BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir menjelaskan filosofi dari gagasan (ide) riset yang diajukan, sehingga memerlukan suatu model penelitian, yang ditampilkan dalam suatu diagram untuk memperlihatkan aliran-aliran atau kaitan-kaitan antara suatu variabel dengan variabel lainnya.
3.1.1. Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Auditor Motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Motivasi kerja dapat diartikan sebagai suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji. (Mangkunegara, 2002, 102) Sedangkan pengertian kinerja menurut Lembaga Administrasi Negara adalah sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian suatu pelaksanaan kegiatan / program / kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi. (Widodo, 2001, 206) Untuk mendapatkan kinerja auditor yang baik, diperlukan suatu motivasi yang berupa dorongan dari masing-masing individu
41
42
(auditor) untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaikbaiknya dan penuh tanggung jawab agar tujuan organisasi dapat tercapai. Berdasarkan pengertian motivasi kerja dan pengertian kinerja tersebut, maka pengaruh antara motivasi kerja dan kinerja mempunyai pengaruh yang sangat erat yaitu apabila motivasi kerja dari masingmasing auditor tinggi akan menimbulkan semangat kerja yang tinggi pula yang pada akhirnya akan memberikan hasil kerja ( kinerja ) yang baik.
3.1.2. Pengaruh antara Kemampuan Kerja Terhadap Kinerja Auditor Kemampuan kerja merupakan suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. (Robbins, 2001, 46) Profil seorang pegawai yang produktif menekankan pada mutu dan bukan pada kuantitas. Menambah lebih banyak pegawai belum tentu berhasil meningkatkan produktifitas (Timpe, 2003, 111). Jadi harus dipastikan dulu bahwa yang ada sekarang dapat bekerja sesuai kemampuan mereka untuk menghasilkan kinerja yang baik.
43
Dari kedua pengertian tersebut bahwa seorang pegawai dalam hal ini auditor yang memiliki kemampuan kerja yang baik akan memberikan hasil kerja (kinerja) yang baik pula.
3.1.3. Pengaruh Antara Kesiapan Menerima Perubahan Terhadap Kinerja Auditor Hakekat kesiapan menerima perubahan adalah kemampuan dan kekuatan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan secara adaptif dalam rangka menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan organisasi. Perubahan adalah sesuatu yang sudah pasti, maka tidak perllu dihindari, tetapi sebaiknya dihadapi agar dikelola dan dikendalikan. Suatu kinerja bermasalah dapat muncul dimana-mana, misalnya seorang auditor dengan prestasi baik, mungkin saja tiba-tiba menjadi seseorang yang sering mangkir atau gemar membuang-buang waktu. Setiap kali terjadi perubahan, auditor diharapkan dapat bekerja dengan cara yang berbeda, dan hal terrsebut menuntut terjadinya beberapa perubahan kecil atau bahkan besar dalam rantai kinerja. Untuk itu semua diperlukan kesiapan (readiness) bagi auditor untuk menghadapi dan menyiasati kinerja yang tidak menurun.
44
3.1.4. Pengaruh
Motivasi,
Kemampuan
Kerja
dan
Kesiapan Menerima Perubahan Secara Bersamasama Terhadap Kinerja Auditor Hakikat Kinerja Auditor adalah prestasi atau hasil kerja yang diperlihatkan seorang Auditor atas pekerjaannya pada waktu tertentu. Adanya keinginan dan dorongan atau motivasi dan kemampuan kerja yang baik serta apabila yang bersangkutan memmiliki kesiapan untuk menerima suatu perubahan, maka diharapkan akan memberikan kinerja yang baik.
3.2. Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir maka dapat disusun rumusan hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi, kemampuan kerja dan kesiapan menerima perubahan secara bersama-sama terhadap kinerja auditor. 2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi kerja, kemampuan kerja dan kesiapan menerima perubahan secara parsial terhadap kinerja auditor. 3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara data demografi jenis kelamin terhadap kinerja auditor.
45
4.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara data demografi tingkat pendidikan terhadap kinerja auditor.
