BAB III METODE PENELITIAN 3.1.
Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Pada sub judul ini diuraikan tentang setting waktu penelitian, setting tempat
penelitian dan karakteristik subjek penelitian.
3.1.1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu bulan Agustus sampai Desember 2013. Bulan Agustus peneliti mengadakan persiapan yaitu menyusun proposal penelitian dan instrumennya. Pada September minggu ke 3 peneliti melaksanakan siklus I dan melakukan jeda karena dilaksanakan UTS pada awal bulan Oktober. Selama jeda, peneliti mengadakan refleksi dan menyusun perbaikan instrumen untuk pertemuan selanjutnya. Pada minggu ke 3 peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas pada minggu ke 3 bulan Oktober. Setelah itu peneliti menyusun laporan penelitian.
30
31
Tabel 3.1. Rencana Pelaksanaan Penelitian No
1
Pelaksanaan penelitian
Agustus 1
2
Penyusunan proposal
3
September 4
1
2
3
Oktober 4
1
2
3
November 4
1
2
3
V V
Prasiklus Perencanaan 2
V
Tindakan
V
Observasi
V
Refleksi
V
Siklus I
3
Perencanaan
V
Tindakan
V
Observasi
V
Refleksi
V
Siklus II Perencanaan 4
Tindakan
V
Observasi
V
Refleksi 5
V
Pelaporan
V V
3.1.2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD 1 Panjang Kecamatan Bae Kabupaten Kudus. Lokasi sekolah berada di tepi jalan raya sehingga mudah dijangkau. SD 1 Panjang memiliki sarana dan prasarana yang memadai sehingga mendukung untuk dilaksanakan yang inovatif terutama diterapkannya model pembelajaran kontekstual karena kelengkapan sarana prasarana dan lingkungan yang menunjang untuk dijadikan sumber
4
32
ajar pembelajaran tetapi belum dioptimalkan dalam pembelajaran selama ini. Alasan pengambilan lokasi penelitin di siini adalah sekolah ini merupakan sekolah yang dipimpin oleh peneliti langsung di tempat kerja, dampaknya peneliti termudahkan karena fleksibel dalam melakukan pengambilan data dan bisa sebagai contoh tenaga guru di sekolah untuk menerapkan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan.
3.1.3. Karakteristik Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD 1 Panjang, dengan rincian 18 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Sebagian besar orang tua siswa kelas V adalah pekerja swasta yang bekerja di pabrik rokok sekitar Kudus. Secara umum karakteristik siswa kelas V didominasi siswa yang memiliki kemampuan kognitif yang rata-rata 50 %, 25 % siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata dan 25 % siswa yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas banyak siswa yang ramai ini disebabkan karena siswa kurang termotivasi dalam mengikuti pelajaran yang disebabkan model pembelajaran konvensional dan jarang menggunakan media yang menarik perhatian siswa. Jadi peningkatan proses pembelajaran yang berkualitas perlu dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa yang optimal.
3.2.
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas(PTK), tim peneliti merancang dua siklus dalam penelitian ini. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai yang mengacu pada tujuan penelitian. Menurut Arikunto, Adapun runtutan untuk masing-masing tahap penelitian tindakan kelas antara lain:
33
Gambar 3.2 Alur Rancangan PTK Model Spiral dari Kemmis & Taggart
Lebih jelasnya penjabaran dari langkah-langkah PTK yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:
3.2.1.
Perencanaan Perencanaan adalah langkah yang dilakukan guru ketika memulai tindakannya
(Arikunto, 2011: 17). Hal-hal yang dilakukan dalam perencanaan tindakan antara lain : 1) membuat skenario pembelajaran; 2) mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas; 3) mempersiapkan instrument untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan; 4) melaksanakan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan (Aqib, 2011:34). Dalam tahap perencanaan ini meliputi sebagai berikut: 1)
Mempersiapkan dokumen yang diperlukan yaitu data awal hasil tes sebelum dilakukan tindakan.
2)
Menyusun RPP sesuai indikator yang telah ditetapkan dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual dan alat peraga.
34
3)
Menyiapkan alat peraga manik-manik dan alat evaluasi berupa tes keterampilan proses serta lembar kerja siswa.
4)
Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru, aktivitas siswa, dan iklim belajar dalam proses pembelajaran serta alat atau instrumen pengumpulan data untuk memperkuat hasil observasi meliputi lembar pengamatan, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi berupa alat perekam (foto dan video).
