BAB III METODE PENELITIAN Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian dalam rangka menyusun tesis. Pokok bahasan bagian ini adalah lokasi dan subyek penelitian, metode penelitian, pengembangan instrumen, metode dan tekhnik penelitian, serta prosedur dan tahap-tahap penelitian. A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif berdasarkan desaian yang digunakan, penelitian ini menggunakan desain ”Quasi Experimental Design”. Rancangan eksperimen kuasi ini merupakan rancangan yang paling umum digunakan dalam penelitian pendidikan. Eksperimen kuasi merupakan desain eksperimen yang tidak melakukan randomisasi dalam pengambilan sampel. Alasan penelitian ini menggunakan eksperimen kuasi adalah dikarenakan kondisi dan waktu pemberian treatmen yang tidak memungkinkan dikakukan secara eksperimen murni sehingga peneliti memilih jenis eksperimen kuasi. Desain penelitian ini menggunakan Nonrandomized pretest-posttes control group design atau sama dengan istilah nonequivalent pretest dan posttest control group design. Kelompok ekperimen merupakan kelompok yang telah dipilih untuk diberi perlakuan dengan PBL. Kelompok eksperimen ini diambil dari kelas IV yang telah diuji sebelumnya untuk memperoleh kelas yang sama dengan kelompok kontrol. Kelompok kontrol diupayakan sebagai kelompok yang memiliki tipe sama dengan kelompok eksperimen. Kelompok kontrol dalam penelitian ini tidak mendapatkan perlakuan alias pembelajaran biasa. Peneliti melakukan prettest sebelum memberikan treatmen kepada kedua kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada penelitian ini peneliti mengambil satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol, sehingga jumlah keseluruhan kelompok ada dua kelompok. Berikut model desain penelitian ini (Sugiyono, 2013: 116 ).
69
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
70
Kelas Eksperimen Kontrol
Tabel 3.1 Desain Penelitian Treatment Pretest O1 O3
X1 X2
Postest O2 O4
Keterangan: O1 =
Pretest pada kelompok eksperimen
O2 =
Posttest pada kelompok eksperimen
O3 =
Pretest pada kelompok Kontrol
O4 =
Posttest pada kelompok Kontrol
X1 =
Pembelajaran dengan model PBL
X2 =
Pembelajaran Konvensional
Penelitian ini dilakukan pada dua kelompok siswa yang memiliki kemampuan yang sama, berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dengan memberikan tes awal dan berdasarkan wawancara dengan wali kelasnya. Kelompok pertama dijadikan kelompok eksperimen dan kelompok lainnya merupakan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen siswa diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL, sedangkan siswa pada kelompok kontrol diberikan pembelajaran konvensional. Tes awal (pretes) diberikan untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelompok siswa dalam pemahaman materi sebelum diberi perlakuan. Setelah diberikan pretes lalu kelompok eksperimen diberi perlakuan yakni pembelajaran dengan PBL, sedangkan kelompok kontrol diberikan pembelajaran konvensional/biasa. Setelah perlakuan diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol kemudian, kedua kelompok tersebut diberikan posttes. Posttes bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan akhir kedua kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) dalam hal hasil belajar dan motivasi belajar setelah masing-masing diberi perlakuan. B. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Gebangmekar dan SDN 3 Gebangmekar yang terletak di Jalan Petoran No 4 Desa Gebangmekar dan Jalan Karang Bulu No. 1 Desa Gebangmekar Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon. Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
71
Kedua Sekolah ini berdiri tahun 1980an. SDN 2 dan 3 Gebangmekar adalah sekolah yang letaknya dekat dengan tempat tinggal masyarakat kampung nelayan, pasar ikan, pasar tradisional, petambak ikan dan dekat dengan pantai. Kedua sekolah ini terletak di satu desa yang terpisah oleh sungai, tetapi karena jalan yang baik, dekat, dan tidak mempersulit peneliti untuk melakukan penelitian ini. Jika dilihat secara keseluruhan, kondisi fisik kedua sekolah ini cukup baik Masing-masing terdiri dari 6 kelas dan 1 ruangan kantor guru. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SDN 3 Gebangmekar adalah terdapatnya lapangan yang luas dan alat-alat olah raga yang cukup memadai serta buku-buku pelajaran yang cukup lengkap. SDN 2 Gebangmekar yang terletak dekat dengan Kantor Kepala Desa ini juga memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai yakni lapangan walaupun tidak seluas lapangan di SDN 3 Gebangmekar serta bukubuku pelajaran yang ada di setiap lemari kelas masing-masing yang jumlahnya cukup memadai dan kondisinya cukup baik. Adapun pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada pertimbanganpertimbangan sebagai berikut. 1.
Letak kedua sekolah ini yang dapat dijangkau oleh peneliti untuk melakukan penelitian.
2.
Peneliti bertugas di sekolah ini, sehingga jika terjadi permasalahan di dalam proses pembelajaran di kelasnya maka peneliti harus menyelesaikan permasalahan tersebut.
3.
Hasil belajar siswa yang diperoleh masih banyak di bawah rata-rata nilai KKM.
4.
Tingkat motivasi siswa kelas IV SDN 3 Gebangmekar dan SDN 2 Gebangmekar dalam mengikuti pembelajaran masih kurang yang terlihat ketika proses pembelajaran berlangsung.
5.
Kurang pekanya terhadap lingkungan sekitar yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar dan perpusatakaan alami dalam proses pembelajaran.
6.
Letak Sekolah ini dekat dengan lingkungan pesisir pantai jadi dengan keuntungan tersebut lebih memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan yang ada.
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
72
Dari uraian di atas jelaslah alasan mengapa peneliti memilih dua sekolah tersebut sebagai tempat penelitian. Ini dimaksudkan agar peneliti dapat melakukan penelitian yang baik dan maksimal, jika lokasi kedua sekolah tersebut tidak sulit untuk dijangkau. C.
Sampel Penelitian Agar PBL dalam pembelajaran IPS dapat diterapkan dengan baik maka
yang menjadi subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswayang mempunyai kemampuan beragam dalam mempelajari, memahami suatu permasalahan IPS serta dapat mengungkapkannya kembali, baik lisan maupun tulisan. Arikunto (2006:131) menjelaskan Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 2 Gebangmekar dan SDN 3 Gebangmekar. Pemilihan siswa ini dilakukan sistem Simple Random Sampling (Sugiono, 2013: 120) yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi secara acak dan karena alasan sebagai berikut. Pertama, peneliti mengambil kedua sekolah tersebut dikarenakan tidak mungkin peneliti mengambil satu sekolah yang hanya berjumlah 22 orang. Kedua, kemampuan pemahaman pembelajaran IPS siswa kedua SD ini relatif masih rendah. Ketiga, motivasi belajar siswa yang masih kurang tinggi yang terlihat ketika proses pembelajaran berlangsung. Keempat, IPS merupakan mata pelajaran yang dianggap membosankan oleh para siswa. Kebanyakan siswa memandang IPS sebagai mata pelajaran yang menjenuhkan dan membuat siswacepat lelah karena cenderung hanya mencatat materinya saja. D. Definisi Operasional Variabel Penelitian Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diamati dari apa yang didefinisikan. Definisi operasional dalam penelitian sangat bermanfaat terutama dalam mendeskripsikan variabel-variabel yang akan diteliti. Penelitian ini melibatkan dua variabel yakni variabel bebas dan variabel terikat yakni: a) Variabel Independen/bebas, merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen dalam penilitian ini adalah pembelajaran Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
73
Problem Based Learning. b) Variabel Dependen/terikat, variabel dependen/terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen (bebas). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah motivasi belajar dan hasil belajar. Untuk memperjelas dan menghindari kesalahan pahaman dalam penafsiran istilah yang digunakan dalam pokok masalah di atas, maka perlu dikemukakan definisi operasionalnya sebagai penjelas dari variabel-variabel yang akan diteliti yakni. 1.
Pembelajaran Problem Based Learning Pembelajaran
Problem
Based
Learning
(PBL)
merupakan
model
pembelajaran dengan metode pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga siswa
dapat
menyusun
pengetahuannya
sendiri,
menumbuhkembangkan
keterampilan yang lebih tinggi dan memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan menyelesaikan masalah, serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting. Ibrahim dan Nur (2002:7) menjelaskan bahwa PBL merupakan pembelajaran yang membantu siswamengembangkan kemampuan berfikir dan pemecahan masalah, belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata. Selain itu PBL dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain dalam menyelesaikan masalah. Kegiatan lain dari PBL adalah melibatkan siswa dalam investigasi terhadap situasi masalah sehingga memungkinkan
mereka menginterpretasikan dan
menjelaskan fenomena dari situasi masalah dan membangun pemahamannya tentang fenomena masalah tersebut. Barrows dan Kelson (Amir, 2010: 21) mengutarakan bahwa pembelajaran Problem Based Learning adalah kurikulum dan merupakan proses pembelajaran. Dalam kurikulum, dirancang dengan masalah-masalah yang menuntut para siswamendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki metode belajar sendiri serta memiliki kecakapan partisipasi dalam pembelajaran. Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
74
Selanjutnya Dutch (Suwarna 2007: 188) menyatakan bahwa PBL sebagai metode instruksional yang menantang siswauntuk “belajar bagimana belajar” (learn how to learn), dan bekerjasama dengan teman lainnya untuk mencari solusi masalah yang
dihadapi.
