BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Dalam melakukan R&D, Borg and Gall (1989,2003) menyatakan istilah lokasi dan subyek penelitian adalah merupakan objek dalam mengumpulkan data. Penelitian ini akan dilaksanakan di Universitas Pancabudi Medan. Pemilihan dan penetapan lokasi penelitan ini berdasarkan pertimbangan masih tingginya kasus lingkungan hidup dilingkungan kampus dan sekitar lingkungan kampus. 2. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini berjumlah 52 orang, terdiri dari (1)
Kelompok
mahasiswa yang mengikuti kegiatan organisasi mahasiswa (Ormawa) di Universitas Pancabudi Medan. (2) Kelompok mahasiswa yang mengikuti kegiatan organisasi diluar kampus, (3) Kelompok mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup, (4) Dosen kemahasiswaan di 4 Fakultas di Universitas Pancabudi Medan dan (5) Dekan di 4 Fakultas di Universitas Pancabudi Medan. Tabel 3.1 Jumlah Subjek Penelitian No
Responden
1
Kelompok
Jumlah mahasiswa
yang
mengikuti 19 orang
yang
mengikuti 14 orang
ormawa di UNPAB 2
Kelompok kegiatan
mahasiswa diluar
ormawa
lingkungan
di
UNPAB 3
Kelompok mahasiswa yang mengikuti mata 19 orang kuliah pendidikan lingkungan hidup Total
52 orang
Sumber: Data Responden Peneliti, 2012 81
Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
82
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif di Universitas Pancabudi Medan dengan kriteria sebagai berikut: a. Tercatat sebagai mahasiswa aktif di Universitas Pancabudi Medan b. Aktif berorganisasi di dalam maupun diluar kampus c. Mahasiswa yang mengontrak mata kuliah pendidikan lingkungan hidup d. Calon peserta pendidikan bersedia mengikuti program hingga selesai. e. Bersedia menjadi kader PLH dilingkungan kampus dan diluar lingkungan kampus. Subjek penelitian lainnya yang mendukung penelitian ini adalah pihak Dosen
dan
Dekan
di
UNPAB,
diantaranya:
dosen
pembimbing
kemahasiswaan 4 orang, dosen mata kuliah lingkungan hidup 2 orang dan dekan di 4 fakultas 4 orang, sehingga total 10 orang.
B. Desain Penelitian Penelitian ini difokuskan pada pengembangan model pelatihan pendidikan lingkungan hidup berbasis eco-campus untuk meningkatkan perilaku arif mahasiswa di Universitas Pancabudi Medan. Penelitian ini dilakukan uji coba instrumen penelitian. Pada tahap ini dilakukan penelitian secara siklus mulai dari penyusunan naskah model, uji coba model dan selanjutnya dilakukan verifikasi dan revisi. Pengujian ini mengharuskan sebuah skala/tes diuji dalam konteks sebenarnya, bila ditujukan sebagai instrument penelitian, maka pengolahan data harus melibatkan responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian. Selain itu, situasi dalam uji coba juga dibuat sama saat penelitian. Misalkan ketika dalam penelitian nantinya subjek diharuskan berkumpul disebuah ruangan dan mengisi skala/tes beralaskan meja, maka uji coba juga dilakukan dalam situasi tersebut. Mengenai jumlah subjek yang dilibatkan dalam sebuah proses uji coba instrument penelitian. Penyusunan naskah model dilakukan berdasarkan: (1) polapola konseptual (teoritis) yang selama ini dijadikan pedoman pelaksanaan pelatihan pendidikan lingkungan hidup berbasis eco campus yang sudah terselenggara di Universitas Pancabudi Medan, (2) pola-pola lapangan (empiris) Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
83
yang selama ini berjalan dilakukan oleh lembaga swasta yang bekerjasama dengan lembaga terkait. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yakni menghasilkan sebuah model yang valid untuk direkomendasikan, maka prosedur penelitian ini secara garis besar diarahkan pada dua tahap kegiatan utama, yaitu tahap kegiatan studi pendahuluan (exploration study), dan tahap kegiatan studi eksperimen (Experimental study), langkah-langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Studi Eksplorasi Studi eksplorasi adalah kegiatan awal berupa studi penjajagan, antara lain : tudi pendahuluan, analisis produk awal yang akan dikembangkan, pada langkah ini dilakukan analisis tentang produk awal yang akan dikembangkan, kegiatan difokuskan pada mengidentifikasi masalah di lapangan yang berkaitan dengan upaya meningkatkan perilaku arif mahasiswa terhadap lingkungan. Selanjutnya dilakukan pengkajian terhadap hasil penelitian dan laporan-laporan serta data sekunder yang relevan dan mendukung model pelatihan PLH, pengumpulan dan pengkajian data sekunder, laporan dan dokumen-dokumen tentang penyelenggaraan pengelolaan pelatihan PLH dan melakukan pengamatan terhadap pengelolaan dan kegiatan pelaksanaan pelatihan PLH. Melalui kegiatan studi eksplorasi ini akan digali berbagai data dan informasi serta gejala yang berada di lapangan sehingga dapat dilakukan refleksi tentang situasi yang terjadi dalam pengelolaan pelatihan PLH. 2. Mengembangkan Produk Awal Kegiatan pada tahap ini adalah mengembangkan draft model pendidikan lingkungan hidup, mulai dari persiapan kegiatan, panitia pelaksana kegiatan, nara sumber, dan evaluasi bagi peserta. Kegiatan tersebut berdasarkan hasil kajian teoretik, kondisi obyektif lapangan, hasil-hasil kajian penelitian terdahulu yang relevan, dan pelatihan PLH. Selanjutnya
kebijakan
tentang pelaksanaan
melakukan analisis kesenjangan antara
kompetensi peserta pelatihan dengan harapan dan tujuan prilaku arif lingkungan di kampus Pancabudi Medan, serta mendeskripsikan model pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa mencapai prilaku arif Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
84
lingkungan, berdasarkan masukan dari para praktisi dan pakar / pembimbing dalam menguji kelayakan model yang dikembangkan. 3. Validasi Ahli dan Revisi (Verifikasi Model Konseptual) Dalam pelaksanaan kegiatan penelitian diawali dengan pengembangan instrumen uji coba produk model pendidikan lingkungan hidup berbasis ecocampus yang sudah dilakukan, dilanjutkan dengan validasi oleh ahli terhadap model konseptual yang disusun, terdiri dari Praktisi PLS, Akademisi Pendidikan Luar Sekolah, dan Ahli Bahasa. Hasil validasi digunakan untuk melakukan revisi produk.
Validasi model
konseptual tersebut dilakukan
melalui tukar pendapat, diskusi kelompok terfokus (focus group discussion) dengan para ahli pendididikan non formal khususnya ahli program pemberdayaan dan pelatihan (pembimbing), nara sumber ahli, dan praktisi di lapangan, pengelola, penyelenggara, mahasiswa dan masyarakat sekitar, dan lembaga yang terkait dengan penyelenggaraan pelatihan PLH. Di samping itu untuk penyempurnaan model pada tahap ini dilakukan pula pemeriksaan silang (cross cek) terhadap fakta-fakta temuan studi lain (fact finding) yang terkait dan relevan dengan penelitian
yang sedang dikembangkan.
