BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara dan kepercayaan diri peserta didik kelas IV SDN Rancabolang 1 Kecamatan Rancasari Kota Bandung. Berdasarkan rancangan yang telah dibuat maka metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada di dalam kelas dan memberikan solusi dengan menggunakan model pembelajaran nondirective untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan kepercayaan diri peserta didik. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas, dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalahmasalah pembelajaran, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran, dan mencobakan hal-hal baru dalam pembelajaran untuk peningkatan mutu dan hasil belajar (Dasna 2008 hal.25). Dalam pelaksanaannya peneliti berkolaborasi dengan guru kelas, guru sebagai kolaborator bekerjasama dengan peneliti merancang, melakukan tindakan sekaligus melakukan refleksi bersama di setiap akhir kegiatan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam 2 siklus, masingmasing siklus terdiri dari empat tahapan utama kegiatan yaitu: (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi, dan (d) refleksi. Model pelaksanaan PTK ini menggunakan acuan model siklus PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan McTaggart (Akbar Sa’dun, 2006 hlm. 28) dengan alur atau langkah berikut ini.
Mochammad Ali Rajai, 2015 Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
29
Gambar 3.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Kemmis dan McTaggart (dalam Akbar Sa’dun, 2010 hlm. 28) B. Latar Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini berlokasi di SD Negeri Rancabolang beralamat di Jl. Rancabolang Indah No. 1, Kecamatan Rancasari Kota Bandung. Subjek atau partisipan dari penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SD Negeri Rancabolang Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 30 orang dengan rincian peserta didik laki-laki berjumlah 16 peserta didik perempuan berjumlah 14. Alasan dipilihnya lokasi dan subjek penelitian tersebut adalah karena SD Negeri Rancabolang merupakan salah satu sekolah dasar di kota Bandung yang memiliki permasalahan dalam kemampuan berbicara dan percaya diri peserta didik. Sebagaimana kendala yang telah diutarakan di Bab 1 sekolah ini juga dihuni oleh peserta didik yang sebagian besar orang tuanya memiliki latar belakang ekonomi menengah ke bawah sehingga berpengaruh dalam hal percaya diri.
30
C. Variabel Yang Diteliti Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran berbasis model nondirective 2. Variabel terikat dalam peneitian ini adalah peningkatan kemampuan berbicara dan percaya diri peserta didik.
D. Rencana Tindakan Prosedur kerja penelitian tindakan ini dilakukan dalam 2 siklus kegiatan yaitu siklus 1 dan siklus 2. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap kegiatan yaitu : (1) penyusunan rencana tindakan. (2) pelaksanaan tindakan (3) melakukan pengamatan dan (4) melakukan analisis dan refleksi. Sebelum melaksanakan siklus I perlu dilakukan tahap pra tindakan penelitian yaitu : 1) meminta ijin kepala sekolah 2) melakukan observasi 3) merencanakan tindakan 4) melakukan tindakan 5) merefleksi tindakan 6) melakukan perencanaan perbaikan tindakan 1. Siklus 1 a.
Tahap Perencanaan Tindakan Pada tahap perencanaan ini dilakukan berdasarkan temuan permasalahan
dari hasil observasi yang telah ditemukan saat pra tindakan penelitian. Berikut ini adalah kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan: 1) merumuskan rancangan tindakan penelitian. 2) menyiapkan rancangan pembelajaran. 3) mendiskusikan rancangan pelaksanaan pembelajaran dengan mitra penelitian 4) menyiapkan media pembelajaran. 5) menyusun soal-soal tes, lembar pengamatan, dan catatan lapangan.
