BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode dskriptif yaitu sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain). Pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana adanya (Nawawi, 1991 :63). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu membuat gambaran keadaan atau fenomena secara sistematis dan akurat mengenai fakta pada saat penelitian dilakukan atau masalah-masalah yang bersifat aktual serta menggambarkan bagaimana peran petani perempuan dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini.
B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Namoriam, Pancur Batu Kabupaten Deliserdang. Alasan penulis memilih lokasi ini karena di Desa Namoriam mayoritas perempuan bekerja sebagai petani. Selain mengurus rumah dan mengurus anak, mereka juga bekerja di sektor pertanian mereka juga melakukan upaya-upaya memberikan pendidikan bagi anak-anak desa sejak usia dini.
Universitas Sumatera Utara
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, bendabenda, hewan , tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber daya yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi, 1991 : 41). Berdasarkan uraian tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Petani Perempuan yang menjadi pengajar tetap di PAUD Desa Namoriam berjumlah 17 orang.
2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Jika populasi kurang dari 100 maka populasi dapat dijadikan sebagai sample ( n = N ), (Arikunto, 1988:27). Atas dasar pendapat Arikunto, maka pengambilan sampel adalah Total Sampling. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah Petani Perempuan yang menjadi pengajar tetap di PAUD sebanyak 17 orang.
Universitas Sumatera Utara
D.Teknik Pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah : a. Studi Kepustakaan : Cara yang dipergunakan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan nelalui buku-buku, majalah-majalah, serta tulisan-tulisan lain yang ada hubungannya dengan penelitian. b. Studi lapangan : Yaitu dengan pengumpulan data-data langsung dari objek yang diteliti melalui: 1. Wawancara yaitu Menggunakan alat bantu kuesioner yang ditujukan kepada responden yang dalam hal ini ditujukan untuk petani perempuan sebagai tenaga pendidik. 2. Menggunakan guide interview yang ditujukan kepada informan kunci (key informan) seperti ketua Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam beserta pengajar.
E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dilakukan dengan metode deskriptif yaitu suatu metode dimana data yang diperoleh disusun, lalu diinterpretasikan sehingga memberikan keterangan terhadap permasalahan yang di teliti. Menganalisa data-data yang diperoleh dari hasil penelitian, maka teknik yang dipakai adalah teknik analisa dengan menggunakan tabel tunggal.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Keadaan Umum Desa Namoriam Desa Namoriam Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara yang berpenduduk + 1.600 jiwa atau 453 KK mempunyai wilayah + 636 Ha. Keadaan alamnya datar, landai (dataran tinggi) dengan ketinggian rata-rata + 60 m diatas permkaan laut yang dipengaruhi 2 (dua) iklim ini dipengaruhi oleh angin laut dan angin pegunungan yang menjadi salah satu faktor pendukung dalam membentuk kesuburan tanah. Adapun Desa Namoriam mempunyai batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Desa Durin Simbelang, Durin Tonggal dan Desa Salam Tani.
Sebelah Timur
: Desa Durin Simbelang
Sebelah Selatan
: Desa Durin Tonggal
Sebelah Barat
: Desa Namorindang kec. Kutalimbaru
Desa Namoriam terdiri dari 5 (lima) Dusun dengan luas wilayah dan Kepala Dusunnya sebagai berikut: Tabel 2. Dusun, luas wilayah dan Kepala Dusunnya
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Dusun Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV Dusun V
Luas Wilayah + 50 Ha + 80 Ha + 100 Ha + 256 Ha + 150 Ha
Kepala Dusun Arifin Ginting Dinis Barus Kuat Sembiring Helmon tarigan Mimpin Tarigan
Sumber: Kantor Kepala Desa Namoriam
Universitas Sumatera Utara
Desa Namoriam yang memiliki jarak tempuh + 4 Km atau memerlukan waktu + 15 menit ke Ibu Kota Kecamatan Pancur Batu juga merupakan jalur lintas propinsi atau jalan lintas pariwisata menuju kawasan wisata Sibolangit dan Berastagi. Disamping itu Desa Namoriam juga dikenal sebagai Desa penghasil buah belimbing dan buah jambu batu Taiwan yang banyak dijual sepanjang lintas propinsi tersebut.
B. Monografi Desa Namoriam 1. Kondisi Geografis a. Ketinggian Tanah dari Permukaan Laut
: + 60 mdl
b. Topografi (dataran rendah, tinggi, pantai)
: Dataran Tinggi
c. Sungai
: 1 aliran
2 Orbitasi (jarak dari pusat Pemerintahan) a. Jarak dari Pemerintahan Kecamatan
: + 4 km
b. Jarak dari Pemerintahan Kabupaten
: + 60 km
c. Jarak dari Ibu Kota Propinsi
: + 20 km
3. Pertanahan a. Daerah Permukiman
: + 26 Ha
b. Daerah Pertanian Sawah
: + 11Ha
c. Daerah Perladangan
: + 35 Ha
d. Daerah Perkebunan
: + 150 Ha
e. Daerah Fasilitas Umum Kantor Sekolah, Mesjid, Gereja, Perkuburan dan lain-lain
: + 2 Ha
Universitas Sumatera Utara
4. Kependudukan 1. Jumlah Penduduk menurut : a. Jenis Kelamin 1. Laki-laki
: 882 orang
2. Perempuan
: 907 orang
b. Kepala Keluarga 1. WNI
: 418 orang
2. WNA
: - orang
2. Jumlah penduduk menurut Agama a. Islam
: 15 %
b. Kristen Protestan/Kristen Katholik
: 85 %
d. Hindu, Budha
:-
3. Jumlah Penduduk Menurut Umur 1. Usia 0-1 Tahun
: 40 orang
2. Usia 1-5 Tahun
: 127 orang
3. Usia 6-15 Tahun
: 440 orang
4. Usia 16-21 Tahun
: 337 orang
5. Usia 22-59 Tahun
: 700 orang
6. Usia > 60 Tahun
: 145 orang
4. Jumlah Penduduk menurut mata pencaharian a. Wirausaha
: 25 KK
b. Tani
: 259 KK
c. Buruh
: 93 KK
d. PNS, TNI/ POLRI
: 32 KK
e. Pedagang
: 54 KK
Universitas Sumatera Utara
5. Etnis a. Jawa
:+2%
b. Karo
: + 95 %
c. Batak Toba
:+1%
C. Sarana dan Prasarana C.1. Sarana Peribadatan a. Jumlah Mesjid
: - unit
b. Jumlah Mushola
: - unit
c. Jumlah Gereja
: 4 unit
d. Jumlah Vihara
: - unit
e. Jumlah Pura
: - unit
C. 2. Prasarana Kesehatan 1. PUSKESMAS
: - unit
2. POLINDES
: 2 unit
C. 4. Sarana Kesehatan 1. Dokter Umum
: - orang
2. Dokter Gigi
: - orang
3. Para Medis
: 2 orang
4. Dukun Terlatih
: 3 orang
5. BIDAN Desa
: 1 orang
D. Prasarana Air Bersih 1. Sumur Pompa
: - unit
2. Sumur Gali
: - unit
3. Jumlah MCK
: 1 unit
Universitas Sumatera Utara
SUSUNAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA NAMORIAM
Kepala Desa
: Subur Tarigan
Sekretaris Desa
: Aman Gurusinga
Bendahara Desa
: Ika Pana
Kaur Pemerintahan
: Masana Purba
Kaur Pembangunan
: Lindung Sembiring
Kaur Umum
: Litna Kacaribu
Kepala Dusun I
: Arifin Ginting
Kepala Dusun II
: Disnis Barus
Kepala Dusun III
: Kuat Sembiring
Kepala Dusun IV
: Helmon Tarigan
Kepala Dusun V
: Mimpin Ginting
SUSUNAN PENGURUS TIM PENGGERAK PEMBERDAYAAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (TP.PKK) DESA NAMORIAM
Ketua
: Norma Subur Tarigan Br. Sembring
Wakil Ketua
: Juni Br. Gurusinga
Sekretaris
: Ros Br. Keliat
Bendahara
: Njoreken Br. Sembiring
Ketua Pokja I
: Dahliana
Ketua Pokja II
: Sabar Menanti
Ketua Pokja III
: Setiawan Br. Ginting
Ketua Pokja IV
: Sariana Br. Barus
Universitas Sumatera Utara