Berdasarkan validasi tersebut dilakukan revisi model konseptual seperlunya untuk kemudian siap dilakukan uji coba secara terbatas. 4. Uji Coba Lapangan Skala Kecil Tim Puslitjaknov (2008: 11) prosedur penelitian pengembangan menurut Brog dan Gall dapat dilakukan dengan lebih sederhana melibatkan lima langkah utama yaitu (1)
melakukan analisis produk yang akan
dikembangkan, (2) mengembangkan produk awal, (3) Validasi ahli dan revisi, (4) Uji Coba lapangan skala kecil, (5) Uji coba Lapangan Skala Besar dan produk Akhir. Pelaksanaan Kegiatan ini diawali dengan pengembangan instrumen uji coba produk, yang dilanjutkan dengan uji kelompok kecil. Data hasil uji coba lapangan skala kecil divalidasi untuk digunakan merevisi produk yang akan disiapkan untuk uji coba skala besar. Setelah dilakukan uji coba skala kecil, kemudian dilakukan diskusi, refleksi dan deskripsi tentang hasil uji coba, Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
85
sehingga dari hasilnya dan berdasarkan pertimbangan dari pakar dan praktisi di lapangan diketahui kekurangan dari model tersebut, untuk kemudian dirumuskan tentang upaya untuk memperbaikinya sehingga dapat dilakukan revisi
penyempurnaan
model
yang
dikembangkan,
agar
siap
diimplementasikan dalam uji lapangan secara empirik melalui implementasi model dan
studi eksperimen.
Uji coba skala kecil dilakukan melalui
pengumpulan informasi dan data berupa observasi dan wawnacara. Uji coba skala kecil merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian pengembangan. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pelatihan berbasis eko kampus yang dibuat layak digunakan atau tidak serta dapat mencapai sasaran dan tujuan yang akan dijadikan pada uji coba skala besar. 5. Implementasi Model (Uji Lapangan) Kegiatan ini diawali pengembangan instrument pengembangan uji coba produk yang dilanjutkan dengan uji coba lapangan skala yang lebih besar, berjumlah 52 orang, terdiri dari (1)
Kelompok mahasiswa yang
mengikuti kegiatan organisasi mahasiswa (Ormawa) di Universitas Pancabudi Medan. (2) Kelompok mahasiswa yang mengikuti kegiatan organisasi diluar kampus, (3) Kelompok mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup, (4) Dosen kemahasiswaan di 4 Fakultas di Universitas Pancabudi Medan dan (5) Dekan di 4 Fakultas di Universitas Pancabudi Medan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan uji kemampuan awal (pretest) tentang adanya perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
mahasiswa
terhadap
hasil
pelatihan
PLH.
Selanjutnya
melaksanakan proses pelatihan pada kelompok treatment dengan menerapkan model pelatihan PLH. 6. Evaluasi dan Model Akhir yang direkomendasikan Kegiatan ini adalah menilai keterlaksanaan model melalui pengamatan dan menilai hasil pelatihan PLH yang dikuasai setelah dilaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan model yang dikembangkan. Evaluasi dilakasanakan melalui test (posttest) untuk menguji kemampuan mahasiswa Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
86
dalam pelatihan PLH. Untuk lebih jelasnya, tahap-tahap R&D dalam penelitian ini dapat dilihat dalam desain penelitian R&D pada gambar 3.1, sebagai berikut:
STUDI PENDAHULUAN
PENYUSUNAN MODEL
Studi Kepustakaan Mengenai: Analisis konsep pendidikan lingkungan hidup Analisis konsep pembangunan berkelanjutan Analisis perubahan perilaku Hasil penelitian yang relevan Penelitian dan pengembangan
VALIDASI MODEL
PENGEMBANGAN MODEL Implementasi Program
Analisis Produk
Draft Model: Desain (tujuan, sasaran, materi/panduan , lembar kerja, strategi, pendekatan, metode); Implementasi.
Pree Test
Post Test
Penerapan PLH berbasis eco campus
Penerapan PLH berbasis eco campus
Produk awal
Validasi ahli &revisi
Uji coba skala kecil
Analisis Data
Ujicoba skala besar&produk akhir
Survey lapangan Mengenai: Proses pendidikan lingkungan hidup di Universitas Pancabudi Medan Fasilitas pendukung pendidikan lingkungan hidup di Universitas Pancabudi Medan Wawancara terbatas dengan Dosen, Staf dan pihak terkait
Model PLH Teruji
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
87
C. Pendekatan dan Metode Penelitian Sesuai dengan kerangka pikir penelitian yang telah dirumuskan, penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Karena itu penelitian ini menggunakan metode yang menggambarkan prosedur pengumpulan data kualitatif, dan prosedur pengumpulan data kuantitatif. Fokus penelitian ini adalah pengembangan model pelatihan pendidikan lingkungan hidup berbasis eco-campus untuk meningkatkan perilaku arif mahasiswa di Universitas Pancabudi Medan. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode penelitian dan pengembangan (research and development),
dengan menggunakan analisis data secara gabungan yakni analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Menurut Borg dan Gall (2003: 569) research and development merupakan penelitian yang digunakan untuk merancang produk dan prosedur baru yang mesti dilakukan pengujian lapangan secara sistematis, dievaluasi, diperbaiki sampai menemukan kriteria keefektifan tertentu. Produk dan prosedur baru dalam pendidikan, menurut Borg dan Gall tidak semata-mata berupa wujud material tetapi juga mencakup keseluruhan termasuk proses atau prosedur seperti metode, pendekatan dan strategi dan pengorganisasian pembelajaran. Penelitian dengan menggunakan
pendekatan
R&D
bertujuan
untuk
mengembangkan
dan
memvadilasi hasil-hasil pendidikan dan untuk menemukan pengetahuanpengatahuan baru melalui basic research. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan-pernyataan khusus tentang masalah-masalah bersifat praktis melalui „applied research‟, yang digunakan untuk meningkatkan praktik-praktik pendidikan. Pendekatan penelitian dan pengembangan, menurut Borg dan Gall (2003: 570) ada
sepuluh langkah kegiatan yang perlu ditempuh
yaitu: (1) survey
terbatas dan pengumpulan informasi (research and information collection), (2) melakukan perencanaan (planning), (3) mengembangkan rancangan model produk awal (develop preliminary form of product), (4) melakukan ujicoba produk awal (preliminary field testing), (5) menyempurnakan (main product revision), (6) Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
88
melakukan uji lapangan produk utama (main field testing), (7) memperbaiki kembali hasil uji lapangan (operational product revision), (8) melakukan ujicoba kembali (operational field testing), (9) menyempurnakan model untuk mengembangkan model akhir (final product revision), dan (10) diseminasi dan sosialisasi model (dissemination and distribution). Untuk mendapatkan model pelatihan pendidikan lingkungan hidup berbasis eco campus untuk meningkatkan perilaku arif mahasiswa tersebut, maka studi ini dilakukan melalui pelatihan pembentukan perilaku arif mahasiswa dalam memecahkan permasalahan dan kebutuhan dengan setting pembentukan perilaku arif mahasiswa di Universitas Pancabudi Medan. Berdasarkan pokok masalah tersebut, maka studi ini secara umum diselenggarakan melalui penelitian dan pengembangan (Research and Development) dengan menggunakan studi kasus. Metode penelitian pengembangan dianggap tepat untuk digunakan dalam penelitian ini, karena tujuan penelitian selain menemukan model pendidikan lingkungan hidup berbasis eco-campus untuk meningkatkan perilaku arif mahasiswa, juga mengembangkan model pembelajaran baru yang lebih efektif yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan nyata mahasiswa. Dalam bahasa lain, tujuan dari penelitian pengembangan adalah menemukan atau membuat model baru dan atau perbaikan terhadap model sebelumnya. Sejalan dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini diarahkan pada upaya untuk menumbuh kembangkan dan meningkatkan perilaku arif mahasiswa sehingga perilaku mahasiswa dapat meningkat lebih baik lagi. Sejalan dengan karakteristik metode penelitian pengembangan di atas, maka penelitian