31
6) menyusun rancangan pengolahan data baik berupa data kualitatif maupun data kuantitatif. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Tahap
pelaksanaan
tindakan
yang dimaksud
di
sini
adalah
melaksanakan pembelajaran yang telah dirancang dan disepakati dengan mitra penelitian untuk melaksanakan pembelajaran dengan penggunaan membaca intensif dalam mnentukan pokok pikiran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pelaksanaan tindakan penelitian direncanakan terdiri dari dua siklus tindakan yang tiap siklusnya dilakukan refleksi guna menentukan tindakan. Pelaksanaan tindakan pada tahap ini sesuai dengan perencanaan pada siklus I. Secara umum Skenario pembelajaran yang dilakukan pada tahap ini yaitu sebagai berikut. 1) Pembukaan kegiatan belajar mengajar diawali dengan berdoa dan presensi. 2) Guru mengelola kelas dengan membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok, satu guru mengajar dan satu guru sebagai pengamat sekaligus membantu peserta didik dalam belajar 3) Guru mengajak peserta didik melakukan kegiatan yang disukai oleh peserta didik. 4) Guru mengamati peserta didik secara individu maupun kelompok 5) Guru memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta didik atau kelompok yang kurang antusias terhadap pembelajaran 6) Masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk menjelaskan kegiatan yang telah dilakukan 7) Masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk menyimpulkan kegiatan yang telah diakukan dan menyampaikan pendapatnya secara lisan 8) Guru bersama peserta didik mengaitkan dan membandingkan dengan fakta lain/ menghubungkannya dengan materi pelajaran yang relevan kegiatan yang sudah dilakukan dengan materi pelajaran 9) Guru menginstruksikan kepada setiap kelompok untuk mengisi dan mendiskusikan lembar kerja
32
10) Mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas 11) Setiap kelompok yang mau menyelesaikan tugasnya diberi pujian. c. Tahap Observasi Kegiatan observasi dilakukan untuk mengamati perilaku peserta didik selama kegiatan pembelajaran dan mengidentifikasi kendala-kendala yang timbul dalam pembelajaran baik kendala untuk guru maupun untuk peserta didik. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh mitra peneliti. . Data pengamatan diperoleh melalui wawancara dan lembar pengamatan yang kemudian
dilakukan
evaluasi
terhadap
hasil
pembelajaran.
Kegiatan
pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Fokus pengamatan adalah pada kemampuan berbicara dan percaya diri peserta didik melalui pembelajaran berbasis model nondirective. Pada peningkatan kemampuan berbicara kemampuan yang diamati meliputi ekspresi, kelancaran, kosakata, intonasi, dan ketepatan isi pembicaraan dengan topik. Sedangkan untuk kemampuan percaya diri dilihat dari kemampuan diri, ketergantungan pada orang lain, tidak mudah putus asa, berani berpendapat, mudah berkomunikasi dan berani tampil atau presentasi di depan kelas. d. Tahap Refleksi Pada tahap ini peneliti melakukan analisa data, memahami, menjelaskan serta menyimpulkan segala sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Kesimpulan yang diperoleh merupakan informasi yang mendetil dan akurat tentang segala sesuatu yang telah terjadi setelah dilakukan tindakan penelitian dan kemudian merumuskan tindakan apa yang akan diambil selanjutnya untuk tindakan pada siklus berikutnya. 2. Siklus II Kegiatan penelitian tindakan pada siklus II dilaksanakan sebagaimana pelaksanaan tindakan pada siklus I yang terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan dilanjutkan dengan refleksi. a. Perencanaan Secara keseluruhan kegiatan tahap perencanaan yang dilakukan pada siklus II didasarkan pada permasalahan yang ditemukan pada tahap
33