Masalah
tersebut
digunakan
untuk
menimbulkan
rasa
keingintahuan serta memotivasi siswaberpikir kritis dan analisis, bagaimana mereka berlatih menemukan dan menggunakan sumber-sumber belajar yang layak. Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan yang dimaksud dengan PBL adalah pembelajaran yang membuat siswadapat memahami konsep dan prinsip dari suatu materi yang dimulai dari pemberian masalah untuk bekerja dan belajar terhadap situasi atau masalah yang diberikan. Melalui PBL siswamembangun konsep atau prinsip dengan kemampuannya sendiri yang mengintegrasikan keterampilan dengan pengetahuan yang sudah dipahami sebelumnya. Secara operasional, yang dimaksud PBL dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran IPS dengan materi mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya untuk dapat memecahkan masalah-masalah secara bekerjsama melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) mengorganisasikan siswaterhadap masalah, 2) mengorganisasikan siswauntuk belajar 3) membantu penyelidikan mandiri dan kelompok 4) mengembangkan dan mempersentasikan hasil kerja siswa6) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Dengan demikian, PBL memiliki gagasan terhadap pencapaian hasil yang maksimal
jika
kegiatan
pendidikan
dipusatkan
pada
tugas-tugas
atau
permasalahan autentik, relevan, dan dipresentasikan dalam suatu konteks. Cara tersebut bertujuan agar siswamemiliki pengalaman sebagaimana nantinya mereka menghadapi kehidupan yang sesungguhnya dan profesional. 2.
Motivasi Belajar Motivasi belajar adalah suatu dorongan atau daya penggerak mental yang
ada di dalam dan di luar diri individu untuk menggerakkan tingkah laku serta merangsang kondisi untuk belajar yang berupa minat, perhatian serta disiplin Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
75
untuk belajar terhadap materi serta usaha untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Usman (2001: 28) menjelaskan bahwa motivasi adalah proses yang meningkatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Siswa yang termotivasi belajar akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi tersebut, sehingga siswa akan menyerap dan memahami materi itu dengan baik. Motivasi belajar pada penelitian ini mengacu pada psikologi positif, yang cocok
dilaksanakan
pada
siswa
untuk
meningkatkan
rasa
semangat,
menggairahkan peserta didik, memberikan harapan jika apa yang mereka lakukan itu pasti bisa, dan dapat mengarahkan perilaku siswadalam kegiatan belajar. Sejalan dengan fungsi atau manfaat dari motivasi belajar yaitu sebagaimana dinyatakan oleh Uno (2008: 17) bahwa motivasi belajar memiliki fungsi: a) mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan, b) menentukan arah tujuan yang hendak dicapai, c) menentukan perbuatan yang harus dilakukan. Berdasarkan pendapat di atas, fungsi motivasi dalam belajar antara lain adalah untuk mendorong, menggerakan dan mengarahkan aktivitas-aktivitas siswadalam belajar sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi belajar, tidak mungkin melakukan aktifitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya karena segala yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya, dengan hal tersebut seseorang akan melakukan suatu usaha yang sungguh-sungguh jika mereka merasa menarik dan butuh.
Secara operasional, motivasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dorongan untuk meningkatkan aktifitas siswa yang ditunjukkan dengan perubahan tingkah laku berupa: a) perhatian (meliputi aspek rasa ingin tahu, rangsangan dan pemusatan perhatian siswa), b) relevansi (meliputi aspek
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
76
hubungan dengan kebutuhan dan kondisi siswa), c) kepercayaan diri (meliputi aspek kompetensi diri dan interaksi positif dengan lingkungan sekitar siswa), dan d) kepuasaan (meliputi aspek rasa puas dan bangga terhadap keberhasilan yang dicapai) belajar siswa dalam IPS yang meliputi materi mengenal aktifitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya, penilaian ini dilakukan dengan angket motivasi. 3.
Hasil Belajar Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Sudjana
(2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil perubahan dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut: a) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode. b) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari. c) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip. d) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil. e) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program. f) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, definisi hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
77
dan psikomotorik. Tidak bisa dipungkiri bahwa dari ketiga aspek tersebut mempunyai peran dan pengaruh yang sangat signifikan terhadap alat pengontrol atau pengatur diri khususnya dalam dunia pendidikan. Tetapi dalam penelitian ini mengkhususkan aspek kognitif karena kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. Konsep kognitif di atas sangat sesuai jika dikaitkan dengan PBL yang akan digunakan dalam penelitian ini. Dari beberapa definisi di atas dan berdasarkan kesimpulan peneliti, dapat disimpulkan bahwa definisi operasional hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa oleh aspek kognitif pada level pengetahuan, pemahaman, dan penerepan dalam IPS yang meliputi materi mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya yang dilakukan dengan menjawab soal-soal berupa pilihan ganda yang telah dibuat oleh guru berupa tes tertulis pilihan ganda. E. Prosedur penelitian Penelitian diawali dengan studi literatur, studi lapangan, pengakajian indikator-indikator silabus pembelajaran IPS di SD, dan buku-buku yang relevan yang membahas tentang Sumber Daya Alam dan teori belajar yang akan dijadikan sebagai sumber dan pedoman dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan angket. Selanjutnya soal tes diberikan pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Gebangmekar dan SDN 3 Gebangmekar. Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
78
Sebelum pembelajaran tentang materi Sumber Daya Alam dilaksanakan, terlebih dahulu diberikan pretest pada kedua kelompok penelitian. Pada kelompok kontrol diterapkan metode pembelajaran biasa (konvensional), sedangkan pada kelompok eksperimen diterapkan pembelajaran Problem Based Learning. Setelah pembelajaran selesai dilaksanakan kedua kelompok diberi posttest, Khusus untuk kelompok ekperimen setelah posttest, diberikan angket yang bertujuan untuk mengetahui peningktan motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning. Setelah penelitian dilaksankan dan semua data terkumpul, selanjutnya data dianalisis untuk menyimpulkan hasil penelitian dan penulisan laporan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap: 1. Tahap persiapan Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut: a. Membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan menerapkan pembelajaran Problem Based Learning yang akan dilaksanakan di kelas eksperimen. b. Peneliti membuat kajian tentang motivasi belajar, yang kemudian merumuskan indikator motivasi belajar yang akan diukur dalam penelitian ini. Peneliti menyusun kisi-kisi angket berdasarkan indikator yang ditentukan yaitu perhatian, relevansi, percaya diri dan kepuasan siswa. Selanjutnya peneliti membuat angket motivasi belajar sebagai instrumen untuk mengukur motivasi belajar siswa berdasarkan kisi-kisi yang sudah ditentukan. c. Peneliti membuat kajian tentang hasil belajar, yang kemudian merumuskan batasan hasil belajar dalam penelitian ini yaitu dari kemampuan kognitif saja yang diukur dengan menggunakan instrumen tes berupa soal-soal pretest dan posttest. Peneliti menyusun kisi-kisi soal pretest dan posttest, dan selanjutnya peneliti membuat soal pretest dan posttest untuk mengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. d. Uji coba angket motivasi belajar dan instrumen tes hasil belajar (pretest dan posttest) dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Gebangilir dengan jumlah siswa sebanyak 30 siswa. Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
79
e. Menganalisis data hasil uji coba angket motivasi belajar dan instrumen tes hasil belajar untuk mengetahui validitas dan reliabilitas kedua instrumen tersebut, serta menganalisis tingkat kesukaran instrumen tes yakni soal pretest dan posttest. f. Menyusun kembali angket motivasi belajar dengan pernyataan-pernyataan yang valid dan reliabel serta instrumen tes hasil belajar (pretest dan posttest) dengan soal-soal yang sudah valid, reliabel dan memiliki tingkat kesukaran yang setara. sedangkan pernyataan maupun soal yang tidak valid tidak digunakan atau dibuang. g. Selanjutnya, memberikan angket motivasi belajar dan pretest dengan menggunakan instrumen tes yang telah valid dan reliabel pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengukur motivasi belajar awal dan kemampuan awal siswa pada mata pelajaran IPS sebelum diberikan perlakuan. h. Uji prasyarat terhadap hasil angket motivasi belajar dan hasil pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol yang meliputi uji homonegitas, normalitas untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kontrol sudah homogen dan datanya berdistribusi normal, serta dilakukan uji kesamaan dua rata-rata motivasi belajar dan hasil belajar (pretest) untuk mengetahui apakah 22 siswa kelas eksperimen dan kontrol memiliki motivasi belajar dan kemampuan awal yang sama atau tidak. 2. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan dilakukan dikelas IV SD Negeri 2 Gebangmekar ditetapkan sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran secara konvensional, sedangkan kelas IV SD Negeri 3 Gebangmekar ditetapkan sebagai kelas eksperimen yang akan diberi perlakuan dengan penerapan pembelajaran Problem Based Learning. Perlakuan dilaksanakan sebanyak empat kali tatap muka dengan waktu 2 minggu. Langkah-langkah dalam pembelajaran Problem Based Learning meliputi: a) siswa dkondisikan untuk siap mengikuti pembelajaran, b) siswa dikondisikan untuk berkelompok, c) siswa diberikan permasalahan yang harus diselesaikan dengan
teman
kelompoknya,
d)
siswa
diberikan
kesempatan
untuk
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
80
mempresentasikan apa yang telah dikerjakan oleh kelompoknya e) siswa mengerjakan tes secara individual, f) Penghitungan skor peningkatan prestasi individu dari hasil tes secara individual, g) siswa membuat rangkuman secara klasikal dari materi yang telah dipelajari. 3. Tahap Akhir Setelah perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol selesai dilaksanakan, siswa diberikan angket motivasi belajar dan posttest untuk mengetahui motivasi belajar dan hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan. Data hasil pretest posttest angket motivasi belajar di awal dan akhir perlakuan baik dalam kelas eksperimen maupun kelas kontrol dianalisis untuk menarik kesimpulan dan membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan. F. Pengembangan Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dan nontest. Instrumen tes berupa soal-soal kemampuan pemahaman materi yang diukur dengan pemberian tes untuk para siswa. Selanjutnya, instrumen non-tes berupa angket mengenai motivasi siswa terhadap pembelajaran IPS, yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana rasa motivasi belajar siswa yang muncul ketika pembelajaran mulai berlangsung. 1.