ini dilaksanakan melalui lima tahap, yaitu: tahap pertama,
Pendahuluan, berupa rangkaian kegiatan: (1) penelitian eksploratif lapangan, untuk mengungkap kondisi objektif sasaran penelitian. Untuk itu, jenis penelitian (tahap pendahuluan) ini bersifat eksploratoris, karena berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang berfokus pada pertanyaan “apakah”. (2) studi pustaka, dalam upaya menemukan landasan-landasan konseptual (teoritis) yang mendasari konsep pembentukan perilaku. Berdasarkan studi eksploratoris dapat dikembangkan suatu diagnosa tentang faktor-foktor pendorong dan Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
89
penghambat kelancaran pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup dengan menghasilkan perilaku arif mahasiswa.Selanjutnya, berdasarkan deskripsi masalah itu kemudian dikembangkan suatu rekomendasi konseptual model ke arah penyempurnaan secara operasional. Tahap Kedua, perencanaan, sebagai langkah mengembangkan model hipotetik (pra-model) model pembentukan sikap ini diharapkan dapat membentuk model pendidikan lingkungan hidup yang menjadi harapan dari semua kalangan dalam meningkatkan perilaku arif mahasiswa. Pada tahap ini dilakukan penelitian secara siklus mulai dari penyusunan naskah model, uji coba model dan selanjutnya dilakukan verifikasi dan revisi. Penyusunan naskah model dilakukan berdasarkan: (1) pola-pola konseptual (teoritis) yang selama ini dijadikan pedoman pelaksanaan pelatihan yang sudah terselenggara oleh universitas, (2) pola-pola lapangan (empiris) yang selama ini berjalan dilakukan oleh lembaga pemerintah yang bekerjasama dengan lembaga terkait. Ketiga, Verifikasi model secara teoritis. Kegiatan diverifikasi (uji kelayakan dan keandalan) dilakukan melalui kegiatan konsultasi dengan para pembimbing, expert judgement oleh para ahli serta praktisi, dan kegiatan diskusi dengan pimpinan dan mahasiswa yang berhasil. Tahap keempat, pelaksanaan, yaitu kegiatan implementasi atau uji efektivitas model.Tahap ini dilakukan untuk menguji keandalan model melalui eksperimen semu terhadap kelompok mahasiswa yang dipilih sebagai sampel penelitian. Kelima, validasi model empirik melalui seminar dan konsultasi dengan para pembimbing, evaluasi dan revisi, serta penghalusan model sebagai model final yang dapat memberikan dampak positif terhadap pembentukan perilaku arif mahasiswa. Penelitian dan pengembangan model pelatihan pendidikan lingkungan hidup berbasis eco-campus untuk meningkatkan perilaku arif mahasiswa di Universitas Pancabudi Medan ini mengacu pada penggunaan desain kuasi eksperimen melalui pendekatan pretest dan posttest. Desain kuasi eksperimen dilaksanakan pada tahapan uji lapangan dari model pembelajaran yang dikembangkan. Uji lapangan Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
90
model pembelajaran dikenakan hanya pada kelompok perlakuan yang ditentukan, serta pengumpulan dan analisis data hasil uji lapangan didesain dengan teknikteknik analisis kuantitatif agar terlihat pengaruh implementasi model. Sedangkan untuk memvalidasi dan menyempurnakan model yang dikembangkan dilakukan berdasarkan pengumpulan
dan analisis data digunakan teknik-teknik analisis
kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengembangkan suatu model pelatihan pendidikan lingkungan hidup berbasis eco-campus untuk meningkatkan perilaku arif mahasiswa di Universitas Pancabudi Medan. Dalam implementasinya penelitian ini merupakan rangkaian kegiatan ujicoba untuk menghasilkan model akhir sebagai model yang direkomendasikan. Oleh karena itu dalam implementasi atau uji lapangan model, metode yang relevan digunakan adalah metode kuasi eksperimen melalui desain pretest dan posttest terhadap kelompok ujicoba yang dikenai perlakuan
(treatment). Disain eksperimen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah quasi experiment dengan Desain “The One-Group Pre-testPost-test Design” (Campbell, dalam Sugiyono, 2008: 73) yang bagannya berikut:
Pre-test
Perlakuan
Post-test
O1
X
O2
Gambar 3.2. The One-Group Pre-test - Pos-test Design Keterangan: O1
: Observasi perilaku arif lingkungan sebelum penerapan model
O2
: Observasi perilaku arif lingkungan setelah penerapan model
X
: Perlakuan yang diberikan
Berdasarkan pendapat tersebut, tujuan utama dalam penelitian ini adalah menemukan atau membuat model pendidikan lingkungan hidup berbasis ecocampus, guna perbaikan terhadap produk yang sudah ada. Hal ini dimaksudkan untuk dapat menghasilkan model pelatihan pendidikan lingkungan hidup yang baru, sehingga digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan, dan untuk menguji kefektifan produk tersebut agar dapat berfungsi dikalangan pendidikan Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
91
luar sekolah khususnya pendidikan lingkungan hidup, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian ini dilakukan melalui eksperimen.
D. Definisi Operasional Dalam penelitian ini, perlu didefinisikan secara operasional variabel yang akan diteliti untuk membatasi uraian permasalahan dalam pembahasan, diantaranya: 1. Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) Model pelatihan yang dilaksanakan merupakan kegiatan pendidikan luar sekolah yang peserta pelatihnya adalah mahasiswa sebagai pemuda yang masih menjalankan pendidikan sebagai warga belajar. Pelatihan ini dirancang berdasarkan kebutuhan, potensi dan peluang yang ada sesungguhnya model pelatihan PLH ini diharapkan adanya perubahan individu dalam hidupnya melalui proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan perilaku arif lingkungan bagi mahasiswa sebagai warga belajar, perubahan sikap dan perilaku misalnya yang tidak tahu menjadi tahu, tidak peduli menjadi peduli dari yang malas menjadi rajin atau kerja keras. Sedangkan model adalah abstraksi suatu identitas (Ismadi, 2007) yang dimaknai sebagai upaya penyederhanaan suatu fenomena alamiah sehingga mudah dipahami dan dianalisis. Sedangkan yang dimaksud dengan model dalam penelitian ini adalah
penyederhanaan
dalam
bentuk
representatif
akurat
Pelatihan
Pendidikan Lingkungan Hidup berbasis eco campus, yang memungkinkan mahasiswa bertindak berdasarkan model yang diujicobakan, yang dibuktikan dengan peningkatan atau perubahan sikap mahasiswa terhadap perilaku arif lingkungan. 2. Eco Campus Eco-Campus secara umum memiliki arti kampus yang berwawasan lingkungan. Secara terminologi “Eco” atau “Eko” berasal dari kata oikos (eko = rumah = lingkungan = alam). Definisi dari Eco-Campus adalah kampus sebagai rumah dimana seluruh komponen didalamnya menjaga rumah tersebut Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
92
agar menjadi nyaman dan lestari untuk memberikan manfaat untuk kehidupan orang banyak. Sedangkan yang dimaksud dengan eco campus dalam penelitian ini adalah kampus yang
nyaman dan lestari yang sivitas akademikanya
berperilaku mencintai lingkungan, yang ditandai dengan tindakan ramah lingkungan, mengelola sumber daya kampus dengan baik, sehingga memberikan manfaat untuk kehidupan orang banyak. 3.
Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) Salah satu puncak perkembangan pendidikan lingkungan adalah dirumuskannya tujuan Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup menurut United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) adalah
sebagai
berikut:
Pelatihan
Pendidikan
Lingkungan
Hidup
(Environmental Education – EE) adalah suatu proses untuk membangun populasi manusia di dunia yang sadar dan peduli terhadap lingkungan total (keseluruhan) dan segala masalah yang berkaitan dengannya, dan masyarakat yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerja sama, baik secara individu maupun secara kolektif, untuk dapat memecahkan berbagai masalah lingkungan saat ini, dan mencegah timbulnya masalah baru, UNESCO, (1978) dikutip oleh Fadli, A. (2005) dalam http://timpakul.web.id/plh-4.html [29 September 2012]. Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dalam penelitian ini adalah upaya penyadaran mencintai lingkungan secara totalitas (keseluruhan), membangun komitmen bersama-sama dengan berbagai pihak untuk terlibat dalam pelestarian lingkungan, melalui pendidikan sebagai upaya pengetahuan dan penyadaran
yang dilakukan secara individu maupun kolektif untuk
memecahkan permasalahan lingkungan yang terjadi. 4. Perilaku Arif Lingkungan Berbicara masalah perilaku seseorang dapat ditunjukkan pada sikapnya dan kepribadiannya bereaksi teradap lingkungan, faktor lingkungan biasanya dapat mempengaruhi perilaku seseorang misalnya lingkungan kampus dan rumahnya bersih, suka bergaul, ramah, sopan santun maka pada umumnya ia Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
93
berpengaruh pada perilaku seperti itu. Perubahan perilaku seseorang tidak terlepas dari proses pembelajaran dan pelatihan akibat dari lingkungannya, pembentukan perilaku terus digali dan dikembangkan di wujudkan dalam bentuk nyata berbagai kegiatan yang diaplikasikan seperti mengutip sampah dan membuangnya pada tempatnya tidak merokok, memakai air seperlunya sehingga terbentuklah disiplin akhirnya menjadi budaya bersih dan falsafah bersih dan sebenarnya masalah lingkungan menyangkut tentang moral, nilai, sikap dan perilaku manusia dalam tindakannya. Perilaku bersih akan membuahkan hidup sehat, nyaman, ramah, berfikiran jernih, bermartabat, sejahtera, menjadi dia sukses dalam hidupnya, sedangkan perilaku yang kotor manusia akan menjadi sombong, egios, tamak, rakus, takabur, self interest dan tidak terpuji akhirnya gagal dalam hidupnya. Perilaku manusia dibagi atas 3 (tiga) domain, yakni pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoatmodjo, 2010 : 20,140). Perilaku arif lingkungan dalam penelitian ini adalah, perilaku yang dapat berupa pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan dan ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (Notoatmodjo, 2012 : 138). Pengukurannya dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Sikap mempunyai tingkat berdasarkan intensitas yang terdiri dari menerima, menanggapi, menghargai dan bertanggung jawab. Hasil pengukurannya mencakup sikap positif dan sikap negatif. Sikap juga dapat dibentuk melalui pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga
pendidikan
dan
agama
serta
pengaruh
faktor
emosional
(Notoatmodjo, 2010 : 30).
E. Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data Pengumpulan data berdasarkan kondisi nyata para mahasiswa khususnya dengan yang terkait dengan masalah perilaku arif lingkungan dan peran lembaga Universitas Pancabudi dalam program perhatian dan pendidikan dalam Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
94
penanaman perilaku arif lingkungan serta pemberian pembekalan keterampilan mahasiswa terhadap kesadaran lingkungan. Teknik pengumpulan data untuk studi awal dan pelaksanaan implementasi yang digunakan meliputi; (a)pengamatan partisipasi, (b) wawancara, (c) studi dokumentasi, (d) hasil pretest dan posttest.Observasi partisipatif (participant observation), dilakukan oleh pengamat dengan melibatkan dirinya dalam suatu kegiatan yang sedang dilakukan atau sedang dialami orang lain, sedangkan orang lain itu tidak mengetahui bahwa dia atau mereka sedang diobservasi. Singarimbun (1988) mengemukakan bahwa kegiatan wawancara melibatkan komponenkomponen
yaitu;
isi
pertanyaan,
pewawancara,
responden
dan
situasi
wawancara.Sedangkan studi dokumentasi yaitu data yang diambil dari dokumendokumen yang ada di Universitas Pancabudi yang berkaitan dengan fokus penelitian sebagai pelengkap dalam analisis data. Sesuai dengan fokus penelitian, maka dijadikan sumber data dan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut : 1. Untuk mendapatkan data tentang perilaku arif mahasiswa dan pendidikan lingkungan hidup berbasis eco campus sumber datanya adalah mahasiswa, dosen, unsur pimpinan Universitas Pancabudi Medan, teknik pengumpulan datanya adalah dengan studi dokumentasi, wawancara dan observasi. 2. Untuk mendapatkan data tentang profil lingkungan hidup berbasis eco campus maka datanya adalah dokumentasi berupa laporan – laporan kegiatan universitas, mahasiswa, dan buku profil Universitas Pancabudi Medan, gambar – gambar kegiatan mahasiswa dan institusi UNPAB dan data ini dianalisis serta didiskusikan. 3. Untuk mendapatkan data tentang perilaku arif mahasiswa, sumber datanya mahasiswa yang mengikuti pelatihan, dan mahasiswa yang belum dilatih serta mahasiswa yang tidak ikut pelatihan, teknik pengumpulan datanya dengan wawancara kepada mahasiswa tersebut dan dengan observasi terhadap pengetahuan, keterampilan, sikap atau perilaku yang diperlukan dalam penampilan dan kehidupan sehari – hari baik di kampus maupun di luar kampus. Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
95
1. Wawancara Wawancara yang dilakukan terhadap mahasiswa, dosen dan unsur pimpinan Universitas Pancabudi, narasumber / instruktur pelatihan yang diperlukan untuk memvalidasi jawaban – jawaban dalam inventori. Dalam proses wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer mengenai aspek – aspek apa yang harus dibahas, yang relevan dengan mencari temukan isu – isu tentang lingkungan hidup dengan pedoman wawancara.
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat dinamakan interview guide (pedoman wawancara). (Nazir 1988 : 234) Wawancara dalam penelitian naturalistik, merupakan teknik pengumpulan data yang paling penting. Wawancara adalah percakapan dengan suatu maksud tertentu. Lincoln dan Guba (1985:268) mengungkapkan bahwa wawancara digunakan dengan maksud sebagai berikut.
(1) obtaining here-and-now construction of persons, event, activities, organizations, feelings, motivations, claims, concern, and other entities; (2) reconstructions of such entities as they are expected to be experienced in the future; (3) projections of such entities as they are expected to be experienced in the future; (4) verification, emendation, and extention of information (contruction, reconstruction, or projections) obtained from other sources, human and non-human (triangulation): and (5) verification, emendation, and extention of contruction developed by the inquirer (memberchecking). Apabila memperhatikan maksud wawancara sebagaimana tersebut di atas, maka dalam penelitian ini wawancara selalu diperlukan bukan saja sebagai teknik pengumpulan data yang berdiri sendiri, akan tetapi juga sebagai teknik penyerta pada saat melakukan observasi dan analisis dokumenter (Biklen dan Bogdan, 1982:135). Langkah pertama dalam proses wawancara peneliti melakukan membina hubungan akrab dengan responden dan menjadikan responden bersikap kooperatif. Komunikasi yang dibangun dengan sikap netral, adil dan ramah serta Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
96
penampilan yang baik. Dengan pedoman ini peneliti mendapatkan dan mengumpulkan informasi dari responden. Aspek penting dalam penelitian naturalistik yang berkaitan dengan penggunaan teknik wawancara adalah bahwa peneliti harus berusaha mengetahui bagaimana responden memandang persoalan atau keadaan dari segi perspektifnya, menurut pemikiran dan perasaan yaitu informasi „emic‟ (Nasution, 1988:71). Dengan pertimbangan tersebut maka dalam penelitian ini akan menggunakan wawancara tak berstruktur.Wawancara tak berstruktur terdiri dari dua jenis, yaitu wawancara yang berfokus (fokused interview) dan wawancara bebas (free interview). Wawancara yang berfokus berisi pertanyaan-pertanyaan yang tidak mempunyai struktur tertentu. Wawancara bebas berisi pertanyaan-pertanyaan yang beralih-alih dari satu pokok ke pokok yang lain, sepanjang berkaitan dengan dan menjelaskan aspek-aspek masalah yang diteliti (Koentjaraningrat, 1986:139). Dalam wawancara ini peneliti akan menyediakan pedoman wawancara, meskipun dalam pelaksanaannya tidak terlalu terkait pada pedoman tersebut.
