BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian 3.1.1
Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen. Dimana terdapat dua kelompok dengan kondisi yang homogen. Kelompok pertama yaitu kelompok kontrol atau kelompok yang tidak diberikan perlakuan, kelompok yang kedua yaitu kelompok eksperimen, kelompok inilah yang akan diberikan perlakuan. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan benda kongkret dalam model pembelajaran make a match . Tujuan dari penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab-akibat, berapa besar hubungan sebab-akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimen dan menyediakan kontrol untuk perbandingan.
3.1.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2011/ 2012. Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini yaitu di SD Gugus Perkutut Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang dengan mengambil 2 SD yaitu SD Negeri Karangtengah 01 dan SD Negeri Tlogo.
3.1.3 Prosedur Eksperimen Sesuai desain eksperimen yang akan digunakan maka prosedur eksperimennya yaitu sebagai berikut: 1. Membuat kisi-kisi tes 2. Menyusun instrumen tes uji coba berdasar kisi-kisi yang ada 3. Mengujicobakan instrumen tes uji coba yang berbentuk pilihan ganda dan uraian 28
29
4. Menganalisis data hasil instrumen tes uji coba pada kelas uji coba untuk mengetahui validitas dan reabilitas soal 5. Melakukan tes 1 pada kedua kelompok untuk mengetahui kondisi awalnya 6. Memberi perlakuan pada siswa kelas IV SD Negeri Karangtengah 01 sebagai kelompok kontrol dan SD Negeri Tlogo sebagai kelompok eksperimen 7. Memberi tes 2 kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol 8. Menganalisis hasil yang diperoleh dari tes hasil belajar 9. Menyusun laporan hasil penelitian Langkah
selanjutnya
yaitu
membuat
rancangan
penelitian.
Rancangan penelitian yang akan dilakukan yaitu, pertama kali memastikan kedua kelompok memiliki kondisi awal yang sama, dengan cara melakukan tes 1 kepada kedua kelompok. Kemudian kelompok kontrol (SD Negeri Karangtengah 01) diberikan perlakuan secara konvensional sedangkan kelompok eksperimen (SD Negeri Tlogo) diberikan perlakuan dengan model pembelajaran make a match dengan menggunakan benda kongkret. Dilakukan tes 2 untuk mengetahui hasil belajar masing-masing kelompok, kemudian dianalisis dan digunakan untuk menyusun laporan, terkait penarikan kesimpulan hasil penelitian. Secara sederhana rancangan penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Kondisi
Kelompok kont rol
Perlakuan konvensio nal Hasil
A Perlakuan dengan w Kelompok pengguna a eksp an benda l erim kongkret S en pada i model s Gbr. 3.1 pembelaja Bagan Rancangan Penelitian Efektifitas Penggunaan Benda Kongkret Pada Model w Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas IV ran make a SD Di Gugus Perkutut Tuntang Semarang Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 a match s a 29 m a
B e l a j a r
30
Peneliti menggunakan Quasi Experimental Design, jenis desain yang digunakan Nonequivalent Control Group Design, karena dalam penelitian ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2011:116). Nonequivalent Control Group Design merupakan salah satu desain kuasi eksperimen. Kedua kelompok tidak dipilih berdasarkan random, untuk mengetahui keadaan awal kedua kelompok sama (homogen) maka dilakukan tes 1, lalu diuji homogenitas berdasarkan hasil tes 1. Setelah dipastikan kedua kelompok dalam kondisi yang sama (homogen) maka diberikan perlakuan (x) kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan (konvensional), dengan materi ajar yang sama. Diberikan lagi tes 2 untuk mengetahui keadaan kedua kelompok setelah diberikan perlakuan (x) kepada kelompok eksperimen dan konvensional kepada kelompok kontrol. Setelah didapatkan hasil tes 2, maka dilakukan uji terhadap hasil tes 2 (t-test), lalu dilakukan analisis untuk mengetahui keadaan kelompok setelah perlakuan serta pertimbangan untuk mengambil kesimpulan. Desain penelitian secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar di berikut ini:
Gambar 3.2 Desain Eksperimen Nonequivalent Control Group Design O1
X
O3
O2 04
Keterangan: X
: Perlakuan (Penggunaan benda kongkret pada model pembelajaran make a match)
O1
: Pengukuran tes 1 hasil belajar kelompok eksperimen
O2
: Pengukuran tes 2 hasil belajar kelompok eksperimen
O3
: Pengukuran tes 1 hasil belajar kelompok kontrol
O4
: Pengukuran tes 2 hasil belajar kelompok kontrol 30
31
3.2 Variabel Penelitian Variabel bebasnya yaitu penggunaan benda kongkret pada model make a match dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Siswa dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok I sebagai kelompok pemegang kartu soal, kelompok II sebagai kelompok pemegang kartu jawaban dan kelompok III sebagai penilai. b. Guru menyiapkan benda kongkret, kartu soal dan kartu jawaban. c. Setiap siswa dari kelompok I mendapatkan satu kartu soal dan setiap anggota dari kelompok II mendapatkan satu kartu jawaban. d. Kelompok I yang memegang kartu soal memikirkan jawaban sedangkan kelompok II yang memegang kartu jawaban memikirkan soal yang sesuai. e. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yangcocok dengan kartunya (soal maupun jawaban). f. Selanjutnya setelah kelompok I dan II berpasangan. Kartu yang telah dipasangkan (soal dan jawaban) diberikan kepada kelompok III untuk dikoreksi. g. Kelompok III sebagai penilai memberikan poin kepada kelomok yang benar. h. Setelah batas waktu yang ditentukan habis, kemudian ketiga kelompok bertukar peran, kelompok I menjadi penilai, kelompok II menjadi kelompok pemegang kartu soal dan kelompok III sebagai pemegang kartu jawaban. i. Selanjutnya melakukan langkah seperti di atas. j. Petukaran peran dilakukan sampai semua kelompok merasakan menjadi kelompok pemegang kartu soal, kartu jawaban dan penilai. k. Kesimpulan/ penutup. Variabel terikat (Dependent) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independent (Endang Mulyatiningsih, 2011:90). Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa kelas IV semester II tahun ajaran 2011/2012.