Penyusunan Kisi-Kisi Instrumen
a.
Tes Tes adalah kumpulan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
dipergunakan
untuk
mengukur
keterampilan,
pengetahuan,
intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes hasil belajar dalam penelitian ini adalah tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Tes awal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelompok pada awal percobaan mengenai hasil belajar siswa. Tes akhir dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran. Tes akhir ini diberikan setelah selesai seluruh pembelajaran. Soal yang diberikan dalam tes awal sama dengan soal yang diberikan pada tes akhir, yakni berupa tes tulis dalam bentuk pilihan ganda. Sebelum tes yang diberikan oleh siswa, dilakukan dua kali kegiatan pengujian secara konseptual dan empirik dengan melibatkan para pakar Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
81
pendidikan dan pakar evaluasi, yang bertujuan untuk merieview konstruk, dan konten tes. Pengujian secara empirik adalah pengujian yang dilakukan secara langsung terhadap siswapada populasi yang telah ditentukan oleh peneliti. Data pengujian yang telah dikerjakan
oleh para
siswatersebut
dijadikan dasar
untuk
mendeskripsikan hasil: (1) validitas butir soal, (2) reliabilitas perangkat instrumen, (3) tingkat kesukaran, dan (4) daya pembeda disetiap butir item soal. Setelah dilakukan pengujian akan terpilih dari 40 item soal pilihan ganda menjadi beberapa item butir soal dan yang akan digunakan dalam penelitian tersebut. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengembangan instrumen tes kemampuan pemahaman materi IPS yang disusun oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1) Menyusun kisi-kisi yang dikembangkan dari batasan operasional variabel. Untuk setiap indikator kemudian ditentukan beberapa pernyataan yang dapat mengukur indikator yang bersangkutan. 2) Merumuskan pernyataan untuk masing-masing indikator sesuai dengan yang telah ditentukan dalam kisi-kisi, kemudian diturunkan menjadi pertanyaanpertanyaan yang akan dijawab oleh peserta didik. 3) Menyusun instrumen agar instrumen tersebut mengukur seakurat mungkin apa yang harus diukur. Dalam istilah lain proses ini dikenal sebagai validasi, yaitu proses untuk membuat suatu alat ukur menjadi absah. Penilaian tes hasil belajar pada penelitian ini untuk soal-soal objektif yaitu setiap jawaban benar di beri skor 1 (satu) dan setiap jawaban yang salah diberi skor 0 (nol) total skor diperoleh dengan menjumlahkan skor yang diperoleh dari semua soal. Tes ini diberikan pada kelompok eskperimen dan kelompok kontrol baik sebelum perlakuan (Pretest) dan setelah perlakuan (Posttest). Tes hasil belajar ini bersifat tertutup karena setiap item pertanyaan telah dilengkapi dengan pilihan jawaban.
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
82
Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar
2.
Indikator
Mengenal 1. Menyebutkan Aktivitas sumber daya ekonomi alam yang yang berpotensi di berkaitan daerahnya dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya
Indikator soal
1) Siswa mampu menyebutkan pengertian tentang kegiatan ekonomi. 2) Siswa dapat memahami pengertian sumber daya alam 3) Siswa dapat menyebutkan salah satu ciri hasil pertanian sebagai bahan makanan pokok 4) Mengetahui alasan penduduk indonesia bekerja dibidang pertanian. 5) Dapat mengelompokkann hasil perhutanan dari berbagai pilihan yang ada 6) Siswa dapat mengetahui cara melestarikan hutan sesuai dengan pengetahuannya siswa. 7) Siswa dapat menyebutkan aktifitas ekonomi disekitar daerah perikanan. 8) Siswa dapat memberikan contoh hasil aktifitas ekonomi yang berada di sekitar daerah pantai yaitu perikanan. 9) Dapat menyebutkan jenis-jenis hewan yang dapat di jadikan sebagai hewan ternak 2. Mengelompok 10) Dapat mengetahui contoh dan an SDA di kegiatan ekonomi sesuai dengan daerahnya bidangnya 3. Menyebutkan 11) Menyebutkan hasil dari industri bentuk-bentuk aneka sandang kegiatan 12) Menyebutkan contoh dari ndustri ekonomi non rumah tangga pertanian 13) Mengetahui pengertian dari perdangangan 14) Mengetahui tempat terjadinya transaksi perdangan 15) Mengidentifikasi kegiatan konsumsi 16) Menyebutkan jenis aktifitas ekonomi di bidang jasa atau pelayanan 17) Menyebutkan kegiatan ekonomi dibidang jasa 18) Mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan yang termasuk di bidang jasa 19) Mengetahui manfaat dari pertambangan
No. Soal
Ranah
√
1
√ √
√ √
√
8
9
√ √
√
√
√
√ √
10 11
√
√
6 7
√
√
4 5
√
√
2 3
Bobot
C1 C2 C3 Md Sd Sk
Kompetensi dasar
√
√ √
12
√
√
13
√
√
14
√
√ √
15 √
16 17
√
√ √ √
18
√
√
19
√
√
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
83
4.
2.
Mengenal Aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya 5.
6.
7.
20) Mengetahui hasil apa saja dari pertambangan Menjelaskan 21) Mengetahui lokasi untuk dijadikan manfaat tempat usaha berdasarkan sumber daya lingkungan tinggalnya alam yang ada 22) Mengetahui kegiatan ekonomi di daerah yang berada di sekitar tempat pariwisata 23) Mengetahui kegiatan ekonomi berdasarkan lingkungan sekitar 24) Mengetahui jenis barang yang tepat duiual di pegunugan sebagai tempat pariwisata 25) Mengetahui usaha yang berada di sekitar tempat pariwisat 26) Mengetahui tempat yang tepat untuk melakukan kegiatan pendukung pariwisata Menjelaskan 27) Mengtehaui tempat pariwisata di perlunya jawa barat melesatrikan 28) Mengetahui cara menjaga sumber daya kelestariaan laut alam sebagai 29) Menyebutkan tempat pariwisata di tempat daerah Bali pariwisat 30) Menunjukkan potensi yang dapat dijadikan sebagai tempat pariwisara Menunjukan 31) Mengetahui pengaruh kondisi tempat alam sekitar terhadap kegiatan Sumber Daya ekonomi Alam yang 32) Mengetahui kegiatan ekonomi di berada di pedesaan sekitar 33) Mengetahui manfaat dari lingkungan. pengunungan 34) Mengetahui aktifitas ekonomi daerah pertanian 35) Mengetahui kondisi alam indonesia 36) Mengetahui hasil dari pengolahan perkebunan Menunjukkan 37) Mengetahui kawasan yang cocok tempat untuk kegiatan industri kegiatan 38) Mengatahui kegiatan ekonomi ekonomi yang daerah perkotaan ada di 39) Menunjukkan usaha yang sesuai daerahnya dengan kondisi daerah 40) Mengetahui kegiatan ekonomi yang tidak memanfaatkan sumber daya alam
√
20
√
√
21
√ √
22
√
23
√
√
24
√
√
25
√
√
26
√
√
27
√
√ √
28 29
√
√
√
30
√
√
31
√
√
32
√ √
33 34
√ √
√
√ √
35
√
36
√
√
37
√
√
38
√
√
39
√
√
40
√
√
Soal pretest dan posttest disajikan dalam soal pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban. Skala pengukuran instrumen ini adalah Skala Likert sehingga akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “benar atau salah” dengan teknik skoring untuk
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
84
jawaban benar diberi skor 1 (satu) dan untuk jawaban salah diberi skor 0 (Nol) (Sugiyono, 2013). b.
Angket Angket merupakan instrumen penelitian yang berupa daftar pertanyaan untuk
memperoleh keterangan dari sejumlah responden (sumber yang diambil datanya melalui angket). Angket ini digunakan untuk mengukur dan untuk memperoleh data mengenai latar belakang siswa sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Angket menurut Arikunto (2006:151) “Angket adalah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang diketahui”. Sedangkan menurut Sugiyono (2013:199) “Angket atau kuesioner merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab”. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan secara sederhana bahwa angket adalah suatu pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh peneliti untuk memperoleh data dari para responden (peserta didik) dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi sebagai bahan dasar dalam rangka penyusunan program penelitian. Kuesioner atau angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kuesioner atau angket langsung yang tertutup karena siswahanya tinggal memberikan tanda pada salah satu jawaban yang dianggap benar. Angket dalam penelitian ini, berupa motivasi belajar siswa itu sendiri sebagai salah satu varibael yang akan diteliti. Angket motivasi belajar dalam penelitian ini dilakukan pada tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Tes awal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelompok pada awal percobaan mengenai motivasi siswa. Tes akhir dimaksudkan untuk mengetahui motivasi siswa setelah mengikuti pembelajaran, dan tes akhir ini diberikan setelah selesai seluruh
pembelajaran.
