BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian Desain penelitian adalah logika keterkaitan antara data yang harus
dikumpulkan dan (kesimpulan – kesimpulan yang akan dihasilkan) dan pertannyaan awal suatu penelitian (Yin : 2014 : 25). Menurut Philliber, Schwab dan Samsloss 1980 dalam Yin (2014 : 28) menguraikan bahwa desain penelitian adalah sebagai blue print (induk) suatu penelitian, berkenaan dengan sekurang – kurangnya empat problem, yaitu pertanyaan apa yang harus diajukan, bagaimana data relevan, data apa yang harus dikumpulkan, dan bagaimana menganalisis hasilnya. Penelitian studi kasus ini menggunakan strategi survei. Studi kasus merupakan strategi penelitian yang lebih cocok bila pokok pertannyaan suatu penelitian berkenaan dengan how and why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa – peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata (Yin : 2014 : 1). Esensi studi kasus, kecenderungan utama dari semua jenis studi kasus, adalah mencoba menjelaskan keputusan – keputusan tentang mengapa studi kasus dipilih, bagaimana mengimplementasikannya, dan apa hasilnya,( Yin : 2014 :17 dari Shramm, 1971). Sebagai suatu upaya penelitian, studi kasus dapat memberi nilai tambah pada pengetahuan kita secara unik tentang fenomena individual, organisasi, sosial dan politik. Disamping itu studi kasus juga ditemukan di lapangan ekonomi, dimana truktur industri atau ekonomi suatu kota atau regional perlu diselidiki. Singkatnya, studi kasus memungkinkan peneliti untuk mempertahankan karakteristik holistik dan bermakna dari peristiwa – peristiwa kehidupan nyata (Yin : 2014 : 4). Menurut Yin (2014 : 18) menjelaskan bahwa studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang : •
Menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana :
•
Batas – batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas dan di mana 27
28 •
Multisumber bukti dimanfaatkan
Penelitian studi kasus ini menggunakan strategi surve. Dan strategi ini tidak membutuhkan kontrol terhadap suatu peristiwa tetapi fokus terhadap peristiwa kontemporer.
Tabel 3.1 Strategi Survei Strategi
Bentuk Pertanyaan Membutuhkan dan Penelitian
Kontrol Peristiwa
Survei
Siapa, mana,
apa*,
di Tidak
Fokus
terhadap
terhadap Peristiwa Kontemporer Ya
berapa
banyak
“Apa” pada dasarnya merupakan bentuk ikuiri “berapa banyak”, sehingga mengidentifikasikan hasil semacam semacam itu lebih cocok untuk strategi survei atau arsip. Survei dapat didesain untuk menghitung sesuatu yang dimaksud oleh pertannyaan “apa” tersebut (Yin : 2014 :8). Ada tiga kondisi yang perlu diperhatikan dalam penelitian studi kasus (Yin : 2014 : 7), yaitu : a. Tipe pertanyaan penelitian yang diajukan b. Luas kontrol yang dimiliki peneliti atas peristiwa perilaku yang akan diteliti c. Fokusnya terhadap peristiwa kontemporer sebagai kebalikan dari peristiwa historis
29 Tabel 3.2 Desain Penelitian Tujuan Penelitian
Jenis Penelitian
Unit Analisis
T-1
Deskriptif– Kuantif Individu
Time Horizon – Cross Sectional
Masyarakat Pulau Untung Jawa T-2
Deskriptif-
Individu
– Cross Sectional
Kuantitatif
Masyarakat Pulau Untung Jawa
T-3
Diskriptif
– Individu
– Cross Sectional
Assosiatif
Masyarakat Pulau
Kuantitatif
Untung Jawa
Sumber : Hasil pengolahan data (2014)
3.2
Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Data adalah bahan mentah yang perlu diolah, sehingga menghasilkan informasi
atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukan fakta. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan. Sedangkan pengumpulan data adalah proses pengumpulan data primer dalam suatu penelitian yang merupakan langkah penting karena data yang dikumpulkan akan digunakan dalam pemecahan masalah yang sedang diteliti atau untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan (Siregar : 2013 : 37).
3.3
Teknik Pengumpulan Data Bukti atau data untuk keperluan studi kasus bisa berasal dari enam sumber,
yaitu: dokumen, rekaman arsip, wawancara, pengamatan langsung, observasi partisipan, dan perangkat – perangkat fisik (Yin : 2014 : 101). 1. Dokumentasi Menggunakan berbagai bentuk dan menjadi objek rencana – rencana pengumpulan data yang eksplisit.Penggunaan dokumen yang paling
30 penting adalah mendukung dan menambah bukti dari sumber – sumber lain.