perencanaan siklus I. Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang ditemukan dari hasil refleksi kegiatan tindakan pada siklus I, peneliti dan guru mitra menyusun perencanaan tindakan yang lebih efektif. b. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan pada tahap ini masih sama dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I. Namun ada perbaikan-perbaikan sesuai dengan temuan kelemahan-kelemahan pada tahap pelaksanaan tindakan siklus I. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan tindakan pada siklus II lebih efektif lagi. c. Observasi Observasi yang dilaksanakan pada siklus II ini masih sama dengan observasi yang dilaksanakan pada siklus I. Namun ada beberapa hal yang ditambahkan dalam pengamatan antara lain melihat proses pembelajaran yang dilakukan peserta didik apakah sudah sesuai dengan RPP serta hasil belajar peserta didik apakah sudah meningkat dari siklus I atau tidak. d. Refleksi Hasil observasi pada siklus II dikaji dan dibahas oleh peneliti dan guru mitra sebagai pelaksana tindakan. Pada siklus II diperoleh gambaran dampak penggunaan metode membaca intensif dalam pembelajaran menemukan pokok pikiran suatu bacaan. Hasil dari siklus II merupakan refleksi akhir dari penelitian ini. E. Data dan Cara Pengumpulannya Data adalah segala fakta dan angka yang ada dan dapat dijadikan sebagai bahan untuk menyusun suatu informasi guna mendapatkan jawaban dari proses penelitian yang telah direncanakan dan ditetapkan tujuan penelitian sebelumnya. Data yang baik diperoleh selama penelitian berlangsung (Arikunto, 2003 hlm. 46). Data yang akan diambil dalam penelitian adalah data untuk menunjang implementasi pembelajaran dan sikap peserta didik selama proses pembelajaran dengan penggunaan metode membaca intensif suatu teks bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung. Adapun data yang akan dihimpun pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2.
34
Tabel 3.1. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian No 1 2 3 4
Metode Pengumpulan Data Tes Observasi Wawancara Dokumentasi
Instrumen Penelitian Unjuk kerja/ Lisan dan tulis Lembar pengamatan observasi Lembar wawancara Foto Rekaman video Rubrik penilaian hasil tes
Data yang diperoleh dari hasil tes, observasi, wawancara, dan dokumentasi kemudian diolah untuk memperoleh hasil yang diharapakan selama penelitian ini berlangsung. Sumber data dalam penelitian ini adalah peserta didik dan guru.. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Tes Dalam penelitian ini yang dinilai adalah skor dari hasil tes unjuk kerja atau performance. Tes performance atau unjuk kerja menjadi instrumen tes dalam penelitan ini unutk melihat perkembangan kemampuan berbicara dan kepercayaan diri peserta didik. Menurut Arikunto (2003 hlm. 150) Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur kemampuan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dalam penelitian ini penilaian yang digunakan adalah tes unjuk kerja (performance assesment) penilaian dilakukan berdasarkan hasil pengamatan terhadap kegiatan siswa. Penilaian dilakukan terhadap unjuk kerja, perilaku atau interaksi siswa. Cara penilaian ini lebih otentik daripada tes tertulis, karena lebih mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya (Puskur, 2002). Penilaian unjuk kerja bisa digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam penyajian lisan, pemecahan masalah dalam kelompok, partisipasi dalam diskusi, kemampuan siswa menari, kemampuan siswa menyanyi, memainkan alat musik, dan sebagainya. Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dengan berbagai konteks. Aspek kemampuan berbicara yang digunakan adalah ekspresi, kelancaran, kosakata, intonasi, dan ketepatan isi pembicaraan dengan topik. Aspek kepercayaan diri yang dinilai adalah tidak bergantung ada orang lain, tidak mudah menyerah, berani menampaikan gagasan, mudah berkomunikasi dan berani tampil
35
di depan kelas. Skor yang diperoleh kemudian diolah menggunakan rumus di bawah ini. Skor yang dihitung dengan rumus:
Keterangan : NA
= Nilai yang diperoleh peserta didik
Skor Perolehan
= Skor yang diperoleh dari sejumlah indikator yang muncul/nampak dalam observasi.