3.2.2.
Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan,
yaitu mengenai tindakan di kelas (Arikunto,2011: 18). Dalam pelaksanaan tindakan, guru akan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan RPP
yang sudah
direncanakan. Dalam pelaksanaan PTK ini direncanakan dalam dua siklus . Dalam setiap siklus dilakukan satu tindakan yang diwujudkan dalam skenario pembelajaran. Satu kali pertemuan yaitu 3 x 35 menit, dimana setiap pertemuan dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual dan alat peraga. Siklus pertama yaitu dengan materi bilangan bulat berikutnya yaitu dengan materi yang sama namun dengan indikator yang berbeda dan dalam siklus kedua untuk memperbaiki segala hal dalam pembelajaran yang dirasa masih kurang.
3.2.3.
Observasi Observasi atau pengamatan adalah proses mencermati jalannya pelaksanaan
tindakan (Arikunto, 2011:18). Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru pengamat untuk mengamati aktivitas siswa, keterampilan guru, dan iklim belajar dalam penelitian ini, peneliti menggunakan lembar pengamatan, lembar wawancara, catatan lapangan, dan dokementasi dalam pengambilan data-data di lapangan.
3.2.4. Refleksi Refleksi merupakan kegiatan untuk mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan guru maupun siswa (Arikunto 2011: 19). Kegiatan refleksi itu terdiri atas 4 komponen kegiatan, yaitu: analisis data hasil observasi, pemaknaan data hasil
35
analisa, penjelasan hasil analisa, dan penyimpulan apakah masalah itu selesai/teratasi atau tidak. Jika teratasi berapa persen yang teratasi dan berapa persen yang belum. Jika ada yang belum teratasi, maka perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Jadi dalam refleksi akan ditentukan apakah penelitian itu berhenti disitu atau dilanjutkan.
3.3.
Variabel Penelitian Variabel yang akan diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi 2 yaitu
varibel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). 3.3.1.
Variabel Independent Variabel x (independent) dalam penelitian ini adalah penerapan model
kontekstual/CTL dan alat perga manic - manik. Pada kajian teori dan kajian penelitian yang relevan bahwa model pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang berusaha mengaitkan antara pengetahuan pelajaran dengan keadaan dunia sebenarnya, siswa dibantu untuk melakukan inkuiri dengan diberi bantuan alat peraga, kemudian guru memberikan permasalahan untuk dikaji masalahnya dan solusinya dengan cara inkuiri. Selanjuntnya guru membagi siswa menjadi kelompok yang terdiri atas 4-5 orang siswa sebagai penerapan unsur masyarakat belajar dalam pembelajaran kontekstual.
3.3.2.
Variabel Dependent Adapun yang menjadi variabel terikat (variabel y) dalam penelitian ini adalah
penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar pada pembelajaran matematika siswa kelas V SD 1 Panjang. Ini dikarenakan hasil belajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu pembelajaran sebagai suatu ukuran dalam pencapaian indikator pembelajaran yang telah disusun. Hasil belajar dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai nilai siswa setelah mendapatkan proses pembelajaran di kelas setelah satu pokok bahasan terselesaikan. Kemudian nilai siswa dianalisis menurut KKM sehingga diketahui keberhasilan siswa dalam proses belajar yang telah ditentukan, Standar Kompetensi yang dipilih dalam penelitian ini adalah 1. Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah. Sedangkan Kompetensi Dasar (KD) pada siklus I dan II adalah 1.2.
36
Melakukan operasi hitung campuran bilangan bulat. Untuk siklus III adalah 1.4 Menghitung perpangkatan dan akar sederhana. 3.4.
Rencana Tindakan
3.4.1. Siklus I 3.4.1.1. Tahap Perencanaan Perencanaan adalah langkah yang dilakukan guru ketika memulai tindakannya (Arikunto, 2011: 17). Hal-hal yang dilakukan dalam perencanaan tindakan antara lain : 1) membuat skenario pembelajaran; 2) mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas; 3) mempersiapkan instrument untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan; 4) melaksanakan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan (Aqib, 2011:34). Dalam tahap perencanaan ini meliputi sebagai berikut: 1)
Mempersiapkan dokumen yang diperlukan yaitu data awal hasil tes sebelum dilakukan tindakan.
