BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Pembelajaran
tindakan Problem
kelas
yang
Solving
untuk
berjudul
“Penerapan
Meningkatkan
Model
Kemampuan
Menyelesaikan Soal Cerita tentang Pecahan pada Siswa Kelas V SDN 1 Krakal Tahun Ajaran 2015/2016” ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Krakal yang berada di Jl. Indrakila 98, RT 02/RW 03 Dukuh Krajan, Desa Krakal, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen. Ditinjau dari segi geografis, sebelah timur SD merupakan jalan utama untuk akses kendaran, sebelah selatan berbatasan dengan rumah warga kemudian masjid, sebelah barat lahan pertanian dan sebelah utara rumah warga. SD tersebut merupakan salah satu sekolah di kecamatan Alian yang memiliki kondisi bangunan yang cukup baik yang memiliki 6 ruang kelas, 4 WC siswa, 1 Kantin, 1 ruang UKS, 1 ruang kesenian, 1 ruang guru, 1 ruang kepala sekolah, 1 mushola,1 dapur, 2 WC guru, 1 Perpustakaan, dan 1 lapangan takraw. Pemilihan SD ini sebagai lokasi penelitian dikarenakan beberapa alasan, diantaranya dari pihak sekolah mudah untuk diajak berkomunikasi dan banyak memberi kesempatan bagi peneliti untuk mengembangkan potensi diri di sekolah tersebut. Hal tersebut menjadi modal utama dalam penelitian ini dikarenakan peneliti tidak terlibat dalam proses pelaksanaan secara langsung, sehingga perlu adanya kerjasama yang baik antara guru kelas dengan peneliti agar prosedur penelitian dapat berjalan sesuai yang diharapkan.
32
33
2. Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian yaitu pada semester II tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan jadwal penelitian yang sudah disusun. Hal ini dilakukan agar penelitian yang dilakukan dapat berlangsung secara sistematis, efisien, dan efektif. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama delapan bulan yang dimulai pada bulan November 2015 dan diakhiri pada bulan Juni 2016. Penelitian ini terdapat tiga tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, serta analisis data dan pelaporan dengan pengaturan jadwal sebagai berikut. a. Perencanaan Pada tahap perencanaan dilaksanakan selama 3 bulan pada bulan November hingga Februari. Peneliti mempersiapkan hal-hal berikut: (1) meminta izin kepada pihak SD untuk melakukan observasi; (2) merancang dan mengajukan judul skripsi; (3) melakukan diskusi dengan guru kelas untuk kerjasama dan melaksanakan tindakan; (4) menyusun proposal; (5) menyiapkan perangkat pembelajaran berupa instrumen penelitian; (6) diakhiri dengan seminar proposal pada minggu keempat bulan Februari. b. Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan dilaksanakan pada minggu ke-3 bulan Maret dan diakhiri pada minggu ke-2 bulan April. Peneliti melaksanakan hal-hal berikut: (1) pelaksanaan siklus I dilaksanakan 2 pertemuan pada tanggal 23 dan 27 Maret 2016; (2) pada siklus II dilaksanakan 2 pertemuan pada tanggal 2 dan 6 April 2016 (3) diakhiri pada siklus III yang dilaksanakan 2 pertemuan pada tanggal 10 dan 14 April 2016. c. Analisis data dan pelaporan Analisis data dilaksanakan selama melaksanakan penelitian yaitu pada bulan April hingga bulan Mei yang disertai dengan penyusunan skripsi. Pada tahap pelaporan yang meliputi: ujian, revisi, dan penggandaan laporan dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2016.
34
B. Pendekatan Penelitian Pendekatann penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Arikunto (2013: 130) menyatakan bahwa ada tiga pengertian yang dapat dijelaskan dalam PTK yaitu: 1.
Penelitian merupakan kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2.
Tindakan merupakan sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
3.
Kelas adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian
tindakan kelas adalah kegiatan mencermati suatu objek berupa sekelompok siswa dalam menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Penelitian ini merupakan penelitian kolaborasi yang dilakukan oleh mahasiswa sebagai peneliti dan guru kelas V SD Negeri 1 Krakal sebagai pelaksana tindakan.