C. Sejarah Berdirinya PAUD di Desa Namoriam Pendidikan anak usia dini berdiri di Desa Namoriam sejak awal tahun 2007. Hal ini dilatar belakangi oleh kondisi Desa Namoriam, dimana sejak Desa Namoriam berdiri tahun 1942 sampai sekarang tidak memiliki sekolah formal. Anak – anak Desa Namoriam biasanya bersekolah di Pancur Batu yang jaraknya ± 4 km dari desa. Hal ini dikarenakan oleh di Pancur Batu sebagai ibu kota kecamatan memiliki sekolah formal untuk SD, SMP dan SMA. Salah satu faktor yang menyebabkan Desa Namoriam tidak memiliki sarana pendidikan, disebabkan oleh letak geografis desa Namoriam yang berdampingan dengan Desa Durin Simbelang sehingga sarana pendidikannya yaitu dua unit SD negri berada di Desa Durin Simbelang yang jaraknya ±3 Km . Sehingga alternatif lainnya adalah bersekolah di Desa Durin Simbelang selain ke Pancur Batu. Karena tidak tersedianya bangunan sekolah formal berdiri di Desa Namoriam, maka tahun 2007, dan seiring dengan program pemerintah kabupaten yaitu Konsep Cerdas (Percepatan Rehabilitasi dan Apresiasi Sekolah) dan program GMPP (Gerakan Masyarakat Peduli Pendidikan) kepada masyarakat, maka melalui program GMPP tersebut, pemerintah kabupaten melalui kecamatan memberikan arahan kepada kepala desa untuk membuka pendidikan bagi anak usia dini. Kepala desa menyampaikan arahan tersebut kepada Ibu PKK Desa Namoriam agar mendirikan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Tanggung jawab yang dipercayakan masyarakat kepada Ibu-Ibu PKK untuk mendirikan PAUD di desa Namoriam sampai saat ini tetap dipegang Ibu-Ibu PKK. Untuk mendirikan PAUD, maka Ibu PKK mempersiapkan perangkat PAUD terlebih dahulu. Adapun perangkat PAUD yang dipersiapkan Ibu PKK adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Pengajar 2. Anak usia dini 3. Bahan ajar 4. Alat tulis 5. Tempat pertemuaan Awal mula PAUD berdiri hanya seperti tempat penitipan anak dengan kegiatan bermain. Pada bulan Maret tahun 2007, pemerintah kabupaten melalui kecamatan melakukan pelatihan dari dinas P & K untuk memberikan pelatihan kepada para pengajar. Dengan adanya pelatihan tersebut maka ibu-ibu PKK menetapkan oran-orang yang mengajar di PAUD dan Ibu-Ibu PKK yang membantu pengajar dalam melaksanakan PAUD. Musyawarah Ibu-Ibu PKK dengan perempuan tani Desa Namoriam berjalan lama. Hal ini dikarenakan tidak seorang pun yang bersedia menjadi pengajar tetap di PAUD. Hal ini sangat dimaklumi karena mereka sangat sibuk di ladang dan mengurus rumah. Karena kesibukan mereka di ladang dan mengurus rumah serta anak dan suami. Karena kesibukan mereka, maka diambil keputusan bahwa yang mengajar di PAUD adalah petani perempuan yang belum menikah yang bisa meluangkan waktu untuk mengajar. Dari hasil musyawarah didapat sepuluh orang petani perempuan yang belum menikah dan tujuh orang petani perempuan yang sudah menikah. Petani perempuan yang belum menikah bekerja sebagai petani, karena tidak melanjutkan pendidikannya lagi. Mereka bekerja di ladang orang tuanya sendiri. Pendidikan yang mereka jalani sangat minim, beberapa dari mereka ada yang tamatan SMP, SMA dan bahkan ada yang putus sekolah. Hal ini juga didorong oleh cara berpikir masyarakat desa yang masih tradisional yakni bahwa anak perempuan tidak
Universitas Sumatera Utara
harus memiliki pendidikan yang tinggi. Dan tujuh orang petani perempuan yang sudah menikah bersedia meluangkan waktunya untuk mengajar di PAUD. Dari hasil musyawarah tersebut juga diperoleh 17 orang sebagai pengajar tetap dan delapan orang ibu PKK yang bersedia membantu pengajar dalam pelaksanaan PAUD di Desa Namoriam. Dengan kondisi umum petani perempuan desa namoriam yang harus juga bekerja produksi, maka disepakati bahwa PAUD dilaksanakan hanya selama tiga hari setiap minggunya dengan waktu belajar selama dua jam per harinya. Hal ini dilakukan agar PAUD dapat dilaksanakan tanpa menggangu kegiatan produksi yang dilakukan oleh petani perempuan tersebut. Kemudian 17 petani perempuan dilatih oleh Dinas P & K untuk dibenahi agar petani perempuan tersebut mengetahui materi PAUD apa saja yang akan mereka sampaikan kepada anak usia dini, dan mereka juga mengetahui cara menyampaikan materi PAUD kepada anak usia dini. PAUD yang pada awalnya hanya sebagai tempat penitipan anak dan tempat bermain anak lambat laun berubah menjadi kelas belajar. Setelah mendapat pelatihan 17 petani perempuan tersebut membagi tugas mereka dan membuka PAUD yang tempat pelaksanaanya di Balai Desa Namoriam. Adapun penyebab dilaksanakannya PAUD di Balai Desa dikarenakan rumah penduduk desa namoriam tidak dapat menampung jumlah anak yang belajar di PAUD. Dari lima dusun yang terdapat di Desa Namoriam, anak-anak usia dini yang berjumlah 167 orang hanya 30 orang saja yang mengikuti PAUD di Balai Desa yang terletak di dusun IV. Hal ini disebabkan oleh jarak yang cukup jauh antara dusun yang satu dengan dusun yang lainnya mengakibatkan orangtua anak usia dini tidak dapat meluangkan waktunya untuk mengantarkan anaknya ke PAUD tersebut.
Universitas Sumatera Utara
D. Kegiatan – Kegiatan PAUD di Desa Namoriam PAUD yang ada di desa Namoriam yang dilakukan di Balai Desa tersebut memiliki kegiatan-kegiatan antara lain : 1. Belajar Berhitung Dengan belajar berhitung ini, petani perempuan memperkenalkan angkaangka dan mencoba mengajarkan penjumlahan melalui angka terkecil. 2. Belajar Membaca Petani perempuan
mengenalkan kepada anak usia dini huruf-huruf dan
mengarahkan anak usia dini melafalkannya. 3. Belajar menulis Petani perempuan yang sebagai pengajar di PAUD ini mengenalkan anak usia dini menggunakan alat tulis dan selanjutnya mencoba menulis huruf dan gabungan huruf menjadi kata. 4. Belajar Bahasa Inggris Anak usia dini diarahkan untuk dapat melafalkan angka dan beberapa huruf dengan Bahasa Inggris. Petani perempuan akan membimbing anak usia dini agar tertarik mengikuti, karena kegiatan ini selain masih menjadi keanehan namun sangat penting. 5. Belajar Menggambar Anak usia dini akan dikenalkan dengan warna yang ada serta mencoba mengkombinasikannya dengan mencoba mewarnai gambar yang ada. Selanjutnya anak usia dini akan diarahkan untuk mengekspresikan dirinya melalui pensil warna dan buku gambar.
Universitas Sumatera Utara
6. Belajar Tata Karma Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan norma-norma yang ada di masyarakat, seperti cara berbicara kepada orang yang lebih tua ataupun menyapa orang lain serta nilai-nilai yang lainnya. 7. Bermain Kegiatan ini merupakan kegiatan pokok PAUD, hal ini disebabkan oleh karena PAUD dilaksanakan sesuai dengan karakteristik dan tingkat perkembangan anak sehingga proses pendidikannya bersifat tidak terstruktur, informal, dan peka terhadap perbedaan individual anak, serta melalui aktivitas langsung dalam suasana bermain.
E. Susunan Penyelenggara PAUD di Desa Namoriam Penanggung Jawab
: Bpk. Subur Tarigan
Ketua
: Norma Br. Sembiring
Sekretaris
: Ros Br. Keliat
Bendahara
: Njoreken Br. Sembiring
Pengajar Tetap
: -
Dahliana Ginting Sabar Menanti Sinuhaji Setiawati Ginting Serli Barus Marlina Tarigan Kristina Tarigan Ernita sembiring Masanna Barus Lesna Tarigan Melia Sebayang Mita Bangun Sariana Karo Sekali Nofita Bangun Sikap Ginting Melisa Saragih Nety Sebayang Mastalia Gurki
Universitas Sumatera Utara
Pengajar Tidak Tetap : -
Tiurma Simamora Rita Ginting Ida Sinuhaji Endang Sembiring Rosianna Sebayang Namaken Sembiring Arihta Ginting Berliana Ketaren
F. Pembagian Jadwal PAUD di Desa Namoriam Tabel 3. Roster Kegiatan PAUD di Desa Namoriam
No
Hari
Waktu 16.00-16.30
1.
Jumat
16.30-17.30 17.30-18.00 16.00-16.30
2.
Sabtu
16.30-17.30 17.30-18.00
3.