2)
Menyusun RPP sesuai indikator yang telah ditetapkan dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual dan alat peraga.
3)
Menyiapkan alat peraga manik-manik dan alat evaluasi berupa tes keterampilan proses serta lembar kerja siswa.
4)
Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru, aktivitas siswa, dan iklim belajar dalam proses pembelajaran serta alat atau instrumen pengumpulan data untuk memperkuat hasil observasi meliputi lembar pengamatan, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi berupa alat perekam (foto dan video).
3.4.1.2. Tahap Pelaksaanaan dan Observasi Menurut Arikunto (2010:139) tahap pelaksanaan tindakan yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan yang telah dirumuskan sekaligus kegiatan pengamatan yang dilaksanakan oleh rekan guru sejawat sebagai observer. Dalam penelitian ini akan dilaksanakan 3 siklus yaitu pada tiap siklus masing-masing ada 1 pertemuan.
37
a)
Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I Adapun deskripsi pelaksanaan tindakan pertemuan I siklus I akan dijelaskan pada
tabel berikut ini : Tabel 3.2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I Kegiatan Pembelajaran Pra Pembelajaran
Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual / CTL 1) Guru mengatur tempat duduk siswa 2) Guru menyiapkan alat peraga, kesiapan siswa dan ruangan kelas.
Kegiatan Awal
3) Guru mengucapkan salam. 4) Guru melakukan presensi. 5) Guru memberikan motivasi kepada siswa 6) Guru melakukan apersepsi dengan cara melakukan tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari. 7) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
Kegiatan inti
8)
Guru menyiapkan alat peraga manik-manik terkait untuk mengembangkan
pemikiran
siswa
agar
dapat
membangun pengetahuan sendiri. (konstruktivis) 9)
Guru
memberikan
permasalahan
kepada
siswa
(konstruktivis) 10) Guru
membimbing
siswa
melakukan
kegiatan
pengamatan (inkuiri) 11) Melakukan kegiatan tanya jawab untuk mengembangkan sifat ingin tahu siswa (bertanya) 12) Guru mengelompokkan siswa secara heterogen dan membimbing siswa dalam diskusi (masyarakat belajar) 13) Siswa mengerjakan LKS yang telah diberikan guru. 14) Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya (pemodelan) 15) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik.
38
Kegiatan akhir
16) Guru bersama dengan siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dipelajari dengan cara bertanya pada siswa hal yang tidak dimengerti (refleksi) 17) Guru bersama dengan siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan (refleksi). 18) Siswa mengerjakan soal evaluasi. 19) Guru
memberikan
penilaian
proses
dan
hasil
pembelajaran (penilaian autentik).
b) Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pada siklus I guru menerapkan pembelajaran kontekstual dan alat peraga manikmanik dan nantinya di akhir siklus guru memberikan soal evaluasi kepada siswa untuk mengukur hasil belajar dari pembelajaran yang telah dilaksanakan pada pertemuan I. Dalam pelaksanaannya guru mengajar akan dinilai oleh kolaborator melalui lembar observasi yang telah disediakan. Hasil tindakan siklus ini difokuskan pada nilai hasil tes formatif matematika materi bilangan bulat untuk mengukur kemajuan belajar siswa kelas V SD 1 Panjang.
3.4.1.3. Observasi Observasi atau pengamatan adalah proses mencermati jalannya pelaksanaan tindakan (Arikunto, 2011:18). Kegiatan observasi dalam siklus I antara lain : a. Melakukan pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika. b. Melakukan pengamatan keterampilan guru dalam pembelajaran matematika yang dibantu oleh kolaborator.
3.4.1.4. Refleksi Hasil dari kegiatan observasi selama kegiatan pembelajaran maupun hasil tes dikumpulkan serta dianalisis untuk mendapatkan gambaran pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk diadakan refleksi. Refleksi merupakan kegiatan untuk mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan guru maupun siswa (Arikunto 2011: 19). Kegiatan refleksi itu terdiri atas 4 komponen kegiatan, yaitu: analisis data hasil
39
observasi, pemaknaan data hasil analisa, penjelasan hasil analisa, dan penyimpulan apakah masalah itu selesai/teratasi atau tidak. Jika teratasi berapa persen yang teratasi dan berapa persen yang belum. Jika ada yang belum teratasi, maka perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Jadi dalam refleksi akan ditentukan apakah penelitian itu berhenti di situ atau dilanjutkan. Adapun hal yang dilaksanakan dalam tahap refleksi penelitian ini antara lain: 1.
Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus I;
2.
Mengkaji pelakasanan pembelajaran dan efek tindakan pada siklus I ;
3.
Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus I;
4.
Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus II
3.4.2. Siklus II Pada siklus II kegiatan pembelajaran akan dikenai/perilaku yang sama seperti pada siklus I hanya saja waktu pelaksanaan akan disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia di SD dengan pokok bahasan KD yang berbeda. Siklus II merupakan penyempurnaan dari pelaksanaan siklus I dengan cara melakukan perbaikan dari kekurangan siklus I.
3.5.
Data dan Teknik Pengumpulan Data Data dan teknik pengumpulan data pada sub bab ini yang akan dibahas antara lain
jenis data, sumber data dan teknik pengumpulan data. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan secara rinci pada penjelasan di bawah ini :
3.5.1. Jenis Data 3.5.1.1. Data Kuantitatif Data kuantitatif adalah data yang mencakup atau didasarkan atas perhitungan persentase, rata-rata, dan perhitungan statistik lainnnya. Data kuantitatif ini berupa data hasil belajar siswa kelas V yang diambil dengan cara memberikan tes pada setiap akhir siklus.
40
3.5.1.2. Data Kualitatif Data kualitatif adalah jenis data yang menghasilkan informasi yang tidak dapat dicapai atau diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Dalam penelitian tindakan kelas ini data kualitatif diperoleh dari hasil observasi dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa, dan keterampilan guru dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual dan alat peraga.
3.5.2. Sumber Data 3.5.2.1. Siswa Sumber data siswa diperoleh dari hasil observasi yang diperoleh secara sistematik selama siklus pertama sampai siklus ketiga yang berupa lembar aktivitas dan hasil belajar siswa.
3.5.2.2. Guru Sumber data guru berasal dari lembar pengamatan keterampilan guru dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual dan alat peraga.
3.5.2.3. Dokumentasi Sumber data dokumen berupa data awal nilai hasil tes sebelum dilakukan tindakan.
3.5.3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah tes dan non tes. Teknik tes yakni berupa tes evaluasi sedangkan non tes yakni observasi, dan dokumentasi.
41
3.5.3.1.
Tes Arikunto (2010: 293) menyatakan tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan
serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa yang ditunjukkan pada kemampuan dasar atau prestasi belajar siswa. Tes diberikan untuk mengetahui tingkat kemampuan kognitif siswa. Tes ini dikerjakan siswa secara individu setelah mempelajari suatu materi dengan dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual dan alat peraga. Tes ini dilakukan pada saat proses pembelajaran dan tes akhir pembelajaran pada setiap siklus.
3.5.3.2.
Teknik Non Tes
1. Observasi Menurut Arikunto (2012: 45) observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Hamdani (2011: 312) observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan mengamati dan mencatat secara sistematik apa yang tampak dan terlihat sebenarnya. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa obsevasi adalah proses mengamati dan mencatat hal-hal yang terjadi dari kejadian atau situasi. Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati keterampilan guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual dan alat peraga. Dilakukan selama pembelajaran bersama kolaborator.
2. Dokumentasi Arikunto (2010: 201) menjelaskan dokumentasi adalah menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,dokumen, peraturan –peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika menggunakan menerapkan model pembelajaran kontekstual dan alat peraga.
42
3.5.4.
Instrumen Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
ini adalah tes dan non tes. Teknik tes yakni berupa tes evaluasi sedangkan non tes yakni observasi, dan dokumentasi. 3.5.4.1.Tes Arikunto (2010: 293) menyatakan tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa yang ditunjukkan pada kemampuan dasar atau prestasi belajar siswa. Tes diberikan untuk mengetahui tingkat kemampuan kognitif siswa. Tes ini dikerjakan siswa secara individu setelah mempelajari suatu materi dengan dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual dan alat peraga. Tes ini dilakukan pada saat proses pembelajaran dan tes akhir pembelajaran pada setiap siklus. 3.5.4.1.Teknik Non Tes 1. Observasi Menurut Arikunto (2012: 45) observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Hamdani (2011: 312) observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan mengamati dan mencatat secara sistematik apa yang tampak dan terlihat sebenarnya. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa obsevasi adalah proses mengamati dan mencatat hal-hal yang terjadi dari kejadian atau situasi. Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual dan alat peraga. Dilakukan selama pembelajaran bersama teman sejawat. Adapun kisi-kisi panduan observasi aktivitas siswa, sebagai berikut :
43
Tabel 3.3 Kisi-kisi Panduan Observasi Aktivitas Siswa No 1.
