BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian survai yang bersifat deskriptif yaitu
untuk menganalisa kandungan bahan pengawet nitrit dan yang terdapat di dalam produk daging sapi olahan yaitu sosis yang bermerk dengan uji laboratorium secara kuantitatif. 3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian Pengambilan sampel dilakukan di Kota Medan yaitu Supermarket Carefour, Brastagi Swalayan, Pasar Karang Sari, Pasar Buah Setia Budi. Alasan memilih ke 4 tempat tersebut sebagai lokasi penelitian yaitu, tempat tersebut merupakan tempat menjual berbagai merek sosis serta seluruh bahan baku burger dan tempat-tempat tersebut mempunyai banyak pelanggan. Pengujian pengawet nitrit dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Kimia Balai Teknik Kesehatan Lingkunagan (BTKL) Medan. 3.2.2
Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan September 2016 sampai
dengan Februari 2017.
30 Universitas Sumatera Utara
31
3.3
Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Populasi penelitian ini adalah seluruh merek sosis yang dijual di di Kota Medan. 3.3.2 Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 6 jenis sosis berbeda yang diambil berdasarkan metode purpossive sampling, yaitu metode pengambilan sampel yang dilakukan dengan memilih sampel sesuai kriteria yang diinginkan peneliti dari populasi menjadi sampel. Jenis sosis yang terpilih yaitu 4 sosis bermerek antara lain merek kimbo, vitalia, makmur, vigo, dan 2 sosis tidak bermerek. 3.3.3 Cara Pengambilan Sampel Untuk kepentingan analisis di labooratorium maka masing-masing sampel diambil sebanyak 100 g dan dimasukkan ke dalam kantung plastik serta diberi tanda/nama merek sosis kemudian dibawa ke Laboratorium Biokimia dan Kimia Balai Teknik Kesehatan Lingkunagan (BTKL) Medan untuk dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan kadar nitrit dilakukan dengan metode spektrofotometri (analisa kuantitatif). 3.4
Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung pada sosis bermerek yang dijajakan di grosir bahan baku burger di kota Medan. Selanjutnya kadar nitrit yang digunakan pada sosis diketahui melalui hasil pemeriksaan di Laboratorium
Universitas Sumatera Utara
32
Biokimia dan Kimia Balai Teknik Kesehatan Lingkunagan (BTKL) Medan. Alasan pemilihan tempat pemeriksaan ini adalah laboratorium memiliki bahan dan peralatan yang memadai. 3.4.2 Data Sekunder Data sekunder diperoleh melalui literatur-literatur yang berhubungan dengan objek penelitian, yang dapat menjadi bahan masukan dalam penulisan dan mendukung penelitian yaitu buku, jurnal, skripsi, peraturan perundang-undangan, peraturan menteri, artikel dan sebagainya. 3.5
Definisi Operasional
1.
Sosis adalah produk hasil olahan daging sapi atau daging ayam dengan bumbu-bumbu, garam, diproses dengan curing.
2.
Nitrit adalah zat kimia yang digunakan sebagai bahan pengawet makanan.
3.
Kadar nitrit adalah banyaknya zat pengawet nitrit yang terkandung dalam sosis, diukur dengan metode spektrofotometri.
4.
Tempat penjualan bahan baku burger adalah tempat yang menjual bahanbahan dasar pembuatan burger, seperti saus, roti, daging burger dan sosis.
5.
Memenuhi syarat kesehatan adalah kondisi dimana kandungan pengawet nitrit yang terdapat pada daging sapi olahan yaitu sosis sesuai dengan Permenkes RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 yaitu sebesar 125 mg/kg.
6.
Permenkes RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 adalah salah satu peraturan tentang Bahan Tambahan Makanan yang di dalamnya mengatur tentang batas maksimum penggunaan nitrit yang diperbolehkan dalam daging olahan yaitu 125 mg/kg dan untuk kornet 50 mg/kg.
Universitas Sumatera Utara
33
3.6
Pemeriksaan Nitrit
3.6.1
Peralatan
1.
Spektrofotometer
2.
Cawan
3.