Angket
motivasi
ini
berisikan
pernyataan
yang
berhubungan dengan motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Sebelum angket ini diisi oleh peserta didik, dilakukan dua kali kegiatan pengujian secara konseptual dan empirik. Pengujian konseptual melibatkan pakar pendidikan dan Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
85
evaluasi, yang bertujuan untuk meriview konstruk, dan konten tes. Sedangkan pengujian secara empirik dilakukan secara langsung oleh para siswauntuk mengetahui (1) Validitas dari setiap item pernyataan angket, (2) reliabilitas item pernyataan, (3) tingkat kesukaran, dan (4) daya pembeda dari setiap item pernyataan. Setelah dilakukan pengujian baik secara konseptual dan empirik maka akan terpilih item-item pernyataan yang akan dijadikan sebagai item dalam penelitian. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengembangan angket motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut: 1) Menyusun kisi-kisi yang dikembangkan dari batasan operasional variabel. Untuk setiap indikator kemudian ditentukan beberapa pernyataan yang dapat mengukur indikator yang bersangkutan. 2) Merumuskan pernyataan untuk masing-masing indikator sesuai dengan yang telah ditentukan dalam kisi-kisi, kemudian diturunkan menjadi pertanyaanpertanyaan yang akan dijawab oleh peserta didik. 3) Menyusun instrumen agar instrumen tersebut mengukur seakurat mungkin apa yang harus diukur. Dalam istilah lain proses ini dikenal sebagai validasi, yaitu proses untuk membuat suatu alat ukur menjadi absah. Dalam penelitian angket digunakan untuk mengukur motivasi belajar siswa pada kelas ekperimen dan kelas kontrol, dengan kisi-kisi sebagai berikut: Tabel 3.3 Kisi-kisi Motivasi Belajar No
1
2
3
Variabel
Motivasi
Motivasi
Motivasi
Sub Variabel
Perhatian
Relevansi / Kecocokan Percaya Diri
Indikator a. Memusatkan Perhatian pada PBM b. Tertarik untuk mengetahui pelajaran yang akan dipelajari a. Merasa cocok dengan materi b. Merasa cocok dengan cara belajar a. Optimis Mengerjakan tugas
No Soal 1, 3, 14 6, 2 22, 15, 21 7, 23, 4 16, 5, 8, 9, 20
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
86
b. Mampu berinteraksi dengan lingkungan kelas a. Bangga dengan keberhasilan yang telah dicapai 4
Motivasi
13, 24, 19, 25, 10 12, 26, 17
Kepuasan
b. Merasa puas setelah berhsail mencapai 27, 11, 18 tujuan pembelajaran Skala pengukuran yang digunakan dalam angket motivasi belajar adalah
Skala Likert yang mempunyai gradasi dari sangat setuju (Positif) sampai sampai sangat tidak setuju (Negatif). Untuk Pembagian skor dibedakan menjadi dua untuk yang pertanyaan angket motivasi yang positif dan negatif adalah sebagai berikut Pernyataan Positif
Pernyataan Negatif
1 = Sangat Tidak Setuju
1 = Sangat Setuju
2 = Tidak Setuju
2 = Setuju
3 = Setuju
3 = Tidak Setuju
4 = Sangat Setuju
4 = Sangat Tidak Setuju
Skala yang akan digunakan pada angket motivasi ini adalah skala penilaian yang menggunakan empat gradasi penilaian. Pilihan jawaban terdapat empat pilihan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), dan tidak setuju (TS). Pemberian skor pada masing-masing item dilakukan dengan menggunakan rentang skor dari 4-1 untuk setiap item soal. Angket ini diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol baik sebelum perlakuan (Pretest) dan sesudah perlakuan (Posttest). Skala motivasi bersifat tertutup karena setiap item pernyataan telah dilengkapi dengan pilihan jawaban. Skor yang diberikan untuk masing-masing respon dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 3.4 Pedoman Penilaian Angket Motivasi Belajar Pernyataan
Item (+)
Item (-)
SS S KS TS
4 3 2 1
1 2 3 4
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
87
2.
Judgement Item Pengujian instrumen dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali,
yakni pengujian konseptual dan empirik untuk proses pengumpulan data. Pengujian konseptual dilakukan dengan adanya expert jugement (penilaian dari ara ahli). Sedangkan analisis empirik dengan cara mengambil data dilapangan yang kemudian dilakukan perhitungan sebagai berikut: a.
Validitas Soal Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal
terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment pearson (Sugiyono, 2013: 241) (∑ ) (∑ )
∑ √[ ∑
(∑ ) ][∑
(∑ ) ]
Keterangan: = Koefisien korelasi antara varibael X dan Variabel Y, dua variael yang dikorelasikan N = Jumlah ∑X
=
Skor Item
∑Y
=
Skor Total
Interpretasi untuk besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut: Tabel .3.5 Kategori Validitas Butir Soal Batasan 0,80 < 0,60 < 0,40 < 0,20 < 0,00 <
≤ 1,00 ≤ 0,80 ≤ 0,60 ≤ 0,40 ≤ 0,20
Kategori Sangat Tinggi *(sangat baik) Tinggi (baik) Cukup (sedang) Rendah(kurangh) Sangat rendah (sangat kurang)
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
88
Untuk mengetahui validitasnya instrumen tes dan angket terlebih dahulu dilakukan uji coba terlebih dahulu , uji coba dilakukan yaitu kelas IV SDN 2 Gebangilir dengan jumlah siswasebanyak 30 anak. 1) Hasil Belajar Untuk menguji validitas pada tes hasil belajar yang menggunakan Scale Corrected Item-Total Correlation, nilai tersebut adalah nilai Validitas Butir. Sedangkan nilai Croncbach's Alpha if Item Deleted adalah nilai Reliabilitas Butir. Untuk menilai apakah nilai-nilai di atas (Validitas Butir dan Reliabilitas Butir) valid dan reliabel, bandingkan dengan R Tabel Pada DF=N-2 dan Probabilitas 0,05. Jika instrumen itu dikatakan valid sebagai berikut, nilai DF dalam kasus ini adalah jumlah sampel (30)-2=28. R Tabel pada DF 28 Probabilitas 0,05 adalah 0,374. Dari data di atas dapat disimpulkan data sebagai berikut: Tabel 3.6 Hasil Ujioba tes Hasil Belajar Siswa No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Item Pertanyaan Soal_1 Soal_2 Soal_3 Soal_4 Soal_5 Soal_6 Soal_7 Soal_8 Soal_9 Soal_10 Soal_11 S0al_12 Soal_13 Soal_14 Soal_15 Soal_16 Soal_17 Soal_18 Soal_19 Soal_20 Soal_21 Soal_22 Soal_23 Soal_24 Soal_25 Soal_26
Korelasi 0,580 0,093 0,516 0,223 0,609 0,649 0,273 0,092 0,609 0,408 0,156 0,223 0,566 0,000 0,649 0,541 0,516 0,299 0,679 0,306 0,535 0,393 0,634 0,566 0,466 0,238
T tabel
0,374
Interpretasi Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid
Ket. Dipakai Tidak dipakai Dipakai Tidak dipakai Dipakai Dipakai Tidak dipakai Tidak dipakai Dipakai Dipakai Tidak dipakai Tidak dipakai Dipakai Tidak dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Tidak dipakai Dipakai Tidak dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Tidak dipakai
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
89
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Soal_27 Soal_28 Soal_29 Soal_30 Soal_31 Soal_32 Soal_33 Soal_34 Soal_35 Soal_36 Soal_37 Soal_38 Soal_39 Soal_40
0,516 0,535 0,118 0,679 -0,060 0,649 0,609 -0,119 0,203 0,609 0,026 0,609 0,649 0,580
Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid
Dipakai Dipakai Tidak dipakai Dipakai Tidak dipakai Dipakai Dipakai Tidak dipakai Tidak dipakai Dipakai Tidak dipakai Dipakai Dipakai Dipakai
2) Motivasi Berdasarkan tabel dibawah ini (3.10)
untuk ”Soal_1” nilai korelasinya
adalah 0,614**, dengan probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] sebesar 0,000. Sesuai kriteria item instrumen nomor 1 adalah valid, karena nilai probabilitas korelasi [sig.(2-tailed) < dari taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan melalui tabel di bawah ini: Tabel 3.7 Hasil Ujioba Angket Motivasi No
Item Pertanyaan
Nilai Korelasi (Pearson Corellation
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Soal_1 Soal_2 Soal_3 Soal_4 Soal_5 Soal_6 Soal_7 Soal_8 Soal_9 Soal_10 Soal_11 S0al_12 Soal_13 Soal_14 Soal_15 Soal_16 Soal_17 Soal_18 Soal_19
0,614 ** 0,550 ** 0,562 0,348 ** 0,564 ** 0,614 ** 0,671 * 0,425 ** 0,572 ** 0,615 0,271 ** 0,562 ** 0,547 ** 0,633 ** 0,526 ** 0,518 ** 0,572 ** 0,570 ** 0,560
**
Probabilitas Korelasi [sig.(2tailed)
Interpretasi
Ket
0,000 0,000 0,000 0,059 0,001 0,000 0,000 0,019 0,001 0,000 0,148 0,001 0,002 0,000 0,003 0,003 0,001 0,001 0,001
Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Dipakai Dipakai Dipakai Tidak Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Tidak Dipakai Dipakai Dipakai Tidak Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
90
20 21 22 23 24 25 26 27
b.