C. Subjek Penelitian Subjek penelitian merupakan sasaran yang dijadikan pokok pembicaraan dalam penelitian tindakan kelas (Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2008: 24).Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas V SDN 1 Krakal tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 32 siswa yang terdiri atas 16 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Mereka memiliki karakteristik individual yang berbeda-beda. Orang tua mereka mayoritas bekerja sebagai petani dan buruh meskipun terdapat beberapa yang bekerja sebagai PNS. Perhatian orang tua terhadap siswa kurang baik sehingga mengakibatkan kurang maksimalnya hasil belajar siswa.
35
D. Data dan Sumber Data 1.
Data Arikunto (2013: 161) menjelaskan bahwa “data merupakan hasil pencatatan peneliti, dapat berupa angka ataupun fakta”. Selanjutnya, Sugiyono (2013: 193) mengemukakan bahwa, Data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber data. Data primer pada penelitian ini adalah data yang diambil dari seluruh kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa melalui penggunaan model Problem Solving Learning (PSL); (2) data sekunder, yaitu data yang tidak langsung diperoleh dari sumber data berupa data yang dibutuhkan. Data sekunder dari penelitian ini adalah data yang diperoleh dari guru tentang data siswa kelas V dan daftar nilai. Data yang akan digunakan pada penelitian ini ada dua yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa penerapan model problem solving dalam peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita tentang pecahan. Sedangkan data kuantitatif yaitu nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika tentang soal cerita pecahan.
2.
Sumber Data Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah data yang tepat dan relevan. Sumber data dalam penelitian ini adalah: a. Siswa Siswa yang dimaksud adalah siswa kelas V SDN 1 Krakal Tahun Ajaran 2015/2016. Data ini berupa seluruh kegiatan pembelajaran yaitu tentang penggunaan model Problem Solving Learning (PSL). Data dari siswa tersebut diperoleh melalui observasi, wawancara, dan tes. b. Guru Guru yang dijadikan sumber data pada penelitian ini yaitu guru kelas V SDN 1 Krakal. Data yang berasal dari guru kelas V yaitu informasiinformasi yang berkaitan dengan proses pembelajaran serta informasi-
36
informasi yang berkaitan dengan siswa kelas V SDN 1 Krakal, yang mencakup tentang latar belakang siswa, perkembangan belajar siswa, serta data-data lain yang diperlukan peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini. Data tersebut didapat melalui catatan lapangan, observasi, dan wawancara. c. Dokumen Sumber data yang berupa dokumen dalam penelitian tindakan kelas ini adalah semua arsip yang berkaitan dengan penelitian dan siswa. Misalnya buku daftar nilai, buku rapor, dan juga buku tentang catatan kelakuan siswa. Dokumen ini berfungsi untuk mengetahui keadaan siswa, sehingga peneliti memiliki acuan dalam penelitian yang akan dilakukan.
E. Pengumpulan Data 1.
Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, akan digunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik tes, observasi, dan wawancara. a. Teknik Tes Sanjaya (2013: 99) mengemukakan “Tes merupakan instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi pembelajaran”. Senada dengan pernyataan Sanjaya, Arikunto (2013: 193) mengemukakan bahwa “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, dan bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah instrumen untuk mengukur kemampuan siswa dalam hal keterampilan, pengetahuan, intelegensi, dan bakatdengan menggunaanserentetan pertanyaan, latihan atau alat lainnya. Penelitian ini menggunakan tes untuk mengukur hasil belajar pada masing-masing pertemuan dalam setiap siklusnya. Instrumen tes dalam
37
penelitian ini berupa tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda atau isian yang terletak pada RPP dan dilaksanakan oleh guru terhadap siswa. b. Observasi Arikunto (2013: 199) berpendapat, “Observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera”. Sejalan dengan pendapat Arikunto, Padmono (2009: 20) menyatakan “Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara teliti tentang aspek-aspek yang diamati”. Data yang diambil dengan metode observasi ini berupa aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran dan aktivitas pelaksanaan tindakan yang dilakukan guru saat pembelajaran. Observasi dalam penelitian ini akan dilaksanakan terhadap siswa dan terhadap guru agar observasi dapat menghasilkan data yang valid.