Indikator Mempersiapkan diri sebelum menerima pembelajaran (aktivitas mental);
2.
Memperhatikan alat peraga manik-manik dan mendengarkan penjelasan yang diberikan guru (aktivitas visual dan aktivitas mendengar)
3.
Memperagakan alat peraga manik-manik yang telah disediakan tiap kelompok (aktivitas visual, aktivitas mental, dan aktivitas emosional)
4.
Berdiskusi dengan teman secara berkelompok untuk menganilisis masalah untuk dipecahkan ( aktivitas lisan, aktivitas mendengarkan, aktivitas mental)
5.
Aktif dalam kegiatan diskusi kelas. (aktivitas mental, aktivitas lisan, aktivitas mendengarkan)
6.
Menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran (aktivitas lisan, aktivitas mental, aktivitas menulis)
2. Dokumentasi Arikunto (2010: 201) menjelaskan dokumentasi adalah menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,dokumen, peraturan –peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika menggunakan menerapkan model pembelajaran kontekstual dan alat peraga.
3.6.
Uji Validitas Validitas dan reliabilitas digunakan untuk mengukur data dan instrumen. Data
yang baik adalah data yang valid dan reliable. Untuk mendapatkan data yang baik maka perlu menyusun instrumen yang baik. Instrumen yang baik adalah instrumen yang valid dan reliabel. Instrumen yang valid adalah instrumen yang mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan instrumen yang reliabel adalah instrumen yang konsisten (tepat/akurat) mengukur yang seharusnya diukur.
44
Hasil penelitian dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel.
3.6.1. Validitas Gay (dalam Sukardi, 2011: 121) berpendapat bahwa suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas yang akan digunakan pada penelitian ini adalah uji validitas isi. Menurut Sukardi (2011: 123), “Validitas isi adalah derajat dimana sebuah tes mengukur cakupan substansi yang ingin diukur”. Pengujian validitas isi dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat bahwa itemitem dalam tes telah sesuai dengan isi kurikulum yang berlaku. Pemeriksaan indikatorindikator pada item soal tes dilakukan secara kolaborasi antara peneliti, guru kelas V, sekolah tempat penelitian, dan kedua dosen pembimbing. Pengujian validitas isi instrumen untuk menjamin kemantapan dan kebenaran data yang telah digali, dikumpulkan, dicatat dalam kegiatan penelitian maka dipilih dan ditentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperoleh. Di samping menggunakan validitas isi, item-item dalam tes juga diujicobakan untuk memperoleh validitas empiris agar instrumen yang digunakan lebih akurat. Validitas dari sebuah instrumen dapat diketahui dengan cara menghitung korelasi antara nilai hasil pengukuran dengan kriteria.. Penafsiran harga koefisien korelasi ( r ) dilakukan dengan membandingkan antara r hitung dengan perhitungan r table. Korelasi ini dihitung dengan menggunakan rumus Product Moment dengan jumlah N yang sama dengan taraf signifikan 1 % atau 5 %. Standar minimal untukvaliditas butir instrument adalah 0,3 ( Wadoyoko,2012:143) artinya apabila r hitung > nomor butir tersebut dapat dikatakan valid. Sebaliknya apabila r < 0,3 nomor butir tersebut tidak valid. 3.6.2. Reliabilitas Reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajekan. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil
45
yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Ini berarti semakin reliabel suatu tes memiliki persyaratan maka semakin yakin kita dapat menyatakan bahwa dalam hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama ketika dilakukan tes kembali (Sukardi, 2011: 127-128). Menurut Suryanto (2010: 5.10), “Semakin tinggi angka koefisien reliabilitas (mendekati 1) maka semakin tinggi reliabilitas tes tersebut”. Uji reliabilitas yang akan digunakan pada penelitian ini adalah uji reliabilitas belah dua. Cara melakukan reliabilitas belah dua pada garis besarnya dapat dilakukan dengan urutan seperti berikut. 1) Lakukan pengetesan item-item yang telah dibuat kepada subjek sasaran. 2) Bagi tes yang ada menjadi dua atas dasar jumlah item yang paling umum dengan membagi ganjil dan genap pada kelompok tersebut. 3) Hitung skor subjek pada kedua belah kelompok penerima item genap dan item ganjil. 4) Korelasikan kedua skor tersebut, menggunakan formula korelasi yang relevan dengan teknik pengukuran (Sukardi, 2011: 130). Hasil uji reliabilitas menunjukkan hasil koefisien korelasi tinggi maka tes mempunyai tingkat reliabilitas baik. Akan dapat diartikan sebaliknya jika hasil korelasi ternyata rendah. Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode belah dua ganjil genap karena instrumen yang digunakan berupa soal pilihan ganda. Rumus ganjil genap menggunakan rumus SpermanBrown (dalam Arikunto, 2008: 223) sebagai berikut.
