11
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ekologi perilaku ayam hutan hijau (Gallus varius) dilaksanakan di hutan musim Tanjung Gelap dan savana Semenanjung Prapat Agung kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Pada kedua tipe ekosistem ini diduga menjadi tempat ditemukannya ayam hutan hijau karena menurut Fuller & Garson (2000), ayam hutan hijau menyukai daerah pinggiran pantai dan dekat dengan aktivitas manusia karena sering ditemukan di beberapa daerah pertanian serta menyukai daerah terbuka dan padang rumput. Savana dapat ditemukan di Semenanjung Prapat Agung dan hutan musim yang terdapat di TNBB merupakan tipe ekosistem yang paling luas di TNBB sehingga yang dipilih hanya hutan musim dengan perjumpaan terhadap ayam hutan hijau termudah yaitu di Tanjung Gelap. Lokasi penelitian di TNBB seperti terlihat pada peta di bawah ini:
Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian
Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian di Taman Nasional Bali Barat. Sebelum dilakukan pengamatan di hutan musim dan savana, terlebih dahulu dilakukan studi pendahuluan atau orientasi lapangan pada bulan Juni 2011 di Taman Nasional Bali Barat. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan (Juli sampai dengan September 2011) dan difokuskan di hutan musim dan savana.
12
Untuk lebih jelasnya alokasi waktu pengambilan data seperti tercantum pada tabel 1 berikut: Tabel 1 Alokasi waktu dan lokasi pengambilan data primer di TNBB No 1
Lokasi Kawasan Taman Nasional Bali Barat
Kegiatan Orientasi Lapang dan studi pustaka
2
Tanjung gelap
Pengambilan data perilaku 1 kelompok ayam hutan
3
Tanjung gelap
4
Tanjung gelap
5
Semenanjung Prapat Agung
7
BTNBB dan lokasi penelitian
Pengambilan data perilaku ayam hutan hijau dan analisa vegetasi di titik pengamatan Pengambilan data perilaku ayam hutan hijau dan analisa vegetasi di titik pengamatan Orientasi lapang, pengambilan data perilaku ayam hutan hijau dan analisa vegetasi di titik pengamatan Melengkapi data (dokumentasi seperti foto dll)
Total
Tipe Habitat Semua tipe habitat ditemukannya ayam hutan hijau Hutan musim
Perilaku -
Alokasi 14 hari
10 hari
Hutan Musim (jauh dari aktivitas manusia)
Semua perilaku teramati (makan dan minum, bergerak, istirahat dan tidur, bersuara) Makan dan minum, bergerak, istirahat dan tidur, bersuara
Hutan Musim (dekat dengan aktivitas manusia)
Makan dan minum, bergerak, istirahat dan tidur, bersuara
7 hari
Ekosistem savana
Makan dan minum, bergerak, istirahat dan tidur, bersuara
21 hari
Semua tipe habitat ditemukannya ayam hutan hijau
Semua perilaku teramati (makan dan minum, bergerak, istirahat dan tidur, bersuara)
14 hari
7 hari
73 hari
3.2 Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan antara lain binokuler, kamera DSLR lensa tele, tally sheet, stopwatch, alat perekam suara, meteran gulung 20 m, meteran jahit 1,5 m, walking stick, kompas bidik, patok, tali rafia, alat tulis dan alat pengolah data (komputer). Objek pengamatan adalah ayam hutan hijau dan habitatnya di Taman Nasional Bali Barat.