c. Wawancara Menurut Arifin (2011: 157) wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-tes yang dilakukan melalui percakapan atau tanya jawab, baik secara langsung ataupun tidak langsung untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Memperjelas pendapat Arifin, Sugiyono (2009: 137) mengatakan bahwa wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Wawancara
dilaksanakan
pada
guru
dan
siswa
saat
selesainya
pembelajaran sebagai pendukung hasil observasi untuk memperoleh pendapat, saran, maupun kritikan mengenai pengamatan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan d. Dokumentasi Menurut Arikunto (2013: 274) teknik dokumentasi merupakan metode mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,
38
agenda, dan sebagainya. Sejalan dengan pendapat Arikunto, Sugiyono (2009: 240) menjelaskan, “Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang”. Dokumentasi digunakan sebagai pelengkap, pendukung, dan penguat data yang lain. Dokumen yang diperlukan dalam penelitian meliputi daftar nilai, instrumen pembelajaran (Silabus dan RPP mata pelajaran Matematika tentang soal cerita pecahan kelas V), serta seluruh kegiatan proses pembelajaran melalui penggunaan model pembelajaran Problem Solving.
2.
Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a.
Lembar Observasi Lembar observasi yaitu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dari kegiatan observasi yang diperoleh dari skenario pembelajaran. Lembar observasi digunakan untuk mendapatkan data tentang penerapan model pembelajaran problem solving dengan media dakon. Lembar observasi ini akan diisi oleh peneliti dan observer dengan mengamati guru dan siswa saat pembelajaran berlangsung. Penerapan model pembelajaran problem solving terlihat dalam jumlah skor yang dicapai dalam merespon instrumen. Instrumen dalam lembar observasi berbentuk rating scale yang dijabarkan dalam bentuk skala penskoran 1-4, masing-masing skor memiliki deskriptor. Persentase tersebut kemudian nantinya dijadikan indikator pelaksanaan. Aspek-aspek yang diamati dalam observasi tersebut adalah: 1) Langkah pelaksanaan model pembelajran problem solving oleh guru (observasi terhadap kegiatan guru) 2) Pelaksanaan model pembelajran problem solving terhadap siswa (observasi terhadap kegiatan siswa)
39
b. Lembar Wawancara Wawancara dilakukan menggunakan pedoman wawancara yang terdapat pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada responden untuk mengetahui informasi guna memperjelas suatu permasalahan. Pedoman wawancara ini disusun untuk mengetahui respon guru dan siswa dalam penggunaan model problem solving pada pembelajaran matematika tentang soal cerita pecahan. c. Peralatan fotografi atau video shoting Peralatan fotografi atau video shoting berupa alat untuk mengambil video dan gambar saat pembelajaran menggunakan model problem solving. Berdasarkan teknik pengumpuan data yang digunakan dalam penelitian, adapun instrumen yang digunakan peneliti untuk mengumpulakan data, yaitu: 1) Instrumen Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving a) Definisi Konseptual Model pembelajaran problem solving adalah suatu model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai isu utamanya serta dapat melatih keterampilan mencari informasi menganalisis dan mengidentifikasi masalah yang ada. b) Definisi Operasional Langkah-langah penerapan model pembelajaran problem solving, yaitu: (1) persiapan, (2) identifikasi masalah, (3) membuat rencana, (4) menerapkan rencana, (5) melihat kembali, (6) membuat kesimpulan. Data mengenai pelaksanaan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran
problem
solving
diperoleh
dengan
menggunakan teknik observasi,wawancara dan didukung oleh dokumentasi.
40
c) Kisi-kisi Lembar Observasi Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving terhadap guru dan siswa. Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengamatan siswa dan lembar pengamatan guru. Lembar pengamatan siswa digunakan untuk mendapatkan data tentang perilaku dan respon siswa selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus I, siklus II, dan siklus III. Sedangkan lembar pengamatan guru digunakan untuk mengamati pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Lembar observasi ini dibuat berdasarkan rating scale (skala bertingkat). Berikut adalah kisi-kisi instrumen pelaksanaan model pembelajaran Problem Solving:
41
Tabel
3.1.