2. Observasi Dalam melakukan observasi dan pengamatan kegiatan seharian kepada mahasiswa dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantunya dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan langsung objek dan fokus penelitian. Pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena – fenomena sosial dan gejala – gejala psikis mahasiswa kemudian dilakukan pencatatan. Observasi dalam penelitian naturalistik memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi dalam kaitannya dengan konteks (hal-hal yang berkaitan dengan sekitarnya), sehingga peneliti dapat memperoleh makna dari informasi yang dikumpulkannya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Spradley (1980:58-62) dan dijelaskan pula oleh Nasution (1988:61-62), bahwa :
Intensitas partisipasi pengamat dapat dilakukan dalam lima tingkatan, yaitu dari partisipasi nihil (non participation), partisipasi pasif (passive Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
97
participation) dan partisipasi aktif (active participation), sampai dengan partisipasi penuh (complete participation). Dengan mempertimbangkan kedudukan peneliti dan sifat penelitian, maka dalam penelitian ini peneliti akan melakukan observasi dengan tingkatan observasi moderat. Dalam hal ini peneliti melakukan observasi mulai dari kegiatan sebagai penonton, sewaktu-waktu turut serta dalam situasi atau kegiatan yang berlangsung. Dalam penelitian naturalistik, kegiatan observasi biasanya dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu; (1) descriptive observation, (2) focus observation, dan selected observation (Spradley, 1980:73). Pada tahap awal kegiatan observasi masih bersifat umum, yaitu untuk memahami kegiatan apa yang terjadi dikaitkan dengan masalah yang diteliti. Selanjutnya perhatian observasi beralih untuk memahami aspek-aspek (fokus) apa saja yang perlu mendapat perhatian. Dan sampai peneliti dapat mengambil keputusan untuk menetapkan aspek-aspek apa saja yang perlu dipahami lebih mendalam.Persoalan yang muncul dalam melakukan observasi, terutama “selected observation”, adalah apakah yang harus diamati supaya diperoleh keterangan yang dibutuhkan untuk memperoleh pengetahuan dan pengertian tentang penelitian. Menurut William (1988:77) efektivitas suatu observasi sangat dipengaruhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang terpikirkan oleh pengamat. „whatever you see and record is influenced by the question you have in mind”. Dalam proses penelitian, pertanyaan-pertanyaan tersebut dibentuk dan diturunkan dari kerangka teori yang dirumuskan oleh peneliti sebagai perspektif teoritis (premis) yang dijadikan pedoman proses inquiri terhadap masalah yang diteliti. Teori ini memberikan gambaran mengenai kenyataan-kenyataan yang perlu diperhatikan. Dikatakan oleh Bachtiar (1986:111) bahwa
bilamana seorang peneliti
mengadakan pengamatan tanpa menggunakan kerangka pemikiran yang merupakan teori, maka ia sering tertarik oleh gejala atau peristiwa yang seolaholah menonjol menuntut perhatian.
Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
98
3. Studi Dokumenter Studi dokumen peneliti lakukan dimaksudkan untuk pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen berupa dokumen tertulis, gambar maupun elektronik serta laporan – laporan kegiatan mahasiswa dan lembaga Universitas Pancabudi dan dokumen lainnya yang diperoleh kemudian dianalisis atau diurai selanjutnya dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk suatu hasil kajian yang sistematis padu dan utuh, jadi studi dokumenter tidak sekedar mengumpulkan, menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan – kutipan tentang sejumlah dokumen yang dilaporkan. Sekalipun data dalam penelitian naturalistik kebanyakan diperoleh dari sumber manusia melalui wawancara dan observasi, akan tetapi ada pula sumber informasi yang bersumber dari bukan manusia. Dalam penelitian ini dokumen dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data. Sebelum mengambil data dari dokumen, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) apakah dokumen itu otentik atau palsu, (2) apakah isinya dapat diterima sebagai kenyataan, dan (3) apakah data itu cocok untuk menambah pengertian tentang gejala yang diteliti.
4. Angket Angket digunakan untuk mengetahui persentase atau skala prioritas kebutuhan materi PLH yang praktis, aplikatif, relevan sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, pengumpulan data melalui angket untuk mengetahui sejauh mana efektivitas model PLH dalam meningkatkan perilaku arif mahasiswa di Universitas Pancabudi Medan. Model skala sikap yang digunakan pada penelitian ini, bertujuan untuk menggambarkan peningkatan perilaku arif mahasiswa, berdasarkan hasil treatmen sebelumnya. Model skala sikap yang digunakan pada penelitian ini adalah skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2009). Skala likert ini terdiri atas lima pilihan yang disediakan yaitu Model skala sikap yang Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
99
digunakan pada penelitian ini adalah skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2009). Skala likert ini terdiri atas lima pilihan yang disediakan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (RG), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).Untuk skala likert pada awalnya skor tertinggi tiap butir adalah 5 dan 1. Sedangkan skala yang berarah negatif sebaliknya. Dalam penelitian ini, pernyataan dalam angket ini dibuat berdasarkan lima karakteristik sikap dan perilaku yang arif terhadap lingkungan menurut Chiras (1982), yang terdiri dari : a. Adanya kesadaran bahwa alam mempunyai daya dukung yang terbatas b. Penggunaan Sumber Daya Alam (SDA) yang terkontrol c. Kegiatan daur ulang dan penggunaan sumber daya alternatif d. Kualitas hidup tidak diukur dari banyaknya materi yang dipunyai (sederhana) e. Menanamkan sikap berorientasi kepada generasi mendatang.
F. Pengembangan Instrumen Penelitian Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi
data tentang : (1)
kondisi empiris pendidikan lingkungan hidup di Universitas Pancabudi Medan; (2) data tentang tingkat pengetahuan pemahaman atau kompetensi mahasiswa tentang pendidikan lingkungan hidup. Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer diperoleh dari responden, informan, dan pengamatan langsung selama penelitian. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan menggunakan kuesioner kepada informan, dan responden. Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan adalah berbagai data yang berfungsi melengkapi data primer, yang telah diolah dengan cara tertentu dan tersedia pada lembaga-lembaga formal dan nonformal. Data tersebut berwujud dokumen laporan data statistik yang dianggap relevan dengan tujuan penelitian. 1. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
100
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen untuk mengukur aspek pengetahuan dan untuk mengukur skala sikap, masing-masing untuk pelatihan pembentukan sikap inovatif petani. Analisis terhadap instrumen dilakukan secara kualitatif (qualitatif control) dan kuantitatif (quantitatif control). Analisis kualitatif sering juga disebut validitas logis (logical validity) yaitu berupa penelaahan yang dimaksudkan untuk menganalisa instrumen ditinjau dari segi formal penulisan (konstruksi), isi (materi), dan editorial (bahasa). Sedangkan analisis kuantitatif yang menekankan pada analisis karakteristik internal tes melalui data yang diperoleh secara empirik. Karakteristik internal secara kuantitatif dimaksudkan meliputi parameter validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Berdasarkan instrumen dan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka terhadap instrumen tes dilakukan uji validasi dan reliabilitas.