Pipet volunter 10 ml, 25 ml
4.
Nanowave
5.
Kuvet, berdiameter 50 mm
6.
Erlenmeyer 50 ml
7.
Gelas ukur 10 ml
8.
Timbangan analitik, dengan kepekaan minimum 1 mg.
9.
Tabung reaksi
3.6.2
Bahan Pereaksi
1.
Larutan boraks jenuh
2.
Larutan seng asetat
3.
Larutan NaOH
4.
Larutan sulfanilamide
5.
Larutan nafthyletilendiamin
3.6.3
Cara Kerja Pemeriksaan Nitrit (Uji Kuantitatif)
1.
Sampel (sosis sapi/ayam) ditimbang sebanyak 10 g dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2.
Tabung reaksi dimasukkan nanowave kemudian dibiarkan agar sampel tercampur dan menjadi larutan
Universitas Sumatera Utara
34
3.
Pada sampel yang telah menjadi larutan ditambahkan dengan 5 ml larutan boraks jenuh dan 100 ml aquadest panas (700 C), kemudian larutan dikocok.
4.
Larutan dibiarkan sampai dingin dan kemudian ditambahkan dengan 2 tetes larutan NaOH dan 2 ml larutan seng asetat.
5.
Filtrat dimasukkan ke dalam gelas ukur sebanyak 25 ml.
6.
25 ml filtrat dipindahkan ke dalam erlenmeyer 250 ml.
7.
Pada 25 ml filtrat ditambahkan 0,5 ml sulfanilamide.
8.
Kemudian larutan ditambahkan dengan 0,5 ml larutan nafthyletilendiamin. Larutan dikocok dan selama 3 menit larutan dibiarkan sampai larutan berubah warna menjadi warna pink.
9.
Absorbansi larutan diukur dalam kuvet berdiameter 50 mm dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 528 mm.
10.
Baca konsentrasi nitrit dalam ppm. Cara menghitung kadar nitrit dengan menggunakan rumus : NaNO2 (mg) = C x 2000 VxW Keterangan : C
: Konsentrasi NO2 (ppm) dalam larutan sampel
V
: Volume filtrat sampel (ml)
W
: Berat sampel
Universitas Sumatera Utara
35
3.7
Pengolahan dan Analisa Data Analisa data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif.
“Metode Analisis Deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiono, 2008)”. Hasil pemeriksaan Laboratorium dibuat dalam bentuk tabel dan dinarasikan, pembahasan serta diambil kesimpulan. Kemudian hasil pemeriksaan tersebut dibandingkan dengan Permekes RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Bahan Tambahan Makanan. Dari hasil pemeriksaan tersebut diketahui apakah sosis yang beredar memenuhi atau tidak memenuhi persyaratan untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
36
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Medan adalah ibukota provinsi Sumatera Utara yang merupakan salah satu kota di Indonesia dengan jumlah penduduk yang cukup besar. Terletak di antara Kabupaten Deli Serdang dan terletak 2,5-37,5 m di atas permukaan laut. Adapun luasnya adalah ± 300.288 km2 (BPS Kota Medan, 2004). Kota Medan merupakan kota metropolitan terbesar ketiga di Indonesia, di Medan terdapat beberapa pusat penjualan sosis yaitu antara lain yaitu Brastagi Swalayan yang terletak di Jl. Jendral Gatot Subroto No. 288, Medan, Sumatera Utara. Brastagi Swalayan menyediakan berbagai macam barang kebutuhan pokok termasuk sosis siap saji. Dari Brastagi Swalayan peneliti mendapatkan satu jenis sampel. Pasar Karang Sari berlokasi di Jl. Karang Sari Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia merupakan pasar tradisional yang beroperasi di pagi hari. Masyarakat biasa menggunakan pasar untuk memenuhi belanja kebutuhan pokok sehari-hari baik dari pedagang di pasar maupun toko-toko grosir di dalam pasar. Dari Toko grosir di pasar karang rejo peneliti mendapatkan dua jenis sampel. Pasar Buah Pondok Indah terletak di Jl. Setia Budi, Tj. Rejo, Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara. Pasar Buah Pondok indah utamanya menyediakan buah dan sayur segar untuk konsumsi rumah tangga namun juga menyediakan berbagai makanan setengah jadi seperti sosis, kornet dan nugget. Di
