BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah perairan Kepulauan Karimunjawa. Secara geografis lokasi penelitian terletak antara 5040’39’ - 5055’00’LS dan 110o05’57”-110031’15’ BT dan secara administratif termasuk wilayah Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara-Jateng. Letak Taman Nasional Karimunjawa berjarak 45 mil laut dari kota Jepara atau 60 mil laut dari Semarang. Kegiatan yang dilakukan mulai dari pengumpulan data sekunder, survei lokasi pengamatan, pengambilan data, dan identifikasi ikan karang serta penulisan skripsi telah dilakukan pada bulan Maret hingga Juni 2013. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian Peralatan pengambilan data di lapangan terdiri dari peralatan selam, alat pengukur parameter lingkungan perairan, alat menulis, serta buku identifikasi ikan karang. Peralatan – peralatan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut, foto – foto alat yang digunakan dapat dilihat dalam lampiran 1: 1. Peralatan Scuba Diving Standar: Masker, Snorkel, Fin, Tabung selam, Regulator, Bouyancy Compensator, Weight belt. 2. GPS untuk tracking dan penentuan posisi. 3. Sabak sebagai media untuk mencatat data dibawah air. 4. Perahu motor untuk transportasi di laut. 5. Rollmeter untuk membuat transek garis. 6. Pensil 2B untuk menulis data dibawah air. 7. Buku identifikasi ikan karang. 8. Under Water Camera untuk dokumentasi. 9. Termometer untuk mengukur suhu air. 10. Refrakto salinameter untuk mengukur salinitas dengan ketelitian 0,10/00. 11. Secchi disk untuk mengukur kecerahan. 12. Flouting Droudge untuk mengukur kecepatan arus.
13. Stopwatch untuk mengukur waktu. 3.3 Metode dan Prosedur Penelitian 3.3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan untuk mengetahui struktur komunitas ikan karang di lokasi penelitian menggunakan metode survei. Metode survei yaitu melakukan penyelidikan untuk memperoleh data dari kejadian yang ada dan mencari keterangan secara faktual pada lokasi penelitian. Data diperoleh berdasarkan pengamatan menggunakan metode transek garis menyinggung atau Line Intercept Transect (LIT) dengan panjang transek 30 m dan lebar pengamatan 5 m dengan tiga kali ulangan. 3.3.2 Prosedur Penelitian Penelitian terdiri dari dua tahap yaitu tahap persiapan dan pengamatan. Tahap persiapan terdiri dari pemilihan stasiun pengamatan dan pemasangan garis transek. Selanjutnya dilakukan pengamatan ikan di setiap stasiun yang telah ditentukan. 1. Pemilihan stasiun pengamatan ditentukan dengan memilih lokasi yang terdapat aktifitas transplantasi karang dan lokasi yang memiliki terumbu karang alami (Gambar 2). Kedua stasiun ini dipilih dengan kondisi yang relatif homogen atau memiliki kesamaan, baik kedalaman dan kualitas airnya. Secara khusus karakteristik stasiun pengamatan dijabarkan sebagai berikut: a. Stasiun 1 (stasiun terumbu karang alami), terletak di sebelah timur Pulau Menjangan
Kecil
yaitu
110024’51,102’’
Lintang
Selatan,
dan
0
5 51’49,2624’’ Bujur Timur. Stasiun ini terletak pada kedalaman 5 meter. b. Stasiun 2 (stasiun terumbu karang transplantasi), terletak di sebelah timur Pulau Menjangan Kecil yaitu 1100 24’ 50,832” Lintang Selatan dan 50 51’ 54,9612” Bujur Timur. Stasiun ini terletak pada kedalaman 5 meter.
Gambar 2. Sketsa Lokasi Penelitian Sumber: Direktorat Geologi 1993 2. Garis transek dibuat dengan cara membentangkan tali atau rol meter sepanjang 30 meter x 3 pada kedalaman 5 meter. Prosedur yang sama juga dilakukan pada lokasi terumbu karang hasil transplantasi, sehingga didapatkan 2 stasiun pengamatan. 3. Tahap pengamatan dilakukan dengan menyelam bergerak sepanjang garis transek yang telah dibentangkan sambil mengidentifikasi ikan dengan estimasi batas kiri 2,5 meter dan kanan 2,5 meter (Gambar 3). Setiap 5 m batas depan yang telah ditempuh, peneliti berhenti selama 10-15 menit untuk mengembalikan kondisi interaksi ikan karang yang terganggu akibat aktifitas pergerakan sendiri, dan setiap 30 meter pertama peneliti berhenti selama 10 menit sebagai jeda untuk tiap ulangan.