13
3.3 Metode Pengumpulan Data a. Studi pustaka Dilakukan untuk mengumpulkan data dan literatur mengenai ekologi perilaku ayam hutan hijau. b. Studi pendahuluan Sebelum dilakukan pengamatan di lapangan untuk pengumpulan data primer terlebih dahulu dilakukan studi pendahuluan atau orientasi lapangan pada bulan Juni 2011 di Taman Nasional Bali Barat. Studi dilakukan untuk lebih mengenal lokasi penelitian dan untuk mengetahui titik-titik ditemukannya ayam hutan hijau sedang melakukan aktivitas terutama di hutan musim Tanjung Gelap dan savana Prapat Agung. Metode yang digunakan dalam studi pendahuluan ini adalah dengan cara pengamatan langsung dilapangan dan wawancara dengan petugas lapangan Taman Nasional Bali Barat. c. Pengumpulan data primer Data primer adalah data utama dalam penelitian ini yaitu data ekologi perilaku ayam hutan hijau dan data habitat. Data diperoleh dengan pengamatan langsung dilapangan yaitu Taman Nasional Bali Barat. Data mengenai perilaku ayam hutan hijau berkaitan dengan individu ataupun kelompok dicatat aktivitas yang dilakukan seperti makan dan minum, bergerak, istirahat, tidur, bersuara, berkelompok, berkelahi, menarik pasangan, kawin dan bersarang pada setiap tipe habitat. Data perilaku kemudian dianalisis untuk mendapatkan ekologi perilaku dari ayam hutan hijau. Pengamatan tentang aktivitas harian ayam hutan hijau dilakukan dengan mencatat semua aktivitas yang dijumpai pada saat pengamatan. Metode yang digunakan adalah Focal Animal Sampling, dimana pelaksanaan pengamatan dilakukan khusus pada individu-individu atau kelompok tertentu. Pengamatan terhadap aktivitas harian dilakukan yaitu pada pagi sampai dengan sore hari (05:00-18:00 WITA) atau dimulai saat ayam hutan hijau bangun dari lokasi tidur dan kembali lagi ke tempat tidur di sore hari.
14
Pengamatan terhadap aktivitas harian seekor Gallus varius jantan dewasa dilakukan setiap hari dan dilakukan selama dua minggu (14 hari). Perilaku yang diamati yaitu: 1. Makan yaitu aktivitas yang berkaitan dengan mencari, mematuk, mengais dan menelan makanan. 2. Minum yaitu memasukkan paruh ke dalam air, menengadahkan kepala dan meneguk air. 3. Bergerak yaitu pergerakan ayam hutan hijau dari suatu tempat ke tempat lain dengan melompat, berjalan, berlari atau terbang. 4. Istirahat yaitu aktivitas diam ayam hutan hijau untuk berlindung dari sinar matahari di siang hari. 5. Tidur yaitu aktivitas ayam hutan hijau yang dilakukan di sore hari untuk tidur di pohon tidur sampai bangun tidur di pagi keesokan harinya. 6. Bersuara yaitu aktivitas mengeluarkan suara yang dilakukan oleh ayam hutan hijau. Pengamatan terhadap strategi yang dilakukan ayam hutan hijau dalam beradaptasi dengan lingkungannya diperoleh dengan pengamatan langsung pada unit contoh yang berbentuk titik pengamatan. Titik pengamatan ditentukan dengan memilih tempat-tempat strategis ditemukannya ayam hutan hijau sedang melakukan aktivitas. Dalam setiap pertemuan dengan ayam hutan hijau dicatat perilaku terkait waktu, aktivitas, durasi, lokasi beraktivitas, dan frekuensi. Data habitat mencakup komposisi jenis dan struktur vegetasi sebagai komponen habitat utama ayam hutan hijau. Pada masing-masing tipe habitat perlu diketahui fungsi pakan, shelter, cover, tempat bertengger dan bersarang. Untuk mendapatkan data mengenai habitat maka dilakukan analisa vegetasi pada lokasilokasi yang menjadi tempat ayam hutan hijau melakukan aktivitasnya. Analisa vegetasi adalah cara yang digunakan untuk mengetahui komposisi jenis dan struktur vegetasi atau masyarakat tumbuhan. Untuk mengetahui kondisi areal penelitian habitat ayam hutan hijau yang dicirikan oleh struktur dan komposisi vegetasi, maka diperlukan analisa vegetasi. Banyaknya jalur dan plot contoh disesuaikan dengan kondisi tipe habitat. Metode yang digunakan untuk analisa vegetasi hutan musim adalah cara garis berpetak.
