BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian jenis analitik observasional dengan
pendekatan
cross-sectional
(potong-lintang).Penelitiananalitik
observasional, yaitu penelitian yang menjelaskan adanya hubungan antara variabel melalui pengujian hipotesis dan mengestimasi besarnya pengaruh paparan terhadap penyakit.Berdasarkan waktu penelitian ini adalah potong lintang (cross-sectional) karena mempelajari korelasi antar variabel sebab dengan akibat, dengan pendekatan sekaligus pada satu saat atau point timeapproach. (Murti, 2013).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sanden Bantul Yogyakartadengan pertimbangan bahwa Puskesmas Sanden merupakan salah satu Puskesmas dengan akseptor vasektomi rendah. 2. Waktu Penelitian Waktu Pengambilan data penelitian dilaksanakandari bulan April-Mei 2016
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi sasaran (target populasi) dalam penelitian ini adalah suami yang belum menggunakan vasektomi yang tinggal di Sanden Bantul. 2. Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan untuk kelompok kasus dan kelompok kontrol adalah Fixed Disease Sampling yaitu merupakan skema pencuplikan berdasarkan status penyakit subjek, yaitu berpenyakit atau tidak berpenyakit yang diteliti, sedang status paparan subjek bervariasi
34
35
mengikuti status penyakit subjek (Gerstman, 1998) dalam Murti (2013). Jumlah estimasi kelompok kasus dan kelompok kontrol menggunakan perbandingan 1;1 pada setiap kasus. Kelompok kasus pada penelitian ini adalah suami yang bersedia menjadi akseptor vasektomi sejumlah 45 responden sedangkan untuk kelompok kontrol diambil dari tetangga responden yang tidak bersedia sebagai akseptor vasektomi sejumlah 45 responden. Total sampel pada penelitian adalah 90 responden.
D. Identifikasi Variabel 1. Variabel Eksogen yaitu variabel yang mempengaruhi : a. Sikap suami tentang vasektomi b. Norma subjektif tentang vasektomi c. Persepsi Kontrol perilaku tentang vasektomi 2. Variabel Endogen yatiu variabel yang dipengaruhi : a. Kesediaan suami sebagai akseptor vasektomi b. Niat suami menggunakan vasektomi
36
E. Kerangka Penelitian
Populasi: suami yang belum menggunakan vasektomi dan tinggal di wilayah kerja Puskesmas Sanden Bantul
Sampel Dilihat dari karakteristik responden meliputi: Usia, Pekerjaan, Penghasilan Fixed Desease Sampling
Pengukuran variabel eksogen: Sikap suami tentang vasektomi
Skor variabel (data kontinu) Path Analysis
Pengukuran variabel eksogen: Norma subjektif tentang vasektomi Pengukuran variabel eksogen: Persepsi kontrol perilaku tentang vasektomi Pengukuran variabel endogen: Niat menggunakan vasektomi Pengukuran variabel endogen: Kesediaan suami
Skor variabel (data kontinu)
Skor variabel (datakontinu)
Skor variabel (data kontinu)
Skor variabel (data kategori)
sebagai akseptor vasektomi
Gambar 3.1 Kerangka Prosedur Penelitian
Kesimpulan
37
F. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Eksogen a. Sikap suami tentang vasektomi Definisi : sikap subjek penelitian yang berkaitan dengan vasektomi dilihat dari aspek penerimaan vasektomi, respon atau pendapat, mengajak orang lain untuk melakukan vasektomi (menghargai) dan bertanggungjawab atas pilihannya. Alat Ukur : Kuesioner Skala Data: Kontinu (Sangat setuju, Setuju, Tidak setuju, Sangat tidak setuju) b. Norma subjektif tentang vasektomi Definisi
: kepercayaan mengenai penilaian seseorang yang mempengaruhi keputusan subjek penelitian untuk menggunakan vasektomi.
Alat Ukur :Kuesioner Skala Data: Kontinu(Sangat setuju, Setuju, Tidak setuju, Sangat tidak setuju) c. Persepsi Kontrol perilakutentang vasektomi Definisi
:keyakinan subjek penelitian terhadap kemampuannya dalam mengendalikan faktor penghambat untuk melakukan vasektomi.