Skor Maksimal
= Jumlah skor keseluruhan
2. Observasi Observasi merupakan kegiatan pemusatan perhatian terhadap obyek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2003 hlm 56). Menurut Kartini Kartono (1990 hlm 157) “Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan”. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengamati perilaku peserta didik selama kegiatan pembelajaran dan mengidentifikasi kendala-kendala yang timbul dalam pembelajaran baik kendala untuk guru maupun untuk peserta didik. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh mitra peneliti, data pengamatan diperoleh melalui wawancara dan lembar pengamatan (ceklis). Observasi ini digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV SDN Rancabolang Kecamatan Rancasari Kota Bandung terutama pada kemampuan berbicara dan kepercayan diri peserta didik. Peneliti menggunakan lembar pengamatan aktifitas peserta didik yang digunakan pada saat mengobservasi pelaksanaan pembelajaran dalam siklus I dan siklus II. Observasi dilakukan untuk memperoleh data melalui pengamatan langsung terhadap obyek penelitian. Kemudian mencatat hasil dari pengamatan tersebut secara sistematis sesuai dengan keperluan penelitian, seperti dikatakan oleh). Sumber data yang diperoleh berasala dari 1)skor tes dari pokok bahasan
36
sebelum dilakukan tindakan ptk, 2)hasil observasi. 3)hasil wawancara dengan guru mitra dan peserta didik, 4)skor tes dari pokok bahasan setelah dilakukan tindakan ptk, 5)hasil tes unjuk kerja/ performance setiap siklus 3.
Wawancara Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuisioner lisan,
adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interever) (Arikunto 2003 hlm. 155). Sesuai dengan pengertian di atas, maka dalam interview ini peneliti mengadakan komunikasi langsung dengan guru mitra penelitian berupa wawancara tidak terstruktur yaitu memanfaatkan pedoman yang hanya memuat garis besar hal-hal yang akan ditanyakan dalam wawancara.Wawancara dilaksanakan oleh peneliti baik kepada peserta didik dan guru. Wawancara yang dilakukan bersama guru bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang perilaku peserta didik selama ini dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia serta untuk mendapatkan saran oleh peneliti baik berupa kendala, keberhasilan maupun perbaikan untuk pembelajaran berikutnya. Wawancara dititikberatkan pada tanggapan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran yang selanjutnya akan dianalisis oleh peneliti guna merumuskan tindakan pada siklus berikutnya. 4.
Dokumentasi Dokumentasi merupakan barang bukti yang berbentuk tulisan maupun
cetakan yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang diselidiki oleh peneliti. Dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan data tentang proses pembelajaran yang menggambarkan proses pembelajaran. Dokumentasi ini bentuknya berupa foto, video dan dokumen yang menggambarkan kemampuan dasar yang telah dicapai oleh peserta didik. 5.
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat/fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah. Menurut Suharsimi Arikunto 2010, instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan
37
tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Lembar tes performance atau unjuk kerja dibuat sebagai bagian dari tes lisan, sedangkan tes tertulis yang digunakan sebagai alat evaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran setelah kegiatan pembelajaran berlangsung untuk mengukur pemahaman materi peserta didik setlah melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran nondirective untuk meingkatkan kemampuan berbicara dan kepercayan diri peserta didik. Berikut adalah kisi-kisi soal untuk tes tertulis. Tabel 3.2. Kisi-kisi soal No
1
2
3
Siklus ke- (materi) Siklus awal (Prasiklus) Materi tentang kegiatan yang disukai oleh peserta didik. Menceritakan kegiatan yang disukai menjadi sebuah karangan yang padu Siklus I Materi tentang kegiatan yang sering dilakukan di rumah atau di sekolah Mendeskripsikan kegiatan tersebut ke dalam sebuah karangan deskripstif Siklus II Membuat kerangka karangan tentang kegiatan yang sering dilakukan di rumah atau di sekolah Membuat karangan yang padu dari kerangka yang telah dibuat
Skor
Nomor soal
40
5
20
2 dan 4
10
1 dan 2
50
4
20
3
15
1 dan 2
30
1
70
2
(diadaptasi dari Arifin, Z. 2009 hlm. 163) 6.
