BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik. Waktu penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yaitu bulan Mei – Agustus 2008. Tempat penelitian disajikan pada Gambar 5.
PETA SEBARAN DESA DI PULAU BAWEAN
Sumber: PPLH IPB
Gambar 5 Peta Lokasi Penelitian Studi Pengembangan Wisata di Pulau Bawean Kabupaten Gresik 3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Buku Field Guide
Pengenalan Burung dan Mamalia, Borang, Pedoman Wawancara dan Peta Pulau Bawean. 3.2.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Alat tulis, Kamera, GPS (Global Positioning System) atau Kompas dan Binokuler, Field Guide.
3.3 Kerangka Pemikiran Penelitian Otonomi daerah memberika peluang bagi setiap daerah untuk mengelola sumberdayanya sendiri dalam rangka meningkatkan perumbuhan ekonomi dan menghasilkan PAD yang sebesar-besarnya. Salah satu sasaran yang menjadi andalan dalam rangka mencapai tujuan tersebut adalah pariwisata. Kabupaten Gresik yang secara administratif berada pada wilayah tingkat I Provinsi Jawa Timur memiliki posisi strategis karena berdekatan dengan ibu kota Jawa Timur yaitu Surabaya. Posisi tersebut menjadi peluang bagi Kabupaten Gresik untuk meraih keuntungan dengan menjadi destinasi wisata bagi masyarakat ibu kota provinsi dan sekitarnya. Gresik memiliki objek dan daya tarik wisata yang beragam, salah satunya adalah Pulau Bawean yang di dalamnya terdapat danau, pantai, gugusan gunung semua tersaji dalam keadaan alami. Melihat aset dan potensi yang ada, Pulau Bawean layak dikembangkan sebagai tujuan wisata. Namun hingga saat ini belum tergarap. Meskipun banyak daya tariknya, namun akses dan sarana transportasinya masih belum siap seutuhnya. Maka dari itu perlu adanya rencana strategis dalam pengembangannya sehingga Pulau Bawean menjadi tujuan wisata yang paling diminati, yaitu melalui pengumpulan data dan informasi mengenai Pulau Bawean. Pengumpulan data dan informasi tersebut dilakukan dengan menelusuri berbagai literatur dan wawancara dengan masyarakat setempat, pengunjung, dan instansi terkait. Secara skematis, kerangka pemikiran penelitian pengembangan Pulau Bawean disajikan pada Gambar 6.
Pulau Bawean Kabupaten Gresik Memiliki potensi Belum dikelola dengan baik Pendukung terbatas
Penelitian
Teknik Pengumpulan Data Studi Pustaka Observasi Lapang Wawancara
Sumberdaya Alam dan Budaya Kondisi biologi (Flora dan Fauna) Kondisi fisik Peninggalan sejarah
Pengelola (Pemerintah Daerah dan Swasta) Rencana pengembangan wisata Pulau Bawean Pengelolaan oleh masyarakat
Masyarakat Sejarah dan mitos Pengetahuan sumberdaya Pemanfaatan sumberdaya Partisipasi dan interaksi
Karakteristik Pengunjung Keinginan Tujuan Aktifitas Obyek yang menarik Harapan
Pendukung Infrastruktur Sarana dan prasarana
Analisis SWOT AHP Deskriptif
Luaran Rencana pengembangan wisata dan interpretasi wisata Pulau Bawean
Gambar 6 Kerangka pemikiran penelitian pengembangan Pulau Bawean
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.3.1 Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data melalui beberapa tahap yaitu: studi literatur, observasi lapang dan wawancara. Studi literatur dimaksudkan untuk menghimpun data sekunder yang diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku, laporanlaporan, peta-peta dan bentuk publikasi lainnya, terdiri dari: kondisi umum, fisik, biologi, sejarah dan peta Pulau Bawean. Kegiatan wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data lebih lanjut mengenai lokasi penelitian. Tujuannya untuk melengkapi data yang diambil secara langsung dilapangan.
