠ 0, Uji-t menurut Sarwoko, 2005 dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana : bi = koefisien peubah ke-i SE(bi) = standar error peubah ke-i n = jumlah pengamatan Jika: a. -ttabel < t hitung < ttabel maka terima Ho artinya variabel-variabel independen yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. b. t hitung < -ttabel atau t hitung > ttabel maka tolak Ho artinya variabel-variabel bebas yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.
B.
Uji F Uji F menurut Gujarati (1997) digunakan untuk menunjukkan kemampuan
peubah-peubah bebas secara bersama-sama menjelaskan variasi dari peubah tak bebas dengan langkah-langkah sebagai berikut:
28
Ho : bi = 0, i = 1,2,3,…,6 H1 : salah satu atau semua bi ≠ 0 F hitung = dimana : n = jumlah sampel k = jumlah variabel dalam model Jika: a. Fhitung > Ftabel maka tolak Ho, artinya semua variabel bebas mampu secara bersama-sama menjelaskan variasi dari variabel tak bebas. b. Fhitung < Ftabel maka terima Ho, artinya semua variabel bebas tidak mampu secara baersama-sama menjelaskan variasi dari variabel tak bebas.
2.
Evaluasi Kriteria Ekonometrik
A.
Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Cara mendeteksi normalitas menurut Santoso (2001) yaitu dengan melihat grafik normal probability plot, yaitu dengan melihat penyebaran titik pada sumbu diagonal dari grafik normal probability plot, sedangkan untuk histogram dengan melihat kurva yang berbentuk genta (lonceng). Dasar-dasar pengambilan keputusan berdasarkan grafik normal probability antara lain :
Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
B.
Autokorelasi Autokorelasi menurut Gujarati (1997) adalah korelasi antara anggota
serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deretan waktu) atau ruang (seperti dalam data cross-sectional). Model regresi harusnya bebas dari autokorelasi, sehingga kesalahan prediksi (selisih antara data asli
29
dengan data hasil regresi) bersifat tetap untuk tiap nilai X. Cara mendeteksi autokorelasi menurut Santoso (2001) yaitu dengan menggunakan uji DurbinWatson yang diambil patokannya secara umum adalah sebagai berikut:
C.
Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif
Angka D-W diantara -2 sampai 2 berarti tidak ada autokorelasi
Angka D-W diatas 2 berarti ada autokorelasi negative
Multikolinearitas Multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan adanya korelasi diantara
variabel-variabel bebas dalam model regresi (Santoso 2001). Bila variabelvariabel bebas berkorelasi dengan sempurna maka disebut multikolinearitas sempurna. Multikolinearitas disini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya derajat kolinearitas yang tinggi diantara variabel-variabel bebas. Bila variabelvariabel bebas berkorelasi secara senpurna maka metode kuadrat terkecil tidak dapat digunakan. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Variance Inflation Factor merupakan suatu cara mendeteksi multikolinearitas dengan melihat sejauh mana sebuah variabel penjelas dapat diterangkan oleh semua variabel penjelas lainnya di dalam persamaan regresi. Variance Inflation Factor menurut Sarwoko (2005) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana : VIF (bi) = Variance Inlation Factor untuk masing-masing variabel R2 i
= koefisien determinasi Nilai VIF kurang dari 10 menunjukkan bahwa persamaan tersebut tidak
mengalami multikolinearitas tinggi. Sebaliknya jika nilai VIF peubah bebasnya lebih besar dari 10 maka menunjukkan persamaan tersebut masih mengalami multikolinearitas tinggi (Sarwoko 2005).
30
D.
Heteroskedastisitas Satu asumsi penting dari model regresi linier yaitu bahwa gangguan
(disturbances)
ui
yang
muncul
dalam
fungsi
regresi
populasi
harus
homoskedastik, yaitu gangguan tersebut mempunyai varians yang sama. Pelanggaran dari asumsi ini disebut heteroskedastisitas. Metode informal dan formal untuk mendeteksi heteroskedastisitas menurut Gujarati (1997), yaitu sifat dasar masalah, metode grafik, pengujian park, pengujian Glejser (Glejser test), dan pengujian rank dari korelasi Spearman. Pendeteksian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan metode grafik. Untuk melihat ada atau tidaknya pola heteroskedastisitas maka e dipetakan terhadap Ŷ menggunakan grafik Scater Plot. Jika tidak ada pola yang sistematis, maka diartikan bahwa varians setiap unsur residual adalah sama.
3.6.2. Tingkat Produktivitas Bandeng a. Produktivitas Berdasarkan Biaya Produktivitas didefinisikan sebagai Perbandinagn ukuran harga bagi masukan dan hasil (Greenberg 1973 dalam Sinungan 2008), sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
Produktivitas (Rp/kg) =
b. Produktivitas Berdasarkan Luas Greenberg (1973) dalam Sinungan (2008) mendefinisikan produktivitas sebagai perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam satu-satuan (unit) umum, sehingga produktivitas ekonomi perikanan budidaya dirumuskan sebagai berikut : Produktivitas (kg/th/m2) =
31
3.6.3
Analisis Finansial
1. Total Cost Biaya total atau total cost (TC) adalah jumlah dari biaya tetap total atau fixed cost (TFC) dan biaya variabel total atau variabel cost (TVC). Supriyono (1999) menyatakan bahwa : Biaya tetap memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu. b. Pada biaya tetap, biaya satuan (unit cost) akan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume penjualan, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan. Biaya variabel memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan semakin tinggi jumlah total biaya variabel, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah jumlah biaya variabel. b. Pada biaya variabel, biaya satuan tidak dipengaruhi oleh volume kegiatan, jadi biaya semakin konstan. Adapun persamaan untuk menghitung total cost adalah sebagai berikut :
TC = TFC + TVC
2.
Penerimaan Penerimaan adalah jumlah uang yang diperoleh dari penjualan sejumlah
output atau dengan kata lain merupakan segala pendapatan yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualan produksinya. Hasil total penerimaan dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah satuan barang yang dijual dengan harga barang yang bersangkutan. Adapun persamaan untuk menghitung penerimaan adalah sebagai berikut :
32
TR = Q x P Keterangan : TR Q P
: Penerimaan : Quantity. : Price / harga.
3.
BCR (Benefit Cost Ratio) Benefit Cost Ratio digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang
diperoleh dari kegiatan usaha selama satu masa pemeliharaan cukup menguntungkan, rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut :
Keterangan : TR TC
= Total pendapatan usaha (Rupiah) = Total biaya usaha (Rupiah)
Hipotesis : R/C > 1, usaha untung. R/C = 1, usaha tidak untung dan tidak rugi (usaha impas). R/C< 1, usaha rugi.