Minggu
Materi PAUD Membaca Bermain Menulis Berhitung
Bermain Tata Krama
16.00-16.30
Bahasa Inggris
16.30-17.30
Bermain
17.30-18.00
Menggambar
Petugas - Dahliana Ginting - Sabar Menanti Sinuhaji - Ngikut Sembiring - Lesna Tarigan - Sikap Ginting - Setiawati Ginting - Serli Barus - Marlina Tarigan - Mastalia Gurki - Mita Bangun - Nety Sebayang - Dahliana Ginting - Sikap Ginting - Nofita Bangun - Masanna Barus - Lesna Tarigan - Melisa Saragih - Sariana Karo Sekali - Serli Barus - Melia Sebayang - Kristina Tarigan
Sumber : PAUD Desa Namoriam
Universitas Sumatera Utara
BAB V ANALISIS DATA
Pada bab ini akan disajikan hasil dari penelitian yang diperoleh peneliti di lapangan melalui metode-metode pengumpulan data yang telah disebutkan pada bab terdahulu. Demikian juga halnya permasalahan utama yang hendak dijawab dalam bab ini adalah permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya yaitu “Bagaimanakah peran petani perempuan dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini”. Dalam mengumpulkan data penelitian, ada beberapa tahapan yang utama yang dilakukan peneliti. Pertama, penelitian ini diawali dengan pengumpulan data dan informasi yang dilakukan terhadap petani perempuan. Tujuannya untuk mengetahui peran yang telah dilakukan petani perempuan dalam pelaksaan paendidikan anak usia dini. Kedua, melakukan penelitian dengan menyebarkan kuesioner yang ditujukan kepada petani perempuan yang tujuannya untuk mengetahui identitas responden dan kegiatankegiatan apa saja yang dilakukan petani perempuan dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini di Desa Namoriam serta masalah-masalah apa yang dihadapi responden saat melaksanakan PAUD di Desa Namoriam. Ketiga, melakukan sejumlah wawancara untuk mengetahui kegiatan dan pelaksanaan pendidikan anak usia dini di Desa Namoriam. Pertama sekali wawancara dilakukan terhadap ketua pelaksana pendidikan anak usia dini Desa Namoriam. Tujuannya adalah untuk mendapatkan referensi tentang berbagai hal yang dianggap penting menyangkut pelaksanaan pendidikan usia dini di Desa Namoriam serta kegiatan-kegiatannya selama ini karena ketua pelaksana pendidikan anak usia dini merupakan pihak yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
Adapun peran yang telah dilakukan petani perempuan dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini yakni : a. Memberikan
materi pelajaran
Berhitung,
Membaca,
Bahasa
Inggris,
menulis,
menggambar, tata krama, dan bermain Pendidikan anak usia dini yang berada di Desa Namoriam kec. Pancur Batu memberikan pendidikan kepada anak usia dini melalui petani perempuan yang berjumlah 17 orang. Tenaga pengajar yang memberikan materi pelajaran kepada anak usia dini disesuaikan dengan materi pelatihan yang telah mereka dapatkan dari Dinas P&k serta disesuaikan dengan kemampuan petani perempuan. Proses pelatihan yang di dapat oleh petani perempuan dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan yang diberikan Dinas P&K serta disesuaikan dengan kemampuan personal dan dilaksanakan secara seksama. Dengan demikian, petani perempuan dapat berperan dengan baik dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini. Seperti percakapan yang dilakukan peneliti dengan ketua pelaksana pendidikan anak usia dini mengenai materi pelajaran yang diajarkan di PAUD Desa Namoriam, Ibu. Norma Br. Sembiring : “Petani perempuan yang telah dipilih sebagai pengajar tetap di kelas PAUD ini, dibina dan dilatih terlebih dahulu oleh Dinas P&K agar nantinya petani perempuan dapat menjalankan perannya dengan baik. Karena, petani perempuan yang mengajar di PAUD tidak memiliki jenjang pendidikan yang tinggi seperti layaknya seorang guru yang tamatan Perguruan Tinggi bagian Pendidikan”. Adanya ungkapan dari ketua pelaksana PAUD Desa Namoriam tersebut, menyatakan bahwa petani perempuan mendapatkan pendidikan dan pelatihan terlebih dahulu sebelum mereka memberikan materi pelajaran seperti Berhitung, Membaca, Bahasa Inggris, menulis, menggambar, tata krama, dan bermain kepada anak usia dini b. Dalam pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini melalui jalur nonformal sebagai pengasuh pengganti orang tua anak, pembimbing, serta melatih dan membelajarkan anak.
Universitas Sumatera Utara
Dalam melaksanakan kegiatan PAUD melalui jalur nonformal, petani perempuan juga berperan sebagai pengasuh anak atau pengganti orang tua anak, pembimbing anak serta melatih dan membelajarkan anak. Sebagai pengasuh artinya bahwa petani perempuan menjadi sosok seorang ibu bagi anak, sebagai pembimbing artinya bahwa petani perempuan selalu membimbing anak dalam belajar dan melatih anak memahami materi pelajaran yang disampaikan petani perempuan dan mengajari anak tentang pendidikan yang diberikan petani perempuan. Seperti petikan percakapan yang dilakukan peneliti kepada salah seorang pengajar PAUD Desa Namoriam yakni Sikap Ginting : “Kami sebagai seorang petani dan sebagai pengajar PAUD harus bisa menjadi orang tua bagi anak didik kami. Dengan kata lain, saya harus mengaggap anak itu seperti anak saya sendiri dengan memberikan kasih sayang dan kesabaran dalam memberikan pelajaran dasar kepadanya. Jika kita tidak seperti itu, maka anak akan takut dengan kita. Kita membimbing dan maelatih mereka agar menjadi anak yang pintar dan baik serta berguna bagi bangsa dan Negara”. Melalui pendekatan inilah, maka anak akan merasa senang dan nyaman untuk mengikuti pelajaran yang ada di kelas PAUD. Jika petani perempuan yang mengajar di kelas PAUD tidak dapat memahami anak, maka anak tidak mau di didik atau dibina dan kemungkinan besar anak akan menangis dan takut untuk belajar.
Dalam melakukan penelitian, peneliti menyebarkan kuesioner guna mengetahui identitas responden, kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan dalam kelas PAUD : A. Identitas Responden Tabel 4. Status Responden
Universitas Sumatera Utara
Keterangan Menikah Belum Menikah Jumlah
Frekuensi 4 13 17
Persen 23,5 76,5 100%
Sumber: Hasil penelitian 2008
Dari tabel diatas, dapat dilihat gambaran mengenai identitas responden yaitu responden yang ada di Desa Namoriam. Dari 17 orang responden yang mengisi kuesioner penelitian ini, terdiri dari 4 orang (23,5%) adalah petani perempuan yang sudah menikah dan 13 orang (76,5%) adalah petani perempuan yang belum menikah Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang belum menikah memiliki frekuensi yang lebih banyak dibandingkan responden yang sudah menikah. Hal ini dikarenakan responden yang belum menikah adalah petani perempuan yang bekerja di ladang orang tuanya dan tidak melanjutkan pendidikannya sehingga mereka dapat meluangkan waktunya untuk mengajar. Tabel 5. Usia responden
Keterangan 20-25 26-30 31-35 Jumlah
Frekuensi 12 3 2 17
Persen 70,6 17,6 11,8 100%
Sumber : penelitian 2008
Tabel diatas menggambarkan usia responden. Usia dari 17 orang responden ini adalah antara 20 tahun hingga 35 tahun. Artinya responden adalah para responden yang masih muda usianya, dan peran yang diberikan adalah pendidikan anak usia dini. Rincian hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : usia responden berkisar 20-25 tahun secara keseluruhan berjumlah 12 orang (70,6 %). Usia responden berkisar 26-30 tahun sebanyak 3 orang (17,6%) dan kelompok usia 31-35 tahun sebanyak 2 orang (11,8%). Dari data tabel diatas dapat dilihat usia responden yang lebih banyak berkisar 20-25 tahun. Hal ini dikarenakan responden yang termasuk kelompok tersebut adalah responden yang lebih mampu menyesuaikan diri dengan sifat anak-anak yang belajar di kelas PAUD.
Universitas Sumatera Utara
Pada tabel berikut ini peneliti akan memberikan gambaran mengenai pendidikan responden. Tabel 6. Pendidikan responden.
Keterangan Tamatan SMP Tidak Tamat SMP Tamatan SMA Tidak Tamat SMA Jumlah
Frekuensi 1 1 13 2 17
Persen 5,8 5,8 76,6 11,8 100%
Sumber : Penelitian 2008
Latar belakang pendidikan dari 17 orang responden yang ada di desa Namoriam merupakan responden yang berlatarbelakang tamatan SMP sebanyak 1 orang (5,8%) sedangkan tidak tamat SMP sebanyak 1 orang (5,8%). Responden yang tamatan SMA sebanyak 13 orang (76,6%) dan tidak tamat SMA sebanyak 2 orang (11,8%). Dari tabel diatas menjelaskan bahwa pendidikan perempuan paling tinggi di Desa tersebut adalah tamatan SMA dan yang mampu memberikan waktu luang untuk mengajar di kelas PAUD.
B. Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam Dalam mempersiapkan anak-anak usia dini ke jenjang Sekolah Dasar, maka petani perempuan Desa Namoriam bersatu dan mendirikan sekolah lapang tanpa biaya bagi anakanak usia dini yaitu 0-6 tahun yang sering disebut PAUD. Adapun anak usia anak dini yang belajar di PAUD Desa Namoriam berjumlah 30 orang. Untuk mencapai kriteria anak yang pantas duduk di bangku Sekolah Dasar maka
Universitas Sumatera Utara
petani perempuan memberikan pendidikan antara lain : Membaca, Menulis, Berhitung, Menggambar, Bahasa Inggris, Bermain, dan Tata krama. Berikut ini adalah tabel responden yang mengajar membaca di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam. Tabel 7. responden yang mengajar membaca
Mengajar Membaca Ya Tidak Jumlah
Frekuensi 2 15 17
Persen 11,8 88,2 100%
Sumber: Penelitian 2008
Tabel 7 diatas menunjukkan jumlah responden yang mengajar membaca sebanyak 2 orang (11,8%) dalam pelajaran, hal ini dikarenakan tugas mereka untuk menguasai materi membaca tersebut. Cara mengajar yang dilakukan responden kepada anak-anak sangat bervariasi. Variasi yang dilakukan responden dalam mengajar anak-anak membaca berfungsi agar anak-anak tersebut tidak bosan dalam mengikuti pelajaran dan tidak mudah jenuh. Dengan adanya gambar-gambar, anak-anak dapat lebih cepat mengingat dan lebih mudah menangkap pelajaran. Misalnya gambar seekor kerbau ditunjukkan kepada anak-anak. Dari gambar kerbau tersebut, anak-anak akan serentak menyebutkan bahwa gambar hewan yang ada di depan adalah seekor kerbau. Responden akan mengeja tulisan “kerbau” dan anak-anak akan serentak membaca huruf yang membangun kata kerbau satu persatu. Pelajaran yang mendasar adalah pengenalan huruf dan membaca huruf. Berikut ini adalah tabel responden yang mengajar menulis di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam. Tabel 8. Responden yang mengajar menulis
Mengajar Menulis Ya
Frekuensi 2
Persen 11,8
Universitas Sumatera Utara
Tidak Jumlah
15 17
88,2 100%
Sumber: Hasil penelitian 2008
Dari data tabel diatas dapat penulis gambarkan bahwa responden yang mengajar menulis yaitu 2 orang (11,8). Responden yang mengajar membaca, menulis di papan tulis bacaan yang akan dieja dan responden yang lainnya berada diantara anak-anak untuk mengarahkan mereka agar fokus dan tidak membuat keributan. Berikut ini adalah tabel responden yang mengajar berhitung di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam. Tabel 9. Responden yang mengajar berhitung
Mengajar Berhitung Ya Tidak Jumlah
Frekuensi 2 15 17
Persen 11,8 88,2 100%
Sumber : Hasil penelitian 2008
Dalam memberikan pelajaran jenis ini dilakukan oleh 2 orang (11,8%). Adapun tujuan pelajaran berhitung ini ditujukan untuk melihat kemampuan dan kecepatan anak dalam berhitung dan melatih daya tangkap anak. Biasanya responden menyampaikan pelajaran berhitung dengan memperkenalkan angka-angka kepada anak dan penjumlahan yang ringan seperti : 1+1=2; 2+2=4, dan seterusnya Responden selalu melatih anak-anak untuk menjumlahkan angka-angka dengan alat bantu jari tangan atau lidi yang telah disediakan responden. Dengan cara demikian, anak-anak akan cepat menangkap pelajaran dan mengingatnya. Berikut ini adalah tabel responden yang mengajar menggambar di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam. Tabel 10. Responden yang mengajar menggambar
Mengajar Menggambar Ya Tidak Jumlah
Frekuensi 2 15 17
Persen 11,8 88,2 100%
Sumber: Hasil penelitian 2008
Universitas Sumatera Utara
Dari data diatas menunjukkan bahwa yang melakukan kegiatan mengajar menggambar 2 orang (11,8%), sedangkan yang tidak ikut serta dalam kegiatan ini sebanyak 15 orang (88,2%). Responden yang melakukan kegiatan ini dipilih karena mereka lebih mengerti mengajari anak-anak dalam menggambar dan memilih warna ataupun memadukan warna pada gambar yang ada. Biasanya responden melatih anak-anak menggambar pola yang ringan tidak berat. Dalam pelajaran ini, biasanya gambar telah tersedia dan anak-anak tinggal mewarnainya saja. Terkadang, anak-anak juga diajarkan untuk menginspirasikan gambar yang ada di benak mereka sendiri ke dalam kertas dan mewarnainya sendiri dengan sesuka hati mereka. Berikut ini adalah tabel responden yang mengajar Bahasa Inggris di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam. Tabel 11. Responden yang mengajar Bahasa Inggris
Mengajar Bahasa Inggris Ya Tidak Jumlah
Frekuensi 2 15 17
Persen 11,8 88,2 100%
Sumber: Hasil Penelitian 2008
Tabel 11 menerangkan jumlah responden yang mengajar Bahasa Inggris. Dari 17 orang yang mengajarkan pelajaran Bahasa Inggris sebanyak 2 orang (11,8%) sementara itu yang tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut adalah 15 orang (88,2%). Responden yang mengajar Bahasa Inggris ini dipilih karena mereka mampu dalam pealajaran tersebut. Responden yang mengajar pelajaran ini adalah tamatan SMA. Pelajaran Bahasa Inggris yang diajarkan responden kepada anak-anak adalah pelajaran Bahasa Inggris dasar. Adapun pelajaran yang mereka ajarkan seperti membaca huruf A sampai Z dan membaca angka 1 sampai 10 dengan menggunakan Bahasa Inggris.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mempermudah anak-anak mengingat pelajaran tersebut, biasanya responden mencari cara cepat dan melatih anak-anak cara cepat tersebut. Salah satucara cepat yang biasa digunakan responden adalah dengan menjadikan huruf-huruf tersebut menjadi syair lagu dan dinyanyikan dengan Bahasa Inggris. Dengan melagukan huruf-huruf tersebut dalam Bahasa Inggris, anak-anak akan semakin cepat mengingatnya. Responden sangat senang dengan belajar seperti metode cara cepat tersebut, karena dimanapun anak-anak itu berada mereka bisa memperagakan ataupun mempraktekkan lagu tersebut. Jadi anak-anak tersebut bernyanyi sambil menghapal. Berikut ini adalah tabel responden yang melatih bermain di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam. Tabel 12. Responden yang melatih bermain
Mengajar Bahasa Inggris Ya Tidak Jumlah
Frekuensi 9 8 17
Persen 52,9 47,1 100%
Sumber : Hasil penelitian 2008
Tabel diatas menunjukkan dalam melatih anak-anak bermain ada 9 orang (52,9%) dan yang tidak ikut dalam kegiatan ini sebanyak 8 orang (47,1%). Dalam seminggu, PAUD Desa Namoriam mengadakan tiga kali pertemuan dan bermain mendapat frekuensi tiga kali dalam seminggu. Bermain dilaksanakan dipertengahan pelajaran yang wajib. Misalnya: jumat pelajaran Membaca, Bermain dan Menulis. Setiap hari bermain berada di sela pelajaran yang wajib, agar anak tidak jenuh dalam belajar. Bagi responden, bermain termasuk salah satu bagian dari pelajaran. Disamping untuk mengurangi kejenuhan anak terhadap pelajaran yang terlalu formal dan membosankan, bermain membantu anak untuk mudah mengingat pelajarannya. Belajar sambil bermain, itulah yang diterapkan responden. Responden mengajarkan cara bermain yang baik kepada
Universitas Sumatera Utara
anak-anak. Misalnya tidak bermain tanah karena dapat menimbulkan perut cacingan, dalam bermain tidak boleh curang atau tidak adil, bermain tidak boleh dengan kekerasan. Anak-anak juga biasanya bermain dengan bernyanyi sambil memperagakan gerakangerakan pendukung lagu. Misalnya lagu “dua mata saya, hidung saya satu, satu mulut saya tidak berhenti makan”. Dalam menyanyikan lagu tersebut anak-anak menunjuk organ tubuh yang ada tertulis dalam lirik lagu. Berikut ini adalah tabel responden yang memberikan pelajaran tata krama di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam. Tabel 13. Responden yang memberikan pelajaran tata krama
Mengajar Bahasa Inggris Ya Tidak Jumlah
Frekuensi 2 15 17
Persen 11,8 88,2 100%
Sumber: Hasil penelitian 2008
Dari tabel diatas dapat digambarkan bahwa 2 orang (11,8%) mengajarkan pelajaran tata krama. Tata krama termasuk dalam pelajaran anak-anak sejak usia dini di Desa Namoriam. Disamping Desa tersebut masih kental dengan budaya dan adat istiadat, orang tua anak-anak tersebut tidak memiliki waktu luang untuk mengajarkan anak mereka karena orang tua selalu sibuk di ladang selama satu harian lebih. Dengan kondisi yang sangat sibuk diladang tersebut, orang tua selalu membiarkan anak-anak mereka bersama teman-temannya atau kakak atau abangnya bermain-main di sekitar lingkungan mereka. Melihat kondisi tersebut, PAUD mengajarkan anak-anak sejak usia dini bagaimana cara berbicara yang sopan, cara makan yang sopan, cara memanggil sebutan untuk seseorang yang lebih muda atau yang lebih tua dari mereka, tidak berbicara kotor tapi sopan. Harapan responden dengan adanya pelajaran tata krama ini, anak-anak tumbuh dengan baik dan mudah-mudahan sampai sekolah nantinya mereka tetap tumbuh menjadi anak yang baik dan sopan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam melaksanakan Pendidikan Anak Usia Dini dan dalam mencapai hasil yang memuaskan dalam menyampaikan bahan ajaran kepada anak-anak usia dini, responden memerlukan peralatan yang dapat mendukung PAUD dan agar proses PAUD dapat berjalan dengan lancar. Karena itu, Para pengajar PAUD bekerja sama dengan warga desa Namoriam untuk melengkapi peralatan tersebut.
Berikut ini adalah tabel Jenis Peralatan yang dibutuhkan responden untuk memberikan pendidikan bagi anak usia dini di PAUD di Desa Namoriam. Tabel 14 . Jenis Peralatan yang dibutuhkan untuk memberikan pendidikan bagi anak usia dini.