Kegiatan wawancara ditujukan kepada berbagai
pihak, antara lain: 1. Wawancara pengunjung dilakukan untuk mengetahui data mengenai karakteristik penngunjung (jenis kelamin, umur, asal, tingkat pendidikan, tingkat pekerjaan, dll) jalur yang dilalui, obyek/kawasan yang dikunjungi dan saran pendapat pengunjung terhadap fasilitas wisata di lokasi tersebut. 2. Wawancara dengan pengelola dan Pemerintah Daerah (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata) dimaksudkan untuk mengetahui perencanaan wisata, fasilitas, serta rencana pengembangan Pulau Bawean dimasa yang akan datang. 3. Wawancara dengan Dinas Perhubungan tujuannya untuk mengetahui sarana angkutan di Pulau Bawean. 4. Wawancara dengan Dinas Pekerjaan Umum tujuannya untuk mengetahui perencanaan jalur transportasi (aksesibilitas) untuk menuju ke lokasi wisata. 5. Wawancara dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) tujuannya untuk mengetahui sumber energi listrik yang akan digunakan di Pulau Bawean dan strategi perencanaannya. 6. Wawancara dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) tujuannya untuk mengetahui rencana pembangunan di Pulau Bawean, peta batas dan administrasi Pulau Bawean. 7. Wawancara dengan masyarakat di Pulau Bawean dimaksudkan untuk memperoleh sejarah, legenda/mitos, yang ada di Pulau Bawean,
pemanfaatan masyarakat terhadap sumberdaya yang ada di lokasi penelitian. Kegiatan wawancara ini dilakukan secara terpandu dengan menggunakan panduan wawancara. 3.3.2 Data fisik Inventarisasi dilakukan untuk mengetahui objek wisata yang ada di Pulau Bawean. Objek wisata dapat dikelompokkan kedalam atraksi alam, atraksi budaya, dan sumberdaya peristiwa. Selanjutnya pada masing-masing objek dikumpulkan data topografinya, secara umum meliputi ketinggian dan kemiringan lahan. Selain itu, juga dikumpulkan kondisi iklim mencakup temperatur, kelembaban, serta curah hujan. 3.3.3 Data biologi di Pulau Bawean Data biologi meliputi flora dan fauna yang ada di Pulau Bawean. Satwa yang diambil datanya adalah jenis satwaliar (burung, mamalia, reptil dan amfibi). Data jenis meliputi unik, jenis yang berkelompok serta status satwa tersebut menurut undang-undang. Data flora yang dikumpulkan mencakup jenis dominan, khas/unik, langka/endemik, dilindungi, jenis yang memiliki nilai ekonomi, sosial, ekologi, pengobatan, serta jenis, yang disukai oleh satwa. Keberadaan flora dan fauna diperoleh dari hasil studi pustaka atau informasi dari pengelola. Kemudian dilakukan verifikasi pada setiap lokasi yang diketahui keberadaannya. 3.3.4 Data pengunjung Data pengunjung didapat dari pengelola dan quisioner. Quisioner bertujuan untuk mengetahui pendapat pengunjung tentang kawasan. Penentuan jumlah responden disesuai dengan tujuan (purpossive sampling). 3.3.5 Data sosial budaya Data sosial budaya meliputi data tentang masyarakat dan budayanya, sejarah dan mitos. Data tentang masyarakat dikumpulkan dari hasil wawancara terpandu pada tokoh-tokoh masyarakat di Pulau Bawean. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui pendapat masyarakat tentang Pulau Bawean. Data tentang sejarah dan mitos didapat dari hasil literatur dan wawancara dengan tokoh masyarakat. Data tentang sejarah dan mitos meliputi sejarah Pulau Bawean, dan cerita masyarakat setempat.