5. Terdapat pengaruh yang signifikan antara data demografi masa kerja terhadap kinerja auditor. 6. Terdapat pengaruh yang signifikan antara data demografi status kepegawaian terhadap kinerja auditor. D1
X1
D2 X2
Y
Y = a + bX1 + bX2 + bX3
D3
X3 D4
Gambar 3.1. Model Penelitian Keterangan : X1 : Motivasi : Kemampuan kerja X2 X3 : Kesiapan menerima perubahan Y : Kinerja auditor D1 : Jenis Kelamin D2 : Pendidikan D3 : Masa Kerja D4 : Status Kepegawaian
46
3.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.3.1. Variabel Motivasi Kerja A.
Definisi Motivasi merupakan daya dorong bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang sebagian besar mungkin demi keberhasilan organisasi mencapai tujuannya. (Siagian, 2002, 102)
B.
Operasionalisasi Secara operasional variabel motivasi kerja auditor Itjen Depkes RI diukur dengan menggunakan instrumen dengan indikator meliputi tanggung jawab dan semangat kerja yang tinggi untuk merealisasi tujuan, partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan, menyenangi pekerjaan yang diberikan, bekerja sesuai prosedur dan alur kerja, serta berani mengambil resiko yang terjadi pada pekerjaan tersebut, pengembangan karier, pelatihan dan kesejahteraan.
C.
Pengukuran Variabel Berpedoman pada definisi konseptual maupun operasional, maka kisi-kisi variabel motivasi kerja adalah sebagai berikut:
47
Tabel 3.1. Pengukuran Variabel Motivasi Kerja Variabel Motivasi Kerja
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Indikator Tanggung jawab Semangat kerja Partisipasi aktif Menyenangi pekerjaan Sesuai prosedur & alur kerja Berani ambil resiko Pengembangan karier Pelatihan Kesejahteraan
Skala Interval Interval Interval Interval Interval Interval Interval Interval Interval
3.3.2. Variabel Kemampuan Kerja A.
Definisi Kemampuan kerja merupakan suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Seluruh kemampuan tersebut pada hakikatnya tersusun dari dua perangkat faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik (Robbins, 2001, 46).
B.
Operasionalisasi Definisi
operasional
kemampuan
kerja
diukur
dengan
menggunakan instrumen dengan indikator meliputi, cerdas dan dapat
belajar
dengan
cepat,
kompetensi
secara
profesional/teknis, kreatif dan inovatif (memperbaiki hasil kerja), memahami pekerjaan, bekerja dengan efisien, dianggap bernilai oleh pengawasnya, mau menerima kritik yang konstruktif, mudah menerima ide-ide, berupaya memanfaatkan peluang, berupaya meningkatkan kualitas diri.
48
C.
Pengukuran Variabel Berpedoman pada definisi konseptual maupun operasional, maka kisi-kisi variabel kemampuan kerja adalah sebagai berikut: Tabel 3.2. Pengukuran Variabel Kemampuan Kerja Variabel Kemampuan Kerja
Indikator 1. Cerdas dan dapat belajar dengan cepat 2. Kompetensi secara profesional/teknis. 3. Kreatif dan Inovatif (memperbaiki hasil kerja). 4. Memahami pekerjaan. 5. Bekerja dengan efisien. 6. Dianggap bernilai oleh pengawasnya. 7. Mau menerima kritik yang konstruktif. 8. Mudah menerima ide-ide. 9. Berupaya memanfaatkan peluang. 10. Berupaya meningkatkan kualitas diri
Skala Interval Interval Interval Interval Interval Interval Interval Interval Interval Interval
3.3.3. Variabel Kesiapan Menerima Perubahan A.
Definisi Kesiapan menerima
perubahan
merupakan
kemampuan,
kekuatan dan sifat seseorang untuk berbuat dalam rangka menyesuaikan dengan lingkungan secara adaptif untuk mencapai tujuan.
49
B.
Operasionalisasi Definisi operasional kesiapan menerima perubahan diukur dengan menggunakan instrumen yang meliputi indikator tingkat keterampilan dalam menyiasati perubahan, keinginan untuk menghadapi perubahan, adaptif terhadap perubahan, kondisi lingkungan internal dan eksternal, komitmen dalam menghadapi perubahan.
C.
