BAB III METODE PENELITIAN A.
Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Jebres, Surakarta, Jawa Tengah. Kecamatan Jebres adalah salah satu kecamatan di Kota Surakarta yang terletak dibagian utara. Kecamatan Jebres secara adminstrasi memiliki 11 Kelurahan yaitu Sudiroprajan, Gandekan, Sewu, Jagalan, Pucang Sawit, Jebres, Mojosongo, Tegalharjo, Purwadiningratan, Kepatihan Wetan,
Kepatihan
Kulon. Pemilihan lokasi ini sebagai tempat penelitian didasarkan karena mulai banyak berdirinya rumah makan dengan konsep vegetarian dibanding dengan Kecamatan lain yaitu rumah makan Korys, Maitri, dan Romakeri sebagai tempat pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat vegetarian di Kecamatan Jebres, Surakarta. Penelitian ini menggali data secara khusus pada masyarakat Kecamatan Jebres guna mendapatkan gambaran dan informasi tentang konstruksi sosial gaya hidup vegetarian pada masyarakat Kecamatan Jebres, selanjutnya dari hasil konstruksi tersebut bagaimana dampak konstruksi sosial gaya hidup vegetarian ini dalam kehidupan masyarakat Kecamatan Jebres. Penelitian studi tentang “Konstruksi Sosial Gaya Hidup Vegetarian (Studi Fenomenologi tentang Konstruksi Sosial Gaya Hidup Vegetarian di Kecamatan Jebres, Surakarta)” ini dilakukan pada bulan Januari 2016 hingga berakhir pada bulan April 2016.
B.
Jenis penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Selanjutnya, penelitian kualitatif dipilih karena kemantapan peneliti berdasarkan pengalaman
30
penelitiannya dan metode kualitatif dapat memberikan rincian yang lebih kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif (Afifudin, 2012: 56-57). Metode penelitian kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. Generalisasi dalam penelitian kualitatif dinamakan transferability, artinya hasil penelitian tersebut dapat digunakan di tempat lain, manakala tempat tersebut memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda (Sugiyono, 2014: 3). Dalam
metode
kualitatif
ini,
penulis
menggunakan
pendekatan
fenomenologi. Kata fenomenologi berasal dari kata Yunani fenomenon, yaitu sesuatu yang tampak, yang terlihat karena bercakupan. Dalam bahasa Indonesia, biasanya dipakai istilah gejala. Jadi, fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomenon atau segala sesuatu yang menampakkan diri. Menurut Edmund Husserl bahwa ada kebenaran untuk semua orang, dan manusia dapat mencapainya. Adapun inti pemikiran fenomenologi menurut Husserl adalah untuk menemukan pemikiran yang benar, seseorang harus kembali pada “benda-benda” yang diberi kesempatan untuk berbicara tentang hakikat dirinya. Pernyataan tentang hakikat “benda-benda” tidak lagi bergantung pada kepada orang yang membuat pernyataan, melainkan ditentukan oleh “benda-benda” itu sendiri. Akan tetapi, “benda-benda” tidaklah secara langsung memperlihatkan hakikat dirinya. Apa yang ditemui pada “benda-benda” itu dalam pemikiran biasa bukanlah hakikat. Hakikat benda itu ada di balik yang tampak. Karena pemikiran pertama (first look) tidak membuka tabir yang menutupi hakikat, diperlukan pemikiran yang kedua (second-look). Alat yang digunakan untuk 31
menemukan hakikat pada pemikiran kedua ini adalah intuisi. Istilah yang digunakan Husserl untuk menunjukkan penggunaan instuisi dalam menemukan substansi adalah Wesenschau: melihat (secara instuisi) hakikat gejala-gejala (Afifuddin, 2012: 27-30). Smith (lihat Putra, 2013: 126) menguraikan, fenomenologi tidak mencoba mereduksi gejala menjadi variabel-variabel yang bisa diidentifikasikan dan mengontrol konteks di mana gejala itu hendak dikaji; fenomenologi bertujuan untuk sebisa mungkin tetap selaras dengan gejala itu dan dengan konteks dimana gejala itu muncul di dunia. Ini berarti jika suatu gejala khusus hendak dikaji, akan digali suatu situasi dimana para individu mengalami sendiri pengalaman mereka sehingga mereka bisa menggambarkannya seperti yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan mereka. Hal ini bertujuan untuk menangkap secermat mungkin bagaimana gejala itu dialami dalam konteks terjadinya pengalaman itu. Dengan demikian, studi fenomenologis mendiskripsikan pemaknaan umum dari sejumlah individu terhadap berbagai pengalaman hidup mereka terkait dengan konsep atau fenomena (Lazuardi. 2015: 105). Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti mengenai fenomena gaya hidup vegetarian. Dalam memahami fenomena tersebut peneliti, akan menggali informasi bagaimana masyarakat perkotaan di Kecamatan Jebres, Surakarta memaknai atau mengkonstruksikan gaya hidup vegetarian di kehidupan mereka.