3.3.6 Pengelola Data pengelolaan didapat dari hasil wawancara kepada pengelola, wawancara
dilakukan
secara
terpadu,
untuk
mengetahui
menajemen
pengelolaan/organisasi pengelola yang ada (keefektifan pembagian tugas kerja, cara pemecahan masalah, pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan), sumberdaya manusia, kegiatan perawatan, rencana pengembangan, pendapat tentang kondisi Pulau Bawean (setelah dan sebelum dikembangkan), pendanaan, serta jumlah dan kondisi sarana dan prasarana perawatan, dan pelayanan yang ada. 3.3.7 Pemerintah daerah Data dari pemerintah daerah didapat dari hasil wawancara yang dilakukan secara terpandu, data yang dikumpulkan dari pemerintah daerah yaitu persepsi dan rencana pemerintah daerah terhadap wisata, meliputi pendapat tentang kondisi Pulau Bawean, dampak yang dirasakan dengan adanya kegiatan wisata, rencana pengembangan lokasi secara umum, serta kondisi kepariwisataan Kabupaten Gresik. Semua data yang akan diambil baik data primer maupun sekunder disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis data yang diperlukan dalam penelitian. No A 1 2
3
4 5
Data
Jenis Data Data Primer Kondisi Fisik Kondisi topografi, curah hujan, iklim, Kawasan suhu dan kondisi tanah Kondisi Biologi Kondisi flora, meliputi jenis, dominasi tumbuh maupun karakteristik tumbuh. Kondisi fauna, meliputi berbagai jenis satwa yang terdapat di Pulau Bawean Pengunjung Jenis kelamin, umur, asal, tingkat pendidikan, tingkat pekerjaan, jalur yang dilalui, obyek/kawasan yang dikunjungi dan saran pendapat pengunjung terhadap fasilitas wisata di lokasi tersebut Masyarakat Sosial budaya, sejarah, mitos Pengelola Menajemen, sumberdaya manusia, kegiatan perawatan, rencana pengembangan, pendanaan, serta jumlah dan kondisi sarana dan prasarana, perawatan, dan pelayanan yang ada
Metode Studi literatur Observasi lapang dan studi literatur
Quisioner
Wawancara Wawancara
Tabel 1 Lanjutan No 6
B 1 2 3 4 5 6 7
Data Jenis Data Pemerintah Daerah Rencana pengembangan lokasi secara dan Instansi Terkait umum, sarana dan prasarana, (DPU, Dishub, PLN, aksesibilitas, transportasi dll. Bappeda) Data Sekunder Kondisi Fisik Letak, luas wilayah, kondisi iklim, Kawasan curah hujan, suhu, topografi dan tanah Kondisi Biologi Flora fauna Pengunjung Jumlah dan data fluktuasi pengunjung Peta Pulau Bawean Peta batas, peta jalan Aksesibilitas Kondisi jalan, sarana transportasi, jarak tempuh Masyarakat Jumlah, tingkat pendidikan, ekonomi, sosial, budaya Pemerintah Daerah Rencana pengembangan, kebijakan, dan Instansi Terkait tansportasi, listrik, aksesibilitas (DPU, PLN, Dishub)
Metode Wawancara
studi literatur Studi literatur Studi literatur Studi literatur Studi literatur Studi literatur Studi literatur
3.5 Metode Analisis Data 3.6 Analisis SWOT Analisis SWOT digunakan untuk menilai Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam pengelolaan wisata di Pulau Bawean .Kriteria penilaiannya berbentuk
tabel
yang
terdiri
atas
beberapa
kriteria
yang
mampu
mengkombinasikan beberapa kepentingan yang dimaksud, masing – masing kriteria ini memiliki bobot yang berbeda. Penggunaan kriteria penilaian ini dengan menyesuaikan keadaan di lapangan dengan unsur/subunsur yang ada pada tabel penilaian. Nilai (angka) dari unsur-unsur pada masing-masing kriteria yang sesuai dengan kondisi lapangan akan dijumlahkan, selanjutnya hasil dari penjumlahan ini dikalikan dengan angka bobot yang dimiliki masing-masing kriteria untuk mendapatkan nilai bobot. Nilai bobot tiap kriteria dibandingkan dengan tabel klasifikasi pengembangan berdasarkan nilai bobot utuk mengetahui objek yang memiliki potensi lebih dari objek lainnya. Analisis SWOT menjadi sejumlah unsur yang dan variabel yang menjadi fokus kajian disajikan pada Tabel 2 (Damanik dan Weber, 2006). Selanjutnya menempatkan setiap unsur pada suatu tabel sesuai dengan kriterianya yaitu: kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang disajikan pada Gambar 7.