Analisis Data Agar data-data yang terkumpul mempunyai makna, maka data-data
tersebut perlu dianalisa dengan cara tertentu dan untuk itu kita tidak terlepas dari penggunaan statistik. Seperti dikemukakan oleh Sudijono (1994 hlm. 2). bahwa : “Statistik adalah data angka yang dapat memberikan gambaran mengenai keadaan
38
peristiwa atau gejala-gejala tertentu”. Adapun untuk keperluan analisa data digunakan tehnik analisis yang sesuai dengan sifat dan jenis data yang ada serta tujuan dalam pembahasan penelitian ini. Dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan reflektif thinking untuk data yang sifatnya kualitatif. Sedang untuk data yang bersifat kuantitatif penulis gunakan analisis statistik guna memperoleh kualitas data. ”Analisis data yang dilakukan setiap tindakan pembelajaran berakhir. Analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif kualitatif Arikunto, (2006, hal 239). Dalam penelitian deskriptif kualitatif, analisis data ditunjukkan berupa uraian paparan data berupa kalimat-kalimat atau kata-kata. Kemudian data atau informasi yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Analisis data pada hasil belajar diperoleh melalui pengukuran hasil test. Pada siklus I & II diadakan hanya satu kali test, skor maksimal yang diperoleh peserta didik setiap mengikuti test adalah 100. Skor rata-rata test klasikal dapat dihitung dengan menggunakan statistik sederhana.
Keterangan : NA
= Nilai yang diperoleh peserta didik
Skor Perolehan
= Skor yang diperoleh dari sejumlah indikator yang muncul/nampak dalam observasi.
Skor Maksimal
= Jumlah skor keseluruhan
Nilai tersebut diinterpretasikan ke dalam prosentase dengan rumus sebagai berikut :
Dimana :
P
= Angka Persentase
F
= Frekuensi/skor mentah yang sedang dicari persentase
N
= Jumlah responden
39
Data yang diperoleh dari skor test peserta didik, kemudian ditetapkan kriterianya. Dalam hal ini kriteria kategori skor peserta didik bisa dilihat pada tabel 3.3. Tabel 3.3. Kriteria Nilai Peserta didik Interval skor
Konversi Nilai
21-25 90-98 16-20 80-88 11-15 70-78 6-10 60-68 0-5 50-58 Sumber : Arikunto (2001 hlm. 345)
Taraf keberhasilan hasil observasi proses belajar peserta didik Amat baik/ Baik sekali Baik Cukup baik Kurang Sangat kurang
Nilai dengan huruf A B C D E
Peningkatan hasil belajar peserta didik di tentukan dengan ketuntasan belajar secara individual dan secara klasikal. Kriteria penguasaan minimal hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Secara perorangan (individual) dianggap telah tuntas belajar apabila daya serap peserta didik mencapai 70. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
b. Secara klasikal, dianggap telah tuntas belajar apabila mencapai 80% dari jumlah peserta didik yang mencapai daya serap minimal 70. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Bila ketuntasan peserta didik lebih dari 80% maka pembelajaran yang dilaksanakan guru dapat dikatakan berhasil. Tetapi bila ketuntasan belajar peserta didik kurang dari 80% maka pengajaran yang dilaksanakan guru belum berhasil. 7.