C.
Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan daripada unit-unit analisis yang memiliki spesifikasi atau ciri-ciri tertentu (Slamet, 2006: 40). Dalam penelitian ini penulis mengambil populasi masyarakat Kecamatan Jebres, Surakarta.
32
Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki unsur atau seperangkat unsur yang dipertimbangkan untuk dipilih di dalam berbagai langkah pengambilan sampel (Slamet, 2006: 41-42). Teknik pengambilan sampel yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan tujuan peneliti. Sampel diambil dengan pertimbangan bahwa sampel dianggap mengetahui terkait hal yang akan diteliti yaitu tentang permasalahan terkait gaya hidup vegetarian. Berdasarkan tujuan peneliti, maka dalam penelitian ini peneliti hanya mengambil sampel di 3 kelurahan yaitu Kelurahan Jebres, Kelurahan Kepatihan Kulon, dan Kelurahan Purwonidingratan. Hal ini berdasarkan hasil observasi yang menunjukkan adanya para vegetarian berada di wilayah tersebut. Pada masyarakat Kecamatan Jebres, Surakarta yang akan dijadikan objek penelitian, penulis mengambil dua golongan yaitu masyarakat vegetarian dan masyarakat nonvegetarian dengan kriteria masing-masing usia produktif dan usia nonproduktif sehingga diharapkan dalam penelitian ini penulis mendapatkan variasi data. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ada 2 pandangan dalam melihat batasan usia penduduk dan usia produktif. Pandangan pertama adalah 15-59 tahun dan pandangan kedua adalah 15-64 tahun. Kesepatakan secara internasional sekarang ini adalah untuk Negara berkembang dipakai 15-59 tahun dan untuk Negara maju dipakai 15-64 tahun. Untuk Indonesia yang masih termasuk Negara Berkembang, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan batasan usia 15-59 untuk usia produktif dan usia dibawah 15 tahun dan diatas 59 tahun untuk usia nonproduktif.
33
Adapun kategori sampel yang diambil adalah sebagai berikut:
Tabel III.1 Kategori Sampel Informan
No
Kriteria
Non
Vegetarian
Vegetarian
D.
1
Usia Produktif
2
2
2
Usia Nonproduktif
1 2
1 2
Jumlah Total
4
4
Data dan Sumber Data Data dalam penelitian terdiri dari dua data yaitu: 1.
Data Primer Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari hasil wawancara
secara face to facekepada pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian yakni masyarakat vegetarian yang bertempat tinggal di Kelurahan Jebres, Kelurahan, Purwodiniratan, dan Kelurahan Kepatihan Kulon. 2.
Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari referensi ilmiah, seperti
jurnal, laporan penelitian baik cetak maupun online, dan buku yang membahas tentang gaya hidup vegetarian, serta data yang telah dikelola oleh pihak lain (dokumen) yaitu berupa monografi Kecamatan Jebres, Surakarta yang berisi tentang karakteristik umum Kecamatan Jebres, Surakarta yang terdiri dari data kependudukan dari segi jumlah, jenis kelamin, usia, mata pencaharian, selain
34
itu juga data tentang kondisi sosial ekonomi dan administratif Kecamatan Jebres Surakarta. Selain yang telah dijelaskan diatas, data sekunder lainnya berasal dari catatan lapangan (field note) berupa foto selama proses penelitian dilakukan.
E.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Obvervasi Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat
nonverbal. Sekalipun dasar utama daripada metode observasi adalah penggunaan indera visual, tetapi dapat juga melibatkan indera-indera lain seperti pendengaran, rabaan, dan juga penciuman. Dengan teknik observasi, kita tidak mengabaikan teknik-teknik pengumpulan data yang lain. Observasi umumnya dilakukan bagi awal dari kegiatan survai yang dapat dijalankan bersama dengan studi dokumentasi atau eksperimen. Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis bbservasi berpartisipasi. Dalam tipe ini peneliti terlibat langsung di dalam kegiatan-kegiatan yang sedang diamati. Dalam hal ini peneliti memeiliki peranan ganda, yaitu sebagai peneliti dan dan pelaku kegiatan. (Slamet, 2006: 85-86). Hal ini menurut penulis sangat membantu untuk menggali informasi yang lebih dalam, terlebih penulis juga penerapkan pola hidup sehat dengan menjadi seorang vegetarian. 2.