Kisi-kisi
Lembar
Observasi
Penerapan
Model
Pembelajaran Problem Solving terhadap Guru Indikator
Persiapan
Identifikasi masalah
Membuat Rencana
Melaksanakan Rencana
Melihat Kembali
Membuat Kesimpulan
Aspek yang Diamati
Nomor Soal
Jumlah Butir
Kemampuan menarik perhatian siswa dan memberikan pengalaman belajar siswa Kemampuan memahamai masalah membuat kalimat matematika berdasarkan permasalahan yang ada. Kemampuan menyusun atau menentukkan langkah-langkah penyelesaian masalah Kemampuan membimbing siswa untuk menyelesaikan soal yang dihadapi dengan langkah yang tepat. Kemampuan untuk mereview ulang tahaptahap yang telah dikerjakan Kemampuan memandu untuk membuat simpulan dan memotivasi siswa
1,2,3,4, 5
5
6,7
2
8,9
2
10,11
2
12,13, 14
3
15,16, 17
3
17
Jumlah Setiap
butir
pernyataan
yang
memenuhi
semua
deskriptor
memperoleh skor 4, memenuhi 3 deskriptor memperoleh skor 3, memenuhi 2 deskriptor memperoleh skor 2, hanya memenuhi 1 deskriptor memperoleh skor 1, dan apabila tidak ada deskriptor yang terpenuhi memperoleh skor 0. Cara menghitung persentase adalah sebagai berikut:
42
Persentase =
x 100%
Instrumen dan deskriptor selengkapnya pada lampiran lembar observasi pelaksanaan model pembelajaran problem solving terhadap guru.
Tabel
3.2.
Kisi-kisi
Lembar
Observasi
Penerapan
Model
Pembelajaran Problem Solving terhadap Siswa Indikator
Persiapan
Identifikasi Masalah
Membuat Rencana
Melaksanakan Rencana
Melihat Kembali
Membuat Kesimpulan
Jumlah
Aspek yangDiamati
Nomor Soal
Jumlah Butir
Keaktusiasan siswa dan kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran dan bertambahnya pengalaman belajar siswa Kemampuan siswa memahami masalah yang ada.
1,2,3,4, 5
5
6,7
2
Kemampuan siswa menyusun atau menentukkan langkahlangkah penyelesaian masalah Kemampuan siswa untuk menyelesaikan soal yang dihadapi dengan langkah yang telah dibuat Kemampuan siswa untuk mereview ulang tahap-tahap yang telah dikerjakan Kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuan dan membuat simpulan.
8,9
2
10,11
2
12,13, 14
3
15,16, 17
3
17
43
Setiap
butir
pernyataan
yang
memenuhi
semua
deskriptor
memperoleh skor 4, memenuhi 3 deskriptor memperoleh skor 3, memenuhi 2 deskriptor memperoleh skor 2, hanya memenuhi 1 deskriptor memperoleh skor 1, dan apabila tidak ada deskriptor yang terpenuhi memperoleh skor 0. Cara menghitung persentase adalah sebagai berikut: Persentase =
x 100%
Instrumen dan deskriptor selengkapnya pada lampiran lembar observasi pelaksanaan model pembelajaran problem solving terhadap siswa. d) Kisi-kisi Pedoman Wawancara terhadap Guru dan Siswa
Tabel 3.3: Kisi-kisi Pedoman Wawancara terhadap Guru
No
Indikator
Nomor Butir Soal
Jumlah Butir
1.
Penerapan model pembelajaran problem solving langkah persiapan
1
1
2.
Penerapan model pembelajaran problem solving langkah identifikasi masalah
2
1
3.
Penerapan model pembelajaran problem solving langkah membuat rencana
3
1
4.
Penerapan model pembelajaran problem solving langkah melaksanakan rencana
4
1
5.
Penerapan model pembelajaran problem solving langkah melihat kembali
5
1
6.
Penerapan model pembelajaran problem solving langkah membuat simpulan
6
1
Jumlah
6
44
Tabel 3.4: Kisi-kisi Pedoman Wawancara terhadap Siswa
No
Indikator
Nomor Butir Soal
Jumlah Butir
1.
Penerapan model pembelajaran problem solving langkah persiapan
1
1
2.
Penerapan model pembelajaran problem solving langkah identifikasi masalah
2
1
3.
Penerapan model pembelajaran problem solving langkah membuat rencana
3
1
4.
Penerapan model pembelajaran problem solving langkah melaksanakan rencana
4
1
5.
Penerapan model pembelajaran problem solving langkah melihat kembali
5
1
6.