Indikator Kinerja Setiap tindakan yang telah dirancang memiliki acuan keberhasilan untuk
menentukan tindakan pada siklus berikutnya. Kriteria tersebut tersusun melalui
40
kisi-kisi instrumen kedua variabel terikat, yaitu kemampuan berbicara dan percaya diri peserta didik. Penilaian dilakukan sesuai dengan aspek yang telah disiapkan untuk mengukur perkembang peserta didik terutama pada kemampuan berbicara dan kepercayaan diri. Adapun kisi-kisi instrumen dan indikator yang hendak dicapai dibuat dalam tabel 3.4. Tabe1 3.4. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berbicara Variabel
Aspek
Ekspresi
Indikator Mengungkapkan perasaannya dengan bebas
Responden
Teknik
Anak
Performa/ unjuk kerja
Anak
Performa/ unjuk kerja
Anak
Performa/ unjuk kerja
Menyampaikan gagasan/ ide Tidak buru-buru dalam pengucapan Kelancaran Lancar dan relevan dalam berbicara
Kemampuan Kosa kata Berbicara
Memperhatikan tanda baca Pemilihan kata bervariasi
Anak
Performa/ unjuk kerja
Anak
Performa/ unjuk kerja
Suara jelas dan nyaring Intonasi Bahasa mudah dipahami
Ketepatan isi dengan topik
Pembicaraan sesuai dengan keadaan/ tema kegiatan Tepat dalam penggunaan bahasa serta pemilihan kata
Dalam kemampuan berbicara ini ada lima aspek yang dinilai untuk mengukur kemampuan peserta didik. Kelima aspek itu adalah ekspresi, kelancaran intonasi, kosakata dan ketepatan isi dengan topik bahasan. Kisi-kisi di atas
41
kemudian dikembangkan menjadi rubrik penilaian kemampuan berbicara yang dapat dilihat parameternya pada tabel 3.5. sebagai berikut Tabe1 3.5. Rubrik penilaian kemampuan berbicara Aspek yang dinilai
Ekspresi
Kelancaran
Kosakata
Intonasi
Kriteria penyekoran 5 (sangat baik) 4 (baik) 3 (cukup) 2 (kurang) 1 (sangat kurang) 5 (sangat baik) 4 (baik) 3 (cukup) 2 (kurang) 1 (sangat kurang) 5 (sangat baik) 4 (baik) 3 (cukup) 2 (kurang) 1 (sangat kurang) 5 (sangat baik) 4 (baik) 3 (cukup) 2 (kurang) 1 (sangat kurang)
Keterangan menyampaikan gagasan dan mengungkapkan perasaannya dengan bebas menyampaikan gagasan namun kurang bisa mengungkapkan perasaan menyampaikan gagasan namun belum bisa mengungkapkan perasaan menyampaikan gagasan tersendat-sendat dan belum bisa mengungkapkan perasaan belum bisa menyampaikan gagasan dan belum bisa mengungkapkan perasaan lancar, relevan, dan tidak buru-buru kurang lancar, relevan dan tidak buru-buru kurang lancar, relevan dan buru-buru kurang lancar, kurang relevan dan buru-buru kurang lancar, tidak relevan dan buru-buru pemilihan kata bervariasi dan memperhatikan tanda baca pemilihan kata kurang bervariasi namun memperhatikan tanda baca pemilihan kata kurang bervariasi, kurang memperhatikan tanda baca pemilihan kata tidak bervariasi, kurang memperhatikan tanda baca pemilihan kata tidak bervariasi, tidak memperhatikan tanda baca suara jelas dan bahasa mudah dipahami suara kurang jelas namun bahasa masih bisa dipahami suara kurang jelas dan bahasa kurang bisa dipahami suara tidak jelas dan bahasa kurang bisa dipahami suara tidak jelas, bahasa sulit dipahami