r11 =
( (
) )
Dengan keterangan: r 11 = reliabilitas instrumen. Rxy = rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen. Hasil indeks tes apabila rhitung > r tabel dengan taraf signifikansi 1% atau 5% maka tes dinyatakan reliabel. Sehingga tes sebagai instrumen penelitian diyakini dapat mengungkapkan data secara konstan pada waktu sekarang maupun yang akan datang.
46
3.6.3. Analisis Butir (Tingkat Kesukaran Soal) Tingkat kesukaran soal ditunjukkan dengan indeks kesukaran, yaitu menunjukkan sukar mudahnya suatu soal. Soal yang baik adalah soal yang mempunyai derajad kesukaran memadai dalam arti tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Menurut Arifin (2009: 266), tingkat kesukaran soal bentuk objektif dapat dicari dengan menggunakan rumus: TK = (WL + WH)/ (nL + nH) x 100% Dimana: WL
= Jumlah peserta didik yang menjawab salah pada kelompok bawah
WH
= Jumlah peserta didik yang menjawab salah pada kelompok atas
nL
= Jumlah peserta didik pada kelompok bawah
nH
= Jumlah peserta didik pada kelompok atas
Sebelum menggunakan rumus di atas, harus ditempuh terlebih dahulu langkah- langkah sebagai berikut. 1. Menyusun lembar jawaban peserta didik dari skor tertinggi sampai dengan skor terendah. 2.
Mengambil 27% lembar jawaban dari atas yang selanjutnya disebut kelompok atas (higher group) dan mengambil 27% lembar jawaban dari bawah yang selanjutnya disebut kelompok bawah (lower group). Sisa sebanyak 46% disisihkan.
3.
Membuat tabel jawaban benar salah dari kelompok atas dan kelompok bawah untuk memudahkan perhitungan.
4. Menghitung tingkat kesukaran soal Adapun kriterian penafsiran tingkat kesukaran soal adalah: 1. Jika jumlah persentase sampai dengan 27%, maka soal termasuk mudah 2. Jika jumlah persentase sampai dengan 28% - 72%, maka soal termasuk sedang 3. Jika jumlah persentase sampai dengan 73% ke atas , maka soal termasuk sulit
3.7.
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah:
47
3.7.1.
Kuantitatif Data kuatitatif berupa hasil belajar untuk mengukur kemampuan kognitif pada
pembelajaran matematika. Dianalisis dengan teknik analisis deskriptif dengan menentukan mean. Data kuantitatif akan disajikan dalam bentuk persentase. Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data kuantitatif adalah sebagai berikut :
3.7.1.1.
Menentukan skor berdasar proporsi Skor =
x 100
Dimana: B = banyaknya butir yang dijawab benar (dalam bentuk pilihan ganda) atau jumlah skor jawaban benar pada tiap butir/ item soal (pada tes bentuk penguraian). = skor teoritis (Poerwanti 2008:6.14-6.16) 3.7.1.2.
Menentukan batas minimal nilai ketuntasan Nilai ketuntasan adalah nilai yang menggambarkan proporsi dan kualifikasi
penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah dikontrakan dalam pembelajaran. Untuk menentukan batas minimal
nilai ketuntasan peserta tes dapat
menggunakan pedoman yang ada. Depdiknas RI atau beberapa sekolah telah menentukan batas minimal siswa dikatakan tuntas menguasai kompetensi yang dikontrakan (Poerwanti 2008: 6-16).
Tabel 3.4 Batas minimal ketuntasan (KKM) Kriteria Ketuntasan
Kualifikasi
≥ 65
Tuntas
< 65
Tidak Tuntas
(Sumber : KKM Matematika SD 1 Panjang 2013)
48
3.7.1.3.