Wawancara Teknik wawancara adalah cara yang dipakai untuk memperoleh informasi
melalui kegiatan interaksi social antara peneliti dengan yang diteliti. Didalam interaksi itu peneliti berusaha mengungkap gejala yang sedang diteliti melalui kegiatan tanya jawab (Slamet, 2006: 101). Teknik wawancara yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah wawancara semistruktur. Jenis wawancara ini termasuk dalam kategori in-dept interview. Tujuan dari jenis penelitian ini 35
adalah untuk menemukan permasalahan secara terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukan oleh informan (Sugiyono, 2014: 73-74).
3.
Dokumentasi Dokumentasi yang dikumpulkan oleh penulis guna digunakan dalam
penelitian ini adalah: a)
Monografi Kecamatan Jebres, Surakarta yang didalamnya termasuk data umum (tipologi, luas wilayah, jumlah penduduk, jenis pekerjaan penduduk, tingkat pendidikan masyarakat, sarana prasarana).
b)
Rekaman wawancara dengan informan
c)
Foto pada saat penelitian berlangsung
4.
Studi Pustaka Studi pustaka juga menjadi sumber data yang sangat bermanfaat bagi
peneliti. Sebagai acuan awal dan pelengkap data yang ada. Sumber data ini peneliti ambil dari jurnal, penelitian sebelumnya, dan buku baik secara online maupun cetak.
F.
Validitas data Pada penelitian ini penulis menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data.Menurut William Wiersma, triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Menurutnya terdapat tiga triangulasi yaitu, (1) triangulasi sumber, (2) triangulasi teknik pengumpulan data, dan (3) triangulasi waktu (Sugiyono, 2014: 125). Penelitian ini, penulis menggunakan triangulasi sumber, yaitu menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui membandingkan data dengan teknik wawancara di waktu dan tempat 36
yang berbeda dari pengumpulan data sebelumnya. Data dari beberapa sumber tersebut, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari sumber tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (membercheck) dengan sumber data tersebut (Sugiyono, 2014: 127). Kemudian dari hasil wawancara tersebut, penelitian membuat transkrip berdasarkan dari wawancara ulang untuk dibandingkan dengan data wawancara sebelumnya. Dari hasil validasi tersebut dapat diketahui bagaimana data yang sama dari wawancara ulang dengan data sebelumnya.
G.
Teknik Analisis Data Spradley (Sugiyono, 2014: 89) menyatakan bahwa analisis dalam penelitian jenis apapun, adalah merupakan cara berfikir. Hal itu berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian, dan hubungannya dengan keseluruhan. Analisis adalah mencari pola. Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan bahwa, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara,
catatan
lapangan,
dan
dokumentasi,
dengan
cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Creswell (lihat lazuardi, 2015: 251) mengemukakan bahwa terdapat tiga strategi dalam menganalisis data, yaitu spiral analisis data, analisis data dalam pendekatan penelitian, dan penggunaan komputer dalam analisis data. Pada penelitian
ini
penulis
menggunakan
fenomenologi .
37
analisis
datadalam
pendekatan
Dalam pendekatan fenomenologi, telah ada metode analisis yang tersruktur dan spesifik yang dikembangkan oleh Moustakas (lihat Lazuardi, 2015: 269-270), yaitu: o
Mendiskripsikan pengalaman personal dengan fenomena yang sedang dipelajari tersebut. Peneliti mulai dengan deskripsi utuh tentang pengalamannya dengan fenomena tersebut. Hal ini merupakan usaha untuk menyingkirkan pengalaman pribadi peneliti (yang tidak dapat dilakukan sepenuhnya) sehingga fokus dapat diarahkan pada partisipan dalam studi tersebut.
o
Membuat daftar pernyataan penting. Peneliti kemudian menemukan pernyataan (dalam wawancara atau sumber data yang lain) tentang bagaimana individu mengalami topik tersebut, mendaftar pernyataan penting ini (horizontalisasi data) dan mengganggap masing-masing pernyataan memiliki nilai yang setara, dan bekerja untuk menyusun daftar pernyataan yang tidak berulang dan tidak tumpang tindih.
o
Mengambil pernyataan penting tersebut, kemudian mengelompokkannya menjadi unit informasi yang lebih besar, yang disebut “unit makna” atau tema.
o
Menulis deskripsi tentang “apakah” yang dialami oleh partisipan dengan fenomena tersebut. Hal ini disebut “deskripsi tekstural” dari pengalaman tersebut-apa yang terjadi-dan mencakup contoh verbatim.
o
Menulis deskripsi tentang “bagaimana” pengalaman tersebut terjadi. Hal ini disebut “deskripsi struktural”, dan peneliti membahas tentang latar belakang dan konteks dimana fenomena tersebut dialami.
o
Menulis
deskripsi
gabungan
tentang fenomena tersebut
dengan
memasukkan deskripsi tekstural dan deskripsi structural. Bagian ini merupakan “esensi” dari pengalaman tersebut dan menampilkan aspek puncak dari studi fenomenologis. Hal ini biasanya berupa paragraf panjang yang menuturkan pada pembaca “apa” yang dialami oleh 38
partisipan
dengan
fenomena
tersebut
dan
“bagaimana”
mereka
mengalaminya.