Universitas Sumatera Utara
37
Pasar Buah Pondok Indah Peneliti mendapatkan dua jenis sampel. Transmart Carefourr yang terletak di Jl. Gatot Subroto No. 30, Kompleks Medan Fair Plaza, Sekip, Medan Petisah, menyediakan berbagai macam alat kebutuhan rumah tangga serta bahan pangan baik bahan mentah maupun barang jadi diantaranya daging sosis. Di Transmart Carefourr peneliti mendapatkan beberapa jenis sosis namun karena pertimbanga pertimbangann penelitian hanya mengambil satu jenis sampel. Berikut Gambar Sosis yang peneliti dapatkan dari beberapa tempat di atas:
Gambar 1. Sosis Curah A
Universitas Sumatera Utara
38
Gambar 2. Sosis merek A
Gambar 3. Sosis merek B
Gambar 4. Sosis merek C
Universitas Sumatera Utara
39
Gambar 5. Sosis Curah B
Gambar 6. Sosis Curah C
4.2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium 4.2.1. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Nitrit Pada Pemeriksaan nitrit yang terdapat pada Sosis dimulai dari pengambilan sampel yang dilakukan dengan dua kali pengambilan pada hari yang berbeda kemudian dibawa ke Laboratorium Balai Tenaga kesehatan Lingkungan bagian Kimia. Sampel terdiri dari 6 Sosis dari setiap pusat penjualan sosis. Pemeriksaan nitrit pada Sosis dilakukan dengan metode spektrofotometri spektrof ultraviolet.
Universitas Sumatera Utara
40
Hasil perhitungan kadar nitrit diperoleh dalam bentuk ppm atau mg/kg kemudian hasilnya
dibandingkan dengan Permenkes
RI No 1168 / Menkes
/ Per / X / 1999 tentang Bahan Tambahan Makanan (BTM), yang membatasi penggunaan maksimum pengawet nirit di dalam produk daging olahan yaitu sebesar 125 mg/kg dan melihat apakah penggunaan pengawet nitrit pada Sosis sudah memenuhi persyaratan untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Hasil pemeriksaan kadar nitrit secara kuantitatif pada sampel sosis dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Kadar Nitrit Pada Sampel Sosis No Kode Sampel
1 P1 2 P2 3 P3
Nilai Banyaknya Serapan Nitrit (mg/kg) 0,0780 1,8342 0,1986
Batas Maksimum Penggunaan Nitrit (mg/kg) dalam bahan makanan
62,40 1467,36 158,88 125
4 P4 5 P5 6 P6 Keterangan: P1
: Sosis Curah A
P2
: Sosis Merek A
P3
: Sosis Merek B
P4
: Sosis Merek C
P5
: Sosis Curah B
P6
: Sosis Curah C
0,4124 0,1514 0,0470
329,92 121,12 37,60
Universitas Sumatera Utara
41
Pada tabel 4.1. di atas dapat diketahui bahwa dari 6 (enam) sampel sosis memiliki kadar nitrit yang bervariasi. Kadar nitrit tertinggi terdapat pada kode sampel P2 yaitu sosis yang dijual di grosir di Pasar Karang Sari Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Polonia sebesar 1467,36 mg/kg dan kadar nitrit yang terendah terdapat pada kode sampel P6 yaitu sosis yang dijual di Pasar Buah Setiabudi Jl. Setia Budi sebesar 37,6 mg/kg. Selanjutnya berikut kadar nitrit dari masingmasing sampel sosis dari kandungan yaitu sampel kode P1 sebesar 62,4 mg/kg, sampel kode P3 sebesar 158,88 mg/kg, sampel kode P4 sebesar 329,92 mg/kg dan sampel kode P5 sebesar 121,12 mg/kg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar nitrit dari 3 (tiga) sampel sosis yang diperiksa melebihi batas maksimum penggunaan nitrit pada produk daging olahan yaitu sebesar 125 mg/kg.