Alat ukur : Kuesioner Skala Data: Kontinu (Sangat setuju, Setuju, Tidak setuju, Sangat tidak setuju) 2. Variabel Endogen a. Niat suami menggunakan vasektomi Definisi
: keinginan subjek penelitian untuk menggunakan vasektomi
Alat ukur : Kuesioner Skala Data: Kontinu (Sangat setuju, Setuju, Tidak setuju, Sangat tidak setuju)
38
b. Kesediaan suami sebagai akseptor vasektomi Definisi
: penerimaan suami untuk menggunakan vasektomi
Alat Ukur Skala Data
: Kuesioner : Kategori (Ya, Tidak)
G. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara untukmenerapkan metode pada masalah yang sedang diteliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah angket (kuesioner).Penggunaan angket dilakukan dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan tertulis kepada responden.
H. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner yang
disusun oleh peneliti sendiri berdasarkan indikator-indikator yang membentuk masing-masing variabel penelitian. Tabel 3.1 Instrumen Penelitian Penelitian Variabel Eksogen
Aspek Sikap suami tentang vasektomi
2,3,4,6,7
1,5
Norma subjektif tentang vasektomi
8 ,11
9,10,12,13
Persepsi Kontrol perilaku tentang vasektomi Endogen
Nomor Item Jumlah Item Favorable Unfavorable
15,22
7
6
10
14,16,17,18,19,20,21,23
Niat suami menggunakan vasektomi
24,25,26,27,28
5
Kesediaan suami sebagai akseptor vasektomi
29
1
39
I. Uji Validitas dan Reliabilitas Teknik pengujian instrumen bertujuan untuk menguji instrumen penelitian yang telah disusun.Kuesioner terlebih dahulu diuji validitas dan uji reliabilitas.Uji instrumen dilakukan terhadap 20 responden selain responden sampel penelitian. 1. Uji Validitas Validitas pengukuran adalah derajat kebenaran dari suatu kesimpulan yang ditarik dari sebuah penelitian, yang dipengaruhi dan dinilai berdasarkan metode penelitian yang digunakan keterwakilan dari sampel penelitian serta sifat populasi asal sampelMurti (2011). 1) Validitas isi Validitas isi dimana kuesioner dinilai dengan cara memeriksa tentang item-item pertanyaan di dalam kuesioner tersebut memang sudah sesuai dengan isi (content) dari masing-masing variabel yang akan diteliti, khususnya
variabel-variabel
komposit
seperti
dukungan
keluarga,
mekanisme koping, stres psikis, dismenore dan sebagainya. Isi masingmasing variabel tersebut dinilai kesesuaiannya dengan definisi variabel sebagai hasil sintesis dari teori-teori yang sesuai, yang umumnya digunakan oleh peneliti laindalam penelitian yang serupa sebelumnya dan penelitian para ahli di bidang penelitian tersebut. Berdasarkan dari teori yang ada, penggunaan definisi variabel menurut peneliti sebelumnya dan para ahli, selanjutnya isi dari masingmasing variabel dijabarkan dalam sejumlah kisi-kisi.Kemudian dari kisikisi dibuat pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner. Aspek relevansi isi dan cakupan isi dari validitas isi berkaitan erat dengan aspek konsistensi internal dari reliabilitas alat ukurtersebut. Relevansi isi dari sebuah alat ukur dapat dinilai secara kuantitatif, dengan mengkorelasikan item-item pertanyaan dari sebuah alat ukur serta mengkorelasikan masing-masig item dengan seluruh item. Item pentanyaan dengan koefisien korelasi item total kurang dari 0,20 hendaknya dibuang atau kalau perlu ditulis ulang. Sebuah kuesioner memiliki validitas isi yang tinggi jika semua item pertanyaan
40
kuesioner relevan dan meliputi semua aspek isi variabel yang akan diukurMurti (2011). 2) Validitas Muka Validitas muka merujuk pada derajat kesesuaian dari penampilan luar alat ukur dan variabel yang diukur. Penelitian ini menggunakan alat ukur kuesioner, yang disusun dengan memperhatikan tatabahasa yang baik, jelas dan tidak membingungkan serta tidak ambigu sehingga
susunan
pertanyaanmasing-masing item dapat dipahami oleh subjek penelitian dengan benar . Penilaian validitas muka dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif . Pada prinsipnya untuk memastikan validitas muka, peneliti mengkaji sejauh mana item-item pertanyaan dalam kuesioner telah disusun dengan kalimat yang baik, jelas, tidak terlalu panjang, dan setiap item pertanyaan hanya menanyakan sebuah pertanyaan.Sehingga masing-masing item pertanyaan tidak menimbulkan salah penafsiran, dan jawaban yang diperoleh adalah jawaban yang sebenarnya (Murti, 2011). 3) Validitas Konstruk Validitas konstruk merupakan validitas yang merujuk kepada kesesuaian antara hasil pengukuran dari alat ukur yang digunakan dengan konsep teori dari variabel-variabel yang diteliti. Validitas konstruk dibagi menjadi dua, yaitu pertama, validitas konvergen
yang merujuk kepada
kesesuaian antara atribut hasil pengukuran alat ukur dengan konsep teori yang menjelaskan variabel- variabelnya. Kedua, variabel diskriminan dimana yang merujuk kepada ketidak sesuaian antara antribut dari variabel yang tidak diukur dengan alat ukur dengan teori dari variabel tersebut. Berdasarkan dari tinjauan sejumlah teori, penelitian ini memastikan bahwa variabel-variabel yang diteliti diukur dengan benar sesuai dengan teori yang relevan (concurrent validity), dan tidak sesuai dengan teori-teori yang tidak relevan (discriminant validity)(Murti, 2011).
