BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 s.d 20 September 2011 di Taman hutan raya R. Soerjo yang terletak di Kota Batu, Provinsi Jawa Timur (Gambar 1). Akses untuk menuju ke lokasi Tahura R. Soerjo dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan motor roda dua maupun kendaraan roda empat atau lebih dari kota/kabupaten malang kemudian ke kota batu yang selanjutnya menuju ke Desa Sumber brantas. Jarak yang ditempuh dari kota/kab. Malang menuju ke lokasi Tahura R. Soerjo ± 38 km. 3.2
Bahan dan Alat Penelitian Kegiatan penelitian ini menggunakan bahan dan alat yaitu :
1.
Kamera : digunakan untuk dokumentasi penelitian seperti foto spesies-spesies tumbuhan yang ada di lokasi penelitian.
2.
Kertas koran : alat untuk membungkus spesies tumbuhan yang akan dibuat herbariumnya.
3.
Kantong plastik : alat untuk membungkus spesies herbarium yang sebelumnya telah di bungkus menggunakan koran koran.
4.
Tally sheet : daftar data yang akan dicari pada saat dilakukan penelitian/pengambilan data.
5.
Meteran gulung : alat yang digunakan untuk mengukur tali tambang
6.
Haga : alat yang digunakan untuk mengukur tinggi pohon.
7.
Kompas : alat yang digunakan untuk menentukan arah jalur dibuatnya petak/plot penilitian.
8.
Tali tambang : alat yang digunakan untuk membuat jalur dan plot penelitian.
9.
Meteran jahit : alat yang digunakan untuk mengukur keliling batang pohon yang berada di dalam plot penelitian.
10. Label gantung : alat yang digunakan untuk memberikan label pada spesies tumbuhan yang akan dibuat herbarium.
13
11. Gunting : alat yang digunakan untuk memotong spesies tumbuhan yang akan dijadikan herbarium. 12. Selotip dan double tip : alat yang digunakan untuk menempelkan tulisan berisi tanda batas antara plot-plot kecil yang berukuran 2m x 2m, 5 m x 5 m, 10 m x 10 m, dan 20 m x 20 m sehingga dapat mempermudah melihat batas antar plot pada saat dilakukan penelitian. 13. Alkohol 70% : digunakan untuk mengawetkan spesies tumbuhan yang akan dijadikan herbarium agar tidak cepat busuk atau rusak struktur tumbuhannya. 14. Alat tulis : digunakan untuk mencatat data-data yang berkaitan dengan penelitian. 15. Komputer beserta perlengkapannya : digunakan untuk mengolah data yang telah didapat dari penelitian dan digunakan untuk proses penyusunan skripsi.
3.3
Jenis Data yang Dikumpulkan Data yang dikumpulkan adalah potensi tumbuhan berguna yang ada di
Taman Hutan Raya R. Soerjo meliputi nama spesies lokal dan nama ilmiah, famili, habitus, dan kegunaan. Data pendukung yang dikumpulkan yaitu kondisi umum lokasi penelitian meliputi sejarah kawasan, letak dan luas, geologi dan tanah, topografi, iklim, vegetasi dan satwa.
3.4
Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data yang dikumpulkan 3.4.1.1 Komposisi dan keanekaragaman tumbuhan Kegiatan pengambilan data tumbuhan dilakukan dengan cara analisis vegetasi menggunakan metode kombinasi jalur dan garis berpetak. Ukuran jalur 20 m x 200 m sebanyak 10 buah dengan arah memotong garis kontur. Penentuan jalur dilakukan dengan cara systematic sampling yaitu penentuan jalur yang dilakukan secara sistematik dengan jarak antara jalur satu dengan yang lainnya sepanjang 100 m. Kemudian jalur dibagi menjadi petak ukur yang berukuran 20 m x 20 m (Gambar 2).
Tahura R. Soerjo
Sumber : http//www.dephut.go.id/index.php?q=id/node/1311
Gambar 1 Peta kawasan hutan di Provinsi Jawa Timur dan lokasi Taman hutan raya R. Soerjo.
14
15
20 m
c
d
b a a
d
b
10 m
c
Gambar 2 Desain plot contoh dalam analisis vegetasi dengan menggunakan metode kombinasi jalur berpetak. Data yang dikumpulkan meliputi nama spesies, jumlah individu setiap spesies untuk tingkat semai dan pancang sedangkan untuk tingkat tiang dan pohon yaitu nama spesies, jumlah individu, dan diameter batang. Tumbuhan dikatakan semai apabila tinggi < 1,5 m dan diameter < 3 cm dengan petak ukur 2 m x 2 m (a), tingkat pancang tinggi > 1,5 m dan diameter < 10 cm diukur dengan petak ukur berukuran 5 m x 5 m (b), tingkat tiang memiliki diameter 10 cm - < 20 cm diukur dengan petak ukur berukuran 10 m x 10 m (c), dan tingkat pohon memiliki diameter ≥ 20 cm diukur dengan petak ukur berukuran 20 m x 20 m (d). Ukuran petak untuk masing tingkat pertumbuhan dapat dilihat pada Gambar 1.