42
5 (sangat baik) 4 (baik) 3 (cukup) 2 (kurang) 1 (sangat kurang)
Ketepatan isi dengan topik
pembicaraan sesuai dengan topik, penggunaan bahasa tepat pembicaraan sesuai dengan topik, penggunaan bahasa kurang tepat pembicaraan kurang sesuai dengan topik, penggunaan bahasa kurang tepat pembicaraan tidak sesuai dengan topik, penggunaan bahasa kurang tepat pembicaraan tidak sesuai dengan topik, penggunaan bahasa tidak tepat Diadaptasi dari Nurgiyantoro (2010 hlm. 392)
Keterangan : Kategori:
Skor:
Nilai:
5 = Baik Sekali
A = 21-25
90-98
4 = Baik
B = 16-20
80-88
3 = Cukup
C = 11-15
70-78
2 = Kurang
D = 6-10
60-68
1 = Kurang Sekali
E = 1-5
50-58
Berikutnya rubrik penilaian kemampuan berbicara dikompensasikan ke dalam penyekoran kemampuan berbicara dengan menggunakan skala Lickert seperti pada tabel 3.6. berikut. Tabel 3.6. Lembar Penilaian Kemampuan Berbicara
No
1 2 3 4 5
Nama Peserta didik
Aspek yang dinilai
Jum
Ketepatan isi dengan topik 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 Ekspresi
Kelancaran
Kosakata
Intonasi
X1 X2 X3 dst
Jumlah Presentase (%) Variabel berikutnya yaitu kepercayaan diri, yang terdiri dari lima aspek penilaian. Dari aspek penilaian tersebut kemudian dibuat indikator kemampuan peserta didik yang dilihat dari tes. Tes yang dilakukan untuk melihat
43
perkembangan percaya diri peserta didik menggunakan teknik performa atau unjuk kerja guna melihat kemampuan berbicara dan kepercayaan diri peserta didik setiap siklusnya. Kisi-kisi instrumen penilaian kepercayaan diri dapat dilihat pada tabel 3.7. sebagai berikut. Tabel 3.7. Kisi-Kisi Instrumen Percaya Diri Variabel
Aspek Tidak bergantung kepada orang lain. Tidak mudah putus asa
Percaya Diri
Indikator
Berani presentasi di depan kelas
Teknik
Anak
Performa/ unjuk kerja
Anak
Performa/ unjuk kerja
Anak
Performa/ unjuk kerja
Anak
Performa/ unjuk kerja
Anak
Performa/ unjuk kerja
Mampu menyelesaikan masalah sendiri Tidak terlalu banyak bertanya kepada teman dan guru Memiliki semangat yang tinggi Pantang menyerah
Menyampaikan pendapat Berani kepada orang lain menyampaikan Menyampaikan ide/ pendapat. gagasan Mudah berkomunikasi dan membantu orang lain
responden
Bekerja sama dalam kelompok dengan aktif Mau membantu orang lain Berani tampil di depan kelas Menyampaikan hasil diskusi kelompoknya
Diadaptasi dari Saifulloh (2010) Kisi-kisi di atas disusun nuntuk menilai unjuk kerja peserta didik dengan aspek yang dinilai yaitu kemampuan diri, ketergantungan pada orang lain, tidak mudah putus asa, berani berpendapat, mudah berkomunikasi dan berani tampil atau presentasi di depan kelas. Kisi-kisi tersebut kemudian diinterpretasikan menjadi rubrik penilaian kemampuan berbicara untuk mengukur perkembangan kemampuan berbicara peserta didik sebagaimana tertuang pada tabel 3.8. berikut ini.