31
32
Hasil Belajar : besarnya skor yang diperoleh siswa kelas IV dari nilai proses (pemegang kartu soal, kartu jawaban dan penilaian) dan nilai hasil (tes formatif) pada akhir kegiatan pembelajaran. Hasil belajar
: 40% nilai proses + 60% nilai hasil
3.3 Populasi Dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi adalah sekumpulan orang, hewan, tumbuhan atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu yang akan diteliti (Endang Mulyatiningsih, 2011:10). Populasi dalam penelitian ini yaitu SD imbas di gugus Perkutut kecamatan Tuntang kabupaten Semarang semester II tahun ajaran 2011/2012 yang terdiri dari 5 SD imbas. Data lebih rinci disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1 Daftar Sekolah Dasar Imbas Gugus Perkutut Kabupaten Semarang No
Nama Sekolah 1
SD Negeri Tlogo
2
MI Watuagung
3
SD Negeri Watuagung 01
4
SD Negeri Watuagung 02
5
SD Negeri Karangtengah 01
3.3.2 Sampel Pada saat pelaksanaan penelitian, peneliti tidak memakai semua SD imbas yang ada. Peneliti menggunakan cluster sampling. Cluster sampling digunakan apabila populasi sasaran eksperimen cukup luas dan peneliti berkeinginan untuk mengambil sebagian populasi (sampel) yang mewakili saja (Endang Mulyatiningsih, 2011:96). Jadi, sampel penelitian yang digunakan yaitu SD Negeri Tlogo dan SD Negeri Karangtengah 01 32
33
kecamatan Tuntang kabupaten Semarang. Data lebih rinci dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.2 Data Siswa Kelas IV SD Negeri Tlogo dan SD Negeri Karangtengah 01 Tuntang Semarang Semester II Tahun ajaran 2011/2012 Sekolah
Total
Perlakuan
SD Negeri Tlogo
30
Kelompok Eksperimen
SD Negeri Karangtengah 01
26
Kelompok Kontrol
Jumlah siswa
56
3.4 Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yaitu cara yang digunakan untuk mengumpulkan atau memperoleh data dalam suatu penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut : 1. Tes Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data utama dalam penelitian ini adalah tes formatif hasil belajar dalam bentuk tes pilihan ganda dan uraian. Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas IV mata pelajaran IPS. Sebelum membuat instrumen pengumpulan data, maka terlebih dahulu membuat kisi-kisi instrumen. Secara lebih jelas kisikisi instrumen dapat dilihat pada lampiran 3 dan 4. 2. Non tes Teknik non tes adalah pengukuran yang digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa tanpa menggunakan tes. Penelitian ini menggunakan teknik observasi yaitu sebuah teknik pengukuran untuk melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala
33
34
yang tampak pada objek penelitian. Observasi dilakukan untuk 2 hal yaitu: implementasi RPP dan kegiatan siswa. a. Observasi Aktifitas Guru Dalam Pembelajaran Observasi digunakan untuk mendapatkan data tentang pencapaian pengajar dalam pemberian treatment di dalam kelas, sehingga di dalam pelaksanaan pembelajaran benar-benar sesuai dengan kondisi dan proses yang diharapkan. Observasi dilakukan terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan benda kongkret pada model pembelajaran make a match, untuk melakukan observasi tersebut maka dibuat instrumen observasi. Sebelum instrument observasi dibuat, maka dibuat dulu kisi – kisi instrumen observasi. Konsep dasar penyusunan instrument observasi dalam hal ini adalah model dan prosedur pelaksanaan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penggunaan benda kongkret pada model pembelajaran make a match dalam kegiatan pembelajaran. Secara lebih jelas kisi-kisi observasi aktifitas guru dalam pembelajaran disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Observasi Implementasi RPP Untuk Aktifitas Guru Indikator
Aspek yang diamati 1. Mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa
Persiapan
2. Penggunaan benda kongkret dan kartu-kartu sesuai dengan materi yang akan diajarkan 3. Menyiapkan masalah yang akan dipecahkan Kegiatan Awal 4. Membuka pelajaran dengan salam
Pelaksanaan
5. Melakukan apersepsi dan motivasi 6. Menjelaskan tujuan pembelajaran 7. Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran Kegiatan Inti
34
35
8. Membentuk tiga kelompok (kelompok pemegang soal, kelompok pemegang jawaban dan kelompok penilai). 9. Menjelaskan peran setiap kelompok dengan jelas. 10. Menjelaskan manfaat dan kegunaan benda kongkret yang telah disediakan dalam menunjang pembelajaran. 11. Sebagai fasilitator dalam kegiatan mencari pasangan 12. Merangsang terjadinya interaksi antar siswa 13. Memberi kesempatan kelompok penilai untuk melaporkan hasil penilaiannya. 14. Memuji siswa yang giat dan aktif dalam kegiatan pembelajaran 15. Menyimpulkan materi pembelajaran dengan melibatkan siswa
Penutup
16. Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa
Setelah dibuat kisi-kisi barulah dibuat instrumen observasi aktifitas guru dalam kegiatan pembelajaran. Instrumen observasi dan rekap hasil observasi aktifitas guru dalam kegiatan pembelajaran pada lampiran 16 dan 17. b.
Observasi Keaktifan Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran Observasi ini dilakukan pada kelompok eksperimen yaitu kelas IV SD Negeri Tlogo kecamatan Tuntang kabupaten Semarang. Sebelum dibuat instrumen observasi keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, maka terlebih dahulu dibuat kisi-kisinya. Kisi-kisi observasi keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran secara lebih jelas disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Observasi Implementasi RPP Keaktifan Siswa Indikator
Aspek yang diamati
1. Siswa membawa alat tulis dan materi yang akan dipelajari 2. Siswa antusias mengikuti pembelajaran Pelaksanaan 3. Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran Persiapan
35
36
4. Siswa aktif saat kegiatan mencari kartu soal yang cocok dengan kartu jawaban. Aspek yang diamati
Indikator Pelaksanaan
Penutup
5. Siswa aktif saat kegiatan mencari kartu jawaban yang cocok dengan kartu soal. 6. Siswa aktif saat menjadi penilai pasangan kartu yang sesuai. 7. Siswa menyelesaikan semua peran dengan baik. 8. Siswa mampu menarik kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
Langkah berikutnya jika kisi-kisi telah selesai dibuat yaitu membuat instrumen observasi keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Instrumen observasi dan rekap hasil observasi keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 18 dan 19.