Tabel 2 Beberapa unsur dan variabel dalam analisis SWOT Unsur Variabel Atraksi alam Lokasi, jenis, jumlah, mutu, masalah, daya tarik Atraksi budaya Lokasi, jenis, jumlah, mutu, masalah, daya tarik Dampak lingkungan yang potensial Perubahan lingkungan fisik, ekologis, daya dukung Aksesibilitas Daya angkut, akses, mutu, frekuensi, ongkos Pasar Daerah asal, tipe perjalanan, tipe kegiatan Usaha jasa Mutu, kesesuaian dengan pasar, masalah lain Informasi wisata Mutu peta, buku panduan wisata, pemaparan, akurasi dan autentisitas informasi Promosi Efektivitas advertensi, publisitas, kehumasan, insentif, model promosi Organisasi dan kelembagaan Organisasi terkait, hubungan kerja, kemitraan, teamwork pengembangan wisata Komitmen pelaku wisata Dukungan riil berbagai sektor, sikap publik dan masyarakat lokal terhadap pengembangan wisata Kekuatan Daya tarik wisata Sistem promosi dan sasarnnya Akomodasi Fasilitas dan pelayanan Infrastruktur Kelemahan Sulitnya menjumpai flora dan fauna langka Akses menuju objek wisata Kerawanan objek wisata Kerawanan bagi kenyamanan di dalam objek wisata Kelemahan dalam fasilitas dan dan pelayanan di dalam dan sekitar objek wisata Kelemahan infrastruktur Kelemahan dalam promosi
Gambar 7 Variabel analisis SWOT
Peluang Pendapat dan interaksi masyarakat sekitar Ddukungan stakeholders terhadap kegiatan wisata Kondisi strategis dan transportasi Transportasi umum yang melewati lokasi Ancaman Ancaman aktivitas manusia Ancaman bencana alam terhadap objek wisata Ancaman perubahan budaya Ancaman pencemaran
Penentuan strategi pengembangan wisata di Pulau Bawean dengan menggunakan metode SWOT adalah dengan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang selanjutnya dimasukkan ke dalam suatu matriks IFAS dan EFAS. IFAS (Internal Factor Analysis Strategic) digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan, sedangkan EFAS (External Factor Analysis Strategic) digunakan untuk mengetahui peluang dan ancaman. Pembobotan kedua faktor tersebut disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Matriks faktor strategi internal dan strategi eksternal. Bobot Bobot No Faktor Internal Nilai Jumlah (Bobot X Nilai) Awal Akhir* Kekuatan 1 Memiliki variasi bentang 6 0.091 alam 2 Memiliki keunikan 6 0.091 sumberdaya alam 3 Memiliki bangunan dan benda bersejarah atau 6 0.091 tradisional 4 Terdapat kegiatan wisata 6 0.091 alam 5 Memiliki atraksi budaya 6 0.091 6 Ada usaha souvenir/ 6 0.091 kerajinan tangan 7 Adanya kegiatan promosi 2 0.030 8 Memiliki penginapan di dalam dan sekitar objek 3 0.045 wisata 9 Ketersediaan fasilitas dan pelayanan di dalam dan 2 0.030 sekitar objek wisata 10 Tersedia sarana 2 0.030 transportasi 11 Tersedia infrastruktur di dalam dan sekitar objek 2 0.030 wisata 47 Sub Total Jumlah Total Bobot Bobot No Kelemahan Nilai Jumlah (Bobot X Nilai) Awal Akhir* 1 Kesulitan menjumpai flora 5 0.076 fauna 2 Akses menuju objek wisata 1 0.015
Tabel 3 Lanjutan No 3 4
5
6 7
No 1 2 3 4
Kelemahan Adanya kerawanan objek wisata Adanya kerawanan bagi kenyaman di dalam objek wisata Kurangnya fasilitas dan pelayanan di dalam dan sekitar objek wisata Minimnya frastruktur Minimnya promosi Sub Total Jumlah Total Faktor Eksternal Peluang Adanya dukungan masyarakat sekitar Adanya dukungan stakeholder Letak strategis dan transportasi lancar Tersedia transportasi umum yang melewati lokasi Sub Total Jumlah Total
Ancaman No 1 Adanya ancaman aktivitas manusia 2 Adanya ancaman bencana alam terhadap objek wisata 3 Adanya ancaman perubahan budaya 4 Adanya ancaman pencemaran Sub Total Jumlah Total
Nilai
Bobot Awal
Bobot Akhir*
-
3
0.045
3
0.045
-
2
0.030
-
2 3 19 66
0.030 0.045
Nilai
Bobot Awal
Bobot Akhir*
-
5
0.17
-
5
0.17
-
2
0.06
-
2
0.06
Jumlah (Bobot X Nilai)
Jumlah (Bobot X Nilai)
14
Nilai
Bobot Awal 5
-
Bobot Akhir* 0.17
5 -
0.17 3
-
0.1 3
-
0.1 16 30
Keterangan: * = Bobot Awal X Jumlah Bobot Per Faktor
Jumlah (Bobot X Nilai)