H.
Profil Informan Penelitian ini memilih 12 informan masyarakat Kecamatan Jebres, Surakarta dengan rincian 6 orang masyarakat vegetarian dan 6 masyarakat nonvegetarian
dengan
kriteria
usia
nonproduktif
dan
usia
produktif
untukmasing-masing tiap golongan. 1. Masyarakat Vegetarian a. Kianny Tjendrawasih Kirana Usia 66 tahun. Alamat Jl. Urip Sumoharjo No 94 RT 03 RW 02 Kelurahan Purwodiningrat. Beliau pemilik restoran vegetarian “Korys” di Kelurahan Purwodiningratan. Beliau menjalani gaya hidup vegetarian sejak umur 30tahun. b. Atmananda Usia 20 tahun. Alamat Jl. Urip Sumoharjo No 94 RT 03 RW 02 Kelurahan Purwodiningrat. Keponakan dari Tante Kianny Seorang mahasiswa UNS. Sudah menjalani gaya hidup vegetarian sejak kandungan. c. Gurin Dryas Sharan Ananda Usia 21 tahun. Alamat Petoran RT 01 RW 07, Kelurahan Jebres. Anak dari Ibu Tuti Hartini. Seorang mahasiswa UNISRI. Sudah menjalani gaya hidup vegetarian sejak kandungan. d. Tuti Hartini Usia 60 tahun. Alamat Petoran RT 01 RW 07, Kelurahan Jebres. Beliau pemilik katering vegetarian “Romakeri” di Kelurahan Jebres. Beliau menjalani gaya hidup vegetarian sejak SMA.
39
e. Mei Qin Usia 33 tahun. Alamat Jl. A.R.Hakim No 73 RT 01 RW 02 Kelurahan Kepatihan Kulon. Beliau merupakan admin bagian kantin vegetarian Maitri di Vihara Maitrya Kelurahan Kepatihan Kulon. Beliau menjalankan gaya hidup vegetarian sejak kecil. f. Suharyo Usia 65 tahun. Alamat RT 02 RW 02 Kepatihan Kulon. Beliau bekerja sebagai konsultan teknik. Beliau
menjalankan gaya hidup
vegetarian sejak 6 tahun yang lalu 2. Masyarakat Nonvegetarian a. Dewi Usia 60 tahun. Alamat Jl Suryo Kampung Purwopuran RT 02 RW 08 Kelurahan Purwodingrat. Beliau bekerja sebagai pedagang makanan keliling. Beliau pernah menjalankan gaya hidup vegetarian selama setahun namun berhenti. b. Suyanto Usia 70 tahun. Alamat Belakang Vihara RT 01 RW 02 Kelurahan Kepatihan Kulon. Beliau sudah tidak bekerja. c. Hariyadi Usia 63 tahun. Alamat Petoran RT 01 RW 07, Kelurahan Jebres. Beliau tidak bekerja dan hanya ibu rumah tangga. d. Trihapsari Usia 33 tahun. Alamat Petoran RT 01 RW 07, Kelurahan Jebres. Bekerja sebagai ibu rumah tangga. e. Tuti Usia 46 tahun. Alamat RT 05 RW 09 Kelurahan Purwodingratan. Bekerja sebagai ibu rumag tangga.
40
f. Bernadi Usia 47 tahun. Alamat RT 01 RW 02 Kelurahan Kepatihan Kulon. Bekerja sebagai usaha kue risoles dirumah. Pernah menjalankan gaya hidup vegetarian setahun, namun berhenti.
Tabel III.2 Profil Informan No
Nama
Usia
Status
1
Kianny T. Kirana
66 th
Masy. Vegetarian
2
Atmananda
20 th
Masy. Vegetarian
3
Gurin Dryas Sharan A
21 th
Masy. Vegetarian
4
Tuti Hartini
60 th
Masy. Vegetarian
5
Mei Qin
33 th
Masy. Vegetarian
6
Suharyo
65 th
Masy. Vegetarian
7
Dewi
60 th
Masy. Nonvegetarian
8
Tuti
46 th
Masy. Nonvegetarian
9
Hariyadi
63 th
Masy. Nonvegetarian
10
Trihapsari
33 th
Masy. Nonvegetarian
11
Suyanto
70 th
Masy. Nonvegetarian
12
Bernadi
47 th
Masy. Nonvegetarian
Sumber : Data Primer Diolah pada Januari 2016
41