3.5 Uji Tingkat Kesukaran Soal Tingkat kesukaran soal adalah angka yang menunjukkan proporsi peserta didik yang menjawab betul suatu butir soal (Slameto, 2001). Semakin tinggi tingkat kesukaran berarti soal itu semakin mudah, begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat kesukaran berarti soal itu semakin sukar. Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran (P), dapat dihitung dengan rumus: P = Jumlah peserta didik yang menjawab benar dibagi dengan jumlah peserta didik keseluruhan atau P = Proporsi peserta didik yang menjawab dengan benar Menurut Naniek Sulistya Wardani (2009:8.7), rentang nilai tingkat kesukaran soal berkisar antara 0-1, secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini:
36
37
Tabel 3.5 Klasifikasi Nilai Tingkat Kesukaran Rentang Nilai 0.00 – 0.25 0.26 – 0.75 0.76 – 1.00
Tingkat Kesukaran Sukar Sedang Mudah
Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal, secara rinci disajikan pada tebel di bawah ini:
Tabel 3.6 Frekuensi Tingkat Kesukaran Butir Soal Pilihan Ganda (30 soal) Kategori Sukar Sedang
Frekuensi (f) 26
Mudah
4
No item soal 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 25, 26, 27, 29, 30 5, 22, 24, 28
Dari tabel 3.6 terlihat jelas bahwa tidak ada 1 item soal yang masuk dalam kategori sukar, 26 soal termasuk dalam kategori sedang dan 4 soal termasuk dalam kategori mudah. Perhitungan lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 11. Tingkat kesukaran soal uraian menurut klasifikasi Puspendik dalam Rahma
Zulaiha
(2008:34)
diperoleh
melalui
perhitungan
menggunakan rumus: TK =
Mean
Skor maksimum Keterangan
:
TK
: Tingkat kesukaran soal uraian
Mean
: Rata-rata skor siswa
Skor Maksimum
: Skor maksimum perolehan soal
37
dengan
38
Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal, secara rinci disajikan pada tebel di bawah ini:
Tabel 3.7 Frekuensi Tingkat Kesukaran Butir Soal Uraian (10 soal) Kategori Sukar Sedang
Frekuensi (f) 1 9
Mudah
-
No item soal 1 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 -
Dari tabel 3.7 terlihat jelas bahwa tidak ada soal yang masuk dalam kategori mudah, 9 soal termasuk dalam kategori sedang dan 1 soal termasuk dalam kategori sukar. Perhitungan lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 11.
3.6 Uji Instrumen Penelitian 3.6.1. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen. Sebuah instrumen dinyatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Suharsimi, 2006;168; dalam Dwinanto, 2011:34) Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment yang dikemukakan Pearson (Suharsimi, 2009: 69; dalam Dwinanto; 2011:34). Rumus korelasi product moment dengan angka kasar.
Keterangan: rxy
= koefisien korelasi pearson
x
= variabel bebas 38
39
y
= variabel terikat
n
= jumlah data Uji validitas dilakukan oleh bantuan SPSS 19.0. Dasar pengambilan
keputusan item yang valid berdasarkan kriteria Naniek Sulistya Wardani (2009:8.12) bahwa suatu item instrument penelitian dianggap valid jika memiliki koefisien corrected item to total correlation ≥ 0,20. Kategori inilah yang digunakan untuk menentukan apakah item valid atau tidak, dengan rentang indeks validitas sebagai berikut:
Tabel 3.8 Klasifikasi Indeks Validitas No 1 2 3 4 5
Indeks 0.81-1.00 0.61-0.80 0.41-0.60 0.21-0.40 0.00-0.20
Interprestasi Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah
Instrumen soal tes yang akan diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan uji coba terlebih dahulu. Instrumen diujikan di SD Negeri Karanganyar 01 kecamatan Tuntang kabupaten Semarang pada tanggal 24 maret 2012. Setelah uji coba dilakukan, kemudian dilakukan uji validitas instrumen. Dari 30 item soal pilihan ganda dan 10 soal uraian, setelah dilakukan perhitungan uji validitas dengan menggunakan bantuan SPSS 19,0 diketahui dari 30 item soal pilihan ganda terdapat 5 soal yang tidak valid terdapat pada item soal nomor 2, 9, 14, 27, dan 29. Kemudian dari 25 item soal yang sudah valid dilakukan uji validitas lagi, ternyata semua item soal tetap valid. Dari 25 item soal pilihan ganda yang valid, semuanya digunakan untuk instrumen penelitian. Selain item soal pilihan ganda terdapat juga item soal uraian. Uji validitas soal juga dilakukan terhadap soal uraian. Dari 10 item soal uraian,
39
40
setelah dilakukan uji validitas maka diketahui bahwa ada 2 item soal yang tidak valid yaitu instrumen nomor 3, 8. Kemudian dari 8 item soal yang sudah valid dilakukan uji validitas lagi, ternyata terdapat 1 soal yang tidak valid yaitu instrumen nomor 2. Dari 7 item soal uraian yang valid, kemudian dilakukan uji validitas lagi, ternyata semua item soal tetap valid. Dari 7 item soal yang sudah valid hanya 5 soal yang digunakan untuk instrumen penelitian. Instrumen penelitian sebanyak 30 soal terdiri dari 25 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian. Karena seluruh item sudah valid maka item soal sudah bisa digunakan untuk instrumen penelitian. Hasil uji validitas secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 7, 8, 9 dan 10.
3.6.2 Uji Reliabilitas Menurut Sudjana (2011:16), reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapanpun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. Rumus reliabilitas dengan metode Alpha (Sugiyono, 2006:282) adalah:
Keterangan
:
: koefisien realibilitas alpha k
: mean kuadrat antara subyek : mean kuadrat kesalahan : varians total
Koefisien reliabilitas selalu berada dalam rentangan 0 - 1 yang menunjuk pada prosentase varian error dengan sumber variasi yang berbeda. Untuk mengetahui reliabilitas skor tes dalam penelitian ini
40
41
menggunakan SPSS 19.0. Berikut tabel rentang indeks reliabilitas menurut Naniek Sulistya Wardani (2009:8.14): Tabel 3.9 Klasifikasi Indeks Reliabilitas No 1 2 3 4 5
Indeks 0.80-1 .00 < 0.80-0.60 < 0.60- 0.40 < 0.40- 0.20 < 0.20
Interprestasi Sangat reliabel Reliabe reliabel Cukup reliabel Agak R reliabel Kurang reliabel
Hasil uji reliabilitas instrumen soal tes dengan bantuan SPSS 19,0 diperoleh hasil untuk uji validitas pertama item soal pilihan ganda sebanyak 30 soal, tingkat reliabilitasnya sebesar 0,871 dengan interprestasi sangat reliabel, kemudian setelah dilakukan uji reliabilitas lagi terhadap 25 soal yang sudah valid, reliabilitasnya sedikit meningkat dengan angka 0,889 maka interprestasinya sangat reliabel. Uji reliabilitas juga dilakukan pada item soal uraian. Item soal uraian berjumlah 10. Dari hasil uji validitas pertama terhadap 10 item soal uraian, angka reliabilitasnya 0,612 dengan interprestasi reliabel. Setelah dilakukan uji validitas kedua terhadap 8 item soal uraian yang sudah valid, angka reliabilitas meningkat menjadi 0,739 dengan interprestasi reliabel. Dari hasil uji reliabilitas dengan interprestasi bahwa item soal sudah reliabel, maka item soal sudah layak digunakan untuk instrumen penelitian, baik instrumen soal pilihan ganda maupun item soal uraian. Hasil uji reliabilitas secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 7, 8, 9 dan 10.