Menentukan ketuntasan klasikal
% ketuntasan belajar=
x 100% (Aqib 2011:41)
3.7.1.4.
Rata-rata hasil belajar Menurut Khotimah dalam Aqib (2011: 40) nilai rata-rata diambil dengan
menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa yang dibagi dengan jumlah siswa di dalam kelas, yaitu dengan rumus : Keterangan
=
:
x
: nilai rata- rata
∑X
: jumlah semua nilai siswa
∑N
: jumlah siswa
(Aqib, 2011:40) Hasil perhitungan, kemudian dikonsultasikan dengan menggunakan tabel taraf keberhasilan tindakan dalam proses pembelajaran persentase yang dikelompokkan dalam 4 kategori; yaitu sangat baik, baik, cukup, kurangsebagai berikut:
Tabel 3.5 Taraf Keberhasilan Tindakan dalam Proses Pembelajaran Pencapaian tujuan pembelajaran
Kualifikasi
Tingkat Keberhasilan Pembelajaran
85-100%
Sangat baik
Berhasil
65-84%
Baik
Berhasil
55-64%
Cukup
Tidak berhasil
0-54%
Kurang
Tidak berhasil (Aqib 2011:161)
Pada penelitian ini ditetapkan ketuntasan klasikal sekurang-kurangnya bernilai baik. Berdasar dari tabel 2 kondisi baik muncul pada rentang 65-84%. Oleh karena itu peneliti menetapkan kriteria ketuntasan 80 %.
49
3.7.2 Kualitatitif Data kualitatif berupa data hasil observasi aktivitas siswa dan keterampilan guru dalam pembelajaran memahami materi pembelajaran matematika, dengan analisis deskriptif kualitatif. Data kualitatif dipaparkan dalam kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Data kualitatif ini diperoleh dari pengolahan data yang didapat dari instrument pengamatan
keterampilan guru dan
instrument pengamatan aktivitas siswa (Sugiyono, 2007: 247-249). Adapun cara untuk mengolah data skor sebagai berikut: 1)
Menentukan skor terrendah;
2)
Menentukan skor tertinggi;
3)
Mencari median;
4)
Membagi rentang nilai menjadi 4 kategori ( sangat baik, baik, cukup, kurang).
Jika: R = skor terrendah T = skor tertinggi n = banyaknya skor Q2 = median Letak Q2 = ( n+1 ) untuk data ganjil atau genap Q1 = kuartil pertama Letak Q1 = ( n +2 ) untuk data genap atau Q1 = ( n +1 ) untuk data ganjil. Q3 = kuartil ketiga Letak Q3 = (3n +2 ) untuk data genap atau Q3 = ( n +1 ) untuk data ganjil. Q4= kuartil keempat = T, Maka akan di dapat :
50
Tabel 3.6 Klasifikasi Tingkatan Nilai untuk Menentukan Tingkatan Nilai pada Aktivitas Siswa Skala penilaian
Kategori penilaian
Q3 ≤ skor ≤ T
Sangat Baik
Q2 ≤ skor < Q3
Baik
Q1 ≤ skor < Q2
Cukup
R ≤ skor < Q1
Kurang (Herrhyanto, 2009 :5.3)
Tabel 3.5 Klasifikasi Tingkatan Nilai Aktivitas Siswa Kriteria Ketuntasan
Skala Penilaian
24 ≤ skor ≤ 28
Sangat baik
17,5 ≤ skor < 24
Baik
12 ≤ skor < 17,5
Cukup
7 ≤ skor < 12
Kurang
Tabel tersebut diperoleh dari skor tiap indikator aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dan alat peraga manik-manik yang terdiri dari aktivitas visual, aktivitas lisan, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas mental dan aktivitas emosional.
3.8.
Indikator Keberhasilan Pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual dan alat peraga manik-
manik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika pada siswa kelas V SD 1 Panjang dapat dikatakan berhasil apabila: 1.
Hasil belajar siswa kelas V SD 1 Panjang dalam melaksanakan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kontekstual dan alat peraga manik-manik mencapai ketuntasan 80% dengan nilai KKM 65.
51
2.
Aktivitas siswa kelas V SD 1 Panjang dalam melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual dan alat peraga manik-manik minimal baik (17,5 ≤ skor < 24).