**
Soal_20 Soal_21 Soal_22 Soal_23 Soal_24 Soal_25 Soal_26 Soal_27
0,633 ** 0,572 ** 0,572 ** 0,557 ** 0,615 ** 0,601 ** 0,561 ** 0,633
0,000 0,001 0,003 0,001 0,000 0,000 0,001 0,000
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai
Reliabilitas Kata reliabilitas dalam bahasa indonesia diambil dari kata reliability dalam
bahasa inggris berasal dari kata reliabel yang artinya dapat dipercaya (Arikunto, 2003). Reliabilitas merupakan kestabilan skor yang diperoleh apabila diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap yang dihitung dengan koefisien reliabilitas. Menghitung reliabilitas soal dengan rumus Arikunto (2003). ⁄ ⁄
(
⁄ ⁄
)
= Koefisien reliabilitas yang telah disesuaikan ⁄ ⁄
= Koefisien antara skor-skor setiap belahan tes
Harga dari
⁄ ⁄
dapat ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi
product moment person. Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes menurut Arikunto (2002) adalah sebagai berikut: Tabel 3.8 Kategori Reliabilitas Butir Soal Batasan Kategori Sangat Tinggi (sangat baik) 0,80 < ≤ 1,00 Tinggi (Cukp) 0,60 < ≤ 0,80 0,40 < 0,20 <
≤ 0,60 ≤ 0,40 ≤ 0,20
Cukup (sedang) Rendah (Kurang) Sangat rendah ( sangat kurang)
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
91
Menghitung reliabilitas soal uraian dengan menggunakan rumus Alpha (dalam Arikunto: 2013: 172) ∑
Keterangan = Koefisien korelasi B
= Banyaknya butir soal
∑
= Jumlah Varians skor tiap soal = Variasi skor total Pengukuran tingkat reliabilitas alat pengumpul data dalam penelitian ini
dengan menggunakan Cronbach’s Alpha. Besarnya koefisien Alpha merupakan tolak ukur dari tingkat reliabilitasnya. Uji reliabilitas dalam penelitian dengan menggunakan uji korelasi dan diperoleh data sebagai berikut: 1) Hasil Belajar Untuk menguji validitas pada tes hasil belajar yang menggunakan Scale Corrected Item-Total Correlation, nilai tersebut adalah nilai Validitas Butir. Sedangkan nilai Croncbach's Alpha if Item Deleted adalah nilai Reliabilitas Butir. Dari data di atas maka dapat disimpulkan data sebagai berikut: Tabel 3.9 Hasil Ujicoba Reliabilitas No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Item Pertanyaan Soal_1 Soal_2 Soal_3 Soal_4 Soal_5 Soal_6 Soal_7 Soal_8 Soal_9 Soal_10 Soal_11 S0al_12 Soal_13 Soal_14 Soal_15 Soal_16 Soal_17 Soal_18
Korelasi 0,904 0,909 0,905 0,908 0,903 0,903 0,908 0,911 0,903 0,906 0,910 0,908 0,904 0,909 0,903 0,904 0,905 0,908
T tabel
Keterangan
0,374
Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
92
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Soal_19 Soal_20 Soal_21 Soal_22 Soal_23 Soal_24 Soal_25 Soal_26 Soal_27 Soal_28 Soal_29 Soal_30 Soal_31 Soal_32 Soal_33 Soal_34 Soal_35 Soal_36 Soal_37 Soal_38 Soal_39 Soal_40
0,902 0,908 0,904 0,906 0,903 0,904 0,905 0,908 0,905 0,904 0,910 0,902 0,913 0,903 0,903 0,910 0,908 0,903 0,911 0,903 0,903 0,904
Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
2) Motivasi Dalam penghitungan reliabiltas motivasi, akan berebda dengan hasil belajar. Penghitungan reliabilitas motivasi dengan menggunakan Cronbach’s Alpha menghasilkan data sebagai berikut; Tabel 3. 10 Reliabiltas Motivasi Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items ,959
27
Nilai koefisien reliabilitas di atas adalah 0, 959. Sesuai kriteria, nilai ini sudah lebih besar dari 0,60, maka hasil data hasil angket memiliki tingkat reliabilitas yang baik, atau dengan kata lain data hasil angket dapat dipercaya. c.
Daya Pembeda Daya pembeda soal yaitu kemampuan soal untuk membedakan antara siswa
yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan
besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (d)
Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah (Arikunto, 2003).
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
93
Keterangan D
= Daya Pembeda
JA
= Banyak Peserta kelompok atas
JB
= Banyak Peserta kelompok bawah
BA
= Banyaknya peserta kelompok bawah
BB
= Banyakna kelompok atas jawab
PA
= Proporsi Kelompok atas yang menjawab benar
PB
= Proporsi kelompok bawah yang menjawb benar Tabel 3.11 Kategori Daya Pembeda Batasan Kategori 0,00 ≤D≤0,20 Jelek 0,20 ≤D≤0,40 Cukup 0,40 ≤D≤0,70 Baik 0,70 ≤D≤1,00 Baik Sekali Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung
dengan rumus g faktor (N-Gain) dengan rumus sebagai berikut, Meltzer ( Tusriyanto, 2009: 81)
Kriteria tingkat Gain adalah pada tabel dibawah ini: Tabel 3. 12 Kategori tingkat Gain Batasan Kategori g > 0,7 Tinggi 0,3 ≤ g ≥ 0,7 Sedang g < 0,3 Rendah Salah satu tujuan analisis kuantitaif soal adalah untuk menentukan dapat tidaknya suatu soal membedakan kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada dalam kelompok tersebut. Indeks yang digunakan dalam membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
94
yang berkemampuan rendah adalah indeks daya pembeda. (Surapranata, 2009: 23). Daya pembeda tes hasil belajar adalah sebagai berikut: Tabel 3.13 Daya Pembeda Tes hasil belajar No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Tingkat Kesukaran
Tingkat Kesukaran
Kelompok Atas
Kelompok Bawah
1,00 0,10 1,00 0,40 0,80 0,80 0,80 0,60 0,80 0,80 0,60 0,40 0,80 1,00 0,80 0,80 1,00 0,50 0,80 0,80 1,00 0,60 1,00 0,80 0,60 0,80 1,00 1,00 0,80 0,80 0,40 0,80 0,80 1,00 0,20 0,80 0,40 0,80 0,80 1,00
0,30 0,10 0,40 0,10 0,00 0,00 0,40 0,50 0,00 0,30 0,50 0,10 0,20 0,90 0,00 0,00 0,40 0,00 0,00 0,30 0,30 0,10 0,20 0,20 0,10 0,50 0,40 0,30 0,60 0,00 0,40 0,00 0,00 0,90 0,10 0,00 0,20 0,00 0,00 0,30
Daya Pembeda Soal
Interpretasi
(D) 0,70 0,00 0,60 0,30 0,80 0,80 0,40 0,10 0,80 0,50 0,10 0,30 0,60 0,10 0,80 0,80 0,60 0,50 0,80 0,50 0,70 0,50 0,80 0,60 0,50 0,30 0,60 0,70 0,20 0,80 0,00 0,80 0,80 0,10 0,10 0,80 0,20 0,80 0,80 0,70
Baik Jelek Baik Cukup Baik Sekali Baik Sekali Cukup Jelek Baik Sekali Baik Jelek Cukup Baik Jelek Baik Sekali Baik Sekali Baik Baik Baik Sekali Baik Baik Baik Baik Sekali Baik Baik Cukup Baik Baik Jelek Baik Sekali Jelek Baik Sekali Baik Sekali Jelak Jelek Baik Sekali Cukup Baik Sekali Baik Sekali Baik
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
95
d.
Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran merupakan bilangan yang menunjukkan sukar atau
mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran berkisar antara 0,0 sampai 1,0 soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal tersebut telalu mudah. Indeks kesukaran diberi simbol “p” (proposi) yang dihitung dengan rumus: P= Keterangan P
= Indeks kesukaran
B
= Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS
= Jumlah seluruh siswa peserta tes
Karifikasi untuk indeks kesukaran adalah sebagai berikut Tabel 3.14 Kategori Tingkat Kesukaran Batasan Kategori 0,00 ≤P <0,30 Soal Sukar 0,30≤P <0,70 Soal sedang 0,70 ≤P <1,00 Soal mudah Analisis tingkat kesukaran item instrumen tes dalam penelitian ini digunakan untuk menunjukkan tingkat kesukaran tiap item soal pretest dan posttest. Selanjutnya hasil analisis tingkat kesukaran item instrumen tes digunakan untuk menentukan apakah tingkat kesukaran antara soal pretest dan posttest sudah setara atau belum. Jika sudah setara maka soal pretest dan posttest dapat digunakan sebagai instrumen pengukuran hasil belajar. Dibawah ini akan di uraikan tingkat kesukaran tes hasil belajar Tabel 3.15 Tingkat Kesukaran butir soal No 1 2 3 4 5 6 7
Item Soal Item_1 Item_2 Item_3 Item_4 Item_5 Item_6 Item_7
Tingkat Kesukaran (P) 0,700 0,066 0,766 0,200 0,400 0,333 0,733
Interpretasi tingkat kesukaran Sukar Sedang Mudah √ √ √ √ √ √ √
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
96
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Item_9 Item_10 Item_11 Item_12 Item_13 Item_14 Item_15 Item_16 Item_17 Item_18 Item_19 Item_20 Item_21 Item_22 Item_23 Item_24 Item_25 Item_26 Item_27 Item_28 Item_29 Item_30 Item_31 Item_32 Item_33 Item_34 Item_35 Item_36 Item_37 Item_38 Item_39 Item_40
0,533 0,533 0,400 0,200 0,400 1 0,333 0,533 0,766 0,266 0,400 0,566 0,466 0,333 0,566 0,400 0,266 0,700 0,766 0,266 0,700 0,766 0,466 0,793 0,400 0,933 0,100 0,533 0,400 0,533 0,333 0,700
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
G. Teknik Analisis Data Teknik pengolahan data dilakukan dengan dua cara yaitu analisis data atau metode deskriptif dan metode statistik. Metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data hasil penelitian. Metode statistik digunakan untuk keperluan pengolahan data kuantitatif seperti uji persyaratan data dan uji hipotesis. Setelah hasil statistik didapat selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan untuk untuk ditafsirkan maknanya. Data-data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan program softwer SPSS dan Microsof Excell 2007. Data hasil angket motivasi dan hasil belajar.