41
4) Validitas Kriteria Menurut Murti (2011) validitas kriteria merujuk kepada kesuaian antara hasil pengukuran dari sebuah alat ukur dengan alat ukur yang ideal terhadap variabel yang diteliti. Untuk menilai validitas kriteria dapat menggunakan sebuah alat ukur dengan membandingkannya secara kuantitatif dengan alat ukur standard emas. Dalam penelitian ini untuk setiap variabel tidak ada standard emasnya, maka dibuatkan instrumen baru dengan cara menjadikan sintesis-sintesis dari kajian teori sebagai patokan dalam penuangan dalam pembuatan kuesioner. Karena instrumen ini ada yang bersifat baku dan belum baku, maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas di populasi sumber dan berada didalam sampel. Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan sebelum pengambilan data dan menggunakan ukuran sampel sebanyak 20responden. Responden yang digunakan adalah suami yang tinggal di wilayah Srandakan dengan pertimbangan wilayah tersebut mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan wilayah Sanden baik dilihat dari letak geografisnya yaitu pegunungan dan dilihat dari sosial ekonomi masyarakatnya mayoritas adalah buruh serta dilihat dari cakupan pemakai kontrasepsi vasektomi di Srandakan tergolong sedikit yaitu pada tahun 2015 hanya 27 akseptor baru kontrasepsi vasektomi. 2. Uji Reliabilitas Pengukuran variabel yang konsisten harus menunjukkan 2 aspek reliabilitas: (1) Konsistensi internal; dan (2) Stabilitas. Aspek konsistensi internal merujuk kepada korelasi antar item-item pertanyaan yang masingmasing bertujuan untuk mengukur suatu variabel komposit yang sama. Semua item hendakanya dengan homogen mengukur berbagai aspek yang berbeda dari variabel yang sama, bukan mengukur berbagai aspek yang sama dari variabel yang berbeda. Menurut Streiner dan Norman (2000) yang dikutip oleh Murti (2011) alat ukur yang
bertujuan untuk mengukur dan
mendeskripsikan sebuah variabel komoposit hendaknya memenuhi syarat seperti ini: (1) masing-masing pertanyaan hendakanya berkolerasi satu sama lain, (2) masing-masing pertanyaan hendaknya berkolerasi dengan skor total
42
pengukuran. Konsistensi internal yang akan diukur secara kuantitatif dalam penelitian ini dari masing-masing variabel komposit meliputi: (1) Korelasi item total (Item Total Correlation)dan (2) Reliabilitas belah paroh (Split Half Reliability). 1) Konsistensi Internal (1) Korelasi Item-Total Dalam penelitian ini dinilai korelasi item total (itemtotal correlation), yaitu suatu indikator untuk menilai konsistensi internal alat ukur dengan menunjukkan kekuatan korelasi antara masing-masing item dan total pengukuran dikurangi dengan item yang bersangkutan. Karena dikurangi dengan item yang bersangkutan, maka korelasi item-total disebut juga korelasi item-sisa (item-rest correlation). Suatu item dapat digunakan dalam alat ukur jika memiliki korelasi item-total ≥ 0,20.Apabila item berkorelasi lebih rendah maka tidak akan digunakan, jika perlu diganti dengan membuat item baru. Sedangkan apabila item terlalu tinggi ( > 0,90) maka maka perlu diperhatikan ulang karena mungkin merupakan akibat dari redundansi (duplikasi) pengukuran, sehingga salah satu item perlu disingkirkan. (2) Reliabilitas Belah-Paroh Dalam penelitian ini dinilai reliabilitas belah-paroh (split-half reliability) yaitu penilaian konsistensi internal (homogenitas) alat ukur dengan cara membagi item-item secara random ke dalam dua bagian alat ukur, lalu mengorelasikan kedua bagian tersebut. Apabila