2. Wawancara Wawancara merupakan salah satu informasi studi kasus yang sangat penting. Wawancara merupakan sumber informasi yang esensial bagi studi kasus. Dalam penelitian studi kasus ini akan menggunakan tipe wawancara open-ended. Wawancara open-ended dimana peneliti dapat bertanya kepada responden kunci tentang fakta – fakta suatu peristiwa di samping opini mereka mengenai peristiwa yang ada. Pada beberapa situasi, peneliti bahkan bisa meminta responden untuk mengetengahkan pendapatnya sendiri terhadap peristiwa tertentu dan bisa menggunakan proporsi tersebut sebagai dasar penelitian selanjutnya. Disamping itu wawancara akan menggunakan wawancara terstruktur yang sejalan dengan survei. Dalam survei, akan di desain sebagai bagian dari studi kasus. Tipe survei ini akan meliputi prosedur sampling maupun instrumen seperti yang digunakan dalam survei umumnya, dan akan dianalisis dengan tipe yang sama (Yin : 2014 : 110-111). Dalam penelitian studi kasus ini, wawancara akan dilakukan kepada : Lurah Pulau Untung Jawa dan Kepala Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Seribu.
3. Observasi Langsung Bukti observasi seringkali bermanfaat untuk memberikan informasi tambahan tentang topik yang akan diteliti. Disamping itu observasi akan menambah dimensi – dimensi baru untuk pemahaman konteks maupun fenomena yang akan diteliti. Untuk meningkatkan reliabilitas bukti observasi, prosedur yang umum ialah memiliki lebih dari satu pengamat dalam membuat jenis observasi formal ataupun kausal (Yin : 2014 : 113). Dalam studi kasus ini, observasi dilakukan terhadap masyarakat Pulau Untung Jawa selama kurun waktu 15 hari.
31 4.
Observasi Partisipan Suatu bentuk observasi khusus di mana peneliti tidak hanya menjadi pengamat yang pasif, melainkan juga mengambil berbagai peran dalam situasi tertentu dan berpartisipasi dalam peristiwa–peristiwa yang akan diteliti. Dalam penelitian observasi partisipan akan menyadari realitas dari sudut pandang “orang dalam” ketimbang orang luar pada studi kasus tersebut. Observasi partisipan dilakukan dalam kurun waktu 15 hari untuk terjun langsung kepada masyarakat dan berinteraksi langsung kepada lingkungan Pulau Untung Jawa. Disamping itu, mengikuti program binaan dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta serta Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Seribu.
5. Perangkat Fisik Sumber bukti yang terakhir adalah perangkat fisik atau kultural. Perangkat fisik mempunyai relevansi kurang potensial dalam studi kasus yang paling lazim. Namun demikian, bilamana relevan perangkat tersebut bisa menjadi komponen penting dalam keseluruhan kasus bersangkutan. Dalam studi kasus ini, perangkat fisik akan berupa suvenir hasil karya masyarakat lokal, pemberdayaan ibu–ibu rumah tangga dalam pembuatan produk lokal.
3.4
Metode Penelitian Dalam perhitungan studi survei akan menggunakan metode penelitian
kuantitaif.Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian ini merupakan landasan dari strategi studi kasus survei. Dalam bukunya Sugiono (2009 : 8), mengelompokan metode penelitian mengelompokan metode penelitian berdasarkan jenis data yang dikumpulkan, yaitu ;
32 penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif adalah sebuah metode ilmiah karena telah memenuhi kaidah – kaidah ilmiah yaitu konkrit atau empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Selain itu metode kuantitatif dikenal juga dengan metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Filsafat positivisme memandang realitas atau gejala serta fenomena itu dapat diklarifikasikan, relatif tepat, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Salah satu tekhnik pengumpulan data dalam studi kasus ini menggunakan tehnik survei. Pengumpulan data – data survei akan menggunakan metode kuantitatif. Penelitian kuantitatif umumnya dilakukan pada populasi atau sample tertentu yang representatif. Proses penelitian bersifat deduktif, dimana untuk menjawab rumusan permasalahan menggunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis. Hipotesis tersebut selanjutnya diuji melalui pengumpulan data lapangan. Pengubahan data menjadi kuantitatif dari data kualitatif akan dilakukan dalam penelitian ini. Berdasarkan cara dalam pengumpulan data, penelitian ini menggunakan rumusan asosiatif kausal (sebab akibat) sebagai pendekatan dari studi kasus survei dalam penghitungan hasil survei. Dalam penelitian asosiatif kausal, terdiri dari dua variabel yang yang saling mempengaruhi. Variable tersebut, yaitu : variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen adalah variabel bebas, meupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya veriabel dependen (terikat). Sedangkan variabel dependen merupakan variabel terikat yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono : 2009 : 39). Dua variabel yang akan dibuktikan hubungannya anatara pengaruh pengembangan pariwisata terhadap dampak ekonomi. Hasil yang didapat dari penelitian ini akan menjelaskan keadaan dari isu pokok yang diteliti, yaitu pengaruh antara kedua variabel dan situasi yang ada di lapangan.