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Jenis Peralatan Buku Tulis Buku Bacaan Buku Gambar Pensil Pulpen Pensil Warna Penggaris Kapur Tulis Penghapus Batu kerikil Lidi 5 cm Bola Plastik Kursi gitar Papan Tulis
Kegiatan yang terlibat Menulis Membaca Menggambar Menulis dan Menggambar Menilai Mewarnai Menggambar dan Menulis Mengajar Mengajar Berhitung Berhitung Bermain Bermain Bermain Mengajar
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Data PAUD Desa Namoriam
Peralatan seperti buku tulis harus memenuhi jumlah anak yang belajar di PAUD. Karena apabila tidak memenuhi jumlah anak yang belajar di PAUD maka anak yang tidak mendapatkan buku tulis tidak dapat mengikuti pelajaran menulis dan mengakibatkan dampak yang begitu fatal pada anak itu sendiri. Kemungkinan yang akan terjadi anak akan malas ikut belajar bersama temannya di PAUD karena pernah kecewa tidak kebagian buku. Karena itu, tiap anak mendapatkan buku dan selesai pelajaran di PAUD buku dikembalikan kepada responden dan di dalam buku tersebut sudah tercantum nama anak sebagai pemilik buku. Jika ada anak yang baru bergabung, maka anak tersebut mendapatkan buku baru. Buku bacaan yang disediakan responden sampai saat ini masih terbatas. Buku bacaan yang dimiliki responden biasanya buku yang berisi kumpulan cerita pendek untuk anak. Dalam mengajar membaca, biasanya responden memfotokopi cerita yang akan dibaca nantinya sesuai dengan jumlah anak. Kebutuhan untuk buku gambar biasanya disesuaikan dengan jumlah anak yang belajar dan tiap anak mendapatkan satu buku gambar. Karena jika ada anak yang tidak mendapat buku gambar, maka anak tersebut akan menangis dan merasa tidak diperdulikan atau diperhatikan. Untuk mencegah terjadinya hal-hal demikian, maka responden membagikan buku gambar kepada seluruh anak secara merata. Pensil merupakan kebutuhan yang harus dimiliki setiap anak. Karena jika pensil ini tidak dimiliki,
maka anak tidak akan bisa belajar menulis ataupun menggambar. Sama
halnya dengan buku tulis dan buku gambar, pensil juga dibagikan responden kepada tiap anak secara merata dan apabila pelajaran telah selesai maka pensil tersebut dikembalikan kepada responden dan akan dibagikan kembali kepada anak jika jam pelajaran mereka menulis atau menggambar.
Universitas Sumatera Utara
Alat tulis pulpen biasanya tidak digunakan oleh anak. Pulpen biasanya digunakan oleh responden saja untuk menilai hasil kerja anak-anak. Anak-anak sangat senang apabila hasil kerja mereka dinilai. Karena itu responden selalu menilai hasil kerja anak-anak. Dalam memberikan nilai, responden melihat sifat dan jiwa anak-anak. Karena sifat anak-anak yang ada di PAUD berbeda-beda. Anak yang mendapat nilai lebih rendah dari temannya akan menangis dan kecewa tetapi ada juga anak yang apabila mendapat nilai rendah dan responden mendorongnya untuk lebih banyak giat belajar lagi, anak tersebut akan semakin giat belajar. Responden mengaku ada anak yang menganggap dorongan dan kritikan sebagai sebuah ejekan tetapi ada anak yang menganggap dorongan dan kritikan sebagai motivasi. Jadi, menentukan kepribadian anak sangat sulit dan membutuhkan perhatian yang serius dalam mempelajari sifat anak. Dalam penggunaan pensil warna, biasanya responden membagi anak ke dalam beberapa kelompok. Dalam pelajaran mewarnai, anak di bagi ke dalam kelompok lalu setiap kelompok diberikan 2 lusin pensil warna kayu (2 kotak ukuran sedang). Penggaris yang dibagikan kepada anak adalah penggaris yang panjangnya 15cm. Tiap anak mendpatkan satu penggaris yang masing-masing anak sudah mencantumkan namanya dengan spidol permanent. Sama halnya seperti peralatan tulis yang lainnya, penggaris dibagikan setiap belajar menulis dan menggambar selesai jam belajar, anak-anak mengembalikan penggaris tersebut kepada responden. Kapur tulis dan papan tulis adalah alat responden untuk mengajar anak-anak secara menyeluruh. Dari papan tulis, anak-anak dapat melihat dan mencontoh apa yang ditulis responden saat mengajar menulis ataupun menggambar. Penghapus yang digunakan anak-anak adalah penghapus pensil sedangkan yang digunakan responden adalah penghapus papan tulis. Setiap anak mempunyai penghapus
Universitas Sumatera Utara
pensil saat jam pelajaran menulis agar suasana belajar tidak rebut karena pinjam-pinjam penghapus atau berantam karena penghapus. Batu kerikil yang kecil-kecil dan lidi ukuran 5cm digunakan saat pelajaran berhitung. Apabila anak menjumlahkan angka-angka yang disebutkan responden saat mengajar, mereka menggunakan kerikil dan lidi tersebut sebagai alat bantu hitung. Misalnya responden mengucapkan 3+3=…. Maka anak-anak dengan cepat mengambil 3 lidi atau 3 kerikil dan menambahkan lidi dan kerikil tersebut dengan 3 lidi atau 3 kerikil lagi dan menghitung jumlah keseluruhan lidi dan kerikil tersebut. Responden beranggapan alat hitung yang tradisional jauh lebih membuat anak-anak pintar dan cepat dalam berhitung dari pada alat hitung elektronik yang biasa sering disebut kalkulator. Bola plastik dan kursi digunakan saat bermain. Bola plastik yang digunakan responden ada 2 macam yakni yang kecil (seukuran bola kasti) dan bola sedang (seukuran dengan bola kaki). Permainan yang sering dilakukan seperti : membawa bola besar dalam perut (satu tim terdiri dari 2 orang), memasukkan bola kecil dalam keranjang (dilakukan oleh satu persatu), mencari bola kecil yang telah disembunyikan responden pada tempat-tempat tertentu. Bola yang terbanyak sebagai pemenang. Dan variasi lainnya. Peralatan yang digunakan responden dalam mengajar tersebut sangat sulit untuk dipenuhi. Seperti hasil wawancara peneliti dengan salah seorang petani perempuan yang mengajar di PAUD Desa Namoriam yaitu Mastalia Gurki: “Dalam memenuhi peralatan ini, kami memang masih sulit. Karena kami membangun PAUD tanpa bantuan biaya dari luar. Biasanya kami memiliki dana dari bantuan masyarakat Desa. Kalau mereka panen, mereka pasti memberikan uang salam-salam untuk kelas PAUD ini. Dan terkadang ada juga mahasiswa yang datang meneliti di Desa ini, memberi bantuan beupa buku tulis atau buku bacaan”. Dari hasil petikan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini petani perempuan tidak mendapatkan sumber dana dari luar atau pemerintah. Mereka memenuhi peralatan mereka sendiri dari bantuan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
C. Masalah Yang Dihadapi Oleh Responden Masalah yang dihadapi responden selalu silih berganti dalam mengajar anak-anak, hal ini wajar saja terjadi sebab manusia terutama anak-anak harus mengalami perubahan secara fisik maupun secara mental karena anak-anak terus tumbuh dan berkembang. Beragam masalah yang dihadapi responden dalam mendidik anak-anak usia dini seperti masalah waktu, izin orang tua, tempat dan peralatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani perempuan yang menjadi pengajar tetap di PAUD Desa Namoriam yakni Sabar Menanti Sinuhaji: “Kami sebenarnya memiliki kesulitan dalam melaksanakan PAUD di Desa ini. Kalau dilihat, masyarakat banyak yang setuju jika PAUD ini dibuka di Desa. Hanya saja, permasalahan seperti waktu, izin orang tua, tempat dan peralatan PAUD selalu kami hadapi” Dari hal ini peneliti mencoba kembali mencari penjelasan tentang permasalahan yang dimaksud petani perempuan tersebut. Maka dari hasil wawancara tersebut didapat beberapa penjelasan singkat tentang permasalahan tersebut. Masalah waktu dan jarak, adalah salah satu alasan orang tua kepada responden untuk tidak mengantar anaknya ke PAUD. Adapun alasan yang sama yang diterima responden dari beberapa orang tua anak seperti jauhnya jarak antara kelas PAUD dengan rumah mereka,
Universitas Sumatera Utara
jalan berbatu, rusak dan berliku-liku, banyaknya tanah lumpur di sekitar jalan apalagi kalau hujan, dan kendaraan yang tidak ada, memang benar kenyataannya. Jarak antara tiap-tiap dusun mencapai 1-2 km per dusun dan lokasi kelas PAUD dikelilingi dusun-dusun tersebut. Jadi, jarak yang harus di tempuh orang tua untuk mengantar anak mereka ke kelas PAUD sepanjang 2 km, sedangkan angkutan umum di desa Namoriam tersebut belum ada satu pun. Orang tua yang mengantar anak mereka ke PAUD kebanyakan yang bertempat tinggal disekitar PAUD dan jarak terjauh dari rumah anak ke PAUD sejauh 1 km. Pukul 7 pagi orang tua sudah berangkat ke ladang dan membawa bekal untuk makan di ladang sehingga untuk kembali berjalan mengantar anak mereka ke kelas PAUD, orang tua harus melalui jarak yang cukup jauh dan memakan waktu yang lama dengan berjalan kaki dan yang memiliki kendaraan seperti sepeda motor hanya beberapa penduduk saja. Karena itu, sampai saat ini masalah tersebut belum terpecahkan. Masalah tempat juga menjadi salah satu penyebab terkendalanya pelaksanaan PAUD. Hal ini dikarenakan PAUD yang dilaksanakan di Balai Desa Namoriam, sehingga ketika Balai Desa digunakan untuk acara adat dan kegiatan masyarakat lainnya maka PAUD diliburkan. Selain itu, dengan kondisi PAUD yang berada di Balai Desa bentuknya tidak seperti ruangan kelas melainkan ruang terbuka. Sehingga, mengganggu kenyamanan dan terkadang membuat anak-anak tidak fokus dalam mengikuti kegiatan PAUD. Dari segala permasalahan diatas, permasalahan yang didapat dari internal pengajar juga mempengaruhi kelancaran PAUD di Desa Namoriam. Permasalahan-permasalahan yang sering dihadapi seperti yang dipaparkan oleh Ernita Sembiring, salah seorang pengajar tetap PAUD : “Masalah yang kami hadapi dari diri kami biasanya dari orang tua saja. Orang tua selalu bilang kamu masih gadis, dari pada kamu mengajar tanpa menghasilkan uang lebih baik kamu membantu saya bekerja di ladang”
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil wawancara dengan responden ini, masalah yang dihadapi responden dari dirinya sendiri adalah pernyataan orang tua mereka yang masih mengukur pekerjaan itu dengan gaji sehingga dimata orang tua mereka pekerjaan sebagai pengajar PAUD tersebut tidak menjanjikan bagi masa depan mereka. Sementara sampai saat ini, pemerintah kabupaten ataupun kecamatan tidak memberikan bantuan kepada PAUD di Desa Namoriam sehingga pengajar belum bias digaji. Hal ini juga dikatakan oleh ketua pelaksana PAUD ketika di wawancarai. Pernyataan ketua pelaksana sebagai berikut : “Sudah lama kami meminta bantuan ke kantor kecamatan. Tapi, sampai saat ini belum ada kejelasan. Mereka lebih mengutamakan pembangunan jalan dari pada bantuan ke pendidikan” Hal diatas seharusnya tidak terjadi. Semestinya pihak kabupaten dengan program GMPP nya menyalurkan bantuan dana sebagai syarat mempercepat suksesnya program tersebut.