Pengukuran Variabel Berpedoman pada definisi konseptual maupun operasional, maka kisi-kisi variabel kesiapan menerima perubahan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3. Pengukuran Variabel Kesiapan Menerima Perubahan Variabel Kesiapan Menerima Perubahan
Indikator 1. Tingkat keterampilan dalam menyiasati perubahan 2. Keinginan untuk menghadapi perubahan 3. Adaptif terhadap perubahan 4. Kondisi lingkungan internal dan eksternal 5. Komitmen dalam menghadapi perubahan
Skala Interval Interval Interval Interval Interval
3.3.4. Variabel Kinerja A.
Definisi Kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja seorang auditor selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai
50
kemungkinan, misalnya standar, target/sasaran atau kriteria yang telah ditentukan (Soeprihantono, 1988, 7).
B.
Operasionalisasi Definisi
operasional
kinerja
auditor
diukur
dengan
menggunakan instrumen dengan indikator tingkat kemampuan auditor dalam bekerja, semangat dalam menyelesaikan pekerjaan, prosedur dalam melaksanakan pekerjaan, tingkat kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
C.
Pengukuran Variabel Berpedoman pada definisi konseptual maupun operasional, maka kisi-kisi variabel kinerja adalah sebagai berikut: Tabel 3.4. Pengukuran Variabel Kinerja Auditor Variabel Kinerja Auditor
1. 2. 3. 4. 5.
Indikator Tingkat kemampuan auditor dalam bekerja Semangat dalam menyelesaikan pekerjaan Prosedur dalam melaksanakan pekerjaan Tingkat kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
Skala Interval Interval Interval Interval Interval
Berdasarkan uraian kisi-kisi indikator dari ketiga variabel, dapat diketahui adanya 29 indikator yang dituangkan dalam kuisioner berupa pertanyaan sebanyak 53 butir. Kuisioner tersebut dikirimkan kepada responden sebanyak 60 orang
51
untuk diisi. Terhadap jawaban responden diuji validitas dan reliabilitasnya.
3.4. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan Jl. H. R. Rasuna Said Blok X-5 Kav.4-9 Kuningan - Jakarta Selatan. Waktu penelitian dilaksanakan pada Minggu I – II bulan Februari 2009.
3.5. Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data 3.5.1. Jenis Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang merupakan jawaban responden terhadap kuesioner. Dari data yang dimaksud, untuk kepentingan analisis diubah menjadi data kuantitatif dengan menggunakan skala Likert yang diberi bobot 1 sampai dengan 5.
3.5.2. Sumber Data A. Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh sebagai hasil jawaban kuisioner yang disebarkan kepada seluruh Auditor Itjen Depkes RI. Data primer dikumpulkan melalui penggunaan daftar
52
pertanyaan terstruktur (kuisioner) yang berisi motivasi kerja, kemampuan kerja, kesiapan menerima perubahan dan kinerja auditor. 1. Kuisioner yang digunakan dalam penelitian merujuk pada skala model Likert. Skala berisi sejumlah pernyataan yang menyatakan objek yang hendak diungkap. 2. Penskoran atas kuisioner skala model Likert yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada lima alternatif jawaban, yakni Sangat setuju/Sangat puas (5), Setuju/Puas (4), Raguragu (3), Tidak setuju/Tidak Puas (2) dan Sangat tidak setuju/Sangat tidak puas (1).
B. Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari data kepegawaian Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan RI.
3.5.3. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian atau penulisan tesis ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data observasi yang didapat dari hasil–hasil penelitian sebelumnya dan data–data dari bagian kepegawaian di Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan RI. Selanjutnya penelitian ini dilakukan dengan cara survey yaitu penelitian dengan mengambil contoh atau sampel dari populasi yang
53
ada. Data di peroleh dengan menggunakan kuisioner untuk menentukan kejadian relatif, distribusi dan pengaruh antar variabel (Sugiyono, 1997, 7). Analisa
deskriptif
dilaksanakan
untuk
menjelaskan
karakteristik responden, sedangkan analisa kuantitatif dilakukan untuk mengetahui tingkat kedalaman hubungan keempat variabel tersebut. Analisa kuantitatif yang dilakukan dengan metode statistik yang dilakukan dua kali uji.
3.6. Populasi dan Sampel 3.6.1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari yang kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah auditor Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan RI yang berjumlah 128 orang, yang kesemuanya akan digunakan dalam analisis deskriptif dan analisis regresi.