3.4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian akan dilakukan di RW 001 Pulau Untung Jawa, Kelurahan Untung Jawa, Kecamatan Pulau Pari, Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini memiliki durasi pelaksanaan kurang lebih dua bulan dari April hingga Juni 2014.
33 3.4.2 Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono : 2009 : 80). Populasi dalam penelitian ini merupakan masyarakat atau penduduk Pulau Untung Jawa yang berjumlah 2.152 orang atau sebanyak 605 kepala keluarga. Terdiri dari 3 RW dan 6 RT.
3.4.3 Teknik Pengambilan Sample Sample merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik Sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Secara umum teknik sampeling terbagi menjadi dua, yaitu : probability sampling dan non probability sampling. Probability sampling adalah tehnik pengambilan sample yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dalam tehnik ini terdiri dari empat macam probability sampling, yaitu meliputi : simple random sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random sampling dan cluster sampling. Sedangkan non probability sampling meliputi : sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh dan snowball (Sugiyono : 2009 : 81-85) Dalam penelitian ini akan digunakan tehnik probability sampling dengan dan simple random sampling untuk penarikan sample nya. Dikatakan simple karena pengambilan anggota sample dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi (Sugiyono : 2009 : 81-82). Penarikan sample akan ditarik dari jumlah kepala keluarga yang ada di Pulau Untung Jawa yang berrjumlah 605 kepala keluarga.
34 3.4.4 Ukuran Sampel Untuk menentukan berapa banyak sampel yang akan diambil ialah dengan menggunakan rumus Slovin (Sulaiman : 2013 : 12)
N n = 1 + Ne2 Keterangan : n : Ukuran Sampel N
: Ukuran Populasi
e : Persentase ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir sekitar 10% Dengan menggunakan rumus Slovin, maka jumlah sampel yang dibutuhkan dalam survei studi kasus sejumlah : N = 605 = 1 + 605(0.1)2 = 605 1 + 605(0.01) = 605 1 + 6,05 = 605 7,05 = 85,81 pembulatan 86 Sampel akan ditarik sebanyak 86 orang secara acak.
35 3.5
Uji Hipotesis Uji hipotesis menggunakan hipotesis assosiatif pada studi kasus ini yaitu :
H0
: Tidak adanya pengharuh pengembangan pariwisata terhadap dampak
ekonomidi Pulau Untung Jawa – Provinsi DKI Jakarta Ha
: Adanya pengaruh pengembangan pariwisata terhadap dampak ekonomi di
Pulau Untung Jawa – Provinsi DKI Jakarta Hipotesis akan diuji menggunakankoefisien korelasi rank Spearman. Untuk menguji hipotesis hubungan antara satu variabel independen dengan variabel dependen.
3.6
Skala Pengukuran Instrumen Penelitian Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti.
Dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang di teliti. Sedangkan skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif (Sugiyono : 2009 : 92). Skala yang digunakan dalam studi kasus ini menggunakan skala Linkert. Skala Linkert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Linkert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item – item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono : 2009 : 93).
Tabel 3.3 : SkalaPengukuran Skala
Skor
Sangat Setuju
5
Setuju
4
36 Ragu – ragu
3
Tidak Setuju
2
Sangat Tidak Setuju
1
Sumber : Sugiyono, 2009
3.7
Teknik Analisis Bukti Studi Kasus Untuk analisis studi kasus survei akan menggunakan analisis sekunder lintas
kasus. Pendekatan survei kasus tersebut menuntut pengembangan instrumen koding tertutup, yang kemudian diaplikasikan kepada masing – masing studi kasus. Seperti halnya dengan survei biasa, kodifikasi tersebut bisa dikoreksi melintas dan reliabilitasnya diukur dan hasil survei studi kasus pada pokoknya akan kuantitatif (Yin : 2014 : 163). Maka dari itu, dalam pengolahan hasil survei akan menggunakan pendekatan metode kuantitatif, yaitu : uji validitas, uji reliabilitas, korfisien determinasi, korelasi, dan regresi. 3.7.1 Validitas Konstruksi Instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal. Instrumen yang mmpunyai validitas internal dan rasional. Bila kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional telah mencerminkan apa yang diukur.
3.7.2 Korelasi Korelasi adalah suatu metode yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat atau derajat hubungan (asisiasi) antara variabel. Dalam hal ini metode korelasi adalah suatu metode yang mencoba menentukan sejauhmana suatu persamaan linier maupun tak linier dapat menjelaskan tingkat atau derajat hubungan antara variabel tersebut. Dan korelasi merupakan suatu parameter untuk mengukur tingkat atau derajat hubungan ini yang dikenal dengan koefisien korelasi (Sulaiman : 2013 : 124-125).