Untuk
mendapatkan validitas dan reliabilitas instrumen ini, maka diadakan uji coba terhadap 30 orang anggota kelompok, yang memiliki karakteristik yang sama dengan anggota kelompok yang menjadi sampel penelitian. Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauhmana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur, Sedangkan reliabilitas bertujuan untuk menunjukkan sejauhmana tes yang diberikan ajeg dari waktu ke waktu, sehingga memberikan skor yang sama atau relatif sama. Selain itu diketahui sejauh mana pertanyaan dapat dipahami sehingga tidak menyebabkan beda interpretasi dalam pemahaman pertanyaan tersebut. Untuk menguji validitas alat ukur aspek pengetahuan digunakan rumusan Point Biserial.Point biserial dipilih dengan alasan variabel butir soal pada aspek pengetahuan bersifat dikotomi yakni bentuk soal pilihan ganda dimana soal yang benar diberi angka satu (1) dan yang salah diberi angka nol (0). Korelasi biserial ditentukan dengan menggunakan persamaan:
M p Mt R pbis S
p q
(Sumarna Surapranata, 2005:61)
Dimana : Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
101
Rpbis = Kofisien korelasi point biserial atau koefisien validitas Mp = Rata-rata skor dari subjek-subjek yang menjawab betul item yang dicari korelasinya dengan tes Mt = Rata-rata skor total S = Simpangan baku (standar deviasi) skor total p = Proporsi subjek kelompok kesatu (yang menjawab betul item tersebut) q
proporsi subjek kelompok kedua (1 – p)
=
Dasar pengambilan keputusan untuk korelasi point biserial yaitu jika koefisien validitas 0,30 maka item pertanyaan tersebut valid. Sedangkan jika koefisien validitas < 0,30 maka item pertanyaan tersebut tidak valid. Sedangkan untuk menguji validitas alat ukur yang berupa angket aspek sikap terhadap kegiatan pembelajaran digunakan koefisien korelasi item-total yang terkoreksi karena skala pengukurannya ordinal. Langkah pertama dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir dengan menggunakan rumus korelasi Product Momentsebagai berikut:
nYi X Yi X
rix
(nX 2 (X) 2 )(nYi (Yi ) 2 ) 2
(Sudjana, 1992:369)
Keterangan : rix
: Korelasi antara instrumen pertanyaan secara keseluruhan
Si
: Varians jawaban responden untuk instrumen ke i
Sx
: Varians jawaban responden keseluruhan instrumen
n
: Jumlah reponden
X Y X Y
: Jumlah jawaban responden untuk keseluruhan instrumen : Jumlah jawaban responden untuk instrumen ke – i
i
2
i
: Jumlah jawaban responden untuk keseluruhan instrumen yang dikuadratkan. 2
: Jumlah jawaban responden untuk instrumen ke-i yang dikuadratkan.
Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
102
Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas untuk mengukur aspek pengetahuan dengan menggunakan Koefisien Reliabilitas Kuder Richardson 20 (KR 20). Alasan penggunaan rumusan tersebut adalah bahwa KR 20 merupakan bentuk pengujian reliabilitas yang khusus dipergunakan pada butir-butir yang dikotomi seperti soal pilihan ganda (Nunnaly, 1972). Persamaan Kuder Richardson 20 adalah sebagai berikut :
r11 =
k Vt pq k 1 Vt
(Sumarna Surapranata, 2005: 114)
dimana : r11 : Reliabilitas instrumen k
: Banyaknya butir pertanyaan
Vt : Varians total p
: Proporsi subjek yang menjawab betul (skor 1)
q
: Proporsi subjek yang menjawab salah (skor 0)
Sedangkan untuk menguji reliabilitas dalam aspek sikap, penulis menggunakan Koefisien Alpha (α) atau dikenal dengan reliabilitas Alpha Cronbach. Rumus persamaan koefisien alpha adalah: 2 k Si 1 S 2 k 1 x
(Sumarna Surapranata, 2005:114)
Keterangan : k
S S X2
: Jumlah Instrumen pertanyaan 2 i
: Jumlah varians dari tiap instrumen : Varians dari keseluruhan instrumen
Dasar pengambilan keputusan untuk dikatakan reliabel dan berhasil mengukur variabel yang diukur jika koefisien reliabilitasnya lebih dari atau sama dengan 0,700 (Kaplan dan Saccuzo,1993). Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
103
Adapun hasil perhitungan validitas instrument aspek kognitif, afektif dan psikomotor dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Validitas Instrumen Penelitian Aspek Kognitif No. Item
Hasil Uji r. hitung
1.
0.482
0.361
Taraf Signifikansi 95 % r tabel = 0.361 r hitung > r tabel
2.
0.739
0.361
r hitung > r tabel
Valid
3.
0.657
0.361
r hitung > r tabel
Valid
4.
0.694
0.361
r hitung > r tabel
Valid
5.
0.651
0.361
r hitung > r tabel
Valid
6.
0.534
0.361
r hitung > r tabel
Valid
7.
0.723
0.361
r hitung > r tabel
Valid
8.
0.549
0.361
r hitung > r tabel
Valid
9.
0.733
0.361
r hitung > r tabel
Valid
10.
0.668
0.361
r hitung > r tabel
Valid
11.
0.569
0.361
r hitung > r tabel
Valid
12.
0.582
0.361
r hitung > r tabel
Valid
13.
0.702
0.361
r hitung > r tabel
Valid
14.
0.632
0.361
r hitung > r tabel
Valid
15.
0.644
0.361
r hitung > r tabel
Valid
16.
0.757
0.361
r hitung > r tabel
Valid
17.
0.559
0.361
r hitung > r tabel
Valid
18.
0.703
0.361
r hitung > r tabel
Valid
Keterangan Valid
Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
104
No. Item
Hasil Uji r. hitung
19.
0.664
0.361
Taraf Signifikansi 95 % r tabel = 0.361 r hitung > r tabel
20.
0.632
0.361
r hitung > r tabel
No. Item
Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Validitas Instrumen Penelitian Aspek Afektif Hasil Uji Taraf Keterangan Signifikansi r. hitung
Keterangan Valid Valid
95 % r tabel = 0.361
1.
0,712
0.361
r hitung > r tabel
Valid
2.
0.515
0.361
r hitung > r tabel
Valid
3.
0.521
0.361
r hitung > r tabel
Valid
4.
0.557
0.361
r hitung > r tabel
Valid
5.
0.684
0.361
r hitung > r tabel
Valid
6.
0.566
0.361
r hitung > r tabel
Valid
7.
0.711
0.361
r hitung > r tabel
Valid
8.
0.512
0.361
r hitung > r tabel
Valid
9.
0.724
0.361
r hitung > r tabel
Valid
10.
0.625
0.361
r hitung > r tabel
Valid
11.
0.584
0.361
r hitung > r tabel
Valid
12.
0.580
0.361
r hitung > r tabel
Valid
13.
0.580
0.361
r hitung > r tabel
Valid
14.
0.726
0.361
r hitung > r tabel
Valid
15.
0.524
0.361
r hitung > r tabel
Valid
16.
0.663
0.361
r hitung > r tabel
Valid
17.
0.636
0.361
r hitung > r tabel
Valid
18.
0.474
0.361
r hitung > r tabel
Valid
19.
0.706
0.361
r hitung > r tabel
Valid
20.
0.687
0.361
r hitung > r tabel
Valid
21.
0.686
0.361
r hitung > r tabel
Valid
22.
0.676
0.361
r hitung > r tabel
Valid
23.
0.588
0.361
r hitung > r tabel
Valid
24.
0.742
0.361
r hitung > r tabel
Valid
Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
105
No. Item
Hasil Uji
Taraf Signifikansi
r. hitung
95 % r tabel = 0.361
Keterangan
25.
0.552
0.361
r hitung > r tabel
Valid
26.
0.625
0.361
r hitung > r tabel
Valid
27.
0.606
0.361
r hitung > r tabel
Valid
28.
0.710
0.361
r hitung > r tabel
Valid
29.
0.654
0.361
r hitung > r tabel
Valid
30.
0.609
0.361
r hitung > r tabel
Valid
Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Validitas Instrumen Penelitian Aspek Psikomotor No. Item
Hasil Uji r. hitung
1.
0.515
0.361
Taraf Signifikansi 95 % r tabel = 0.361 r hitung > r tabel
2.
0.773
0.361
r hitung > r tabel
Valid
3.
0.650
0.361
r hitung > r tabel
Valid
4.
0.681
0.361
r hitung > r tabel
Valid
5.
0.634
0.361
r hitung > r tabel
Valid
6.
0.552
0.361
r hitung > r tabel
Valid
7.
0.704
0.361
r hitung > r tabel
Valid
8.
0.507
0.361
r hitung > r tabel
Valid
9.
0.698
0.361
r hitung > r tabel
Valid
10.
0.645
0.361
r hitung > r tabel
Valid
11.
0.558
0.361
r hitung > r tabel
Valid
12.
0.541
0.361
r hitung > r tabel
Valid
13.
0.761
0.361
r hitung > r tabel
Valid
14.
0.622
0.361
r hitung > r tabel
Valid
15.
0.684
0.361
r hitung > r tabel
Valid
16.
0.760
0.361
r hitung > r tabel
Valid
17.
0.561
0.361
r hitung > r tabel
Valid
18.