alat ukur
memiliki konsistensi internal, maka kedua bagian akan berkorelasi tinggi. Penunjukan item secara random bertujuan untuk kedua bagian alat ukur agar memiliki varians yang sama. Reliabilitas Belah-Paroh yang akan dinilai dalam penelitian ini adalah Alpha () Cronbach. Alat ukur menunjukkan konsistensi internal jika memiliki alpha Cronbach ≥0.60.Makin tinggi alpha Cronbach, makin baik (konsisten) alat ukur.Tetapi ada beberapa keadaan di mana alpha Cronbach tinggi tidak menunjukkan alat ukur yang baik.Pertama, nilai alpha Cronbach
43
tergantung dari besarnya korelasi antar item dan jumlah item di dalam alat ukur. Jika jumlah item pertanyaan alat ukur banyak, alpha Cronbach akan meningkat, meskipun tidak berarti alat ukur tersebut baik.Kedua, apabila dua buah alat ukur tersebut dengan konstruka yang berbeda digabungkan membentuk sebuah alat ukur, maka alpha Cronbach dapat menunjukan nilai tinggi, namun hal tersebut dapat menyesatkan. Ketiga, jika alpha Cronbach terlalu tinggi maka ada kemungkinan terlah terjadi redundansi yaitu dimana sejumlah item menanyakan hal yang sama dari sebuah
variable
dengan
cara
sedikit
berbeda,
sehingga
dapat
mempersempit cakupan alat ukur dan menurunkan validitas ukur. 2) Stabilitas Alat ukur yang reliabel menunjukkan konsistensi internal dan stabilitas pada saat digunakan untuk mengukur variabel subjek penelitian pada kondisi yang identik. Stabilitas (reprodusibilitas) merupakan alat ukur yang akan dinilai dalam penelitian ini adalah stabilitas pengukuran pada dua kesempatan yang dipisahkan oleh interval waktu yang berbeda (test-retest reliability).Jika variabel yang akan diukur dalam skala kontinu dan stabilitas pengukuran dikatakan cukup jika hasil pengukuran dari dua waktu menghasilkan korelasi Pearson (r) ≥ 0,50.Terdapat sejumlah ukuran reliabilitas yang dapat digunakan untuk mengukur derajat dari stabilitas alat ukur (Murti, 2011). Dengan program statistik seperti SPSS dan Stata dapat dihitung korelasi item-total, alpha Cronbach, dan korelasi Pearson untuk test-retest reliability.Hasil dari uji reliabilitas didapatkan hasil sebagai berikut:
44
Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas pada Variabel Sikap, Norma Subjektif, Persepsi Kontrol Perilaku, dan Niat Konstruk
Item Total Correlat
Alpha Cronbach
Sikap
r > 0,37
0,84
Norma Subjrktif
r > 0,41
0,80
Persepsi Kontrol Perilaku
r > 0,70
0,97
Niat
r > 0,77
0,96
Pada table 3.2 menunjukkan bahwa validitas dan reliabilitas instrument penelitian untuk variabel sikap, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku, dan niat diperoleh kesimpulan variabel dinyatakan valid dan reliabel dikarenakan nilai item total correlation diatas 0,20 dan nilai alpha cronbach diatas 0,60. Pada variabel sikap didapatkan 3 item, norma subjektif 4 item dinyatakan tidak reliabel karena nilai item total correlation dibawah 0,20.