Penerapan model pembelajaran problem solving langkah membuat simpulan
6
1 6
Jumlah 2) Instrumen Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita a) Definisi Konseptual Kemampuan
menyelesaikan
soal
cerita
merupakan
kemampuan siswa untuk menjawab secara logis soal matematika yang disajikan dalam bentuk kalimat atau cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
b) Definisi Operasional Kemampuan menyelesaikan soal cerita dapat diukur dari penguasaan konsep yang diperoleh dari hasil tes serta dilihat dari proses belajarnya menunjukkan peningkatan dari kondisi awal siswa. Lembar instrumen tes yang digunakan pada penelitian ini berisi soalsoal evaluasi yang dikerjakan oleh siswa kelas V yang merupakan subjek penelitian. Standar kompetensi yang diambil pada penelitian
45
kali ini yaitu standar kompetensi 5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah, dan kompetensi dasar yang diambil adalah Kompetensi dasar 5.2 Menjumlahakan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan. Indikator pada penelitian tindakan kelas ini yaitu: 5.2.1 Menghitung penjumlahan pecahan biasa dalam bentuk soal cerita, 5.2.2 Menghitung pengurangan pecahan biasa dalam bentuk soal cerita, 5.2.3 Menghitung penjumlahan pecahan desimal dalam bentuk soal cerita, 5.2.4. Menghitung pengurangan pecahan desimal dalam bentuk soal cerita, 5.2.5 Melakukan operasi hitung penjumlahan pecahan biasa dan desimal dalam bentuk soal cerita. 5.2.6 Menghitung pengurangan pecahan biasa dan desimal dalam bentuk soal cerita. a. Kisi-kisi Pembelajaran siklus I Tabel 3.5. Kisi-kisi Hasil Belajar Siklus I Pertemuan I Indikator
Tujuan
Menyelesaika Siswa dapat menghitung penjumlahan penjumlahan pecahan biasa pecahan biasa dalam bentuk soal cerita dalam bentuk soal cerita Jumlah
No
Jenjang Kognitif C3
Bentuk Soal Essay
1,2, 3,4
4
4
4
Standar Kompetensi : 5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar
: 5.2 menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan
Jumlah
46
Tabel 3.6 Kisi-kisi Hasil Belajar Siklus I Pertemuan II Indikator
Tujuan
Menyelesaika Siswa dapat menghitung pengurangan pengurangan pecahan biasa pecahan biasa dalam bentuk soal cerita dalam bentuk soal cerita Jumlah
No
Jenjang Kognitif C3
Bentuk Soal Essay
Jumlah
1,2, 3,4
4
4
4
b. Kisi-kisi Pembelajaran Siklus II Tabel 3.7 Kisi-kisi Hasil Belajar Siklus II Pertemuan I Indikator
Tujuan
No
Jenjang Kognitif C3
Bentuk Soal Essay
Jumlah
Menyelesaika penjumlahan pecahan desimal dalam bentuk soal cerita Jumlah
Siswa dapat menghitung penjumlahan pecahan desimal dalam bentuk soal cerita
1,2, 3,4
4
4
4
Tabel 3.8 Kisi-kisi Hasil Belajar Siklus II Pertemuan II Indikator
Tujuan
No
Jenjang Kognitif C3
Bentuk Soal Essay
Jumlah
pengurangan pecahan desimal dalam bentuk soal cerita Jumlah
Siswa dapat menyelesaikan pengurangan pecahan desimal dalam bentuk soal cerita
1,2, 3,4
4
4
4
47
c. Kisi-kisi Pembelajaran siklus III
Tabel 3.9 Kisi-kisi Hasil Belajar Siklus III Pertemuan I Indikator
Tujuan
No
Jenjang Kognitif C3
Bentuk Soal Essay
Jumlah
Menghitung penjumlahan pecahan biasa dengan pecahan desimal dalam bentuk soal cerita Jumlah
Siswa dapat menyelesaikan penjumlahan pecahan biasa dengan pecahan desimal dalam bentuk soal cerita
1,2, 3,4
4
4
4
Tabel 3.10 Kisi-kisi Hasil Belajar Siklus III Pertemuan II Indikator
Tujuan
No
Jenjang Kognitif C3
Bentuk Soal Essay
Jumlah
Menghitung penjumlahan pecahan biasa dengan pecahan desimal dalam bentuk soal cerita Jumlah
Siswa dapat menyelesaikan pengurangan pecahan biasa dengan pecahan desimal dalam bentuk soal cerita
1,2, 3,4
4
4
4
F. Validitas Data Validitas data dalam suatu penelitian sangatlah penting. Validitas data diperlukan dalam penelitian agar diperoleh data atau informasi yang valid. Sugiyono (2009: 267) menyatakan, “Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti”. Untuk memperoleh validitas data, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.