3.6.3 Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk menguji apakah varians-varians tersebut homogen atau tidak. Kedua kelompok dikatakan homogen jika nilai signifikansi > 0.05. Rumus uji homogenitas adalah sebagai berikut:
41
42
S2 =
Keterangan: = jumlah siswa tiap kelompok = varians tiap kelompok Kaidah uji homogenitas, jika F hitung < F tabel dan p > 0,05 ( 5 %) maka hubungan kedua variabel dinyatakan homogen, sebaliknya jika F hitung > F tabel dan p < 0,05 ( 5%) maka tidak homogen. Uji homogenitas menggunakan bantuan SPSS 19.0. Metode pengambilan keputusan pada uji homogenitas menurut Duwi Priyatno (2010;99) yaitu jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima (varian sama) dan jika signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak (varian berbeda). Dari data nilai hasil tes homogenitas (tes 1) antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Hasil Uji Homogenitas Tes 1 Test of Homogeneity of Variances Nilai Tes 1 Levene Statistic
df1
df2
1,291
1
Sig. 54
,261
Hasil uji homogenitas yang diperoleh melalui perhitungan SPSS diketahui bahwa angka signifikansi dari hasil uji homogenitas tes 1 antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mencapai 0,261. Hal ini berarti kedua kelompok homogen atau dalam kata lain kedua kelompok dalam keadaan yang sama jika p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok homogen karena 0,261 > 0,05.
42
43
3.7 Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan desain eksperimen Nonequivalent Control Group Design, maka analisis data yang tepat adalah menggunakan independent sample t-tes. Menguji signifikasi perbedaan mean antar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, analisis data yang digunakan adalah uji t-test. Data yang terkumpul dari hasil terakhir pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan pengujian perbedaan rata-rata. Untuk menguji perbedaan rata-rata dipakai Uji t yang dilakukan dengan bantuan SPSS 19.0. Sebelum melakukan uji t dipastikan nilai dalam kondisi berdistribusi normal. Rumus statistik untuk menghitung t-tes, sebagai berikut:
Keterangan:
t
= t hitung = variansi kelompok eksperimen = variansi kelompok kontrol = jumlah kelompok eksperimen = jumlah kelompok kontrol = mean nilai tes akhir kelompok eksperimen = mean nilai tes akhir kelompok kontrol
43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di gugus Perkutut kecamatan Tuntang kabupaten Semarang. Gugus ini terdiri dari 1 SD inti, 5 SD imbas. SD imbas di gugus Perkutut yaitu SD Negeri Tlogo, SD Negeri Watuagung 01, SD Negeri Watuagung 02, SD Negeri Karangtengah 01 dan MI Watuagung. Penelitian dilakukan di SD imbas yang terdapat di gugus Perkutut, yang menjadi sampel penelitian yaitu siswa kelas IV SD Negeri Tlogo dan SD Negeri Karangtengah 01. SD Negeri Karangtengah 01 sebagai kelompok kontrol dan SD Negeri Tlogo sebagai kelompok eksperimen. Jumlah siswa yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat lebih rinci pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1 Distribusi Sampel Penelitian Jenis Kelamin
Sekolah
Laki-Laki Perempuan 12
SD Negeri
14
Total
Keterangan
26
Kelompok
Karangtengah 01 SD Negeri Tlogo
Kontrol 14
16
30
Kelompok Eksperi men
Jumlah sampel
56
SD Negeri Tlogo terletak di jalan Tuntang – Bringin Km. 4 . Desa Tlogo kecamatan Tuntang kabupaten Semarang. SD Negeri Karangtengah 01 terletak di Dusun Beran Desa Karangtengah kecamatan Tuntang kabupaten Semarang. 44
45
Latar belakang sosial siswa dari kedua SD ini mayoritas sama yaitu dari keluarga petani, pedagang dan buruh pabrik tetapi sebagian besar mata pencaharian mereka yaitu petani karena mereka tinggal di daerah persawahan.
Hasil Observasi Kegiatan Pemelajaran Hasil Observasi Implementasi RPP Aktifitas Guru Peneliti melakukan observasi atau pengamatan selama kegiatan pembelajaran. Observasi yang dilakukan meliputi observasi aktifitas guru dan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan dalam setiap pertemuan pembelajaran. Pembelajaran dalam penelitian ini terdiri dari dua kali pertemuan, sehingga hasil observasi yang diperoleh mencakup aktifitas guru dalam pembelajaran selama dua kali pertemuan. Observasi pertama yakni observasi tentang aktifitas guru dalam pembelajaran. Hasil observasi aktifitas guru meliputi kemampuan guru dalam melakukan kegiatan persiapan, pelaksanaan dan penutup. Setiap kegiatan memuat beberapa indikator. Pada indikator persiapan, indikator pertama mengamati kemampuan guru dalam mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa, prosentase perolehan 100% artinya dalam dua kali pertemuan, guru selalu mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa mulai dari materi, alat dan bahan serta kesiapan fisik siswa. Pada indikator ke dua, guru juga memperoleh prosentase 100%, pemilihan benda kongkret yang sesuai dengan kartu soal dan kartu jawaban belajaran dilaksanakan di lapangan agar ruang gerak siswa lebih bebas dan tanpa meninggalkan sedikitpun materi ajar, dalam dua kali pertemuan guru sudah menyiapkan permasalahan dalam kartu soal dan kartu jawaban, sehingga prosentase ke tiga adalah 100%. Aspek ke dua yaitu pelaksanaan pembelajaran (kegiatan awal dan kegiatan inti) terdiri dari 12 indikator dengan rincian 4 indikator dalam kegiatan awal dan 8 indikator pada kegiatan inti. Saat kegiatan awal guru selalu memberikan salam pembuka dalam setiap pertemuan sehingga guru 45
46
mencapai prosentase 100% pada indikator 4. Guru melakukan apersepsi dan motivasi dalam setiap pertemuan, prosentase perolehan 100%. Pada pertemuan 1 guru menjelaskan tujuan pembelajaran tetapi pada pertemuan 2 guru tidak menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa, sehingga prosentase perolehan sebesar 50%. Pada indikator 7, guru memperoleh prosentase 100% karena pada pertemuan 1 dan 2 guru selalu menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan. Pada kegiatan inti terdapat 8 indikator yang diobservasi, pada indikator 8 selama 2 kali pertemuan guru sudah membagi siswa menjadi 3 kelompok yaitu kelompok pemegang kartu soal, pemegang kartu jawaban dan penilai sehingga guru memperoleh prosentase 100%. Setelah guru membagi siswa menjadi 3 kelompok, dalam dua kali pertemuan guru selalu menjelaskan peran setiap kelompok, sehingga guru memperoleh prosentase 100%. Guru menjelaskan manfaat dan kegunaan benda kongkret dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran make a match pada pertemuan pertemuan pertama tetapi pada pertemuan kedua guru tidak menjelaskan manfaat dan kegunaan benda kongkret tersebut sehingga guru memperoleh prosentase 50%. Guru juga sebagai fasilitator dalam kegiatan mencari pasangan, prosentase perolehan guru sebesar 100%. Pada 2 kali pertemuan guru selalu merangsang interaksi antar siswa, akhirnya guru memperoleh prosentase 100% dari indikator 12. Pada akhir pencarian guru selalu memberikan kesempatan siswa yang menjadi anggota kelompok penilai untuk melaporkan hasil penilaiannya, prosentase yang diperoleh guru dari indikator 13 sebesar 100%. Pada 2 kali pertemuan guru sering memberikan pujian pada pertemuan 1 saja, saat pertemuan 2 guru tidak memberikan pujian kepada siswa yang aktif dalam pembelajaran, sehingga observer memberikan prosentase penskoran sebesar 50%. Pada kegiatan akhir terdapat 2 indikator. Saat pertemuan 1 dan 2 guru selalu membimbing siswa untuk membuat kesimpulan sehingga kesimpulan yang diperoleh siswa benar-benar sesuai dengan materi yang 46
47
telah dipelajari. Prosesntase peskoran yang diberikan oleh observer yaitu 100%. Untuk indikator kedua, guru memperoleh prosentase penskoran sebesar 50% karena pada pertemuan 1 guru tidak melakukan refleksi, hanya pada pertemuan 2 saja guru melakukan refleksi. Data hasil observasi implementasi RPP aktifitas guru dalam pembelajaran lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 16 dan 17.
Hasil Observasi Implementasi RPP Keaktifan Siswa Observer tidak hanya melakukan observasi kepada guru, observasi juga dilakukan pada keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui keaktifan siswa dalam pembelajaran saja dan tidak digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Kegiatan siswa yang diamati terdiri dari 8 indikator dalam setiap pertemuan. Hasil observasi diketahui bahwa 83% siswa antusias mengikuti pembelajaran pada pertemuan 1 dan meningkat menjadi 93% pada pertemuan 2. Pada pertemuan 1 siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran mencari pasangan sebanyak 67% dan meningkat menjadi 97% pada pertemuan 2. Sebanyak 50% siswa terlihat aktif mencari kartu soal yang cocok dengan kartu jawabannya yaitu pada pertemuan 1 dan meningkat menjadi 97% pada pertemuan 2. Terdapat 67% siswa aktif mencari kartu jawaban yang cocok dengan kartu soalnya yaktu pada pertemuan 1 dan meningkat pada pertemuan 2 menjadi 100%. Saat menjadi kelompok penilai siswa sudah kelihatan aktif dan pertemuan 1 mencapai 80% kemudian meningkat pada pertemuan 2 yang mencapai 100%. Pada pertemuan 1 sebagian siswa tidak menyelesaikan peran dengan baik sehingga prosentase mencapai 83% dan meningkat pada pertemuan 2 yaitu 97%. Sebelum mengakhiri pembelajaran siswa dibimbing guru menarik kesimpulan dari materi yang telah dipelajari pada pertemuan pertama mencapai 60 dan meningkat pada pertemuan ke 2 93%. Secara lebih lengkap hasil observasi keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 18 dan 19. 47
48
Analisis Hasil Penelitian Hasil penelitian dapat diketahui dengan cara melakukan analisis data terhadap data-data mentah yang diperoleh dari penelitian. Data yang diperoleh berupa skor tes 1 kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, skor tes 2 kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam metode analisis data antara lain yaitu analisis deskriptif, uji normalitas data dan uji hipotesis. Kualifikasi data dan uji persyaratan analisis data berarti menterjemahkan data dalam bentuk angka, sedangkan uji persyaratan analisis berarti sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis. Persyaratan analisis data dengan menggunakan statistik nonparametric adalah skor yang diperoleh berdasarkan distribusi normal. Oleh karena itu, sebelum dilakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji normalitas kolmogrov-smirno, dengan menggunakan komputer melalui program Statistik Product and Service Solution (SPSS) versi 19.0 dan uji t-tets. Hasil penelitian terdiri dari hasil penelitian penilaian produk dan hasil penelitian penilaian hasil. Hasil penelitian penilaian produk diketahui dengan cara melakukan analisis data. Analisis data yang digunakan yaitu uji t-test. Sebelum dilakukan analisis uji t-test, agar data tidak menyimpang maka harus dilakukan uji deskriptif dan uji normalitas terlebih dahulu. Uji normalitas digunakan untuk dapat melihat data dalam penelitian normal atau tidak. Syarat data yang digunakan dalam penelitian harus normal. Berikut disajikan hasil analisis deskriptif dan normalitas pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil penelitian penilaian produk yang pertama yaitu hasil skor tes 1 kelompok eksperimen. Hasil skor tes 1 kelompok eksperimen diketahui dengan cara mengelompokkan data berdasarkan hasil tes 1 kelompok eksperimen SD Negeri Tlogo. Pengelompokan berdasarkan acuan Ketentuan Ketuntasan Minimum (KKM) penelitian yaitu 90. Berdasarkan skor tes 1 kelompok eksperimen, diketahui bahwa tidak ada siswa yang 48
49
masuk dalam kategori tuntas karena tidak ada siswa yang mendapat skor ≥ 90. Sebanyak 30 siswa mendapat skor di bawah KKM 90, artinya 100% siswa pada kelompok eksperimen tidak tuntas. Pada kelompok eksperimen hasil tes 1 memperoleh skor maksimal 80 sedangkan skor minimal 44, dengan rata-rata skor 65 dan standar deviasi 9,5 serta jumlah seluruh skor siswa 1700. Hal ini terjadi karena tes 1 dilakukan sebelum diberikan perlakuan, sehingga siswa hanya berbekal pengetahuan awal saja. Data skor tes 1 kelompok eksperimen lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 12. Hasil penelitian penilaian produk yang ke dua yakni hasil skor tes 1 kelompok kontrol. Hasil skor tes 1 kelompok kontrol diketahui dengan cara mengelompokkan data berdasarkan hasil tes 1 kelompok kontrol SD Negeri Karangtengah 01. Pengelompokan berdasarkan acuan Ketentuan Ketuntasan Minimum (KKM) penelitian yaitu 90. Berdasarkan skor tes 1 kelompok kontrol, diketahui bahwa tidak ada siswa yang masuk dalam kategori tuntas karena tidak ada siswa yang mendapat skor ≥ 90. Sebanyak 26 siswa mendapat skor di bawah KKM 90, artinya 100% siswa pada kelompok kontrol tidak tuntas. Pada kelompok kontrol hasil tes 1 memperoleh skor maksimal 78 sedangkan skor minimal 34, dengan rata-rata skor 62 dan standar deviasi 11,5 serta jumlah seluruh skor siswa 1610. Hal ini terjadi karena tes 1 dilakukan sebelum diberikan perlakuan, sehingga siswa hanya berbekal pengetahuan awal saja. Data skor tes 1 kelompok kontrol lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 13. Hasil penelitian penilaian produk yang ke tiga yakni hasil skor tes 2 kelompok eksperimen. Hasil skor tes 2 kelompok eksperimen diketahui dengan cara mengelompokkan data berdasarkan hasil tes 2 kelompok eksperimen SD Negeri Tlogo.
Pengelompokan berdasarkan acuan
Ketentuan Ketuntasan Minimum (KKM) penelitian yaitu 90. Berdasarkan skor tes 2 kelompok eksperimen, diketahui bahwa terdapat 9 siswa yang memperoleh skor < 90, sehingga 30% siswa pada kelompok eksperimen tidak tuntas namun jumlah siswa yang tuntas jauh lebih banyak yaitu 21 siswa dengan prosentase 70%. Pada tes 2 kelompok eksperimen 49
50
memperoleh skor maksimal 98,8 sedangkan skor minimal 79,6, dengan ratarata skor 90,69 dan standar deviasi 5,38 serta jumlah semua skor siswa 2369,2 Siswa yang sudah tuntas dari KKM jauh lebih banyak, hal ini terjadi karena tes 2 dilakukan setelah siswa mendapat perlakuan pembelajaran menggunakan benda kongkret pada model pembelajaran make a match sehingga siswa jauh lebih mudah memahami materi serta dapat mengerjakan tes formatif dengan baik. Bekal siswa dalam mengerjakan tes 2 tidak hanya bekal pengetahuan awal saja melainkan ditambah dengan pembelajaran yang dilakukan dengan model pembelajaran kooperatif tpe make a match sehingga dengan perlakuan ini siswa menjadi lebih aktif belajar dan siswa terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga daya ingat siswa terhadap materi lebih kuat dibandingkan dengan sekedar mendengarkan penjelasan dari guru. Meskipun soal tes 2 sama dengan tes 1 tetapi hasilnya sangat berbeda karena perlakuannya juga berbeda. Hasil tes 2 kelompok eksperimen secara jelas disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Ketuntasan Skor Tes 2 Kelompok Eksperimen No
Skor
Frekuensi (f)
Prosentase (%)
KKM
1
< 90
9
30 %
Tidak Tuntas
2
≥ 90
21
70 %
Tuntas
JUMLAH
30
100 %
Secara lebih jelas berikut ini disajikan gambaran visual diagram lingkaran skor tes 2 kelompok eksperimen.
50
51
Gambar 4.1 Diagram Lingkaran Ketuntasan Hasil Tes 2 Kelompok Eksperimen Diagram skor tes 2 kelompok ekperimen berikut menunjukkan bahwa terdapat 30% siswa yang tidak tuntas yaitu 9 siswa dan 70% siswa tuntas dengan nilai 90 ke atas yaitu 21 siswa. Data skor tes 2 kelompok eksperimen secara lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 14. Hasil penelitian penilaian produk yang ke empat yakni hasil skor tes 2 kelompok kontrol. Hasil skor tes 2 kelompok kontrol diketahui dengan cara mengelompokkan data berdasarkan hasil tes 2 kelompok kontrol SD Negeri Karangtengah 01. Pengelompokan berdasarkan acuan Ketentuan Ketuntasan Minimum (KKM) penelitian yaitu 90. Berdasarkan skor tes 2 kelompok kontrol, diketahui bahwa terdapat 26 siswa yang memperoleh skor < 90, sehingga 100% siswa pada kelompok kontrol tidak tuntas. Kondisi kelompok kontrol jika dilihat dari hasil tes 1 dan tes 2 mengalami sedikit peningkatan, walaupun tetap tidak ada siswa yang tuntas akan tetapi rata-rata dari tes 2 mengalami peningkatan. Pada tes 1 rata-rata yang diperoleh yaitu 62 dan pada tes 2 meningkat menjadi 72. Peningkatan juga dapat dilihat dari perolehan skor maksimal, skor minimal, serta jumlah skor seluruh siswa dari hasil tes 2 kelompok kontrol. Pada tes 2 kelompok kontrol mendapat skor maksimal 84 sedangkan skor minimal 58, dengan rata-rata skor 72 dan standar deviasi 7,6 serta jumlah semua skor siswa 1863. 51
52
Peningkatan hasil belajar kelompok eksperimen jauh lebih signifikan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini disebabkan oleh pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Pada kelompok eksperimen pembelajaran dilaksanakan menggunakan benda kongket pada model pembelajaran make
a
match, sedangkan pada
kelompok kontrol
pembelajaran dilaksanakan secara konvensional. Hasil tes 2 kelompok kontrol secara jelas disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Ketuntasan Skor Tes 2 Kelompok Kontrol No
Skor
Frekuensi (f)
Prosentase (%)
KKM
1
< 90
26
100 %
Tidak Tuntas
2
≥ 90
0
0%
Tuntas
Data skor tes 2 kelompok kontrol secara lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 15. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan benda kongkret pada model pembelajaran tipe make a match terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Imbas gugus Perkutut. Mengetahui besarnya pengaruh perlakuan yang diberikan dapat diketahui dengan cara membandingkan skor rata-rata tes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Perolehan skor rata-rata kelompok eksperimen dari tes 1 dan tes 2 mengalami peningkatan yang cukup besar. Rata-rata skor tes 1 kelompok eksperimen 65 sedangkan rata-rata tes 2 90,6. Selisih rata-ratanya 25,6. Rata-rata skor tes 1 kelompok kontrol 62 sedangkan rata-rata tes 2 72. Selisih rata-ratanya 10. Secara lebih rinci disajikan dalam tabel di bawah ini:
52
53
Tabel 4.4 Distribusi Skor Rata-Rata Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Skor Rata-Rata Kelompok
Tes 1
Peningkatan Skor
Tes 2
RataRata
Eksperimen
65
90.6
25,6
Kontrol
62
72
10
Hasil penelitian yang ke dua yakni hasil penelitian penilaian proses. Selain melakukan analisis deskriptif penilaian produk, peneliti juga melakukan analisis deskriptif penilaian proses. Penilaian proses hanya diberikan pada kelompok eksperimen karena pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran kooperatif dengan menggunakan benda kongkret sehingga selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa aktif belajar. Penilaian proses dilakukan pada saat kegiatan mencari pasangan kartu dan penilaian pasangan kartu. Penilaian dilakukan dengan cara mengobservasi kegiatan siswa selama kegiatan belajar berlangsung. Observasi dilakukan dengan bantuan rubrik penilaian sesuai dengan RPP yang telah terlebih dahulu dibuat (rubrik penilaian terlampir pada RPP lampiran 1). Penilaian
proses
yang
pertama
dilakukan
pada
kegiatan
pembelajaran mencari pasangan kartu dan penilaian. Sesuai dengan langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada RPP kelompok eksperimen, siswa dibagi menjadi 3 kelompok. Pada pertemuan 1 dan 2 siswa dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok pemegang kartu soal, pemegang kartu jawaban dan penilai. Pembelajaran dilakukan di lapangan voli agar ruang gerak siswa lebih luas. Pembelajaran pertemuan 1 meliputi alat komunikasi masa lalu dan masa kini serta membandingkan alat komunikasi masa lalu dan masa kini sedangkan pada pertemuan 2 penggunaan alat komunikasi dan menceritakan pengalaman menggunakan alat komunikasi.. Penilaian 53
54
dalam kegiatan pembelajaran terdiri dari dua indikator dengan jumlah skor maksimal 4. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada kegiatan mencari pasangan tidak ada siswa yang mendapat skor 1 dan 2, skor yang diperoleh siswa yakni skor 3 dan 4. Pada indikator pertama yaitu kegiatan mencari pasangan, terdapat 2 orang yang masih pasif dalam mencari pasangan siswa, akan tetapi siswa tersebut juga melaksanakan kegiatan sehingga memperoleh skor 3 yaitu 6%. Siswa yang memperoleh skor 4 berarti siswa bnar-benar antusias mengikuti kegiatan mencari pasangan. Ada siswa yang mendapat skor 4 dengan prosentase 94%. Indikator ke dua yakni waktu yang digunakan siswa untuk menemukan pasangannya. Siswa yang memperoleh skor 3 artinya siswa yang menemukan pasangan kartu selama 2 menit sedangkan siswa yang memperoleh skor 4 adalah siswa yang menggunakan waktu 1 menit untuk menemukan pasangan kartu. Hanya 10% siswa yang mendapat skor 3 dengan jumlah siswa 3 orang, sedangkan 20 siswa memperoleh skor 4 prosentasenya sebesar 90%. Dari hasil observasi seluruh indikator pada penilaian kecepatan dapat disimpulkan bahwa siswa pada kelompok eksperimen sudah melakukan kegiatan mencari pasangan dengan baik dan sesuai petunjuk guru. Hal ini ditandai dengan siswa memperoleh skor 3 dan 4 dalam penilaian kecepatan. Data lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 14.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelum dilakukan uji t, terlebih dahulu dilakukan analisis uji normalitas data dari skor tes 1 dan tes 2 kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Setelah dilakukan uji normalitas dapat dilakukan uji t menggunakan skor tes 2 pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk melihat normal atau tidaknya penyebaran data dari variabel penelitian. Uji normalitas variabel 54
55
penggunaan benda kongkret pada model pembelajaran make a match menggunakan teknik One sample Kolmogrov-Smirnov Test, perhitungan dilakukan dengan menggunakan SPSS 19.0.
Uji Normalitas Tes 1 Kelompok Eksperimen Normal atau tidaknya penyebaran data pada data skor tes 1 kelompok eksperimen diketahui dengan cara melakukan uji normalitas data. Di bawah ini disajikan tabel uji normalitas skor tes 1 kelompok eksperimen.
Hasil Uji Normalitas Tes 1 Kelompok Eksperimen One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Eksperimen N
30
Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
Mean
64,8000
Std. Deviation
9,52094
Absolute
,174
Positive
,125
Negative
-,174
Kolmogorov-Smirnov Z
,954
Asymp. Sig. (2-tailed)
,323
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Data hasil uji noemalitas tes 1 kelompok eksperimen tampak bahwa hasil uji kolmogrov-smirnov Z untuk hasil tes 1 kelompok eksperimen normal yaitu sebesar 0,954 dengan probabilitas signifikan 0,323. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi pengukuran pada skor tes 1 kelompok eksperimen
normal. Gambaran visual kenormalan penyebaran data
karakteristik dapat dilihat pada Grafik 4.9 berikut:
55
56
Grafik 4.2 Uji Normalitas Tes 1 Kelompok Eksperimen Pada grafik 4.2 terlihat bahwa data nilai siswa eksperimen yang berjumlah 30 anak membentuk kurve normal dengan rata-rata nilai memperoleh 64,80 dan standar devisiasi 9,521. Uji Normalitas Tes 2 Kelompok Eksperimen Melihat normal atau tidaknya penyebaran data pada data skor tes 2 kelompok eksperimen dilakukan dengan uji normalitas data. Di bawah ini disajikan tabel uji normalitas skor tes 2 kelompok eksperimen.
56
57
Hasil Uji Normalitas Tes 2 Kelompok Eksperimen One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Eksperimen N
30
Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
Mean
90,6933
Std. Deviation
5,38702
Absolute
,178
Positive
,101
Negative
-,178
Kolmogorov-Smirnov Z
,977
Asymp. Sig. (2-tailed)
,296
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Data hasil uji normalitas tes 2 kelompok eksperimen tampak bahwa hasil uji kolmogrov-smirnov Z untuk hasil tes 2 kelompok eksperimen normal yaitu sebesar 0,977 dengan probabilitas signifikan 0,296. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi pengukuran untuk variabel pada skor tes 2 kelompok eksperimen adalah normal. Gambaran visual kenormalan penyebaran data karakteristik dilihat pada Grafik 4.10 berikut:
Grafik 4.3 Uji Normalitas Tes 2 Kelompok Eksperimen
57
58
Pada grafik 4.3 terlihat bahwa data nilai siswa eksperimen yang berjumlah 30 anak membentuk kurve normal dengan rata-rata nilai memperoleh 90,69 dan standar devisiasi 5,387. Uji Normalitas Tes 1 Kelompok Kontrol Uji Normalitas digunakan untuk melihat normal atau tidaknya penyebaran data pada data skor tes 1 kelompok kontrol dilakukan dengan uji normalitas data. Di bawah ini disajikan tabel uji normalitas skor tes 1 kelompok kontrol. Hasil Uji Normalitas Tes 1 Kelompok Kontrol SD One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kontrol N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
26 61,9231 11,54443 ,116 ,095 -,116 ,593 ,873
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Data hasil uji normalitas tes 1 kelompok kontrol tampak bahwa hasil uji kolmogrov-smirnov Z untuk hasil tes 1 kelompok kontrol normal yaitu sebesar 0,593 dengan probabilitas signifikan 0,873. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi pengukuran untuk variabel tes 1 pada skor tes 1 kelompok kontrol adalah normal. Gambaran visual kenormalan penyebaran data karakteristik dilihat pada Grafik 4.11berikut:
58
59
Grafik 4.4 Uji Normalitas Tes 1 Kelompok Kontrol Pada grafik 4.4 terlihat bahwa data nilai siswa kontrol yang berjumlah 26 anak membentuk kurve normal dengan rata-rata nilai memperoleh 61,92 dan standar devisiasi 11,544. Uji Normalitas Tes 2 Kelompok Kontrol Uji normalitas digunakan untuk melihat normal atau tidaknya penyebaran data pada data skor tes 2 kelompok kontrol dilakukan dengan uji normalitas data. Di bawah ini disajikan tabel uji normalitas skor tes 2 kelompok kontrol.
59
60
Hasil Uji Normalitas Tes 2 Kelompok Kontrol One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kontrol N
26
Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
Mean
71,6538
Std. Deviation
7,65737
Absolute
,174
Positive
,174
Negative
-,145
Kolmogorov-Smirnov Z
,889
Asymp. Sig. (2-tailed)
,409
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Dilihat dari data hasil uji normalitas tes 2 kelompok kontrol tampak bahwa hasil uji kolmogrov-smirnov Z untuk hasil tes 1 kelompok kontrol normal yaitu sebesar 0,889 dengan probabilitas signifikan 0,409. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi pengukuran variabel pada skor tes 2 kelompok kontrol adalah normal. Gambaran visual kenormalan penyebaran data karakteristik dilihat pada Grafik 4.12berikut:
60
61
Grafik 4.5 Uji Normalitas Tes 2 Kelompok Kontrol Pada grafik 4.5 terlihat bahwa data nilai siswa kontrol yang berjumlah 26 anak membentuk kurve normal dengan rata-rata nilai memperoleh 71,65 dan standar devisiasi 7,657. Uji Test Uji signifikansi perbedaan mean antar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, analisis data yang digunakan adalah uji t-test. Di bawah ini disajikan tabel hasil uji t-test skor tes 2 kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
61
62
Hasil Uji T-TEST SKOR TES 2 KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KELOMPOK KONTROL Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F NIlai Equal
variances
Sig. 2,506
T ,119
Df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference Lower
Upper
-10,870
54
,000
-19,03949
1,75153
-22,55109
-15,52788
-10,606
44,058
,000
-19,03949
1,79514
-22,65723
-15,42175
assumed Equal
variances
not
assumed
Berdasarkan data hasil uji t-test, dapat dilihat hasil F hitung levene test sebesar 2,506 dengan probabilitas 0,119>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kedua sampel memiliki variance sama atau dengan kata lain kedua kelompok homogen. Dengan demikian analisis uji beda t-test harus menggunakan asumsi equal variance assumed. Dari tabel di atas terlihat bahwa signifikansi 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan untuk pembelajaran penggunaan benda kongkret pada model pembelajaran make a match.
Uji Hipotesis Hasil analisis data yang telah dilakukan, setelah diperoleh dari hasil uji t maka analisis hipotesisnya adalah: Ada efektifitasan signifikan penggunaan benda kongkret pada model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Imbas Gugus Perkutut Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2011/2012. Berdasarkan analisis uji hipotesis, hipotesis ditolak jika signifikansi >0,05 (H > 0,05) dan hipotesis diterima jika signifikansi < 0,05 (H < 0,05).
62
63
Dari hasil signifikansi diperoleh skor signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka hipotesis diterima. Kegiatan pembelajaran IPS dengan materi alat-alat teknologi komunikasi yang menggunakan benda kongkret pada model pembelajaran make a match, terlihat bahwa skor hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang (kelompok eksperimen) lebih baik dari pada skor tes hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Karangtengah 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang (kelompok kontrol) yang pembelajarannya dilakukan secara konvensional. Hal ini menunjukan bahwa keefektifan pembelajaran penggunaan benda kongkret pada model pembelajaran make a match sangat besar karena dengan penerapan pembelajaran tersebut hasil belajar siswa dapat meningkat dengan
rata-rata
90,69.
Dibandingkan
dengan
pembelajaran
yang
konvensional pada kelompok kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional memperolah rata-rata 71, 69 (dibulatkan menjadi 72). Data yang diperoleh membuktikan bahwa hasil pembelajaran dengan menggunakan benda kongkret pada model pembelajaran make a match lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pembelajaran konvensional. Hasil skor rata-rata tes 2 kelompok eksperimen kelas IV SD Tlogo mencapai hasil 90,69 sedangkan rata-rata skor tes 2 kelompok kontrol kelas IV SD Negeri Karangtengah 01 mencapai hasil 72. Perbedaan rata-ratanya 18,69. Dilihat dari segi perolehan skor rata-rata tes 2, dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen sudah mencapai ketuntasan KKM 90 karena 90,69 > 90, sedangkan rata-rata kelompok kontrol belum tuntas mencapai KKM, karena masih di bawah KKM 90. Derdasarkan hasil tes 2 dapat disimpulkan pada kelompok eksperimen ada 21 siswa yang tuntas mencapai KKM 90, dengan prosentase 70% dan 9 siswa tidak tuntas, prosentasenya sebesar 30%. Berdasarkan data di atas sudah terlihat peningkatan yang signifikan, mulanya pada tes 1 belum ada siswa yang tuntas pada tes 2 setelah diberikan perlakuan 70% tuntas mencapai KKM. Sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan pada rata-rata nilai tes akan tetapi 26 siswa tidak ada 63
64
yang tuntas mencapai KKM 90, dengan prosentase 100% dan tidak ada siswa yang tuntas, dengan prosentase 0%. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran konvensional memberikan sedikit pengaruh peningkatan pada hasil belajar siswa. Oleh karena itu, penggunaan benda kongkret pada model pembelajaran make a match memiliki keefektifitasan yang besar dalam pembelajaran kelas IV pada khususnya. Terjadinya perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol salah satunya disebabkan adanya penggunaan media dan model pembelajaran pada kelas eksperimen. Pembelajaran pada kelompok eksperimen mendorong siswa untuk aktif, saling bekerjasama, mengalami langsung serta melatih ketelitian dan kecepatan siswa dalam meyelesaikan masalah. Pembelajaran yang digunakan juga mengajarkan siswa arti kerjasama, tanggung jawab, kreatif, dan percaya diri. Secara umum terjadinya perbedaan hasil belajar dan pencapaian tingkat berpikir siswa dimungkinkan karena dalam penggunaan media dan model pembelajaran dikembangkan keterampilan siswa tidak hanya dalam ranah kognitif, siswa belajar dengan mengalami langsung, tidak hanya sekedar hafalan materi dan mendengarkan penjelasan dari guru, sehingga daya ingat siswa jauh lebih kuat. Didukung juga dengan perasaan senang dalam pembelajaran, sehingga ketika mengerjakan soal tes siswa jauh lebih bersemangat, akhirnya hasil belajarnya jauh lebih baik dan meningkat.
64