15
Soerianegara dan Indrawan (2005) menyatakan bahwa untuk di Indonesia panjang jalur yang digunakan adalah 200 m dan lebar 20 m, yaitu hanya pada tempat-tempat dimana terdapat Gallus varius melakukan aktivitas. Analisa vegetasi dilakukan pada lokasi dengan tipe vegetasi hutan musim Tanjung Gelap dan savana Prapat Agung. Panjang jalur nantinya juga disesuaikan dengan keragaman jenis tumbuhan yang ada. Dalam pengukuran, kriteria yang digunakan untuk menetapkan tingkat vegetasi yang dianalisis adalah sebagai berikut: a. Tingkat pohon, yaitu pohon-pohon yang memiliki diameter setinggi dada (dbh) = 130 cm dari permukaan tanah, atau diameter 20 cm diatas lebih besar atau sama dengan 32 cm kelilingnya. b. Tingkat tiang, yaitu pohon-pohon yang memiliki diameter setinggi dada atau diameter 20 cm diatas banir antara 10 cm sampai dengan 20 cm (10cm ˂ dbh ˂ 20 cm). c. Tingkat pancang, yaitu anakan pohon atau perdu yang tingginya (T) lebih dari atau sama dengan 1,5m dan memiliki diameter setinggi dada kurang dari atau sama dengan 10cm (T ≥ 1,5m; dbh ≤ 10cm). d. Tingkat semai, yaitu anakan pohon atau perdu yang tingginya kurang dari 1,5m (T ˂ 1,5m). e. Tumbuhan bawah, yaitu tumbuhan penutup tanah (ground cover) yang bukan anakan pohon atau perdu (termasuk herba, liana, semak, dan rumput). Ukuran petak yang dipakai dalam analisa vegetasi ini memiliki parameter kuantitatif sesuai dengan tingkat vegetasi yang berbeda yaitu: a. 20 m × 20 m untuk tingkat pohon b. 10 m × 10 m untuk tingkat tiang c. 5 m × 5 m untuk tingkat pancang d. 2 m × 2 m untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah
16
Pada setiap garis transek ditentukan petak-petak pengamatan secara sistematik, seperti pada gambar di bawah ini: 20m
10m 20m
2m 5m 10m
2m 5m
Gambar 3 Metode garis berpetak untuk analisa vegetasi. Untuk tingkat tiang dan pohon dicatat jenis, jumlah individu, diameter batang, tinggi bebas cabang dan tinggi total pohon. Sedangkan data yang dikumpulkan untuk semai, pancang dan tumbuhan bawah meliputi jenis dan jumlah individu setiap jenis.
3.4 Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil pengamatan yaitu makan, minum, bergerak, istirahat, tidur dan bersuara selanjutnya dianalisis melalui teknik penyajian deskriptif, grafik dan presentase. Analisis deskriptif dan grafik merupakan penguraian dan penjelasan pola perilaku ayam hutan hijau di Taman Nasional Bali Barat serta menginterpretasikan strategi perilaku yang digunakan. Analisis kuantitatif yang digunakan untuk menguji hipotesis dari bentukbentuk perilaku di atas adalah dengan uji chi-square (X2), dengan rumus sebagai berikut: 𝑘 2
𝑋 = 𝑡 =1
(𝑂𝑖 − 𝐸𝑖 )2 𝐸𝑖
𝑂𝑖 = frekuensi pengamatan perilaku ke-i 𝐸𝑖 = Frekuensi harapan ke-i
17
𝐸𝑖 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 × 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 Kriteria uji:
Jika 𝑋 2 hit ˃ 𝑋 2 tab, maka terima H1 Jika 𝑋 2 hit ˂ 𝑋 2 tab, maka terima H0 Uji ini dilakukan pada taraf nyata 5 % dengan derajat bebas: (v) = (b-1) × (k-1) dimana b adalah baris dan k adalah kolom serta menggunakan hipotesa: a. Perilaku makan Parameter yang dicatat berupa pola perilaku, durasi, frekuensi, dan kondisi lokasi untuk aktivitas makan. Hipotesis yang digunakan: Frekuensi H0 = tidak ada perbedaan frekuensi perilaku makan di tipe habitat/ lingkungan yang berbeda. H1 = terdapat perbedaan frekuensi perilaku makan di tipe habitat/ lingkungan yang berbeda. Durasi H0 = tidak ada perbedaan durasi perilaku makan di tipe habitat/ lingkungan yang berbeda. H1 = terdapat perbedaan durasi perilaku makan di tipe habitat/ lingkungan yang berbeda. b. Perilaku minum Parameter yang dicatat berupa pola perilaku, durasi, frekuensi, dan kondisi lokasi untuk aktivitas minum. Hipotesis yang digunakan: Frekuensi H0 = tidak ada perbedaan frekuensi perilaku minum di tipe habitat/ lingkungan yang berbeda. H1 = terdapat perbedaan frekuensi perilaku minum di tipe habitat/ lingkungan yang berbeda. Durasi H0 = tidak ada perbedaan durasi perilaku minum di tipe habitat/ lingkungan yang berbeda. H1 = terdapat perbedaan durasi perilaku minum di tipe habitat/ lingkungan yang berbeda.