44
Tabe1 3.8. Rubrik penilaian kepercayaan diri Aspek yang
Kriteria
dinilai
penyekoran
Tidak bergantung kepada orang lain
Tidak mudah putus asa
Berani menyampaikan pendapat
Mudah berkomunikasi dan membantu orang lain
5 (sangat baik) 4 (baik) 3 (cukup) 2 (kurang) 1 (sangat kurang) 5 (sangat baik) 4 (baik) 3 (cukup) 2 (kurang) 1 (sangat kurang) 5 (sangat baik) 4 (baik) 3 (cukup) 2 (kurang) 1 (sangat kurang) 5 (sangat baik) 4 (baik) 3 (cukup)
Keterangan mampu menyelesaikan masalah sendiri, tidak banyak bertanya kepada teman/ guru mampu menyelesaikan masalah, banyak bertanya kepada teman/ guru kurang mampu menyelesaikan masalah sendiri meskipun tidak banyak bertanya kepada teman/ guru kurang mampu menyelesaikan masalah sendiri, banyak bertanya kepada teman/ guru tidak mampu menyelesaikan masalah sendiri, banyak bertanya kepada teman/ guru memiliki semangat yang tinggi dan pantang menyerah kurang bersemangat namun pantang menyerah dan tidak mudah putus asa memiliki semangat namun mudah menyerah kurang bersemangat dan mudah menyerah tidak memiliki semangat dan mudah menyerah berani menyampaikan gagasan dan pendapat berani menyampaikan gagasan dan pendapat namun masih ragu-ragu berani menyampaikan gagasan dan pendapat dengan bantuan teman kurang berani menyampaikan gagasan dan pendapat meskipun sudah dibantu teman tidak berani menyampaikan gagasan dan pendapat meskipun sudah dibantu teman mau bekerjasama dan membantu orang lain mau bekerjasama dan membantu orang lain walaupun masih ragu-ragu mau bekerjasama dan membantu orang lain meskipun harus dengan instruksi guru
45
2 (kurang) 1 (sangat kurang) 5 (sangat baik) 4 (baik) Berani presentasi di depan kelas
3 (cukup) 2 (kurang) 1 (sangat kurang)
kurang bisa bekerjasama dan kurang mau membantu orang lain tidak bisa bekerjasama dan tidak mau membantu orang lain berani tampil di depan kelas mempresentasikan hasil diskusi berani tampil di depan kelas mempresentasikan hasil diskusi meskipun masih tersendat-sendat berani tampil di depan kelas mempresentasikan hasil diskusi meskipun harus dibimbing oleh guru kurang berani tampil di depan kelas mempresentasikan hasil diskusi tidak berani tampil di depan kelas mempresentasikan hasil diskusi
Keterangan : Kategori:
Skor:
Nilai:
5 = Baik Sekali
A = 21-25
90-98
4 = Baik
B = 16-20
80-88
3 = Cukup
C = 11-15
70-78
2 = Kurang
D = 6-10
60-68
1 = Kurang Sekali
E = 1-5
50-58
Selanjutnya rubrik penilaian percaya diri di atas dikompensasikan ke dalam penyekoran sikap percaya diri seperti pada tabel 3.9. berikut. Tabel 3.9. Lembar Penilaian Sikap Percaya Diri Aspek Yang Diamati No
Nama Peserta didik
1 2 3 Jumlah Presentase (%)
Percaya Berani dengan Tidak mudah menyampaikan kemampuan putus asa pendapat diri sendiri 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
Mudah berkomunikasi dan membantu orang lain 5 4 3 2 1
Berani presentasi di depan kelas 5 4 3 2
1
Jum
46
8.
Hasil observasi Hasil observasi guru dan peserta didik menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan berbicara dan percaya diri peserta didik dengan prosentase masingmasing mencapai 75%. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Kriteria penskoran kemampuan berbicara peserta didik adalah sebagai berikut : 9.
Ketuntasan Peserta didik dikatakan tuntas dalam belajar apabila memiliki tingkat daya
serap lebih dari 75% sedangkan ketuntasan belajar klasikal bila peserta didik di dalam kelas mencapai daya serap lebih dari 75% (Depdiknas hlm. 58). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pedoman keberhasilan belajar peserta didik sesuai dengan standar nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 70 dengan ketuntasan belajarmencapai lebih dari 75%. Jika dalam penelitian ini lebih dari 75% peserta didik mencapai standar nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan maka penelitian ini dikatakan berhasil.
F. Tim Peneliti dan Tugasnya Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengamat dan observer. Sebagai pengamat, peneliti mengamati aktifitas yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh guru kelas IV yang telah mendapatkan pemahaman terkait pembelajaran berbasis model nondirective yang juga seorang pengajar di SDN Rancabolang Kota Bandung. Peneliti bertindak membuat rancangan pembelajaran dan rencana perbaikan pembelajaran, di samping itu peneliti juga mengumpulkan data dan menganalisis data serta sebagai pelapor hasil penelitian.