J. Pengolahan Data Setelah data terkumpul.maka dilakukan pengolahan data meliputi tahap sebagai berikut: 1. Editing Editing adalah upayauntuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh
atau
dikumpulkan.Editing
dapat
dilakukan
setelah
data
terkumpul.Kegiatan meliputi cek ulang isian pada lembar kuesioner memastikan semua pertanvaan telah dikerjakan tanpa ada yang terlewati. 2. Coding Coding adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka) pada data yang terdiri atas beberapa kategori.Pemberian kode dilakukan pada data umum responden maupun data khusus. a. Umur Kode l : 21-30 tahun Kode 2 : 31-40 tahun Kode 3 : 41-50 tahun
45
b. Pekerjaan Kode l : PNS/TNI/POLRI Kode 2 : Pegawai Swasta Kode 3 : Wiraswasta/pedagang Kode 4 : Petani/buruh a. Sikap suami tentang vasektomi, norma subjektif tentang vasektomi, persepsi kontrol perilaku tentang vasektomi, niat suami menggunakan vasektomi Kode l : Sangat tidak setuju Kode 2 : Tidak setuju Kode 3 : Setuju Kode 4 : Sangat setuju c. Kesediaan suami sebagai akseptor vasektomi Kode l : Ya Kode 0 : Tidak 3. Scoring Scoring adalah pemberian skor atau nilai pada bagian-bagian yang perlu diberi skor. Scoring dilakukan dengan pemberian angka yang berguna untuk menentukan kelompok atau kategori data. Scoring meliputi: b. Sikap suami tentang vasektomi, norma subjektif tentang vasektomi, persepsi kontrol perilaku tentang vasektomi, niat suami menggunakan vasektomi Sangat tidak setuju diberi skor : 1 Tidak setuju diberi skor
:2
Setuju diberi skor
:3
Sangat setuju diberi skor
:4
a. Kesediaan suami sebagai akseptor vasektomi Ya diberi skor : 1 Tidak diberi skor : 0
46
4. Tabulating Tabulating adalah membuat tabel data sesuai tujuan penelitian.Tabulasi pada penelitian ini meliputi data umum dan data khusus.
K. Analisis Jalur Analisis jalur digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh suatu variabel bebas terhadap variabel terikat, baik pengaruh secara langsung maupun tidak langsung.Besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat disebut koefisien jalur.Sedangkan koefisien jalur sendiri tidak memiliki satuan, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar koefisien jalur maka semakin besar pula pengaruh yang diberikan dari variabel tersebut. Syarat-syarat yang diperlukan adalah hubungan antara variabel merupakan hubungan linier, seluruh variabel residu tidak memiliki korelasi satu sama lain, pola hubungan antar variabel adalah rekursif, skala pengukuran baik variabel bebas maupun variabel terikat sekurang-kurangnya adalah interval. Langkah-langkah
dalam
melakukan
analisis
data
dengan
menggunakan analisis jalur, yaitu sebagai berikut (Ghozali, 2011): 1. Spesifikasi model Didalam spesifikasi model digambarkan hubungan antara variabelvariabel yang akan diteliti. Variabel yang diteliti dibedakan menurut variabel endogen dan eksogen. Variabel endogen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel eksogen adalah variabel yang didalam model tidak dipengaruhi variabel lain. Model analisis jalur tersebut dispesifikasikan sesuai dengan teori, termasuk hubungan antara variabel yang mempengaruhi maupun variabel yang dipengaruhi, serta variabel yang berkorelasi atau berkovariasi. 2. Identifikasi model Disini dilakukan identifikasi jumlah variabel yang terukur, jumlah variabel endogen, variabel eksogen, dan parameter yang akan diestimasi. Pada tahap ini dihitung degree of freedom (df) yang menunjukan analisis jalur bisa dilakukan. Rumus degree of freedomsebagai berikut :
47
df = ( jumlah variabel terukur x ( jumlah variabel terukur + 1) / 2 – (variabel endogen + variabel eksogen + jumlah parameter) Analisis jalur bisa dilakukan apabila df ≥ 0, jika df = 0 maka model analisis jalur disebut identified. Sedangkan apabila df > 0 maka model analisis jalur disebut overidentified dan jika df < 0 maka dikatakan model analisis jalur tersebut underidentified. 3. Kesesuaian model Model analisis jalur yang dibuat oleh peneliti berdasarkan teori dites kesesuaianya dengan model hubungan variabel yang terbaik yang disebut model saturasi, yang dibuat berdasarkan data sampel yang dikumpulkan peneliti. Jika tidak ada perbedaan yang secara statistik signifikan antara kedua model tersebut maka model yang dibuat oleh peneliti merupakan model yang sesuai dengan data yang mencerminkan realitas hubungan antara variabel. 4. Estimasi parameter Hubungan sebab akibat variabel ditunjukan oleh koefisien regresi (b), baik yang belum terstandarisasi (unstandardized) maupun yang sudah distandarisasi (standardized). Koefisien regresi yang belum terstandarisasi menunjukan hubungan variabel independen dan dependen dalam unit pengukuran yang asli. Koefisien regresi dengan standarisasi telah memperhitungkan standard error masing-masing sehingga besarnya estimasi koefisien regresi antara satu variabel independen dengan variabel yang lain bisa dibandingkan kepentingan relatifnya.