18
c. Bergerak Parameter yang dicatat berupa pola perilaku, durasi, frekuensi, dan kondisi lokasi untuk aktivitas bergerak. Hipotesis yang digunakan: Frekuensi H0 = tidak ada perbedaan frekuensi bergerak di tipe habitat/ lingkungan yang berbeda. H1 = terdapat perbedaan frekuensi bergerak di tipe habitat/ lingkungan yang berbeda. Durasi H0 = tidak ada perbedaan durasi bergerak di tipe habitat/ lingkungan yang berbeda. H1 = terdapat perbedaan durasi bergerak di tipe habitat/ lingkungan yang berbeda. d. Istirahat Parameter yang dicatat berupa pola perilaku, durasi, frekuensi, dan kondisi lokasi untuk aktivitas istirahat. Hipotesis yang digunakan: Frekuensi H0 = tidak ada perbedaan frekuensi perilaku istirahat di tipe habitat/ lingkungan yang berbeda. H1 = terdapat perbedaan frekuensi perilaku istirahat di tipe habitat/ lingkungan yang berbeda. Durasi H0 = tidak ada perbedaan durasi perilaku istirahat di tipe habitat/ lingkungan yang berbeda. H1 = terdapat perbedaan durasi perilaku istirahat di tipe habitat/ lingkungan yang berbeda. e. Tidur Parameter yang dicatat berupa pola perilaku, durasi, frekuensi, dan kondisi lokasi untuk aktivitas tidur. Hipotesis yang digunakan: Frekuensi H0 = tidak ada perbedaan frekuensi perilaku tidur di tipe habitat/ lingkungan yang berbeda. H1 = terdapat perbedaan frekuensi perilaku tidur di tipe habitat/ lingkungan yang berbeda. Durasi H0 = tidak ada perbedaan durasi perilaku tidur di tipe habitat/ lingkungan yang berbeda. H1 = terdapat perbedaan durasi perilaku tidur di tipe habitat/ lingkungan yang berbeda.
19
f. Bersuara Parameter yang dicatat berupa pola perilaku, durasi, frekuensi, dan kondisi lokasi untuk aktivitas bersuara. Hipotesis yang digunakan: Frekuensi H0 = tidak ada perbedaan frekuensi perilaku bersuara di tipe habitat/ lingkungan yang berbeda. H1 = terdapat perbedaan frekuensi perilaku bersuara di tipe habitat/ lingkungan yang berbeda. Durasi H0 = tidak ada perbedaan durasi perilaku bersuara di tipe habitat/ lingkungan yang berbeda. H1 = terdapat perbedaan durasi perilaku bersuara di tipe habitat/ lingkungan yang berbeda. Data dan informasi habitat dari hasil analisa vegetasi kemudian dianalisis dan dilakukan pendekatan penggunaan habitat yang dilakukan oleh ayam hutan hijau. Data analisa vegetasi diolah dalam variabel kerapatan (K), frekuensi (F), dan dominasi (D) dengan rumus : Jumlah individu suatu jenis
Kerapatan (ind/ha)
=
Kerapatan Relatif (KR)
= Kerapatan
Frekuensi
=
Frekuensi Relatif (FR)
= Total
Luas Bidang Dasar
= 4 𝜋 𝐷2
Dominansi (m2/ha)
=
Dominansi Relatif (DF)
=
Total luas unit contoh Kerapatan suatu jenis seluruh jenis
× 100 %
Jumlah plot ditemukannya
jenis
Jumlah total unit contoh Frekuensi suatu jenis frekuensi seluruh jenis
× 100 %
1
Luas bidang dasar suatu jenis Total luas unit contoh Dominansi suatu jenis Total dominansi seluruh jenis
× 100 %
Indeks Nilai Penting (INP) untuk vegetasi tingkat tiang dan pohon merupakan penjumlahan dari nilai-nilai kerapatan relatif (KR), dominansi relatif (DR), dan frekuensi relatif (FR) atau INP = KR+FR+DR. Sedangkan untuk vegetasi tingkat semai dan pancang, INP = KR+FR. Faktor penentu habitat yang mempengaruhi keberadaan ayam hutan hijau di suatu tipe habitat ditentukan berdasarkan beberapa parameter seperti banyaknya jenis pakan, ketersediaan pakan, banyak pohon tidur, tinggi pohon tidur, ketersediaan tempat istirahat dan ketersediaan tempat berlindung.