48
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber yaitu pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data yang sejenis dari sumber yang berbeda. Pada penelitian ini peneliti menggabungkan data dari sumber data yang meliputi siswa, guru kelas V, dan dokumen. Sedangkan, triangulasi teknik yaitu menggabungkan data yang diperoleh dari teknik tes, observasi, wawancara, dan dokumentasi.
G. Analisis Data Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera dilakukan pengolahan data atau analisis data (Arikunto, 2013: 278). Sugiyono (2009: 244) mengemukakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategorisamapai dengan membuat kesimpulan yang mudah dipahami.Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah analisis data statistikkuantitatif dan analisisdata deskriptif kualitatif. Analisis data statistik kuantitatif untuk menganalisis data kuantitatif berupa nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. Analisis deskriptif kualitatif untuk menganalisis penggunaan model pembelajaran Problem Solving. Analisis data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tiga alur kegiatan sesuai dengan pendapat Miles dan Huberman (Sugiyono, 2009: 246253), yakni: 1. Reduksi Data Reduksi data dilakukan setelah pelaksanaan tindakan atau siklus selesai. Mereduksi
data
artinya
merangkum,
memilih
hal-hal
yang
pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya jika diperlukan. Reduksi data yang terkumpul dilakukan melalui berbagai sumber yaitu: (1) data hasil pekerjaan siswa atau jawaban-jawaban siswa, dan (2) data yang
49
diperoleh melalui wawancara, observasi, dan didukung dengan dokumentasi. Reduksi data dilakukan dengan menyeleksi data mana saja yang dipakai dan data mana saja yang diabaikan, sehingga data yang terkumpul dapat informasi yang valid. 2. Penyajian Data Informasi-informasi yang terkumpul menjadi suatu kesimpulan berdasarkan reduksi data. Data atau informasi tersebut kemudian disajikan dalam suatu bentuk tabel, grafik, dan sejenisnya, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan mudah dipahami. Berdasarkan penyajian data yang dilakukan, ditarik suatu kesimpulan tentang fakta-fakta yang terjadi di lapangan dan tindak lanjut melalui langkah atau solusi yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan penelitian. 3. Penarikan Kesimpulan Data yang telah diproses kemudian disimpulkan secara umum yang objektif dan valid. Kesimpulan yang diambil hendaknya tidak menyimpang dari rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dibuat. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah sewaktuwaktu bila ditemukan bukti-bukti yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Penyimpulan hasil penelitian dapat berbentuk tabel atau diagram maupun deskripsi atau gambaran langkah-langkah pembelajaran yang tepat diterapkan kepada siswa. Dalam hal ini melalui penerapan model Pembelajaran
Problem
Solving
untuk
meningkatkan
kemampuan
menyelesaikan soal cerita tentang pecahan pada siswa kelas V SDN 1 Krakal. Berdasarkan data-data yang didukung bukti-bukti yang konsisten sesuai dengan kondisi di lapangan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan terhadap tindakan yang telah dilakukan.
50
H. Indikator Kinerja Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mempunyai harapan agar terjadi perubahan yang lebh baik dalam pembelajaran matematika kelas V, terutama dalam penyelesaian soal cerita. Adapun indikator-indikator yang dicapai sebagai bentuk keberhasilan penelitian tindakan kelas ini yaitu:
Tabel 3.11: Indikator Kinerja Penelitian 1.
2.
Aspek yang Diukur Guru menggunakan langkah problem solving dalam pembelajaran matematika tentang soal cerita pada pecahan.
Siswa merespon pembelajaran secara aktif dan antusias
3. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita tentang pecahan.