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Nitrit Pada Sosis Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar nitrit pada 6 (enam) sampel Sosis memiliki kadar nitrit yang bervariasi, dimana kadar nitrit tertinggi terdapat pada kode sampel P2 yaitu Sosis yang dijual di grosir di Pasar Karang Sari Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia sebesar 1467,36 mg/kg dan kadar nitrit yang terendah terdapat pada kode sampel P6 yaitu Sosis yang dijual di Pasar Buah Setiabudi Jl. Setia Budi sebesar 37,6 mg/kg. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar nitrit pada kode sampel P2, P3, dan P4 melebihi batas maksimum penggunaan nitrit berdasarkan Permenkes RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang bahan tambahan makanan yaitu sebesar 125 mg/kg. Berdasarkan hasil penelitian Nur (2012) mengenai kandungan nitrit dalam sosis pada distributor sosis di Kota Yogyakarta tahun 2011, didapatkan kadar nitrit tertinggi pada sampel sebesar 211,294 mg/kg dan terendah 83,354 mg/kg dari 4 sampel yang diteliti. Sedangkan berdasarkan penelitian Lestari (2011) tentang analisis natrium nitrit secara spektrofotometri visibel dalam daging burger yang beredar di swalayan purwokerto ditemukan bahwa tidak terdapat daging burger yang menggunakan bahan pengawet nitrit melebihi batas maksimum menurut Permenkes RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999. Hal ini menunjukkan kadar nitrit dalam sampel yang diperiksa oleh peneliti termasuk besar jika dibandingkan
42 Universitas Sumatera Utara
43
dengan produk olahan daging ditempat lain sehingga seharusnya pihak terkait memberikan perhatian yang lebih terhadap kualitas bahan pangan olahan daging yang beredar di kota Medan. Walaupun kadar nitrit beberapa sampel Sosis yang diperiksa masih berada di bawah batas maksimum menurut Permenkes RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999, pengkonsumsian Sosis yang mengandung nitrit yang beredar di pasaran tetap perlu diperhatikan karena nitrit bersifat kumulatif dalam tubuh manusia. Mengingat hal ini maka perlu ditetapkan batas penggunaan harian (daily intake) bahan kimia (Syah, 2005). Konsep Acceptable Daily Intake (ADI) didasarkan pada kenyataan bahwa semua bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pengawet adalah racun, tetapi toksisitasnya sangat ditentukan oleh jumlah yang diperlukan untuk menghasilkan pengaruh atau gangguan kesehatan atau sakit (Cahyadi, 2006). ADI dinyatakan dalam mg/kg berat badan yang didefinisikan sebagai jumlah zat kimia yang masuk ke dalam tubuh setiap harinya, bahkan sampai seumur hidup tanpa menimbulkan gangguan yang berarti bagi konsumen atau pemakainya (Yuliarti, 2007). Sosis yang dapat dikonsumsi berdasarkan ADI maksimum adalah yang kandungan nitritnya maksimum 8 mg untuk 60 kg berat badan. Dalam sehari masyarakat diperkirakan hanya mengonsumsi sosis 1 kali dan dalam sosis diasumsikan terdapat 50 gr daging. Dalam penelitian ini kadar nitrit tertinggi yaitu sebesar 1467,36 mg/kg. Berdasarkan batas maksimum jumlah asupan harian (ADI) yang dapat dikonsumsi untuk 60 kg berat badan adalah 8 mg nitrit, sehingga pada kelompok remaja yang berat badannya 60 kg yang
Universitas Sumatera Utara
44
mengonsumsi Sosis dengan kadar nitrit tertinggi dalam 50 gr Sosis adalah sebesar 8 mg, dari hasil ini diketahui bahwa Sosis tersebut tidak aman dikonsumsi oleh seseorang dengan berat badan 60 kg karena sudah tidak sesuai dengan batas maksimum ADI. Penelitian ini dilakukan mengingat nitrit sebagai bahan pengawet yang diijinkan penggunaanya sering digunakan pada produk olahan daging seperti sosis untuk menghambat pertumbuhan bakteri pathogen Clostridium botulinum dan mempertahankan warna merah daging. Penggunaan nitrit sebagai bahan pengawet