D. Data Peserta Didik PAUD di Desa Namoriam Tabel berikut akan membuat gambaran tentang usia anak yang belajar di PAUD : Tabel 15. Usia anak yang belajar di PAUD
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Usia anak 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun Jumlah
Frekuensi 0 0 2 6 5 17 30
Persen 0 0 6,7 20 16,6 56,7 100%
Sumber: Hasil penelitian 2008
Pada tabel 13 diatas dapat diketahui bahwa usia anak yang belajar di PAUD ada 30 orang. Dimana masing-masing anak memiliki usia yang berbeda-beda. Anak yang berusia 3 tahun sebanyak 2 orang (6,7%). Anak yang berusia 2 tahun ini lebih banyak belajar huruf dan angka. Anak yang berusia 4 tahun sebanyak 6 orang (20%), anak yang berusia 5 tahun sebanyak 5 orang (16,6%) dan anak yang berusia 17 tahun sebanyak 56,7 tahun. Anak yang
Universitas Sumatera Utara
berusia 4 sampai dengan 6 tahun ini adalah anak yang serius belajar dalam membaca dan menulis. Dari jumlah keseluruhan anak usia dini di Namoriam sebanyak 167 orang, namun hanya 30 orang yang belajar di PAUD. Hal ini disebabkan jarak yang jauh antar dusun yang satu dan yang lainnya, orang tua yang tidak dapat meluangkan waktunya untuk mengantar anaknya ke PAUD dan transportasi yang tidak memadai. Sehingga, peserta PAUD adalah anak-anak usia dini yang berada di sekitar lokasi PAUD. Tabel dibawah ini juga akan menggambarkan jumlah anak yang sering hadir mengikuti pelajaran PAUD di Desa Namoriam. Tabel 16. frekuensi anak yang hadir untuk belajar di PAUD Desa Namoriam
No. 1. 2. 3. 4.
Kategori Tidak Jarang Sering Selalu hadir Jumlah
Frekuensi 0 3 9 18 30
Persen 0 10 30 60 100%
Sumber : Hasil Penelitian 2008
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah anak yang selalu hadir mengikuti pelajaran di PAUD Desa Namoriam yaitu yang jarang hadir sebanyak 3 orang (10%), yang sering hadir mengikuti pelajaran sebanyak 9 orang (30%) sedangkan yang selalu hadir sebanyak 18 orang (60%).
Universitas Sumatera Utara
Berikut foto-foto kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Desa Namoriam Kec. Pancur Batu yaitu :
Gambar 1. Anak-anak PAUD di Desa Namoriam Gambar di atas adalah gambar anak-anak yang belajar di PAUD Desa Namoriam di depan gedung Desa Siaga Namoriam. Dimana letak gedung Desa Siaga tidak jauh dari balai Desa Namoriam.
Gambar 2. Anak belajar membaca
Universitas Sumatera Utara
Gambar di atas adalah gambar anak yang belajar membaca di Balai Desa Namoriam. Seorang petani perempuan mengajar beberapa orang anak membaca buku yang diberikannya.
Gambar 3. Kelompok A PAUD sedang menggambar
Gambar 4. Kelompok B PAUD sedang menggambar Gambar diatas menggambarkan salah satu kelompok anak yang sedang menggambar. Anak yang berjumlah 30 orang tersebut di bagi menjadi 5 kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 6 orang anak. Tiap kelompok di sebar ke tempat-tempat yang mereka sukai sendiri. Pelajaran menggambar ini biasanya dilakukan di luar ruang balai Desa. Biasanya anak-anak ditugaskan menggambar apa yang mereka lihat di sekitar desa. Hal ini dimaksudkan agar anak mengenal lingkungan desa mereka sendiri dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5. Buku bahan ajar PAUD Desa Namoriam Buku-buku yang menjadi pegangan petani perempuan untuk mengajar anak-anak usia dini di letakkan di Kantor Kepala Desa. Buku-buku ini diberikan oleh Dinas P&K setelah mereka memberikan pelatihan kepada petani perempuan yang mengajar anak-anak usia dini. Bukan hanya Dinas P&K saja yang memberikan buku-buku kepada pengajar di Desa Namoriam tetapi ada juga simpatisan yang menyalurkan bantuan berupa buku pelajaran untuk anak usia dini ke Desa Namoriam. Salah satu yang sering memberikan bantuan berupa buku adalah mahasisiwa yang datang berkunjung ke Desa ataupun yang melakukan penelitian di Desa. Buku-buku yang diberikan tidak harus baru tetapi bisa juga buku bekas yang masih bisa dimanfaatkan untuk menambah ilmu anak-anak.
Gambar 6. Seorang anak menunjukkan hasil karyanya Seorang anak yang bernama Imelda Br. Karo sekali yang belajar di PAUD Desa Namoriam menunjukkan hasil karyanya. Anak ini sudah belajar di PAUD selama 7 bulan.
Universitas Sumatera Utara
Dengan dicanangkannya program Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang
yaitu
Cerdas (Percepatan Rehabilitasi dan Apresiasi Sekolah) dan program GMPP (Gerakan Masyarakat Peduli Pendidikan) kepada masyarakat, memberikan dampak yang positif kepada masyarakat. Melalui program GMPP tersebut, pemerintah kabupaten melalui kecamatan memberikan arahan kepada kepala desa untuk membuka pendidikan bagi anak usia dini dimasing-masing desanya. Kepala Desa Namoriam menyampaikan arahan tersebut kepada Ibu PKK Desa Namoriam agar bersama-sama masyarakat mendirikan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) untuk mensuksesan program CERDAS dan GMPP. Sejak didirikannya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Desa Namoriam hingga saat ini telah mengalami banyak kemajuan. Hal ini tidak terlepas dari kerjasama yang baik antara aparat pemerintahan desa dengan masyarakat Desa Namoriam. Berbagi upaya dilakukan aparat pemerintahan desa untuk menghimbau masyarakat desa agar bersedia mengantarkan anaknya untuk di didik di PAUD desa Namoriam. Upaya yang dilakukan aparat pemerintahan desa Namoriam tersebut semata-mata untuk menanamkan pentingnya pendidikan bagi masa depan kepada masyarakat desa Namoriam. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dikeluarkannya pengumuman musyawarah desa untuk membicarakan pendirian PAUD di Desa Namoriam. Ibu PKK dan mayoritas petani perempuan desa Namoriam menunjukkan antusiasnya dengan bergabung untuk menjalankan misi sosial mereka yaitu memberi pendidikan kepada anak-anak usia dini. Dengan berbagai kendala dan pertimbangan yang tereksplorasi dari musyawarah desa tersebut, menghasilkan keputusan untuk mendirikan PAUD di Desa Namoriam beserta pengurus PAUD Desa Namoriam. Berdasarkan hal tersebut, maka
musyawarah desa
mempertimbangkan untuk mempersiapkan perangkat PAUD seperti anak usia dini yang akan belajar di PAUD, bahan ajar, alat tulis dan tempat pertemuan PAUD.
Universitas Sumatera Utara
Dalam memenuhi perangkat PAUD tersebut, kesulitan paling besar adalah mengupayakan tenaga pengajar PAUD di desa Namoriam. Hal ini disebabkan oleh petani perempuan yang diharapkan menjadi tenaga pengajar di PAUD masih terkendala untuk menjadi tenaga pengajar tetap PAUD. Kebanyakan dari petani perempuan tersebut harus bekerja di ladang untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga serta mengurus rumah tangga. Pertimbangan obyektif yang harus diambil adalah mengupayakan petani perempuan yang dapat meluangkan waktunya untuk mengajar di PAUD pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu dimulai pukul 16.00 hingga pukul 18.00 di setiap minggunya. Dari upaya gigih yang dilakukan, maka 13 petani perempuan yang belum menikah serta empat orang petani perempuan yang sudah menikah siap menjadi pengajar tetap di PAUD tersebut. Petani perempuan yang belum menikah yang bersedia mengajar di PAUD juga merupakan sebagai petani pada umumnya. Mereka tidak mengalami hal yang khusus, karena mereka juga harus bekerja di ladang orang tua mereka untuk membantu perekonomian keluarga serta membantu ibunya mengurus rumah tangga. Dari kondisi Petani perempuan seperti ini mereka dapat memiliki waktu luang untuk mengajar PAUD di Desa Namoriam. Petani perempuan yang mengajar PAUD di Desa Namoriam dan status mereka yang sudah menikah, juga tidak mengalami kekhususan. Mereka bekerja di ladang serta mengurus rumah tangga mereka. Namun melihat betapa pentingnya pendidikan bagi dirinya dan masa depan anak-anak tersebut, mereka bersedia meluangkan waktunya untuk mengajar di PAUD. Untuk mengatasi masalah ini, mereka mengembangkan pola kerja yang berbeda. Pada saat PAUD berlangsung di Desa Namoriam pada hari Jumat hingga Minggu, mereka bekerja di ladangnya hanya dari pukul 8.00 sampai dengan pukul 14.00. Dengan demikian mereka dapat mempersiapkan diri dan pekerjaan lainnya untuk dapat meluangkan waktu mengajar di PAUD.