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
97
1.
Verifikasi Data Data pembelajaran metode PBL terhadap motivasi dan hasil belajar dianalisis
dengan tahapan sebagai berikut. a.
Menghitung statistik deskriptif skor pretest dan postest yang meliputi skor minimum, skor maksimum, rata-rata dan simpangan baku.
b.
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan pada skor pretest dan postest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam uji normalitas ini digunakan uji Kolmogrof_Smirnov dengan taraf 5%. Pengujian adalah tolak H0 apabila Sig. (P-Value) < taraf signifikansi (α = 0,05), untuk kondisi lainnya H0diterima.
c.
Uji Homogenitas Varians Pengujian varians antara kelompok penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah varian kedua kelompok sama atau berbeda. Selain itu, pengujian ini dilakukan untuk pengolahan data selanjutnya apakah menggunakan uji t atau uji t’.
Uji statistik dalam melakukan uji homogenitas menggunakan uji
levene dengan kriteria pengujian adalah tolak H0 apabila Sig. (P-Value) > taraf signifikasi (α = 0,05), untuk kondisi lainnya H0diterima. d.
Uji Perbedaan Dua Rata-rata Uji perbedaan dua rata-rata dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata (mean) secara signifikan antara dua populasi dengan melihat rata-rata dilakukan terhadap data skor hasil postets dan pretest. Jika data berdistribusi normal dan memiliki varian yang homogen maka pengujiannya menggunakan uji t. Adapun untuk data yang berdistribusi akan tetapi
tidak
memiliki
varians
yang
homogen,
maka
pengujiannya
menggunakan uji t’. Selanjutnya untuk data yang tidak berdistribusi normal, maka pengujiannya menggunakan statistik nonparametrik yaitu menggunakan uji Mann-Whitney U.
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
98
2.
Skoring
a)
Tes Hasil Belajar Tes merupakan sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk tes lisan, dan dalam bentuk tes tulisan, atau dalam bentuk tes perbuatan. Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Dalam penelitian ini tes yang digunakan berupa tes tulis yaitu siswa akan menjawab beberapa soal-soal yang telah dipersiapkan sebelumnya. Berdasarkan hasil uji validitas baik validitas secara empirik atau secara konsep disimpulkan bahwa dari 40 soal yang telah dibuat 25 soal yang valid dan penskoran sebagai berikut: Sk Keterangan: Sk
= Skor yang diperoleh
B
= Jawaban yang benar
S
= Jawaban yang salah
0
= Kemungkinan jabawan atau option Pengkategorian skor hasil belajar siswa dilakukan melalui tahapan sebagai
berikut: 1) Menentukan skor maksimal ideal yang diperoleh sampel dengan rumus skor maksimal idela = jumlah skor X skor tertinggi. 2) Menentukan skor minimal ideal yang diperoleh sampel dengan rumus skor minimal ideal = jumlah soal X skor terendah. 3) Mecari rentang skor ideal yang diperoleh sampel dengan rumus rentang skor = skor maksimal – skor minimal ideal. 4) Mencari interval skor dengan rumus Interval skor = Rentang skor / 3 Diketahui: Skor maksimal ideal
= 25
Skor minimal ideal
=0
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
99
Rentang ideal
= 25
Interval
=8
Dari langkah-langkah di atas, kemudian diperoleh kriteria penilaian sebagai berikut: Tabel 3.16 Rentang Skor Hasil Belajar Kriteria Rentang Tinggi x > 25 Sedang 8 < x ≤ 25 Rendah x≤8 Data yang telah terkumpul disajikan dalam bentuk persentase angka. Persentase diperoleh dari dengan membagi skor aktual terhadap skor ideal dikali 100% secara spesifik dapat dirumuskan sebagai berikut:
b)
Persentasi aspek
=∑
Persentase Indikator
=∑
̇ ̇
Angket Angket adalah alat pengumpul data untuk kepentingan penelitian. Angket
digunakan dengan mengedarkan forrmulir yang berisi beberapa pertanyaan kepada beberapa subjek penelitian (responden) untuk mendapat tanggapan secara tertulis. Angket merupakan sebuah set pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian, setiap pertanyaan merupakan jawaban yang mempunyai makna dalam menjawab permasalahan penelitian. Dari data di atas setelah dilakukan uji validitas sebanyak dua kali, yakni pengujian konseptual dan empirik untuk proses pengumpulan data, dalam menguji validitas instrumen dilakukan dengan adanya expert judgement (Penilaian dari para ahli) dan dilakukan uji lapangan. Berdasarkan kedua uji validitas tersebut maka dari 27 item pernyataan yang telah dibuat sebanyak 24 item pernyataan yang valid digunakan. Penskoran diklasifikasikan kedalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah dengan cara sebagai berikut:
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
100
Tabel 3.17 Rumus Kriteria Rentang Skor Motivasi Belajar Kriteria
Rentang
Tinggi Rendah Sedang
X > Min Ideal + 2. Interval Min Ideal + Interval < X ≤ Min Ideal + 2 Interval X ≤ Min Ideal + Inerval (Sudjana dalam Tusriyanto 2009:77)
Sesuai dengan tabel di atas pengkategorian skor motivasi belajar siswa dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: 1) Menentukan skor maksimal ideal yang diperoleh sampel dengan rumus skor maksimal ideal = jumlah skor X skor tertinggi. 2) Menentukan skor minimal ideal yang diperoleh sampel dengan rumus skor minimal ideal = jumlah soal X skor terendah. 3) Mecari rentang skor ideal yang diperoleh sampel dengan rumus rentang skor = skor maksimal – skor minimal ideal. 4) Mencari interval skor dengan rumus Interval skor = Rentang skor / 3 Diketahui: Skor maksimal ideal
= 96
Skor minimal ideal
= 24
Rentang ideal
= 72
Interval
= 24
Dari langkah-langkah di atas, kemudian diperoleh kriteria penilaian sebagai berikut: Tabel 3.18 Rentang Skor Motivasi Belajar Siswa Kriteria
Rentang
Tinggi
x > 72
Sedang
48 < x ≤ 72
Rendah
x ≤ 48
Penafsiran Skor Mampu menunjukkan rasa perhatian, relevansi atau kecocokan, rasa percaya diri, dan kepuasan Cukup mampu menunjukkan rasa perhatian, relevansi atau kecocokan, rasa percaya diri, dan kepuasan Belum mampu menunjukkan rasa perhatian, relevansi atau kecocokan, rasa percaya diri, dan kepuasan
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
101
Data yang telah terkumpul disajikan dalam bentuk persentase angka. Persentase diperoleh dengan membagi skor aktual terhadap skor ideal dikali 100% secara spesifik dapat dirumuskan sebagai berikut: Persentasi aspek
=∑
Persentase Indikator
=∑
̇ ̇
H. Hasil Uji Statistik Motivasi dan Hasil Belajar Hasil uji statistik dipaparkan untuk membuktikan skor pretest dan postets antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen berbeda atau tidak, maka dilakukan uji kesamaan dua nilai rata-rata dengan menggunakan uji-t untuk sampel independen. Sebelum dilakukan uji kesamaan dua nilai rata-rata, adanya dilakaukan uji normalitas dan uji homogenitas varians. 1. Uji Normalitas Data Perhitungan uji normalitas data menulis laporan pengamatan siswa dilakukan dengan menggunakan rumus
hitung dengan
tabel, hipotesis uji
normalitas data dalam tabel penelitian yaitu: H0 : sampel berdistribusi normal Ha : sampel berdistribusi tidak normal a. Menentukan rentang skor (r) r = Skor maksimum – Skor Minimum, (Sujana, 2006: 47) b. Menentukan banyaknya kelas interval (k) K = 1 + 3,3 log n, (Sujana, 2006: 47) c. Menentukan panjang kelas interval (p) P= d. Membuat tabel distribusi frekuensi e. Menghitung rata-rata Mean (rata-rata X)
X
∑ ∑
Keterangan: M : mean (rata-rata) Fi : frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas Xi Xi : tanda kelas interval atau nilai tengah dari kelas interval Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
102
f. Menentukan simpangan baku (SD)
X
√∑(
)
Keterangan S : simpangan baku (standard deviasi)
X : mean (rata-rata) Xi : tanda kelas interval atau nilai tengah kelas interval n : jumlah responden g. Menghitung harga baku dari nilai normalitas (Z) (
)
(Purwanto, 2001: 104)
Keterangan: Z : harga baku K : batas kelas
X : mean (rata-rata) S
: simpangan baku
h. Menghitung luas interval (Li) Li = L1 – L2 Keterangan: L1 : nilai peluang baris atas L2 : nilai peluang garis bawah i. Menghitung frekuensi ekspestasi/harapan (ei) ei = Li. ∑ j. Menghitung Chi kuadrat (ᵪ2) ᵪ2 =
(
)
(Arikunto, 2013: 259)
Keterangan: ᵪ2 : chi kuadrat hitung ei : frekuensi harapan fi : frekuensi data yang sesuai dengan tanda kelas xi Pengambilan kesimpulan untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan chi kudrat hitung dengan chi kuadrat tabel dengan derajat Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
103
kebebasan n-1 dan taraf signifikansi α =0,05. Bila harga chikuadrat hitung lebih kecil dari pada chikuadrat tabel maka distribusi dinyatakan normal, dan bila lebih besar dinyatakan tidak normal (Sugiyono, 2009: 121). Hasil perhitungan ᵪ2 hitung selanjutnya dibandingkan dengan ᵪ2 tabel dengan ketetapan sebagai berikut. 1) Tingkat kepercayaan 95% (α =0,05) 2) Derajat kebebasan (dk = k-1) 3) Apabila ᵪ2 hitung < ᵪ2 tabel berarti data berdistribusi normal a.