Target Cara Mengukur 85% Diamati saat pembelajaran, menggunakan lembar observasi, pedoman wawancara dan kegiatan refleksi 85% Diamati saat pembelajaran, menggunakan lembar observasi dan pedoman wawancara 85% Tes tertulis siswa dengan kriteria ketuntasan minimal = 70
I. Prosedur Penelitian Peneliti melakukan penelitian jenis PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang bersifat kolaboratif. Menurut Arikunto (2013: 138) berpendapat bahwa penelitian dalam bentuk kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru sendiri, sedangkan pihak yang melakukan pengamatan terhadap proses tindakan adalah peneliti.Pelaksanaan tindakan ini dilakukan dalam tiga siklus, yang masing-masing siklus melalui dua kali pertemuan.Pelaksanaan penelitian tindakan kelas selalu berhubungan dan berkelanjutan disetiap prosesnya. Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
51
refleksi. Gambaran dari model penelitian tindakan memodifikasi pendapat Arikunto, dkk sebagai berikut:
Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
SIKLUS III
Pelaksanaan
Pengamatan Gambar 3.2 Alur Penelitian Tindakan Kelas Modifikasi pendapat Arikunto Berdasarkan gambar di atas, alur prosedur penelitian sebagai berikut: (1) Perencanaan , (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, (4) Refleksi. Berikut uraian mengenai empat tahapan penelitian tindakan kelas (PTK): 1. Perencanaan Peneliti pada tahap perencanaan menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Tahap perencanaan pada penelitian sebagai berikut: a. Pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). b. Pembuatan skenario pembelajaran. c. Pembuatan instrumen. d. Persiapan ruang kelas, fasilitas, dan sarana pendukung.
52
2. Pelaksanaan Pada tahap ini, peneliti meminta kerjasama guru untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan skenario dan RPP yang telah disusun oleh peneliti. Guru kelas V melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran problem solving. 3. Pengamatan Pada tahap pengamatan peneliti dan observer mengamati pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan menerapkan model pembelajaran problem solving. Dalam hal ini, yang diamati adalah aktivitas siswa selama pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. 4. Refleksi Pada tahap ini, peneliti menganalisis dan menyimpulkan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru. Refleksi digunakan sebagai pedoman untuk melakukan koreksi dan perbaikan siklus berikutnya. Hasil dari refleksi pada siklus I akan digunakan sebagai pertimbangan untuk siklus II. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I. Diharapkan pada siklus II dapat memperoleh hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan siklus I. Tahapan penelitian tiap siklus dapat diuraikan sebagai berikut: Siklus I 1. Perencanaan Pada tahap ini peneliti menyusun rencana tindakan yang didasarkan pada studi pendahuluan yang telah dilakukan. Standar Kompetensi yang digunakan adalah 5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah, dan Kompetensi Dasar yang digunakan adalah 5.2 menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan. Adapun perencanaan tindakan pada siklus ini meliputi: (1) melakukan koordinasi dengan guru kelas V SDN 1 Krakal runtuk menyusun rencana tindakan, (2) mempelajari kompetensi dasar dan materi matematika yang terdapat dalam silabus kelas V semester 2 tentang pecahan; (3) menentukan waktu penelitian; (4)
53
menyusun skenario pembelajaran sesuai langkah-langkah yang telah ditentukan; (5) menyusun RPP; (6) menyusun instrumen penelitian berupa lembar tes, lembar observasi, pedoman wawancara; serta (7) menghubungi observer; 2. Pelaksanaan Tahap
pelaksanaan
dilakukan
dengan
penerapan
model
pembelajran problem solving oleh guru dalam pembelajaran matematika dilaksanakan pada tanggal 23 dan tanggal 27 Maret 2016. Pelaksanaan tindakan pada siklus I terbagi menjadi 2 kali pertemuan. Adapun materi pokok pada masing-masing pertemuan adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan 1 Materi pokok yang digunakan adalah penjumlahan pecahan biasa dengan pecahan biasa 2) Pertemuan 2 Materi pokok yang digunakan adalah pengurangan pecahan biasa dengan pecahan biasa. 3. Observasi Observasi dilakukan oleh teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi terhadap guru dan lembar observasi terhadap siswa dan dilaksanakan saat pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran problem solving. Observasi dilakukan terhadap isi tindakan, pelaksanaan tindakan, maupun akibat yang timbul dari tindakan tersebut. Kegiatan ini sebagai bahan refleksi untuk menyusun rencana berikutnya. 4. Refleksi Pada tahap ini peneliti bersama guru merenung kemudian melakukan analisis terhadap pelaksanaan tindakan, dan penyimpulan tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus I. Peneliti bersama guru juga menelaah hasil observasi dan menentukan apakah tindakan yang dilakukan telah mencapai indikator pencapaian atau belum, selain itu juga mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal itu
54
digunakan untuk membuat solusi berkaitan kendala yang dihadapi. Hasil refleksi pada siklus I digunakan sebagai acuan pada siklus II.