Universitas Sumatera Utara
Dengan pola yang dikembangkan seperti ini, Petani perempuan tersebut berhasil mendapatkan pembagian waktu yang maksimal. Mereka tetap bekerja untuk membantu perekonomian keluarga serta dapat meluangkan waktunya untuk mengajar PAUD. Upaya yang dilakukan ini dapat mencegah suami Petani perempuan tersebut untuk tidak memberikan ijin lagi mengajar di PAUD. Petani perempuan yang mengajar PAUD ini mayoritas berusia 20-25 tahun. Dalam artian bahwa usia 20-25 tahun ini dapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan sifat anak usia dini. Penelitian yang dilakukan di PAUD desa Namoriam membuktikan bahwa usia 2025 tahun ini merupakan usia yang energik dan produktif. Usia yang energik dan produktif ini memberikan dampak yang positif bagi perkembangan anak usia dini dan PAUD di Desa Namoriam. Anak usia dini yang akif dan penuh dengan ekspresi ini seolah-olah dapat menemukan lingkungannya dengan PAUD yang memiliki pengajar yang energik dan produktif ini. Hal ini akan mendekatkan anak usia dini kepada pengajar PAUD di Desa Namoriam. Pendidikan petani perempuan yang mengajar PAUD di Desa Namoriam memang didominasi oleh tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini juga dipengaruhi oleh budaya yang ada di dalam masyarakat Desa Namoriam. Mayoritas masyarakat Desa Namoriam masih menganggap pendidikan untuk anak perempuan sudah cukup hingga mengenyam pendidikan tingkat SMA. Oleh karena itu kualitas pengajar PAUD yang ada di Desa Namoriam ini tertinggi adalah tamatan SMA. Pendidikan petani perempuan yang mengajar PAUD ini, walaupun hanya tamatan SMA kualitasnya ternyata mampu memberikan pengajaran yang maksimal bagi pola pengajaran PAUD di Desa Namoriam. Selain pola pengajaran PAUD yang sederhana dan banyak diisi dengan bermain ini, mereka juga pernah dibekali Dinas P&K Kecamatan Pancur Batu tentang pengenalan dan metode pengajaran PAUD. Sehingga metode PAUD yang
Universitas Sumatera Utara
mereka kembangkan adalah menjadikan petani perempuan tersebut sebagai pengasuh pengganti orang tua, membimbing dan membelajarkan anak melalui pembelajaran, latihanlatihan dan permainan yang edukatif. Sebagai pengasuh pengganti orang tua, petani perempuan tersebut menjadi figur orang tua anak usia dini di PAUD. Petani perempuan akan berperan memberikan kenyamanan kepada anak usia dini dalam mengikuti PAUD ini. Upaya ini akan memudahkan interaksi antara petani perempuan terhadap anak usia dini tersebut. Kenyamanan yang diberikan petani perempuan terhadap anak usia dini ini akan mempermudah anak usia dini dalam mengikuti seluruh kegiatan yang ada di PAUD. Anak usia dini dapat secara leluasa tanpa dibebani ketakutan dalam mengekspresikan dirinya dan mengembangkan bakatnya. Anak usia dini akan merasa lingkungan PAUD ini menjadi rumah mereka berikutnya, selain bersama kedua orang tuanya. Kenyamanan yang diberikan oleh Petani perempuan ini akan mempermudah mereka untuk dapat membimbing anak usia dini untuk memahami pelajaran yang diberikan dan melatihnya mengembangkan talenta yang dimiliki anak usia dini. Petani perempuan akan membantu memecahkan kebuntuan anak usia dini mengaktualisasikan dirinya dalam mencoba bereksperimen dalam mempelajari pengajaran PAUD yang diberikan, baik melalui permainan dan latihan-latihan. Latihan-latihan yang diberikan kepada anak usia dini mengarahkan mereka untuk dapat mamahami dan merekam materi-materi pengajaran PAUD yang diberikan. Selain daripada hal tersebut, bagi petani perempuan latihan ini akan menjadi bahan evaluasi dalam melihat perkembangan anak usia dini serta materi PAUD yang diberikan. Petani perempuan akan dapat tetap mengembangkan pola-pola didikan PAUD melalui hasil latihan ini, sehingga dapat memajukan kualitas pengajaran pAUD di Desa Namoriam.
Universitas Sumatera Utara
Selain pola yang dikembangkan untuk menyelenggarakan PAUD di desa Namoriam, petani perempuan memberikan pelajaran Membaca, Menulis, Berhitung, Menggambar, Bahasa Inggris serta pelajaran tata krama.materi pelajaran yang diberikan dalam PAUD ini disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak usia dini serta kemampuan petani perempuan yang mengajar PAUD. Materi membaca yang diberikan adalah pengenalan huruf dan contoh kata yang sederhana. Anak usia dini akan melafalkan dan merekam gambar-gambar huruf yang ditunjukkan oleh petani perempuan tersebut. Selanjutnya anak usia dini akan diajarkan katakata yang sederana sebagai bentuk penggambungan huruf-huruf yang dijarkan. Sebagai contoh, petani perempuan akan menunjukkan gambar bola dan menuliskan huruf yang ada pada kata bola, lalu secara perlahan anak usia dini akan mencoba melafalkan dan merekam pelajaran ini. Pelajaran menulis merupakan kesatuan dengan pelajaran membaca. Setelah anak usia dini mampu melafalkan dan membaca huruf, maka pelajaran selajutnya adalah bagaimana anak usia dini mampu menuliskannya. Pada awalnya anak usia dini akan dikenalkan dengan alat tulis dan latihan dasar dalam menulis. Mereka akan mencoba menulisbentuk bentuk sedehana seperti bulat, garis dan sebagainya. Pelajaran lainnya seperti berhitung akan mengenalkan anak usia dini dengan angka dan operasi penjumlahannya. Petani perempuan akan mengunakan alat bantu seperti jari tangan hingga lidi untuk membantu anak usia dini dalam menghitung penjumlahan yang diberikan. Dengan metode ini anak usia dini akan mampu untuk mengingat dan memahami plajaran yang diterimanya. Pelajaran menggambar memberikan pengenalan anak usia dini terhadap warna, bentuk benda dan mampu mengkombinasikannya secara baik. Menggambar juga akan
Universitas Sumatera Utara
mampu menjadi media anak-anak untuk mengekspresikan pikiran dan imajinasinya yang dapat membantu mengembangkan pola berpikir dan bakanya. Petani perempuan dalam memberikan pelajaran menggambar ini menggunakan bantuan contoh gambar yang berpola sederhana serta anak usia dini pernah melihatnya. Anak usia dini akan mencoba meniru dan mewarnai gamar yang dibagikan kepada mereka. Metodeseperti ini akan merangsang anak usia dini untuk mengambar hal-hal lain yang ada di sekelilingnya. Pelajaran Bahasa Inggris yang diajarkan kepada anak usia dini adalah pelajaran Bahasa Inggris dasar. Pelajaran yang mereka ajarkan seperti membaca huruf A sampai Z dan membaca angka 1 sampai 10 dengan menggunakan Bahasa Inggris. Untuk mempermudah anak-anak mengingat pelajaran tersebut, biasanya petani perempuan menjadikan huruf-huruf tersebut menjadi syair lagu dan dinyanyikan dengan Bahasa Inggris. Dengan melagukan huruf-huruf tersebut dalam Bahasa Inggris, anak-anak akan semakin cepat mengingatnya. Dengan belajar seperti metode ini akan menjadikan anak usia dini memperagakan ataupun mempraktekkan lagu tersebut dimanapun anak-anak itu menginginkannya sehingga anak-anak tersebut bernyanyi sambil menghapal. Dari beberapa materi yang diberikan, pelajaran bermain merupakan pelajaran yang paling banyak digemari oleh anak usia dini. Dalam PAUD, bermain bahkan mendapat frekuensi yang paling banyak diantara materi lainnya. bermain termasuk salah satu bagian dari pelajaran. Disamping untuk mengurangi kejenuhan anak terhadap pelajaran yang terlalu formal dan membosankan, bermain membantu anak untuk mudah mengingat pelajarannya. Anak-anak biasanya bermain dengan bernyanyi sambil memperagakan gerakangerakan pendukung lagu. Misalnya lagu “dua mata saya, hidung saya satu, satu mulut saya tidak berhenti makan”. Dalam menyanyikan lagu tersebut anak-anak menunjuk organ tubuh yang ada tertulis dalam lirik lagu.