3.6.2. Sampel Yang dijadikan sampel untuk uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian sebanyak 60 orang.
54
3.7. Instrumen Penelitian Administrasi pengumpulan data dilakukan langsung oleh peneliti. Akses terhadap responden sangat dimungkinkan karena penulis adalah juga auditor di Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan RI. Teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner yang meliputi lima bagian. Bagian pertama mengenai profil responden, bagian kedua tentang motivasi kerja, bagian ketiga tentang kemampuan kerja, bagian keempat tentang kesiapan menerima perubahan dan bagian kelima tentang kinerja auditor.
3.8. Metode Analisis 3.8.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji statistik yang pertama adalah untuk menguji tingkat validitas dan reliabilitas instrumen penelitian yang berupa kuisioner dalam angket. Sebelum kuisioner dibagikan kepada responden yang akan menjadi objek penelitian, terlebih dahulu rancangan kuisioner tersebut diuji keshahihan dan keandalannya melalui penelitian pendahuluan. Dari hasil uji validitas dan reliabilitas, diperoleh hasil pertanyaan yang dinyatakan valid dan reliabel untuk dapat dipergunakan sebagai instrumen penelitian. Terhadap pertanyaan –
55
pertanyaan yang dinyatakan tidak valid dan tidak reliabel selanjutnya dikeluarkan dari daftar kuisioner dan tidak digunakan lagi. Untuk menguji validitas instrumen penelitian (kuisioner), yaitu untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya, digunakan metode statistika Koefisien Korelasi Product Moment dari Pearson. Dalam hal ini penulis menggunakan alat bantu program SPSS 12.0. Uji reliabilitas bertujuan untuk menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala yang sama, sehingga memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten (Umar, 2003, 113). Digunakan uji statistik Cronbach Alpha. Dalam hal ini penulis menggunakan alat bantu program SPSS 12.0.
3.8.2. Analisis Deskriptif Analisa
deskriptif
dilaksanakan
untuk
menjelaskan
karakteristik responden, sedangkan analisa kuantitatif dilakukan untuk mengetahui tingkat kedalaman hubungan dan pengaruh keempat variabel tersebut.
3.8.3. Analisis Regresi Berganda Apabila regresi linier sederhana didasarkan pada hubungan fungsional atau kausal satu variabel independen dengan satu variabel
56
dependen, maka regresi berganda didasarkan pada hubungan fungsional atau kausal dua variabel independen atau lebih dengan satu variabel dependen. Persamaan umum regresi linier berganda adalah : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 dimana: a
= nilai konstanta
b1,b2,b3
= koefisien regresi
X1,X2,X3
= variabel bebas
Y
= variabel terikat
Bentuk analisis yang memakai dua variabel bebas atau lebih guna meramalkan variabel terikat Y, dikenal sebagai regresi berganda. Untuk menentukan nilai – nilai tersebut, penulis menggunakan alat bantu software SPSS 12.0.
3.8.4. Uji Hipotesis dengan t-test dan F-test Uji hipotesis dengan t-test digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara sendiri-sendiri berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Setelah
didapatkan
nilai
t
hitung,
maka
untuk
menginterpretasikan hasilnya berlaku ketetapan sebagai berikut: 1) Jika t hitung > t tabel maka H0 di tolak (ada pengaruh yang signifikan). 2) Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima (tak ada pengaruh yang signifikan).
57
Untuk mengetahui t tabel digunakan ketentuan n – 2 pada level of significance ( α ) sebesar 5 % ( tingkat kesalahan 5% atau 0,05 ) atau taraf keyakinan 95% atau 0,95. Jadi apabila tingkat kesalahan suatu variabel lebih dari variabel tersebut tidak signifikan. Uji hipotesis dengan F test digunakan untuk menguji pengaruh dua variabel bebas atau lebih secara bersama-sama dengan variabel terikat. Jika nilai F hitung > F tabel maka H0 ditolak demikian pula sebaliknya.
3.8.5. Analisis Koefisien Determinasi Untuk mengukur seberapa besar variabel-variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, digunakan koefisien determinasi (R2). Koefisien ini menunjukkan proporsi variabilitas total pada variabel dependen yang dijelaskan oleh model regresi. Nilai R2 berada pada interval 0 ≤ R2 ≤ 1. Logikanya makin banyak estimasi model dalam menggambarkan data, maka makin dekat nilai R ke nilai 1 (satu). Nilai R2 dapat diperoleh dengan rumus : R2 = (r)2 x 100% Keterangan : R2 = Koefisien determinasi r = Koefisien korelasi