0.515
0.361
r hitung > r tabel
Valid
19.
0.773
0.361
r hitung > r tabel
Valid
20.
0.761
0.361
r hitung > r tabel
Valid
Keterangan Valid
Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
106
No. Item
Hasil Uji r. hitung
21.
0.622
0.361
Taraf Signifikansi 95 % r tabel = 0.361 r hitung > r tabel
22.
0.684
0.361
r hitung > r tabel
Valid
23.
0.760
0.361
r hitung > r tabel
Valid
24.
0.561
0.361
r hitung > r tabel
Valid
25.
0.540
0.361
r hitung > r tabel
Valid
26.
0.608
0.361
r hitung > r tabel
Valid
27.
0.603
0.361
r hitung > r tabel
Valid
28.
0.761
0.361
r hitung > r tabel
Valid
Keterangan Valid
Sedangkan hasil perhitungan Reliabilitas instrument aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotor dapat dilihat pada tabe berikut : Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Reliabilitas aspek Kognitif Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .925
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .926
N of Items 20
Setelah diperoleh harga r hitung, selanjutnya untuk dapat diputuskan instrument tersebut reliable atau tidak, harga tersebut dikonsultasikan dengan harga r tabel. Dengan n = 20 taraf kesalahan 5 % diperoleh 0,361 dan taraf kesalahan 1% = 0,463. Karena r hitung lebih besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 5% maupun 1 % (0,925 > 0,463 > 0,361), maka dapat disimpukan instrument aspek kognitif (pengetahuan) tersebut reliabel dan dapat dipergunakan untuk penelitian. Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Reliabilitas aspek Afektif Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
N of Items
Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
107
.946
.946
30
Setelah diperoleh harga r hitung, selanjutnya untuk dapat diputuskan instrument tersebut reliabel atau tidak, harga tersebut dikonsultasikan dengan harga r tabel. Dengan n = 30 taraf kesalahan 5 % diperoleh 0,361 dan taraf kesalahan 1% = 0,463. Karena r hitung lebih besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 5% maupun 1 % (0,946 > 0,463 > 0,361), maka dapat disimpukan instrument aspek afektif (sikap) tersebut reliabel dan dapat dipergunakan untuk penelitian.
Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Reliabilitas Aspek Psikomotor Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .947
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .948
N of Items 28
Setelah diperoleh harga r hitung, selanjutnya untuk dapat diputuskan instrument tersebut reliabel atau tidak, harga tersebut dikonsultasikan dengan harga r tabel. Dengan n= 28 taraf kesalahan 5 % diperoleh 0,361 dan taraf kesalahan 1%= 0,463. Karena r hitung lebih besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 5% maupun 1 % (0,947>0,463>0,361), maka dapat disimpulkan instrument aspek afektif (sikap) tersebut reliabel dan dapat dipergunakan untuk penelitian.
2. Analisis Butir Soal a. Indeks Kesukaran Kesukaran soal merupakan nilai rata-rata dari kelompok peserta tes, yang digunakan dengan tujuan untuk mengukur kesukaran soal dengan kemampuan peserta tes. Tingkat kesukaran dicari dengan rumus : Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
108
p
x sm n
(Sumarna Surapratnata, 2005:12)
dengan : p
: Tingkat kesukaran atau proporsi menjawab benar
∑x
: Banyak peserta yang menjawab benar
sm
: Skor maksimum
n
: Jumlah peserta tes
Kategori tingkat kesukaran:
Tabel 3.8 Nilai dan Kategori Tingkat Kesukaran Nilai P Kategori p < 0,3 Sukar 0,3 ≤ p ≤ 0,7 Sedang p > 0,7 Mudah Sumber: Sumarna Surapranata, 2005:21 b. Daya Pembeda (DP) Salah satu analisis kuantitatif soal adalah menentukan dapat tidaknya suatu soal membedakan kelompok dalam aspek yang diukur. Indeks daya pembeda (item discrimination) digunakan dengan tujuan untuk membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah. Daya pembeda soal dicari dengan menggunakan rumus :
D
A B nA nB
(Sumarna Surapratnata, 2005:31)
dengan : D
: Indeks daya pembeda
∑ A : Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok atas ∑ B : Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok bawah Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
109
nA
: Jumlah peserta tes kelompok atas
nB
: Jumlah peserta tes kelompok bawah
Klasifikasi interpretasi untuk tingkat kesukaran dan daya pembeda yang digunakan adalah : Tabel 3.9 Ukuran Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Kriteria Tingkat Kesukaran
Daya Pembeda
Koefisien 0.30 s.d 0.70 0.10 s.d 0.29 atau 0.70 s.d 0.90 <0.10 dan > 0.90 > 0.30 0.10 s.d 0.29 < 0.10
Keputusan Diterima Direvisi Ditolak Diterima Direvisi Ditolak
Sumber: Sumarna Surapranata (2005:47) G. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup analisis kualitatif, analisis kuantitatif dan analisis deskriptif. Kombinasi moteda analisis data diharapkan dapat memperoleh temuan yang lebih komprehensif dari penelitian pengembangan model ini.
1. Analisis Kualitatif Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data dari hasil pengamatan (observasi) dan wawancara, baik yang dikumpulkan pada saat studi pendahuluan, selama berlangsung uji coba dan validasi empiris model yang berkaitan dengan evektivitas juga analisis sesudah validasi. Menurut Miles dan Huberman (Bunyamin Maftuh, 2004:201) langkah-langkah yang ditempuh untuk menganalisa data kulitatif pada tahap penelitian
pendahuluan ini adalah: (1)
mengkategorikan dan mengkodefikasi data, (2) mereduksi data, yakni (a) merangkum laporan lapangan, (b) mencatat semua data, (c) melakukan klasifikasi, (3) mendeskrispikan dan mengklasifikasi data dalam bentuk table dan grafik, (4) mendeskripsikan (drawing), memverifikasi (verifying) dan menyimpulkan (conclusion).
Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
110
Untuk menjaga validitas, reliabilitas dan objektifitas temuan data kualitatif dilakukan melalui pengujian validitas internal (credibility), validitas eksternal (transferability), reliabilitas (dependability) dan objektifitas (confirmability). Validitas internal dilakukan dalam bentuk kredibilitas (tarap kepercayaan). Menurut Lincoln dan Guba (1985:305), untuk mencapai tarap kredibilitas disarankan ditempuh tujuh cara, yaitu: pertama, memperpanjang waktu tinggal di lokasi penelitian. Kedua, mengadakan pengamatan/wawancara lebih tekun. Ketiga, menguji secara triangulasi, yaitu: proses untuk mencek kebenaran data dengan cara membandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan pada waktu yang berlainan dan dengan menggunakan metoda yang berlainan. Dalam penelitian ini hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua kelompok, dibandingkan dengan anggota kelompok usaha tani dan dibandingkan juga dengan informasi yang diperoleh dari pendamping usaha, serta dibandingkan dengan hasil observasi yang dilakukan penulis/peneliti selama dilapangan. Keempat, melakukan diskusi dengan teman sejawat. Dalam penelitian ini penulis cukup sering diskusi dengan teman-teman program S3 di Program Pascasarjana UPI. Kelima, melakukan analisis kasus negatif. Keenam, mengadakan pengecekan kecukupan referensi. Ketujuh, mengadakan pengecekan anggota. Selanjutnya validitas eksternal dinyatakan dalam transferabilitas, dilakukan dengan maksud melihat sampai sejauh mana hasil penelitian dapat ditrasfer kepada subjek lain atau diaplikasikan dalam situasi lain. Dalam penelitian ini penulis berasumsi bahwa model peningkatan penyadaran kemungkinan dapat diterapkan dalam situasi lain dengan penyesuaian berdasarkan kondisi masingmasing tanpa mengabaikan prinsip-prinsip dasarnya. Sedangkan dependabilitas,
reliabilitas berkaitan
penelitian
dengan
sejauh
ini
dinyatakan
mana
kualitas
dalam proses
bentuk dalam
mengkonseptualisasikan penelitian, pengumpulan data, interpretasi temuan, dan pelaporan hasil, serta dilakukan audit trail. Menurut Lincoln & Guba (1985:319), trail diartikan jejak yang dapat dilacak ataupun diikuti, sedangkan audit diartikan pemeriksaan terhadap ketelitian yang dilakukan sehingga timbul keyakinan bahwa Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
111
apa yang dilaporkan itu demikian adanya. Dalam penelitian ini penulis/peneliti yang melakukan “audit trail” dalam: membuat catatan lapangan (field notes) serta menyimpan dan meneliti dokumen dari data mentah yang diperoleh melalui wawancara
dan
observasi,
melakukan
kategorisasi
informasi
dan
menggambarkannya sebagai hasil analisis data, manafsirkan dan menyimpulkan, serta melaporkan proses pengumpulan data yang dilakukan. Kemudian objektivitaspenelitian dilakukan dalam bentuk comfirmabilitas, yaitu untuk menjamin kepastian data, dilakukan dengan pengecekan kembali hasil temuan sementara dengan data yang baru diperoleh yang terangkum dalam catatan observasi, wawancara dan tes.