Universitas Sumatera Utara
Tata krama termasuk dalam pelajaran anak-anak sejak usia dini di Desa Namoriam. Disamping Desa tersebut masih kental dengan budaya dan adat istiadat, orang tua anak-anak tersebut kurang memiliki waktu luang untuk mengajarkan anak mereka tentang tata krama. Hal ini disebabkan karena orang tua selalu sibuk di ladang selama satu harian. Dengan kondisi yang sangat sibuk diladang tersebut, orang tua selalu membiarkan anak-anak mereka bersama teman-temannya atau kakak atau abangnya bermain-main di sekitar lingkungan mereka. Harapannya dengan adanya pelajaran tata krama ini, anak-anak tumbuh dengan baik dan mudah-mudahan sampai sekolah nantinya mereka tetap tumbuh menjadi anak yang baik dan sopan. Selain pola dan materi pelajaran yang diberikan Banyak kesulitan yang dihadapi petani perempuan dalam menyelengarakan PAUD di Desa Namoriam. Penduduk Desa Namoriam yang baru mengenal konsep PAUD, masih belum dapat memberikan kepercayaan kepada petani perempuan yang mengajar di PAUD untuk mendidik dan membimbing anak mereka. Disamping alasan ini, orang tua anak yang menghabiskan waktunya seharian penuh untuk
bekerja diladang, tidak dapat mengantarkan anaknya ke PAUD. Kondisi ini
diletarbelakngi oleh jarak yang jauh antara PAUD dengan perladangan dan dusun lainnya di Desa Namoriam. Hambatan lainnya yang dihadapi oleh petani perempuan tersebut adalah persoalan tempat pertemuan PAUD.. Hal ini disebabkan oleh pernyelengaran PAUD yang dilaksanakan di Balai Desa Namoriam, sehingga ketika Balai Desa digunakan untuk acara adat dan kegiatan masyarakat lainnya maka PAUD diliburkan. Selain itu, dengan kondisi PAUD yang berada di Balai Desa bentuknya tidak seperti ruangan kelas melainkan ruang terbuka. Sehingga, mengganggu kenyamanan dan terkadang membuat anak-anak tidak fokus dalam mengikuti kegiatan PAUD.
Universitas Sumatera Utara
Namun masalah yang muncul seiring dengan perkembangan PAUD, adalah masalah yang dihadapi petani perempuan dari lingkungan terdekat mereka di rumah orang tua petani perempuan yang mengajar PAUD ini masih mengukur pekerjaan seseorang dengan tinggi rendahnya gaji, sehingga dimata orang tua mereka pekerjaan sebagai pengajar PAUD tersebut tidak menjanjikan bagi masa depan mereka. Petani perempuan tersebut memang tidak diberikan gaji pokok setiap mengajar PAUD. Terkadang hanya inisiatif orang tua anak usia dini saja memberikan ucapan terima kasih. Ucapan inisiatif inipun tidak selalu ada disetiap bulannya. Namun hal ini tidak mematahkan semangat petani perempuan tersebut untuk tetap mengajar di PAUD. Mereka tetap menyupayakan agar PAUD di Desa Namoriam tetap berdiri untuk meningkatkan
pendidikan anak-anak Desa Namoriam. Untuk itulah petani perempuan
mengabdikan dirinya untuk mendidik anak-anak desa sesuai kemampuan mereka dan berupaya memberikan yang terbaik untuk anak-anak desa. Dari gambar-gambar kegiatan Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam, jelas terlihat hasil kerja keras petani perempuan dalam mendidik anak. Bantuan berupa buku dari Dinas P&K dan mahasiswa yang datang berkunjung ke Desa Namoriam, digunakan sebaik-baiknya oleh petani perempuan dalam mendidik dan mengajarkan anak. Buku-buku bekas ternyata berguna bagi anak-anak desa, hal ini terbukti dengan semangatnya anak-anak desa membaca buku walaupun buku tersebut sudah sedikit rusak dan usang. Perlengkapan belajar yang masih minim dan tradisional tidak menjadi hambatan yang dapat menghalangi petani perempuan dalam mendidik dan mengajar anak-anak usia dini. Jumlah anak yang belajar di PAUD desa Namoriam adalah salah satu bukti keberhasilan petani perempuan menghimpun anak-anak usia dini serta menyadarkan orang tua tentang arti pendidikan. Dari data penelitian ini terdapat 30 anak usia dini yang tercatat sebagai peserta PAUD di Desa Namoriam. Jumlah yang tidak dapat dikatakan sedikit dan hal
Universitas Sumatera Utara
yang biasa. Disamping hal tersebut, Petani perempuan berhasil menyadarkan orang tua anak bahwa mereka bisa mengajar walaupun mereka bukan berpendidikan yang tinggi dan hanya petani biasa. Gambar wajah anak yang senang dan ceria dalam mengikuti pelajaran dan semangat anak saat mengikuti pelajaran mencerminkan bahwa petani perempuan dapat berbaur dengan anak dan dapat menjadi sosok ibu dalam melatih dan membimbing anak dan sebagai sosok seorang teman bagi anak dalam bermain dan sosok pengajar yang baik dalam menyampaikan pelajaran kepada anak. Anak-anak PAUD Desa Namoriam merasa tidak bosan dalam mengikuti pelajaran di PAUD. Mereka belajar dan bermain layaknya seperti di rumah sendiri dan bermain bersama orang tua sendiri, walaupun kenyataannya mereka di didik oleh petani perempuan yang bukan ibu mereka. Belajar sambil bermain merupakan kunci utama petani perempuan untuk mendidik anak agar tidak mudah jenuh dalam mengikuti pelajaran. Banyak hal yang kita anggap tidak akan mungkin terjadi, tapi kenyataan membuktikan terjadi. Pemerintahan kabupaten juga tidak menyangka jumlah anak yang belajar di PAUD Desa Namoriam begitu banyak. Petani perempuan yang mengajar di PAUD Desa Namoriam patut dihargai jerih payahnya. Perempuan yang hanya bertani dan tidak berpendidikan tinggi, dapat mengumpulkan jumlah anak yang banyak untuk belajar. Kerjasama antara aparat pemerintahan desa dengan masyarakat dan petani perempuan sebagai pengajar sangat baik. Kemungkinan yang tidak akan terjadi menurut benak kita, kini telah terbukti. Banyaknya masyarakat yang beranggapan bahwa petani perempuan tidak mampu mengajar karena pendidikan mereka masih minim dan mereka hanya seorang petani biasa yang tidak akan memiliki waktu untuk mengajar, ternyata terbukti dengan Pelaksanaan PAUD yang berada di Desa Namoriam. PAUD di Desa Namoriam merupakan jawaban dari ketidakmungkinan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, setelah melihat masalah, mengamati dan penelitian atas Peran Petani Perempuan dalam Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam, Pancur Batu, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pendidikan Anak Usia Dini yang dilaksanakan di Desa Namoriam adalah merupakan pendidikan dasar yang harus dimiliki anak sebelum ke jenjang Sekolah Dasar. Adapun pendidikan yang diberikan PAUD kepada anak sebelum memasuki bangku Sekolah Dasar seperti Membaca, Menulis, Berhitung, Menggambar, ,Bahasa Inggris, Bermain dan belajar Tata krama. 2. Dalam pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini melalui jalur nonformal, petani perempuan berperan sebagai pengasuh pengganti orang tua anak, pembimbing, serta melatih dan membelajarkan anak serta memberikan materi pelajaran Berhitung, Membaca, Bahasa Inggris, menulis, menggambar, tata krama, dan bermain. 3. Dilihat dari proses belajar dan mengajar, petani perempuan terlihat efektif dan cara menyampaikan pelajaran kepada anak-anak optimal. Hal ini terbukti dari materi pelajaran yang disampaikan kepada anak berguna untuk mengembangkan segenap potensi anak usia dini secara optimal, serta menanamkan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan di dalam masyarakat, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar anak dan mengembangkan motivasi dan sikap belajar anak yang positif. 4. Dengan dilaksanakannya PAUD dan usaha petani perempuan untuk menyampaikan tujuan dan manfaat PAUD kepada masyarakat merubah pemikiran masyarakat yang terbelakang menjadi lebih baik tentang arti pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
5. Pendidikan dan pengajaran yang diberikan petani perempuan kepada anak bersifat santai tapi tidak menyimpang dari tujuan dan manfaat PAUD itu sendiri. Dengan cara belajar yang santai, membuat anak tidak mudah bosan ataupun jenuh dalam mengikuti pelajaran. 6. Pendidikan yang diberikan petani perempuan dilakukan atas pendekatan kekeluargaan, sehingga proses pemberian pendidikan terasa akrab, tidak seperti belajar dengan orang yang tidak dikenal tapi seperti ibu yang belajar dengan anaknya.
B. Saran-saran 1. Dalam pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam hendaknya di bagi ke beberapa dusun. Dengan kata lain, tiap dusun memiliki PAUD agar semua anak dapat merasakan belajar bersama. Dengan cara seperti itu, jarak yang jauh antara rumah dan kelas PAUD tidak menjadi salah satu masalah dan alas an mengapa orang tua tidak mengantar anaknya untuk belajar di kelas PAUD.
Universitas Sumatera Utara
2. Perlu ditambahnya tenaga pendidik agar kelas PAUD dapat disebarkan ke beberapa dusun. 3. Perlu diadakan spesialisasi kerja yang baik agar kualitas makin baik. 4. Perlu diupayakan ruangan khusus supaya anak dapat belajar dengan nyaman dan lebih fokus. 5. Melakukan kerjasama dengan pihak-pihak yang dapat memberikan dana ataupun bantuan lainnya agar pelaksanaan PAUD tidak terkendala dengan kebutuhan-kebutuhan pokoknya. 6. Mengadakan musyawarah sesering mungkin dengan masyarakat agar masyarakat semakin mengerti tujuan dan manfaat PAUD dan orang tua pengajar tidak menjadi penghalang bagi pengajar dalam melaksanakan tugasnya.
Universitas Sumatera Utara