37 3.7.3 Koefisien Determinasi Koefisien Determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi (r)2. Koefisien Determinasi menjelaskan sejauhmana penyebaran harga-harga variable X dapat menjelaskan harga variable Y. Dengan kata lain sejauh mana pengaruh variable bebas terhadap variable terikat (Sulaiman : 2013 : 125)
3.7.4 Regresi Regresi merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur pola hubungan antar variabel (Sulaiman : 2013 : 127)
3.7.5 Reliabilitas Uji Reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama pula. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas digunakan teknik Alpha Cronbach dimana metode ini digunakan untuk menghitung reliabilitas suatu tes yang tidak mempunyai pilihan ‘benar” atau “salah” maupun “ya” atau “tidak”, melainkan untuk mengukur sikap dan perilaku. Kriteria suatu instrument penelitian dikatakan reliabel jika koefisiensi realibilitas
3.8
(Siregar, 2013:90).
Indikator •
Variabel Pengembangan Pariwisata (X) Tabel 3.4 : Operasionalisasi Variabel X OPERASIONALISASI VARIABEL
VARIABEL
DIMENSI
INDIKATOR
UKURAN
SKALA
Dampak
Wisatawan
- Wisatawan Nusantara
Ordinal
Likert
- Wisatawan
Interval
Pengembangan Pariwisata
Mancanegara Transportasi
- Sarana dan prasarana
Ordinal
Likert
38 Variabel X
transportasi
Interval
penumpang dari dan
(Bebas)
ke Pulau Untung Jawa - Sarana dan prasarana transportasi lokal Obyek dan daya tarik wisata
- Adanya obyek wisata alam
Ordinal
Likert
Interval
- Adanya obyek wisata budaya - Adanya obyek wisata minat khusus
Fasilitas Pelayanan
- Tersedianya
Ordinal
akomodasi
Interval
Likert
- Tersedianya restoran atau rumah makan - Tersediannya pelayanan kesehatan - Tersediannya tourist information center - Tersediannya WC umum Infrastruktur pendukung
- Adanya air bersih
Ordinal
- Adanya listrik
Interval
- Kertesediannya layanan telekomunikasi - Pengelolaan tempat pembuangan akhir
Likert
39 sampah - Sumur bor dan sumur resapan air - Adannya sistem keamanan Masyarakat lokal
- Kesiapan masyarakat
Ordinal
dalam peran serta dan
Interval
Likert
dukungannya terhadap sektor pariwisata - Masyarakat lokal memegang peranan penting dalam pengembangan pariwisata - Masyarakat mengetahui berbagai jenis kualitas layanan yang dibutuhkan oleh wisatawan - Masyarakat melihat pariwisata sebagai suatu faktor budaya dan pekerjaan Informasi
- Adanya informasi pariwisata
Sumber : Penulis
Ordinal Interval
Likert
40 •
Variabel Dampak Ekonomi (Y) Tabel 3.5 : Operasionalisasi Variabel Y OPERASIONALISASI VARIABEL
VARIABEL
DIMENSI
INDIKATOR
UKURAN
SKALA
Dampak
Pendapatan dari
- Adanya tempat
Ordinal
Likert
Ekonomi
penukaran valuta
penukaran valuta
asing
asing
Variabel Y (Terikat)
Menyehatkan
- Adanya hasil
neraca
produksi masyarakat
perdagangan luar
yang mampu di jual
negeri
ke luar negeri
Pendapatan dari
- Adannya industri
usaha atau bisnis
rumahan yang
pariwisata
mandiri
Interval
Ordinal
Likert
Interval
Ordinal
Likert
Interval
- Munculnya bisnis pariwisata (rumah makan, wc umum, akomodasi, kesehatan, telekomunikasi, transportasi, dan sebagainnya) - Adannya kerajinan asli masyarakat lokal Pendapatan pemerintah
- Pajak penghasilan
Ordinal
- Retribusi daerah
Interval
Likert
- Service Tax Penyerapan
- Terbukannya
Ordinal
Likert
41 tenaga kerja
lapangan kerja baru
Interval
di sektor pariwisata - Berkurangnnya angka pengangguran - Peralihan mata pencaharian masyarakat lokal ke sektor pariwisata - Penyerapan tenaga kerja berasal dari masyarakat lokal Multiplier Effect
- Perputaran mata
Ordinal
uang di wilayah
Interval
tersebut berasal dari sektor pariwisata - Pengeluaran wisatawan menjadi pendapatan masyarakal lokal Pemanfaatan
- Pemanfaatan
fasilitas
infrastruktur
pariwisata oleh
pariwisata
masyarakat lokal - Pemanfaatan transportasi oleh masyarakat lokal - Pemanfaatan fasilitas penunjang pariwisata oleh masyarakat lokal Sumber : Penulis
Ordinal Interval
Likert