4. Spesies ikan karang yang terlihat pada batas jarak tersebut ditulis di papan sabak. Spesies ikan karang yang tidak dapat diidentifikasi secara langsung dicatat ciri-cirinya untuk kemudian diidentifikasi dengan menggunakan Buku Panduan Identifikasi Ikan Karang (BTNKJ 2010). 5. Untuk menghindari masa peralihan dari waktu diurnal dan nokturnal, pelaksanaan sensus dilakukan antara pukul 09.00-16.00 sesuai yang disarankan oleh Carpenter et al. (1981) dalam English et al. (1994). Pelaksanaan pengambilan data yang dilakukan pada saat penelitian yaitu dari pukul 09.00 wib hingga selesai dan pukul 15.00 wib hingga selesai.
Gambar 3. Skema Pengamatan Ikan Karang 3.4 Parameter yang Diamati 3.4.1 Kualitas Air Parameter lingkungan perairan diukur di tiap stasiun penelitian. Parameter yang diukur dan metode pengukurannya adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Pengukuran Parameter Fisik Kimiawi Perairan No
Parameter
1
Suhu
2 3
Satuan 0
Alat
C
Thermometer
Arus
m/detik
Tali Penduga
Kecerahan
Meter
Secchi disk
0
4
Salinitas
Ppt ( /00)
Refraktometer
5
Derajat Keasaman
-
pH meter
3.4.2 Kelimpahan Ikan Kelimpahan ikan karang adalah jumlah ikan karang yang ditemukan pada suatu stasiun pengamatan per satuan luas transek pengamatan. Perhitungan kelimpahan ikan karang yang berada di terumbu karang alami dan terumbu karang transplantasi dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukanan oleh Odum (1971) dalam Risamasu (2003) sebagai berikut: Xi X= n Keterangan: X
: Kelimpahan jenis ikan
Xi
: Jumlah total ikan karang pada stasiun pengamatan ke-i
n
: Luas transek pengamatan (30 m x 5 m)
3.4.3 Indeks Keanekaragaman Indeks keanekaragaman merupakan suatu indeks untuk melihat tingkat keanekaragaman jenis dalam komunitas dan memperhatikan keseimbangan dalam pembagian jumlah individu tiap spesies (Odum 1971 dalam Sinuhaji 2003). Indeks tersebut digunakan untuk memperoleh informasi yang lebih rinci tentang komunitas ik an karang. Untuk menghitung indeks keanekaragaman ikan karang digunakan rumus indeks keanekaragaman yang dikemukakan oleh Shannon-Wiener diacu dalam Bengen (2000), yang dirumuskan sebagai berikut:
s H’ = - ∑ (Pi) ( ln Pi) i=1 Keterangan: H' = Indeks Keanekaragaman Shannon-wiener pi = Perbandingan jumlah ikan karang spesies ke-i (ni) terhadap jumlah total ikan karang (N) = ni/N N = Jumlah spesies ikan karang Kisaran nilai indeks keanekaragaman (H') Shannon-Wiener untuk ikan karang adalah: H’ < 2,30
: Keanekaragaman jenis kecil, tekanan ekologis sangat kuat.
H’ 2,30-6,90 : Keanekaragaman jenis sedang. H’ > 6,90
: Keanekaragaman jenis tinggi, terjadi keseimbangan ekosistem.
3.4.4 Indeks Dominansi Indeks ini digunakan untuk melihat kondisi apabila ada terjadinya dominasi suatu jenis tertentu di dalam komunitas ikan karang. Maka itu digunakan Indeks Dominansi Simpson (Odum,1971) sebagai berikut: s C=
∑
Pi 2
i=1 Keterangan: C:
Indeks Dominansi Simpson
pi :
Perbandingan jumlah ikan karang spesies ikan karang ke-i (ni) terhadap jumlah total ikan karang (N) = ni/N Kisaran nilai Indeks Dominansi (C) memiliki kisaran antara 0 – 1. Angka
menunjukkan ke arah 0 memiliki kecenderungan tidak ada individu yang mendominasi komunitas daerah tersebut dan biasanya nilai ini diikuti dengan perubahan nilai indeks keseragaman yang besar. Sebaliknya apabila angka menunjukkan ke arah 1, terdapat kecenderungan dominansi satu atau lebih spesies
dalam komunitas tersebut dan diikuti pula dengan nilai indeks keseragaman yang rendah (Krebs 1972). Kisaran nilai indeks dominansi tersebut yaitu: 0,00 < C < 0,30
: Dominansi rendah.
0,30 < C < 0,60
: Dominansi sedang.
0,60 < C < 1,00
: Dominansi tinggi.
3.5 Analisis Data yang diperoleh dari pengambilan data di analisis dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif. Deskriptif komparatif ini digunakan sebagai pembanding antara hasil penghitungan struktur komunitas ikan karang yang berada di daerah transplantasi dengan lokasi yang masih alami dan masih terpelihara. Apabila pada kedua lokasi tersebut memiliki tingkat kesamaan yang tinggi, maka usaha rehabilitasi terumbu karang dengan cara transplantasi karang untuk meningkatkan kelimpahan dan keanekaragaman ikan telah memberikan hasil yang baik.