Prosedur penyusunan matriks IFAS dan EFAS pada Tabel 3 adalah: 1. Menyusun dalam kolom 2 faktor strategi internal dan eksternal 2. Memberi bobot tiap faktor di kolom 5. Jumlah total semua bobot faktor internal adalah 1.00 demikian pula jumlah total semua bobot dari faktor eksternal, tidak boleh melebihi 1.00 3. Menghitung skor setiap faktor pada kolom 2, berdasarkan skor hasil penilaian di lapangan. 4. Mengalikan skor kolom 2 dengan bobot kolom 5, untuk memperoleh faktor pembobotan kolom 6. 5. Menjumlahkan skor kolom 6 untuk memperoleh nilai total skor pembobotan. Nilai pembobotan menunjukkan bagaimana reaksi terhadap IFAS dan EFAS jumlah skor ini dibuat untuk menentukan prioritas strategi yang tepat. 3.6 AHP (Analytical Hierarchy Process) AHP merupakan metode pengambilan keputusan dengan menggunakan berbagai langkah, yaitu: menetapkan prioritas antar elemen suatu hierarki, mensintesis pertimbangan (penilaian) untuk menghasilkan seperangkat prioritas menyeluruh, mencek konsistensi pertimbangan untuk menghasilkan keputusan akhir. Penilaian yang digunakan adalah skala perbandinga antara 1 dan 9. bilangan ini untuk menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen di atas elemen yang lainnya disajikan pada Tabel 4. Skala dengan sembilan satuan dapat diterima dan mencerminkan derajat sampai mana kita mampu membedakan intensitas tata hubungan antar elemen. Langkah selanjutnya adalah
menyusun AHP, penyusunan ini akan
mempermudah dalam menentukan hirarki keputusan yang akan diambil. Langkahlangkah tersebut adalah: 1. Menyusun hirarki keputusan yang disajikan pada Gambar 8 2. Menentukan kepentingan relatif dari tiap kriteria 3. Mengevaluasi alternatif berdasarkan kriteria 4. Menghitung skor akhir 5. Melaksanakan analisis sinsitivitas
Tabel 4 Skala banding berpasangan Intensitas Pentingnya 1
Definisi Kedua elemen sama pentingnya
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang yang lainnya
5
Elemen yang satu esensial atau sangat penting ketimbang elemen yang lainnya
7
Satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang lainnya
9
Satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen yang lainnya
2, 4, 6, 8
Nilai-nilai antara diantara dua pertimbangan yang berdekatan Jika aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i
Kebalikan
Penjelasan Dua elemen menyumbangnya sama besar pada sifat itu Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas yang lainnya Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya Satu elemen dengan kuat disokong, dan dominannya telah telah terlihat dalam praktik Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan tetinggi yang mungkin menguatkan Kompromi diperlukan antar dua pertimbangan
Pengembangan Wisata Pulau Bawean
Dukungan masyarkat
Penangkaran Rusa Bawean
Dukungan pemerintah daerah
Danau Kastoba
Sarana dan prasarana
Pantai Slayar
Pantai Pasir Putih
Pengunjung
Pulau Gili dan Noko
Dukungan lain (swasta, pemerintah provinsi)
Air Terjun
Sumber Air Panas
Gambar 8 Hirarki Keputusan untuk pengembangan wisata Pulau Bawean
Keterangan: Level1: Tujuan
Level 2: Kriteria
Level 3: Alternativ Objek Wisata
3.6 Analisis deskriptif Data yang dianalisis adalah data dari pengamatan lapangan dan wawancara, meliputi potensi kawasan, pengunjung, kondisi masyarakat sekitar, pengelola kawasan, serta pemerintah daerah. Data-data ini akan digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena atau hubungan antar komponen yang diteliti. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel, grafik, ataupun kurva.
3.6 Pengembangan Wisata Data yang dihasilkan dari studi literatur, wawancara dan observasi langsung di lapangan, semuanya dianalisis melalui berbagai metode, yaitu: AHP, SWOT dan deskriptif. Sehingga bisa disusun sebuah rencana pengembangan wisata di Pulau Bawean. Secara garis besar pengembangan wisata di Pulau Bawean meliputi empat aspek, yaitu: pengembangan objek dan daya tarik, masyarakat dan lingkungannya, sarana dan prasarana serta interpretasinya. Pengembangan objek dan daya tarik wisata meliputi: rencana penyusunan paket wisata, strategi promosi dan lain-lain. Pengembangan masyarakat meliputi: pengembangan atraksi seni dan budaya yang terdapat di dalam masyarakat, pengenalan masyarakat tentang dunia pariwisata melalui gerakan sadar wisata, pengembangan produk lokal sehingga bisa dimanfaatkan untuk kepentingan wisata. Pengembangan sarana dan prasarana meliputi: aksesibilitas, transportasi, listrik, komunikasi, penginapan, rumah makan, sarana umum dan lain-lain. Pengembangan interpretasi meliputi: papan petunjuk arah, titik pengamatan satwa, peta objek wisata dan sarana pendukung, peta jalur wisata, papan peringatan, deskripsi suatu objek dan lain-lain.