3.4.1.2 Pembuatan herbarium Herbarium adalah koleksi spesimen tumbuhan yang terdiri dari bagianbagian tumbuhan (ranting lengkap dengan daun, kuncup yang utuh, serta kalau ada bunga dan buahnya). Tujuan dibuatnya herbarium adalah untuk memudahkan identifikasi dari spesies yang belum dapat diketahui. Pembuatan herbarium dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Mengumpulkan contoh-contoh herbarium dengan panjang maksimal 40 cm. 2) Memberikan label pada spesimen herbarium tersebut. Label gantung berisi keterangan tentang nomor spesies, tanggal pengambilan, nama lokal, lokasi pengumpulan, dan nama pengumpul/kolektor.
16
3) Spesimen herbarium tersebut dimasukkan ke dalam kertas koran lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik dan disemprot dengan menggunakan alkohol 70%. 4) Spesimen herbarium tersebut dibawa dan dikeringkan dengan menggunakan panas matahari. 5) Spesimen herbarium yang sudah kering diidentifikasi nama ilmiahnya oleh praktisi dari Herbarium Bogoriense yaitu Bapak Ismail.
3.4.1.3 Identifikasi spesies tumbuhan berguna Proses identifikasi spesies-spesies tumbuhan berguna dikerjakan dengan melakukan cek silang dengan berbagai literatur/buku, antara lain: Heyne (1987) dan Lemmens & Soetjipto (1999). Data-data yang dikumpulkan dari masingmasing spesies tumbuhan pada setiap lokasi meliputi : nama lokal, nama ilmiah, famili, kegunaan, dan bagian yang digunakan.
3.4.1.4 Kondisi umum kawasan Pengumpulan data berupa kondisi umum lokasi penelitian dilakukan dengan studi pustaka atau studi literatur. Kegiatan pengumpulan data dilakukan di kantor Balai Taman Hutan Raya R. Soerjo. Data yang dikumpulkan meliputi sejarah kawasan, letak dan luas, geologi dan tanah, topografi, iklim, vegetasi dan satwa.
3.4.2 Analisis Data 3.4.2.1 Indeks Nilai Penting (INP) Menurut Soerianegara dan Indrawan (1998) untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi, maka pada masing-masing petak ukur dilakukan analisis kerapatan, frekuensi, dan dominansi untuk setiap jenis tumbuhan. Nilai INP (Indeks Nilai Penting) merupakan parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi/tingkat penguasaan (Mukrimin 2011). Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut : - Kerapatan (K) (Ind/ha) K=
Frekuensi (F) F=
17
-
Dominansi (D)
-
D= -
FR =
Kerapatan Relatif (KR)
-
KR = -
Frekuensi Relatif (FR )
Dominansi Relatif (DR)
DR=
Indeks Nilai Penting (INP) untuk tingkat pancang, semai, dan tumbuhan bawah adalah KR + FR Indeks Nilai Penting (INP) untuk tingkat tiang dan pohon adalah KR + FR + DR
3.4.2.2 Tingkat keanekaragaman spesies Menurut Odum (1998) diacu dalam Abdiyani (2008) untuk menghitung tingkat keanekaragaman spesies digunakan Shannon-wienner index ( H’ ) dengan persamaannya sebagai berikut : H' =
Keterangan :
dimana pi = ni / N
H’ N Ni
: Indeks keanekaragaman spesies : Total INP seluruh spesies : INP suatu spesies
3.4.3.3 Tingkat kemerataan Spesies Untuk menghitung tingkat kemerataan individu di dalam spesies digunakan indeks kemertaan spesies Evenness (E). Indeks kemerataan ini menunjukkan penyebaran individu di dalam spesies. Menurut Ludwig dan Reynolds (1988) indeks ini dapat dihitung dengan rumus : E=
Keterangan : E = Indeks kemerataan spesies H’= Indeks Shannon S = Jumlah Spesies
3.4.2.4 Persentase habitus
Habitus atau perawakan tumbuhan meliputi: pohon, liana, semak dan herba. Rumus yang digunakan dalam menghitung persentase habitus, yaitu sebagai berikut : Persentase habitus tertentu =
18
3.4.2.5 Persentase potensi tumbuhan berguna Potensi tumbuhan berguna dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Persentase potensi tumbuhan berguna =