Uji Normalitas Data Motivasi Belajar Uji normalitas skor pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen terhadap
motivasi belajar digunakan uji Kolmogrof-Smirnov. Hipotesis statistik untuk menguji normalitas skor pretest motivasi yaitu H0 : Data berdistribusi normal H1 : Data tidak berdistribusi normal Kriteria pengujian tersebut dengan menggunakan software SPSS 20,0 for windows berdasarkan taraf signifikansi α = 5%. H0 : diterima jika nilai signifikansi ≥ 0,05 H0 : ditolak jika nilai signifikansi < 0,05 Berdasarkan
dari
perhitungan
dengan
menggunakan
SPSS,
proses
perhitungan uji normalitas data secara mendetail dapat disajikan melalui pada tabel di bawah ini. Tabel 3.19 Uji Normalitas Data Pretest Motivasi Kelas Eksperimen One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Eksperimen N 22 Mean 65,77 a,b Normal Parameters Std. Deviation 3,939 Absolute ,128 Most Extreme Differences Positive ,128 Negative -,078 Kolmogorov-Smirnov Z ,601 Asymp. Sig. (2-tailed) ,863 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
104
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan uji normalitas Kolmogorov2
Smirnov, untuk data skor pretest kelas eksperimen diperoleh
hitungsebesar
0,128 2
dengan sampel 22 siswa (n=22) pada taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh tabel 0,281. Dengan demikian, ternyata
2
hitung
= 0,128 <
2
tabel
tabel
= 0,281 maka H0
diterima. Artinya hipotesis diterima, maka kesimpulannya sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Tabel 3.20 Uji Normalitas Data Pretest Motivasi Belajar Kelas Kontrol One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kontrol N 22 Mean 64,18 a,b Normal Parameters Std. Deviation 4,847 Absolute ,160 Most Extreme Differences Positive ,160 Negative -,103 Kolmogorov-Smirnov Z ,752 Asymp. Sig. (2-tailed) ,624 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan uji normalitas Kolmogorov2
Smirnov, untuk data skor pretest kelas kontrol diperoleh
hitung
sebesar 0,160 2
dengan sampel 22 siswa (n=22) pada taraf signifikansi α=0,05 diperoleh tabel 0,281. Dengan demikian, ternyata
2
hitung=
0,160 <
2
tabel=0,281
tabel
maka H0
diterima. Artinya hipotesis diterima, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Tabel 3.21 Uji Normalitas Data Postest Motivasi Kelas Eksperimen One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Eksperimen N 22 Mean 82,59 a,b Normal Parameters Std. Deviation 4,857 Absolute ,145 Most Extreme Differences Positive ,105 Negative -,145 Kolmogorov-Smirnov Z ,678 Asymp. Sig. (2-tailed) ,747 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan uji normalitas KolmogorovSmirnov, untuk data skor postets kelas eksperimen diperoleh
2 hitungsebesar
0,145
dengan sampel 22 orang (n=22) pada taraf signifikansi α=0,05 diperoleh Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
tabel
105
tabel 0,281. Dengan demikian, ternyata
2
hitung=
0,145<
2
tabel=0,281
maka H0
diterima. Artinya hipotesis diterima, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Tabel 3.22 Uji Normalitas Data Postest Motivasi Kelas Kontrol One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kontrol N 22 Mean 79,5455 a,b Normal Parameters Std. Deviation 3,91246 Absolute ,197 Most Extreme Differences Positive ,197 Negative -,145 Kolmogorov-Smirnov Z ,924 Asymp. Sig. (2-tailed) ,361 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan uji normalitas Kolmogorov2 hitungsebesar
Smirnov, untuk data skor prates kelas kontrol diperoleh
0,197
dengan sampel 22 siswa (n=22) pada taraf signifikansi α=0,05 diperoleh tabel 0,281. Dengan demikian, ternyata
2
hitung=
0,197<
2
tabel=0,281
2
tabel
maka H0
diterima. Artinya hipotesis, sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Berdasarkan pemaparan di atas, diketahui bahwa seluruh data motivasi belajar sampel penelitian berdistribusi normal, artinya telah memenuhi syarat untuk pengujian tahap selanjutnya. Seluruh hasil uji normalitas data motivasi tersebut dipaparkan pada tabel berikut. Tabel 3.23 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Postest Motivasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 2 2 No. Data Kesimpulan hitung tabel 1. Pretest kelas eksperimen 0, 128 ≤ 0,281 Normal 2. Pretest kelas kontrol 0,160 ≤ 0,281 Normal 3. Postest eksperimen 0,145 ≤ 0,281 Normal 4. Postest kelas kontrol 0,197 ≤ 0,281 Normal b. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Uji normalitas skor pretets kelas kontrol dan kelas eksperimen terhadap kemampuan menulis puisi bebas digunakan uji Kolmogrof-Smirnov. Hipotesis statistik untuk menguji normalitas skor pretest kemampuan hasil belajar yaitu, Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
106
H0 : Data berdistribusi normal H1 : Data tidak berdistribusi normal Kriteria pengujian tersebut dengan menggunakan software SPSS 20.0 for windows berdasarkan taraf signifikansi α = 5%. H0 : diterima jika nilai signifikansi ≥ 0,05 H0 : ditolak jika nilai signifikansi < 0,05 Berdasarkan dari perhitungan dengan menggunakan SPSS 20.0, proses perhitungan uji normalitas data secara mendetail dapat disajikan melalui pada tabel di bawah ini. Tabel 3.24 Uji Normalitas Data Pretest Hasil Belajar Kelas Eksperimen One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Eksperimen N 22 Mean 13,55 a,b Normal Parameters Std. Deviation 4,044 Absolute ,132 Most Extreme Differences Positive ,132 Negative -,095 Kolmogorov-Smirnov Z ,620 Asymp. Sig. (2-tailed) ,836 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan uji normalitas KolmogorovSmirnov, untuk data skor prates kelas eksperimen diperoleh
2
hitungsebesar
0,132
dengan sampel 22 orang (n=22) pada taraf signifikansi α=0,05 diperoleh tabel 0,281. Dengan demikian, ternyata
2
hitung=
0,132<
2
tabel=0,281
2
tabel
maka H0
diterima. Artinya menerima hipotesis, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Tabel 3.25 Uji Normalitas Data Pretest Hasil Belajar Kelas Kontrol One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kontrol N 22 Mean 11,50 a,b Normal Parameters Std. Deviation 2,577 Absolute ,152 Most Extreme Differences Positive ,095 Negative -,152 Kolmogorov-Smirnov Z ,714 Asymp. Sig. (2-tailed) ,688 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
107
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode Kolmogorov2
Smirnov, untuk data skor pretest kelas kontrol diperoleh
hitungsebesar
0,152 2
dengan sampel 22 orang (n=22) pada taraf signifikansi α=0,05 diperoleh tabel 0,281. Dengan demikian, ternyata
2
hitung=
0,152<
2
tabel=0,281
tabel
maka H0
diterima. Artinya menerima hipotesis, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Tabel 3.26 Uji Normalitas Data Postest Hasil Belajar Kelas Eksperimen One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Eksperimen N 22 Mean 19,45 a,b Normal Parameters Std. Deviation 2,857 Absolute ,121 Most Extreme Differences Positive ,112 Negative -,121 Kolmogorov-Smirnov Z ,568 Asymp. Sig. (2-tailed) ,903 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode KolmogorovSmirnov, untuk data skor pascates kelas eksperimen diperoleh
2
hitungsebesar
0,121 dengan sampel 22 orang (n=22) pada taraf signifikansi α=0,05 diperoleh 2
tabel
tabel 0,281. Dengan demikian, ternyata
2
hitung=
0,121<
2
tabel=0,281
maka
H0 diterima. Artinya hipotesis diterima, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Tabel 3.27 Uji Normalitas Data Postest Hasil Belajar Kelas Kontrol One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kontrol N 22 Mean 12,82 a,b Normal Parameters Std. Deviation 2,719 Absolute ,164 Most Extreme Differences Positive ,164 Negative -,152 Kolmogorov-Smirnov Z ,768 Asymp. Sig. (2-tailed) ,597 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode KolmogorovSmirnov, untuk data skor pascates kelas kontrol diperoleh
2
hitungsebesar
0,164
dengan sampel 22 orang (n=22) pada taraf signifikansi α=0,05 diperoleh Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
tabel
108
tabel 0,281. Dengan demikian, ternyata
2
hitung=
0,164<
2
tabel=0,281
maka H0
diterima. Artinya hipotesis diterima, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Berdasarkan pemaparan di atas, diketahui bahwa seluruh data sampel penelitian berdistribusi normal, artinya telah memenuhi syarat untuk pengujian tahap selanjutnya. Seluruh hasil uji normalitas tersebut dipaparkan pada tabel berikut. Tabel 3.28 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Postest Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol No. 1. 2. 3. 4. 2.
Data Pretest kelas eksperimen Pretest kelas kontrol Postest eksperimen Postest kelas kontrol
2
hitung
132 152 121 164
2
tabel
≤ 0,281 ≤ 0,281 ≤ 0,281 ≤ 0,281
Kesimpulan Normal Normal Normal Normal
Uji Homogenitas Setelah uji normalitas, langkah selanjutnya adalah melakukan uji
homogenitas, yakni pengujian terhadap besaran variansi dari data pretest dan postest di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun rumus yang digunakan adalah:
Pasangan hipotesis: H0: sampel memiliki homogenitas yang sama H1: sampel tidak memiliki homogenitas yang sama Karena kedua data berdistribusi normal, maka rumus uji homogenitasnya adalah.