2. Analisis Kuantitatif Efektifitas model yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah untuk menentukan sejauhmana model pendidikan lingkungan hidup berbasis ecocampus mampu meningkatkan perilaku arif lingkungan bagi mahasiswa di UNPAB. Pengujian efektifitas model yang dikembangkan dalam penelitian ini dengan quasi-experimental. Persyaratan digunakan quasi experiment adalah: (1) tanpa digunakan kelompok kontrol, walaupun menggunakan desian experimen, (2) mengkaji hubungan antar variabel, (3) membandingkan hasil dua kelompok (Safuri, 2003:88) Rumusan disain yang digunakan untuk menguji efektifitas model adalah dengan menggunakan disain penelitian
“The One-Group Pretest-
Posttest Design”, tanpa kelompok pembanding. Desain uji lapangan ini dilukiskan oleh Campbelldalam Sugiyono(2008: 73) sebagai berikut: T1 X T2 Pre-test Treatment Post-test Gambar 3.3 Desain Uji Coba Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
112
Berdasarkan uraian diatas, analisis perbedaan dilakukan terhadap data sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) proses pelatihan. Jika terjadi perbedaan yang signifikan antara hasil pre-test dan post-tes, maka perbedaan yang terjadi itu sebagai dampak atau pengaruh dari implementasi model pelatihan pembentukan sikap yang diujicobakan. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Analisis data kualitatif dilakukan melalui wawancara
mendalam,
diskusi dan refleksi pengalaman belajar, sedangkan data yang sifatnya kuantitatif dianalisis dari data instrumen. Penentuan signifikansi atas analisis data instrumen dilakukan dengan menggunakan analisis perbedaan terhadap data yang diolah menggunakan teknik statistik parametrik dan nonparametrik. Selanjutnya prosedur pengolahan data untuk analisis perbedaan dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut : a. Mengetes normalitas distribusi dari masing-masing kelompok dengan menggunakan rumus uji lilliefors (Sudjana, 1989:466), langkah-langkahnya adalah : Tentukan hipotesis penelitian. H0 : Data berdistribusi normal H1 : Data tidak berdistribusi normal Tentukan tingkat kesalahan yang bias ditolelir, alpha (α). Data diurutkan dari kecil ke besar. Cari rata-rata ( X ) dan simpangan bakunya (s). X
Xi n
(n X 2 ) ( X ) 2 s n(n 1)
(Sudjana, 1992:94)
Tentukan angka baku : z
Xi X s
Hitung peluang F (zi) = P (z ≤ zi)
(Sudjana, 1992:99)
Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
113
Hitung S (zi) yaitu proporsi zi yang lebih kecil atau sama dengan zi. Hitung |F(Zi)-S(Zi)| Tentukan nilai terbesar dari |F(Zi)-S(Zi)| = L0 tabel
).
Kriteria uji : Tolak H0 jika L0 ≥ L tabel, terima dalam hal lainnya. b. Jika kedua data (pretest dan postest) berdistribusi normal, dilanjutkan dengan analisis perbedaan uji t berpasangan.
t
B n sB
(Sudjana, 1992:242)
dengan: B Rata rata
B
s B Simpangan baku B
c. Tetapi jika minimal satu dari dua kelompok data tersebut tidak berdistibusi normal, maka uji perbedaan menggunakan statistika nonparametrik dalam hal ini menggunakan tes Wilcoxon untuk sampel berpasangan. Statistik uji Wilcoxon : z
1 T n(n 1) 4 1 n(n 1)(2n 1) 24
(Sugiyono, 2004:48)
Berdasarkan karakteristik jenis data dari setiap aspek penelitian, dapat diprediksikan teknik statistik dan analisis perbedaan yang akan dilakukan. Sebelum dilakukan pengujian dengan menggunakan teknik statistik di atas, terlebih dahulu dilakukan pengolahan data mentah skor test dari masing-masing alat tes, diantaranya: pertama
tes pengetahuan untuk tingkat perilaku arif
mahasiswa disusun dalam bentuk test pilihan ganda. Setiap butir soal pilihan berganda yang dijawab dengan betul diberi skor 1 (satu) dan yang dijawab salah diberi skor 0 (nol) mutlak (Subino, 1986:16). Skor mentah peserta belajar untuk sejumlah butir soal pilihan berganda dihitung dengan menjumlahkan semua skor butir dari butir-butir soal yang dijawab dengan benar. Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
114
Kedua
data
skala
sikap
terhadap
kegiatan
pembelajaran
yang
pengukurannya menggunakan metoda “summated rating” yang dikembangkan oleh Linkert. Menurut Subino (1987:124) penentuan skor skala sikap Likert Model skala sikap yang digunakan pada penelitian ini, bertujuan untuk menggambarkan peningkatan perilaku arif mahasiswa, berdasarkan hasil treatmen sebelumnya. Model skala sikap yang digunakan pada penelitian ini adalah skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2009). Skala likert ini terdiri atas lima pilihan yang disediakan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (RG), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk skala likert pada awalnya skor tertinggi tiap butir adalah 5 dan 1. Sedangkan skala yang berarah negatif sebaliknya. Sedangkan untuk menganalisis skala sikap sebagaimana disarankan Subino (1987:128) adalah menggunakan perhitungan uji z. Senada
dengan
pendapat
diatas,
Rohman
Natawidjaja
(1999:25)
menyarankan data skala sikap dianalisis dengan menggunakan pedoman penskoran sebagaimana tabel berikut: Tabel 3.10 Pedoman Penskoran Skala Sikap Sifat Pernyataan
Pilihan Sikap SS
S
RG
TS
STS
Positif
5
4
3
2
1
Negatif
1
2
3
4
5
Ketiga, penilaian data aspek keterampilan tidak jauh berbeda dengan penilaian data aspek pengetahuan. Penilaian aspek keterampilan juga dimulai dengan pengukuran hasil belajar peserta pelatihan. Perbedaan di antara keduanya adalah pengukuran hasil belajar aspek pengetahuan dilakukan dengan tes, sedangkan pengukuran hasil belajar aspek keterampilan menggunakan penilaian unjuk kerja atau ujian tindakan melalui pengamatan peneliti. Teknik penskoran penilaian keterampilan Surapranata (2005:9). Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
115
3. Analisis Deskriptif Sedangkan untuk menganalisis data dari angket pada tahap evaluasi kegiatan pembelajaran (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi) penerapan model pendidikan lingkungan hidup berbasis eco-campus untuk meningkatkan perilaku arif mahasiswa menggunakan kriteria penafsiran dalam Surapranata (2005:9) sebagai berikut: 0% - 10%
= tidak ada
11% - 40%
= sebagian kecil
41% - 60%
= setengahnya
61% - 90%
= sebagian besar
91% - 100%
= seluruhnya
Syaiful Bahri, 2013 Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus Untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu