BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Jenis dan Desain Penelitian
3.1.1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah peneitian eksperimen berbentuk Quasi Experimental Design. Menurut Sugiyono (2006 :80), bentuk quasi eksperimen adalah bahwa desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Quasi Experimental Design digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. 3.1.2. Desain Penelitian Adapun desain yang digunakan dalam penelitian eksperimen ini, yaitu jenis Two Group Posttest Only. Alasan menggunakan desain ini karena setelah dilakukan uji kesetaraan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan skor rata-rata prestasi belajar secara signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok adalah setara. Desain penelitian digambarkan pada Gambar 3.1. sebagai berikut:
R
X1
O X1
X2
O X2
Gambar 3.1. Skema Two Group Posttest Only, Newman dalam Mulyatiningsih (2011:89). Keterangan: R
:
random assignment
X1
: treatment atau perlakuan dengan metode eksperimen (Percobaan)
X2
: treatment atau perlakuan dengan metode konvensional (ceramah)
O X1
: pengukuran hasil posttest kelompok eksperimen
O X2
: pengukuran hasil posttest kelompok control
Desain eksperimen ini melalui tiga langkah yaitu : 31
32
1. Melakukan uji kesetaraan untuk mengukur variabel terikat sebelum treatment atau perlakuan dilakukan. 2. Memberikan treatment atau perlakuan kepada subjek yaitu metode eksperimen (percobaan) pada kelompok eksperimen dan metode konvensional (ceramah) pada kelompok kontrol. 3. Memberikan postest untuk mengukur variabel terikat setelah perlakuan. 3.2
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel adalah segala sesuatu yang menunjukkan adanya variasi (dan bukan hanya
satu macam), baik bentuknya, besarnya, kualitasnya, nilainya, warnanya, dan sebagainya (Mustikawan, 2008). Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat.
3.2.1 Variabel Penelitian Variabel bebas adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Arikunto (2006), menyebutkan bahwa variabel ini dapat disebut juga sebagai variabel independent. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas (X1) adalah metode pembelajaran eksperimen dan variabel bebas (X2) adalah metode pembelajaran konvensional (ceramah), dimana kedua variabel ini yang akan mempengaruhi prestasi belajar IPA. Variabel terikat adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel bebas.Variabel ini dapat juga disebut variabel dependent (Arikunto, 2006).Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah prestasi belajar IPA siswa. Hal ini dikarenakan pembelajaran IPA mendapat pengaruh dari metode eksperimen maupun metode konvensional
3.2.2 Definisi Operasional Metode eksperimen adalah metode belajar mengajar yang sesuai untuk pembelajaran sains dimana siswa diberi kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan kreativitas secara optimal. Hal itu terjadi karena siswa diberi
33
kesempatan untuk melakukan percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya dan menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Pembelajaran konvensional adalah suatu kegaitan belajar mengajar yang selama ini kebanyakan dilakukan oleh guru, dimana guru mengajara dengan cara klasikal yang di dalamnya aktivitas guru mendominasi kelas dengan metode ceramah (ekspositori). Prestasi belajar IPA yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah prestasi belajar kognitif siswa setelah diberikan perlakuan (treatment) dengan menggunakan metode pembelajaran baik metode pembelajaran eksperimen maupun metode pembelajaran konvensional (ceramah). 3.3
Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, yang dijadikan sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas V
SD Negeri Salatiga 03 dan kelas V SD Negeri Salatiga 10; dimana siswa kelas V SDN Salatiga 03 dijadikan sebagai kelompok eksperimen, dan siswa SDN Salatiga 10 dijadikan sebagai kelompok kontrol. Tabel 3. 1 Data Subjek Penelitian Jenis Kelamin Laki-laki
Kelompok Eksperimen Frekuensi Persentase 18 47.37%
Perempuan Jumlah
20 38
52.63% 100%
Kelompok Kontrol Frekuensi Persentase 28 73.68% 10 38
26.32% 100%
Tabel 3.1 menunjukkan bahwa, subjek penelitian pada kelompok eksperimen yaitu siswa kelas V SDN Salatiga 03, berjumlah 38 siswa, dimana 18 siswa berjenis kelamin lakilaki atau persentase 47.37%, dan 20 siswa perempuan, dengan persentase 54.63%. Pada kelompok kontrol yaitu siswa kelas V SDN Salatiga 10 juga berjumlah 38 siswa, dimana siswa laki-laki berjumlah 28 siswa atau persentase 73.68% dan perempuan berjumlah 10 siswa, atau persentase 26.32% .
34
3.4
Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan daftar nama siswa dan hasil tes IPA sebelumnya. Data tersebut digunakan dalam menentukan siswa mana yang akan berada pada kelompok eksperimen, dan siswa mana yang akan berada pada kelompok kontrol. 2.
Tes
Teknik tes digunakan memberikan tes pretest dan posttest, dalam materi sifat-sifat cahaya. Tes yang akan digunakan adalah tes obyektif berbentuk pilihan ganda. Dalam tes ini, siswa yang menjawab benar diberi skor 1 dan yang menjawab salah atau tidak menjawab diberi skor 0. 2.
Observasi
Lembar observasi yang menjadi instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi pembelajaran. Lembar observasi pembelajaran ini dapat dilihat pada kisi-kisi instrumen observasi.
3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data 1.
Tes tertulis
Instrument tes dalam penelitian ini berupa lembar soal guna mengungkap prestasi belajar IPA, instrumen yang digunakan adalah tes prestasi belajar atau achievement test. Tes dilakukan untuk mengungkapkan prestasi belajar sebelum dan sesudah pemberian perlakuan. Jenis tes yang digunakan tes formatif berupa pilihan berganda. Untuk menjamin bahwa instrumen berupa tes pilihan berganda yang akan digunakan merupakan instrumen yang baik, maka tes disusun mengikuti langkah-langkah penyusunan soal. Langkah yang dimaksud adalah : 1) penyusunan kisi-kisi, 2) uji coba instrumen, 3) uji validitas dan reliabilitas. Kisi-kisi disusun berdasarkan SK dan KD yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini disusun dua kisi-kisi instrumen tes formatif dengan jawaban pilihan berganda yaitu kisi-kisi instrumen
35
tes untuk mengukur prestasi belajar sebelum perlakuan diberikan dan kisi-kisi instrumen tes untuk mengukur prestasi belajar sesudah perlakuan diberikan. Kisi-kisi instrumen tes untuk mengukur prestasi belajar IPA disusun berdasarkan SK: 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model dan KD: 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. Kisi-kisi untuk mengukur prestasi belajar IPA dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3. 2 Kisi-kisi Soal Prestasi Belajar Materi Sifat-sifat Cahaya SK: 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model KD: 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. No Indikator 1 Membuktikan bahwa
2 3
Total
2.
Butir soal
cahaya 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10, 12 menembus benda bening melalui demonstrasi Menyebutkan contoh benda yang 8, 9, 13, 15, 17, 19, 21, 23, 25 dapat ditembus cahaya Menjelaskan peristiwa cahaya 11, 14, 16, 18, 20, 22, dapat menembus benda bening 24 dalam kehidupan sehari-hari
Jumlah soal 9
9 7
25
Lembar observasi Instrument non tes dalam penelitian ini berupa lembar observasi/check list untuk
mengobservasi implementasi metode pembelajaran eksperimen pada kelompok eksperimen dan implementasi metode pembelajaran konvensional (ceramah) pada kelompok kontrol yang dilakukan oleh guru. Kisi-kisi lembar observasi/check list ini dibuat berdasarkan sintaks metode pembelajaran eksperimen dan metode pembelajaran ceramah yang meliputi empat langkah yaitu persiapan, pelaksanaan, tindak lanjut, dan penutup. Pengamatan dikategorikan menjadi dua check list, yaitu terlaksana dan tidak terlaksana. Adapun kisi-kisi observasi implementasi metode pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini:
36
Tabel 3. 3 Kisi-kisi Lembar Observasi Pembelajaran Eksperimen Sintaks A. Persiapan 1. Guru mengkaji kesesuaian metode dengan tujuan yang akan dicapai. 2. Memilih dan memilah peralatan yang akan dipakai. 3. Memperkirakan waktu yang akan diperlukan. 4. Mencoba peralatan terlebih dahulu. B. Pelaksanaan 1. Guru menjelaskan tujuan yang akan dicapai dengan eksperimen tersebut. 2. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti eksperimen dengan menjelaskan prosedur/cara kerja peralatan yang dipakainya. 3. Guru melakukan eksperimen awal yang diamati oleh siswa pada materi cahaya dapat menembus benda bening. 4. Siswa diminta untuk menyusun hipotesis berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan guru C. Tindak Lanjut 1. Siswa diberi kesempatan untuk mendiskusikan, menanyakan terhadap suatu proses/urutan langkah-langkah yang baru saja selesai dieksperimenkan. 2. Siswa diberi kesempatan meneksperimenkan ulang, bila belum tepat/salah guru dapat meragakan ulang. D. Penutup 1. Guru memberikan tugas-tugas kepada siswa untuk lebih memperjelas terhadap bahan yang baru saja dieksperimenkan. 2. Guru mengadakan evaluasi.
Kegiatan Pembelajaran Guru mengkaji kesesuaian metode terhadap tujuan yang akan dicapai. Guru menganalisis kebutuhan peralatan untuk eksperimen. Guru menganalisis kebutuhan waktu. Guru mencoba peralatan dan merancang garis-garis besar eksperimen. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang ingin dicapai. Guru menjelaskan tentang prosedur dan instruksi keamanan eksperimen.
Guru melakukan eksperimen awal, dengan melakukan cara melakukan percobaan materi cahaya dapat menembus benda bening. Siswa membuat hipotesis awal berdasarkan penjelasan konsep tentang materi cahaya dapat menembus benda bening dan eksperimen yang dilakukan oleh guru Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan tentang tindakan, proses, atau prosedur yang baru saja dieksperimenkan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba melakukan segala hal yang telah dieksperimenkan. Guru memberikan tugas berupa lembar kerja/pengamatan kepada siswa. Guru memberikan evaluasi.
37
3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas 1.
Uji Validitas
Instrumen yang akan disebarkan kepada responden, harus diuji terlebih dahulu untuk mengetahui apakah instrument valid dan reliabel atau tidak. Sugiyono (2006: 135), menyatakan bahwa instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas data adalah teknik korelasi Product Moment. Rumus untuk mencari angka indeks korelasi Product Moment adalah: ⅀ − (⅀ )(⅀ )
= √( ⅀
− (⅀ )2
⅀
− (⅀ )2)2
Keterangan: rit
= koefisien korelasi antara dua variabel
i
= skor setiap item
t
= skor total
(⅀ )
= kuadrat jumlah skor item
⅀
= jumlah kuadrat skor item
⅀
= jumlah kuadrat skor total
(⅀ ) = kuadrat jumlah skor total Perhitungan validitas dihitung dengan menggunakan bantuan menggunakan bantuan computer versi SPSS 17.0 for windows. Pada umumnya untuk penelitian di bidang ilmu pendidikan, digunakan taraf signifikansi 0,05 atau 0,01. 2.
Uji Reliabilitas
Untuk menghitung reliabilitas instrumen prestasi belajar IPA, teknik yang digunakan adalah rumus Alpha Cronbach, yaitu:
38
=
−1
1−
∑
Ket: r11
= reliabilitas instrument
k
= banyaknya butri soal
∑
= jumlah variansi butir = variansi total
3.
Analisis Tingkat Kesukaran Soal dan Daya Beda
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha pemecahannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Arikunto (2002), mengatakan bahwa untuk menentukan derajat kesulitan alat tes digunakan rumus sebagai berikut: = Ket: P = Indeks kesukaran B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS= Jumlah seluruh peserta tes Kriteria harga P adalah sebagai berikut: 0,00 ≤ P < 0,30 = item soal sukar 0,30 ≤ P < 0,70 = item soal sedang 0,70 ≤ P < 1,00 = item soal mudah. 3.6
Teknik Analisa Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif yaitu independent
sampel t-test, untuk mengetahui apakah ada perbedaan prestasi belajar IPA antara
39
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Menurut Hadi (2001: 268), rumus independent sampel t-test adalah sebagai berikut:
t=
x −x s s + n n
keterangan: t= nilai t hitung X1= nilai rata-rata kelompok eksperimen X2= nilai rata-rata kelompok kontrol S1=simpangan baku kelompok eksperimen S2=simpangan baku kelompok kontrol n1= jumlah anggota sampel kelompok eksperimen n2=jumlah anggota sampel kelompok kontrol
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Salatiga 03 yang beralamat di jln Margosari No. 3 Salatiga sebagai kelompok eksperimen. Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V yang berjumlah 38 siswa. Adapun karakteristik respondennya dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini: Tabel 4.1 Distribusi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin Frekuensi Prosentase (%) Laki-laki
18
47.37
Perempuan
20
52.63
Total
38
100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa siswa kelas V SDN Salatiga 03 yang dijadikan sebgai kelompok eksperimen, siswa laki-laki berjumlah 18 siswa atau 47.37% dari total jumlah siswa, dan siswa perempuan berjumlah 20 siswa atau 52.63% dari total jumlah siswa. Untuk kelompok pembanding atau kelompok kontrol, siswa kelas V SDN Salatiga 10 dengan jumlah siswa sebanyak 38. Berikut adalah distribusi subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin yang dipaparkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2 Distribusi Kelompok Kontrol Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin Frekuensi Prosentase (%) Laki-laki
28
73.68
Perempuan
10
26.32
Total
38
100
40
41
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1. Distribusi Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Distribusi hasil pretest kelompok eksperimen Setelah dilakukan pretest pada kelompok eksperimen, diperoleh nilai pretest pada kelompok eksperimen yang terendah memperoleh nilai 35 dan tertinggi mendapatkan nilai 88. Dari 38 siswa, kemudian dihitung rata-rata kelas maka didapatkan hasil rata-rata kelas yaitu 64.89. Untuk menentukan interval kelas digunakan rumus seperti dibawah ini: Range/jangkauan
Banyaknya katagori Sturges (k)
= = = = = =
Interval
= = =
skor maksimal – skor minimal 88 – 35 53 1 + 3.3 log n 1 + 3.3 log 38 1 + 5.28 6.28 (dibulatkan menjadi 6) Range Banyak katagori 53 6 8.9 (dibulatkan menjadi 9) dalam Herrhyanto Nar dan Akib Hamid H.M. (2006:2.11-2.12) Tabel 4.3
Distribusi Prestasi Belajar Pretest Kelompok Eksperimen No
Interval
Frekuensi
Prosentase
1
35 – 43
2
9.52
2
44 – 52
2
9.52
3
53 – 61
12
31.58
4
62 – 70
7
19.05
5
71 – 79
11
23.81
6
80 – 88
3
19.05
38
100
Total
42
Dari tabel di atas, bahwa mayoritas siswa yang mendapatkan nilai tertinggi terdapat pada interval 51 – 58, yang berjumlah 12 siswa, dengan prosentase sebesar 31.58. Berdasarkan tabel tersebut dapat dikatakan bahwa mayoritas perolehan nilai siswa berada pada tingkat rendah.
4.3
Distribusi posttest kelompok eksperimen Hasil posttest adalah hasil yang didapatkan siswa setelah diberi perlakuan dengan
metode pembelajaran eksperimen. Setelah diuji ditemukan bahwa perolehan nilai terendah yaitu 60 dan tertinggi 100. Nilai rata-rata kelas dari hasil posttest ini yaitu 85.79. Persamaan untuk menentukan kategori dan interval, tetap menggunakan persamaan seperti menghitung prestasi belajar pretest di atas. Untuk melihat distribusi perolehan hasil posttest ini dapat dilihat pada tabel berikut : Range/jangkauan
Banyaknya katagori Sturges (k)
= = = = = =
Interval
= = =
skor maksimal – skor minimal 100– 60 40 1 + 3,3 log n 1 + 3,3 log 38 1 + 5.21 6.21 (dibulatkan menjadi 6) Range Banyak katagori 34 6 5.7 (dibulatkan menjadi 6) dalam Herrhyanto Nar dan Akib Hamid H.M. (2006:2.11-2.12)
43
Tabel 4.4 Distribusi Prestasi Belajar Posttest Kelompok Eksperimen No
Interval
Frekuensi
Prosentase
1
60 – 65
3
7.89
2
66– 71
2
5.26
3
72 – 77
10
26.32
4
78 – 83
13
34.21
5
84 – 89
3
7.89
6
90 – 95
3
7.89
7
96 – 100
1
2.63
38
100
Total
Berdasarkan pada distribusi perolehan nilai di atas, maka prosentase terbesar yang mendapatkan nilai antara 78 – 83, sebanyak 34.21%. Dari tabel distribusi di atas, dapat disimpulkan bahwa perolehan nilai setelah siswa diberi perlakuan dengan metode eksperimen dikatakan tinggi.
4.3.1 Distribusi hasil pretest kelompok kontrol Pada kelompok pembanding atau kontrol, ditemukan bahwa hasil pretest dengan nilai terendah yaitu 33 dan tertinggi 60. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh oleh kelompok kontrol yaitu sebesar 46.67. Untuk mengetahui jumlah terbanyak perolehan, maka dibuat rincian pada tabel berikut berdasarkan interval, sebagai berikut: Range/jangkauan
Banyaknya katagori Sturges (k)
= = = = = =
Interval
=
skor maksimal – skor minimal 60 – 33 27 1 + 3,3 log n 1 + 3,3 log 76 1 + 5.52 6,52 (dibulatkan menjadi 7) Range Banyak katagori
44
= =
27 7 3.8 (dibulatkan menjadi 4) dalam Herrhyanto Nar dan Akib Hamid H.M. (2006:2.11-2.12)
Tabel 4.5 Distribusi Prestasi Belajar Pretest Kelompok Kontrol No
Interval
Frekuensi
Prosentase
1
33 – 37
2
5.26
2
38 – 41
7
18.42
3
42 – 45
7
18.42
4
46 – 49
8
21.05
5
50 – 53
2
5.26
6
54 – 57
8
21.05
7
58 – 61
5
13.16
38
100
Total
Dari tabel di atas, berdasarkan patokan pada interval, maka mayoritas siswa yang mendapatkan interval nilai antara 46 – 49 dan interval 54 – 57 sebanyak 21.05%. Berdasarkan tabel di atas maka perolehan nilai pretest siswa pada kelompok eksperimen dikatakan rendah. 4.3.2 Distribusi prestasi belajar posttest kelompok kontrol Setelah dilakukan pretest pada kelompok kontrol, selanjutnya diberi perlakuan dengan memberikan pembelajaran secara konvensional atau ceramah. Setelah pembelajaran dilakukan posttest. Adapun perolehan nilai setelah diberi metode pembelajaran ceramah pada kelompok kontrol yang mendapatkan nilai terendah yaitu 53 dan tertinggi 87, dengan rata-rata nilai perolehan kelas yaitu 61.72%. Untuk mengetahui siswa yang memperoleh nilai terbanyak setelah berdasarkan hasil posttest, pada tabel berikut ini akan disajikan dalam bentuk interval sebagai berikut: Range/jangkauan
=
skor maksimal – skor minimal
45
Banyaknya katagori Sturges (k)
= = = = =
Interval
= = =
87– 53 34 1 + 3,3 log n 1 + 3,3 log 38 1 + 5.21 6.21 (dibulatkan menjadi 6) Range Banyak katagori 34 6 5.7 (dibulatkan menjadi 6) dalam Herrhyanto Nar dan Akib Hamid H.M. (2006:2.11-2.12)
Tabel 4.6 Distribusi Prestasi Belajar Posttest Kelompok Kontrol No
Interval
Frekuensi
Prosentase
1
53 – 58
3
7.89
2
59 – 64
14
36.84
3
65 – 70
10
26.32
4
71 – 76
9
23.68
5
77 – 82
1
2.63
83 – 88
1
2.63
38
100
Total
Mengacu pada tabel interval yang dipaparkan di atas, dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh nilai terbanyak berada pada interval 59 – 64 berjumlah 14 siswa, dengan prosentase sebesar 36.84%. Dari data ini dapat diambil kesimpulan bahwa setelah perlakuan dengan model pembelajaran konvensional, perolehan nilai siswa berada pada kategori sedang.
46
4.4
Perbedaan Rata-rata Perolehan Nilai Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Perbedaan rata-rata perolehan nilai sebelum dan setelah diberi perlakuan dimaksudkan
untuk melihat sejauh mana metode pembelajaran yang diterapkan dikatakan efektif. Adapun rata-rata perolehan nilai pretest dan posttest baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol, disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 4.7 Rata-rata Nilai Kelompok Pretest Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Kelas
Pretest
Posttest
Perubahan Hasil
Eksperimen
64.89
85.79
20.90
Kontrol
46.67
61.72
15.05
Tabel perbandingan di atas menunjukkan bahwa terjadi perubahan prestasi belajar baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Meskipun demikian, jika diamati terlihat bahwa terjadi perubahan prestasi belajar yang lebih besar pada kelompok eksperimen dibandingkan pada kelompok kontrol. Terjadi perubahan dan mengalami peningkatan sebanyak 20.90 setelah diberikan perlakuan dengan model pembelajaran dengan metode eksperimen. Selain itu, berdasarkan distribusi interval, prestasi belajar siswa pada kelompok eksperimen dikatakan sangat tinggi, sedangkan pada kelompok kontrol masuk dalam kategori sedang. Ini berarti bahwa setelah diberikan perlakuan dengan menerapkan metode eksperimen terjadi peningkatan prestasi belajar. Dengan kata lain, penggunaan metode eksperimen efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V Sekolah Dasar.
47
4.5
Uji Asumsi
4.5.1 Uji Tingkat Kesukaran Soal Mengetahui tingkat kesukaran soal, digunakan ketetapan sebagai berikut:
Tabel 4.8 Kategori Tingkat Kesukaran Soal Nilai F
Tingkat Kesukaran
0.00 – 0.25
Sukar
0.26 – 0.75
Sedang
0.76 – 1.00
Mudah
Setelah diuji validitas, selanjutnya dilakukan tingkat pengujian kesukaran soal. Dari 20 soal yang dinyatakan valid, ada 18 butir soal yang dinyatakan tingkat kesukarannya sedang, dan 2 butir soal yang dinyatakan tingkat kesukarannya mudah. Rinciannya dapat dilihat pada table berikut :
48
Tabel 4.9 Tingkat Kesukaran Butir Soal No
Nilai F
Kategori
1
0.79
Mudah
2
0.65
Sedang
3
0.65
Sedang
4
0.80
Mudah
5
0.65
Sedang
6
0.70
Sedang
7
0.70
Sedang
8
0.75
Sedang
9
0.70
Sedang
10
0.72
Sedang
11
0.72
Sedang
12
0.72
Sedang
13
0.67
Sedang
14
0.75
Sedang
15
0.75
Sedang
16
0.75
Sedang
17
0.75
Sedang
18
0.72
Sedang
19
0.65
Sedang
20
0.67
Sedang
49
4.6
Uji Normalitas
4.6.1 Kelompok eksperimen Untuk melakukan pengujian normalitas prestasi belajar pada kelompok eksperimen, digunakan dengan alat bantu statistik yaitu analyze, non parametric tes One Sample Kolmogorov Smirnov. Dari hasil pengujian ditemukan bahwa hasil pretest maupun posttest siswa kelas V terdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi p>0.05 atau senilai 0.657 pada hasil pretest dan 0.332 pada hasil posttest. Hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.10 Uji Normalitas Kelompok Eksperimen
4.6.2 Kelompok kontrol Sama seperti pada kelompok eksperimen, pengujian normalitas pada kelompok kontrol juga menggunakan alat bantu statistik. analyze, non parametric tes One Sample Kolmogorov Smirnov. Dari hasil pengujian ditemukan bahwa hasil pretest maupun posttest siswa kelas V terdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi p>0.05 atau senilai 0.234 pada hasil pretest dan 0.341 pada hasil posttest. Hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
50
Tabel 4.11 Uji Normalitas Kelompok Kontrol
4.7
Uji Homogenitas Langkah berikutnya yang harus dilakukan sebelum dilakukan uji beda adalah menguji
homogenitas data. Homogenitas dimaksudkan apakah data yang diperoleh memiliki varian yang sama atau tidak. Untuk melakukan uji homogenitas dilakukan dengan uji Levene's Test for Equality of Variances. Dari hasil pengujian ditemukan bahwa data baik pretest maupun posttest homogen, ini dibuktikan F senilai 2.242 dengan tingkat signfikansi >0.05 yaitu 0.139 pada prestasi belajar pretest dan F senilai 2.231 dengan tingkat signifikansi 0.140. Hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel berikut :
51
Tabel 4.12 Uji Homogenitas Data
4.8
Uji Beda Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah melakukan uji beda. Uji beda dimaksudkan
untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi perlakuan atau kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini:
52
Setelah dilakukan pengujian, ditemukan bahwa t hitung untuk hasil pretest pada kelompok eksperimen sebesar 10.409 dengan signifikansi 0.000 dan t hitung pada kelompok kontrol senilai 10.336, dengan tingkat signifikansi 0.000. Sedangkan t hitung untuk hasil posttest pada kelompok eksperimen yaitu 8.573 dengan tingkat signifikansi 0.000 dan pada t hitung pada kelompok kontrol yaitu 8.647 dengan tingkat signifikansi 0.000. Dari hasil pengujian ini tampak bahwa hipotesis Ho yang menyatakan tidak ada pengaruh metode eksperimen terhadap prestasi belajar siswa ditolak dan H1 yang menyatakan bahwa ada pengaruh pembelajaran metode eksperimen terhadap prestasi belajar diterima. Artinya bahwa setelah diberi perlakuan pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen, ditemukan ada perbedaan prestasi belajar pada siswa kelas V SDN Salatiga 03. 4.9
Pembahasan Berdasarkan hasil analisa data tentang pengaruh metode eksperimen sebagai metode
belajar dalam meningkatkan prestasi belajar IPA siswa SD Salatiga 03 kelas V pada materi sifat-sifat cahaya, dengan menggunakan program SPSS versi 16 for windows, diperoleh t hitung sebesar 8.573 pada kelompok eksperimen dengan tingkat signifikansi 0.000 dan pada t hitung pada kelompok kontrol yaitu 8.647 dengan tingkat signifikansi 0.000. Dari hasil pengujian ini tampak bahwa hipotesis Ho yang menyatakan tidak ada pengaruh metode eksperimen terhadap prestasi belajar siswa ditolak dan H1 yang menyatakan bahwa ada
53
pengaruh pembelajaran metode eksperimen terhadap prestasi belajar diterima. Artinya bahwa setelah diberi perlakuan pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen, ditemukan ada ada pengaruh penggunaan metode eksperimen dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SDN 03 Salatiga. Dengan kata lain, dengan diterapkannya metode eksperimen pada siswa kelas V SDNB 03 Salatiga, ditemukan ada perbedaan prestasi belajar pada siswa kelas V SDN Salatiga 03 dengan siswa kelas V SDN 10 Salatiga yang dikenakan pembelajaran dengan metode konvensional. Mendasarkan pada hasil analisa ini, dengan demikian penelitian ini mendukung penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Nurul Ulum (2009) tentang Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Prestasi belajar IPA Konsep Benda dan Sifatnya Kelas IV SD Ploposari III Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa dengan menerapkan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA meningkatkan kerja ilmiah dan prestasi belajar kognitif siswa. Selain itu, penelitian ini juga mendukung penelitian lainnya yang telah dilakukan Samsul Arif (2009) dengan judul penelitian: “Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Prestasi belajar IPA Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau Siswa SD Kelas V SDN Dandanggendis Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan. Simpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran IPA melalui penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Disamping mendukung penelitian-penelitian terdahulu, hasil analisa data ini juga mendukung pernyataan teoritis yang dikemukakan oleh Menurut Roestiyah (2001: 80), metode ekserimen adalah suatu cara mengajar dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu di sampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Menurut Schoenherr (dalam Palendeng, 2003), metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksperimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan kreativitas secara optimal. Hasil dari metode eksperimen adalah dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sains (IPA).
54
Meningkatnya prestasi belajar siswa kelas V SDN 03 pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya, disebabkan karena siswa diajak mengalami langsung melalui metode pembelajaran eksperimen, sehingga penemuan-penemuan yang terjadi selama proses eksperimentasi menguatkan siswa untuk meyakini atau menolak konsep-konsep dalam materi sifat-sifat cahaya yang hanya dipelajari dari guru saja. Dengan melakukan pengamatan secara langsung, siswa kelas V SDN 03 Salatiga diberikan kesempatan untuk melakukan analisis sendiri, dengan demikian siswa dapat menemukan ide-ide baru sendiri. Hasilnya, ketika diujikan dengan soal-soal tes yang telah disiapkan, siswa akhirnya banyak dapat menjawab dengan benar, dan dengan demikian ini berimplikasi pada prestasi belajarnya menjadi meningkat.