Siklus II 1. Perencanaan Perencanaan pada siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Standar Kompetensi yang digunakan adalah 5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah, dan Kompetensi Dasar yang digunakan adalah 5.2 menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan. Kekurangan
pada
siklus
I
dijadikan
pedoman
untuk
merancang
pembelajaran yang lebih baik agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Rencana kegiatan pada siklus II dalam melakukan penelitian tindakan kelas ialah menyusun skenario pembelajaran, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus II, menyusun Lembar Diskusi Siswa, serta menggandakan instrumen meliputi: lembar evaluasi, lembar observasi dan pedoman wawancara. 2. Pelaksanaan Tahap ini dilaksananan pada tanggal 31 Maret 2016 dan 2 April 2016 dengan guru melaksanakan model yang sama namun indikator pembelajaran yang berbeda. Pelaksanaan tindakan pada siklus II terbagi menjadi 2 kali pertemuan. Materi pokok pada masing-masing pertemuan adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan 1 Materi pokok yang digunakan adalah penjumalahan pecahan desimal dengan pecahan desimal 2) Pertemuan 2 Materi pokok yang digunakan adalah pengurangan pecahan desimal dengan pecahan desimal 3. Observasi Observasi dilakukan oleh teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi terhadap guru dan lembar observasi terhadap siswa dan
55
dilaksanakan saat pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran problem solving. Observasi dilakukan terhadap isi tindakan, pelaksanaan tindakan, maupun akibat yang timbul dari tindakan tersebut. Kegiatan ini sebagai bahan refleksi untuk menyusun rencana berikutnya.
4. Refleksi Pada tahap ini peneliti bersama guru merenung dan melakukan analisis terhadap pelaksanaan tindakan, dan penyimpulan tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus II. Peneliti bersama guru juga menelaah hasil observasi dan menentukan apakah tindakan yang dilakukan telah mencapai indikator pencapaian atau belum, juga merenungkan kendala-kendala yang terjadi saat pelaksanaan pembelajaran. Hal itu digunakan untuk membuat solusi berkaitan kendala yang dihadapi. Hasil refleksi pada siklus II digunakan sebagai acuan pada siklus III.
Siklus III 1. Perencanaan Perencanaan pada siklus III dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi siklus II. Standar Kompetensi yang digunakan adalah 5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah, dan Kompetensi Dasar yang digunakan adalah 5.2 menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan. Kekurangan pada siklus II dijadikan pedoman untuk merancang pembelajaran yang lebih baik pada siklus III. Rencana kegiatan pada siklus III dalam melakukan penelitian tindakan kelas ialah menyusun skenario pembelajaran, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus III, menyusun Lembar Diskusi Siswa, serta menggandakan instrumen meliputi: lembar evaluasi, lembar observasi dan pedoman wawancara.
2. Pelaksanaan Tahap pelaksanakan siklus III dilakukan pada tanggal 4 dan 7 April 2016, dengan model problem solving namun indikator pembelajaran
56
berbeda dari siklus I dan II. Pelaksanaan tindakan pada siklus III terbagi menjadi 2 kali pertemuan. Materi pokok pada masing-masing pertemuan adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan 1 Materi pokok yang digunakan adalah penjumlahan pecahan biasa dengan pecahan desimal. 2) Pertemuan 2 Materi pokok yang digunakan adalah pengurangan pecahan biasa dengan pecahan desimal. 3. Observasi Observasi dilakukan oleh teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi terhadap guru dan lembar observasi terhadap siswa dan dilaksanakan saat pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran problem solving. Observasi dilakukan terhadap isi tindakan, pelaksanaan tindakan, maupun akibat yang timbul dari tindakan tersebut. Kegiatan ini sebagai bahan refleksi untuk menyusun rencana berikutnya. 4. Refleksi Pada tahap ini diharapkan semua indikator kinerja sudah dapat tercapai dan mencapai hasil yang maksimal, sehingga dapat membuktikan bahwa
penggunaan
model
pembelajaran
problem
solving
dapat
meningkatkan kemampuan menyelesaikana soal cerita tentang pecahan pada siswa kelas V SDN 1 Krakal.