dibatasi yaitu maksimum 125 mg/kg karena penggunaan pengawet nitrit dalam jumlah berlebihan akan menimbulkan dampak bagi kesehatan. Nitrit yang berlebihan dalam tubuh dapat menyebabkan methemoglobin simptomatik. Menurut Silalahi dalam Darius (2007) bahwa methemoglobin adalah hemoglobin yang di dalamnya ion Fe2+ diubah menjadi ion Fe3+ dan kemampuannya untuk mengangkut oksigen telah berkurang. Kandungan methemoglobin dalam darah 30-40% dapat menimbulkan gejala klinis berkaitan dengan kekurangan oksigen dalam darah (hypoxia), karena darah tidak mampu berperan sebagai pembawa oksigen (Pranita, 2007). Penderita methemoglobin (methemoglobinemia) akan menjadi pucat, cianosis (kulit menjadi biru), sesak nafas, muntah dan shock. Kemudian kematian penderita terjadi apabila kandungan methemoglobin lebih tinggi dari ± 70 % (Cahyadi, 2006). Pemeriksaan kadar nitrit pada penelitian ini menggunakan metode spektrofotometri ultraviolet, dimana nitrit dalam sampel diektrasi air panas dan protein-protein terlarut akan diendapkan. Larutan nitrit disaring dan ditambahkan
Universitas Sumatera Utara
45
dengan sulfanilamide dan nafthyletilendiamin sehingga larutan berwarna merah jambu. Besarnya warna merah jambu ini sebanding dengan jumlah nitrit dalam sampel dan diukur resapannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum yaitu 528 nm. Pemeriksaan kadar nitrit dilakukan 1 kali percobaan. Mengingat penggunaan pengawet nitrit pada Sosis tidak dapat diketahui ciri-ciri khusus yang dapat dilihat secara langsung dengan mata maka masyarakat harus lebih berhati-hati dalam membeli atau mengonsumsi Sosis. Pengawet nitrit ini bersifat kumulatif sehingga kadarnya akan semakin banyak dalam tubuh dan membentuk nitrosamin yang berpotensi menimbulkan penyakit kanker dalam jangka waktu panjang. Oleh karena itu sebaiknya pengawet nitrit tidak dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan walaupun kadar nitrit yang terdapat dalam Sosis masih jauh di bawah standar penggunaan maksimum (Cahyadi, 2006).
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai kadar nitrit pada sosis yang dijual di Kota Medan Tahun 2016, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Seluruh sampel daging sosis yang diperiksa mengandung nitrit dengan kadar yang bervariasi. 2. Kadar nitrit pada tiga sampel yaitu, Sosis Merek A, Sosis Merek C, dan Sosis Merek B tidak memenuhi persyaratan berdasarkan Permenkes RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 karena kadarnya melebihi batas maksimum yaitu sebesar 125 mg/kg. 3. Sosis curah yang dijual di swalayan belum tentu tidak baik dengan sosis bermerek yang dijual di swalayan begitu juga sebaliknya. Dalam penggunaan kadar nitrit yang berlebihan tidak bisa diliat dari fisik saja karna tidak dapat dibedakan. 6.2. Saran 1. Kepada BPOM dan Dinas Kesehatan untuk lebih menginformasikan peraturan tentang penggunaan bahan tambahan makanan dan bahaya penggunaan bahan tambahan makanan terhadap kesehatan khususnya pada pengawet nitrit dan pewarna kepada produsen dan masyarakat.
46 Universitas Sumatera Utara
47
2. Kepada masyarakat diharapkan agar lebih hati-hati dalam membeli daging burger sapi atau tidak sering-sering mengonsumsi daging burger sapi karena jika nitrit dan pewarna sintetis dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan dapat berbahaya bagi kesehatan. 3. Kepada Perindustri Perdagangan untuk memberikan informasi kepada masyarakat dengan mencantumkan kadar nitrit yang digunakan oleh sosis tersebut.
Universitas Sumatera Utara