Keterangan: = Varian besar = Varian Kecil Kriteria Pengujian: Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
109
H0 diterima jika F(1-α)(n1-1) < F < F1/2α(n1-1)(n2-1) H1 ditolak jika F ≥ F1/2α(v1,v2) a. Uji Homogenitas Data Pretest dan Postest Motivasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan uji normalitas yang sudah dilaksanakan diperoleh kesimpulan, dari data motivasi berdistribusi normal maka uji dilanjutkan dengan uji homogenitas menggunakan rumus varian besar dibagi dengan varian kecil. Hasil uji homogenitas dari data skor motivasi dijelaskan sebagai berikut. 1) Uji Homogenitas Motivasi dari Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Sampel Pretest kelas eksperimen sebanyak 22 orang (n1=22) diperoleh varian (s2)=4,8472. Kemudian sampel pretest kelas kontrol sebanyak 22 orang (n2=22) diperoleh varian (s2)=3,9392. Dengan taraf signifikansi α= 0.05, maka,
Derajat kebebasan pembilang = n – 1 = 22 – 1 = 21, dan derajat kebebasan penyebut = n – 1 = 22 – 1 = 22 diperoleh F 0,05 (21,21) = 2,050 Dari perhitungan F hitung = 1,5142 dan F tabel = 2,050 dengan demikian, ternyata F hitung
= 1,5142 < F
tabel
= 2,050, maka H0 diterima. Artinya sampel berasal dari
populasi yang homogen. 2) Uji Homogenitas Motivasi Belajar dari Data Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Sampel postest eksperimen sebanyak 22 siswa (n1=22) diperoleh varian (s2)=4,8542. Kemudian sampel postest kelas kontrol sebanyak 22 orang (n2=22) diperoleh varian (s2)= 3,9122. Dengan taraf signifikansi α= 0.05, maka
Derajat kebebasan pembilang = n – 1 = 22 – 1 = 21, dan derajat kebebasan penyebut = n – 1 = 22 – 1 = 21 diperoleh F 0,05 (21, 21) = 2,050. Dari perhitungan diatas F hitung = 1,5396 dan F tabel = 2,050 dengan demikian dapat dijelaskan bahwa Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
110
F
hitung
= 1,5396 < F
tabel
= 2,050, maka H0 diterima. Artinya sampel berasal dari
populasi yang homogen. Berdasarkan pemaparan di atas, diketahui bahwa data sampel pretest dan postest homogen. Seluruh hasil uji homogenitas tersebut dipaparkan pada tabel berikut. Tabel 3.29 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Pretest dan Postest Motivasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol No.
Data
F hitung
F tabel
Kesimpulan
1. 2.
Pretest kelas eksperimen & kelas kontrol Postest kelas eksperimen dan kelas kontrol
1,5142 1,5396
2,050 2,050
Homogen Homogen
b. Uji Homogenitas Data Pretes dan Postest Hasil Belajar antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan uji normalitas yang sudah dilaksanakan diperoleh kesimpulan, data hasil belajar berdistribusi normal maka uji dilanjutkan dengan uji homogenitas menggunakan rumus varian besar dibagi dengan varian kecil. Hasil uji homogenitas dari data skor hasil belajar dijelaskan sebagai berikut. 1) Uji Homogenitas Data Pretest Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. Sampel pretes kelas eksperimen sebanyak 22 orang (n1=22) diperoleh varian (s2)=4,0442. Kemudian sampel pretes kelas kontrol sebanyak 22 orang (n2=22) diperoleh varian (s2)=2,5772. Dengan taraf signifikansi α= 0.05, maka,
Derajat kebebasan pembilang = n – 1 = 22 – 1 = 21, dan derajat kebebasan penyebut = n – 1 = 22 – 1 = 21 diperoleh F 0,05 (21,21) = 2,050 Dari perhitungan F hitung =
dan F tabel = 2,050
Dengan demikian, ternyata F
hitung
=
> F
tabel
= 2,050, maka H0
ditolak. Artinya sampel berasal dari populasi yang homogen.
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
111
2) Uji Homogenitas Data Postest Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Sampel postes kelas eksperimen sebanyak 22 orang (n1=22) diperoleh varian (s2)= 2,8572. Kemudian sampel postest kelas kontrol sebanyak 22 orang (n2=22) diperoleh varian (s2)= 2,7192. Dengan taraf signifikansi α= 0.05, maka,
Derajat kebebasan pembilang = n – 1 = 22 – 1 = 21, dan derajat kebebasan penyebut = n – 1 = 22 – 1 = 21 diperoleh F 0,05 (21, 21) = 2,050. Dari perhitungan F hitung = 1,1040 dan F tabel = 2,050 dengan demikian, ternyata F hitung = 1,1040 < F tabel
= 2,050 maka H0 diterima. Artinya sampel berasal dari populasi yang
homogen. Berdasarkan pemaparan di atas, diketahui bahwa data sampel pretest dan postest homogen. Seluruh hasil uji homogenitas tersebut dipaparkan pada tabel berikut. Tabel 3.30 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data pretest dan Postest Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol No. Data F hitung F tabel Kesimpulan Pretest kelas eksperimen & kelas Tidak 1. 2,050 kontrol Homogen Postest kelas eksperimen dan kelas 2. 2,050 Homogen kontrol 3. Uji Hipotesis Teknik statistik yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan sebuah perlakuan yang telah diberikan terhadap dua kelas yang berbeda, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, yaitu dengan menggunakan uji student (t) rata-rata tidak berpasangan (independen). Apabila sebaran data dalam penelitian berdistribusi normal dan homogen, kedua syarat tersebut terpenuhi, maka statistik parametrik yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut yaitu dengan uji student tetapi jika hanya syarat normalitasnya yang terpenuhi maka uji student dilanjutkan dengan uji student’.
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
112
Selanjutnya setelah melakukan uji hipotesis dengan uji student untuk mengetahui seberapa besar pengaruh atau mutu sebuah perlakuan yang telah diberikan, maka dapat dilihat pengaruh tersebut dari peningkatan nilai tes awal dan tes akhir. Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa data tes awal dan tes akhir berdistribusi normal. Maka uji student disajikan dalam pemaparan berikut. a.
Uji t Student Uji student (t) dua rata-rata sampel tidak berpasangan. Pengujian ini
dilakukan untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar dan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian ini dilakukan terhadap nilai rata-rata pada tes awal dan tes akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun langkah-langkah pengujian rumus uji t adalah sebagai berikut. 1) Karena dalam penelitian ini subjek yang diuji adalah kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka digunakan rumus uji-t dua sampel tidak berhubungan (independen) sebagai berikut. uji-t atau t tes t=
√∑
(
)
keterangan: Md
: mean dari perbedaan dan tes akhir rumus yang digunakan yaitu: Md =
∑
∑d
: jumlah keseluruhan nilai beda
Xd
: deviasi masing-masing subjek (d-Md)
∑ᵪ2 d
:jumlah kuadrat deviasi
N
: subjek pada sampel
2) Menentukan derajat kebebasan dk = n-1 3) Menentukan nilai t dari tabel statistik
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
113
Setelah melakukan perhitungan uji t, maka selanjutnya dibandingkan dengan nilai tabel dengan penarikan kesimpulan sebagai berikut : Jika t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima Apabila data berdistribusi normal dua-duanya dan tidak homogen maka lanjutkan ke uji student’. Langkah akhir dari pengolahan data, yaitu data gain yang berfungsi untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis laporan teks pengamatan dan kemampuan berpikir kreatif dengan menggunakan metode saintifik. Rumusan yang digunakan, yaitu:
( )
Keterangan Skor 1
: nilai prates
Skor 2
: nilai pascates
Skor ideal
: nilai ideal
Setelah hasil diketahui, peneliti menyimpulkan peningkatan kemampuan siswa dengan menggunakan kategori gain ternormalisasi ( )menurut Meltzer (2002: 132)
Berikut pasangan hipotesis dari masing-masing variabel untuk dilakukan pengujian dengan uji student (t) dan student (t’). Pasangan hipotesis motivasi belajar disajikan berikut: H0 : tidak terdapat perbedaan motivasi belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol H1:
terdapat perbedaan kemampuan motivasi belajar antara kelas eksperimen dan kelas dan kelas kontrol
Kriteria penerimaan hipotesis Statistik: H0 = µ1 = µ2
(rata-rata kelas eksperimen sama dengan rata-rata kelas kontrol)
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
114
H1 = µ1 ≠ µ2
(rata-rata kelas eksperimen tidak sama dengan rata-rata kelas
kontrol) Kriteria pengujian: Tolak H0 jika thitung> t tabel Terima H1 jika thitung> t tabel Pasangan hipotesis motivasi belajar disajikan berikut: H0 : tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol H1:
terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
Kriteria penerimaan hipotesis Statistik: H0 = µ1 = µ2 H1 = µ1 ≠ µ2 Kriteria pengujian: Tolak H0 jika thitung> t tabel Terima H1 jika thitung> t tabel 1) Uji Student Data Pretest Motivasi Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Tabel 3.31 Uji t Data Pretest Motivasi Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Independent Samples Test Levene's t-test for Equality of Means Test for Equality of Variances F Sig. t Df Sig. Mean Std. 95% Confidence (2Differe Error Interval of the tailed) nce Differen Difference ce Lower Upper
Pretest
Equal variances assumed Equal variances not assumed
,45 1
,505
,77 8
42
,441
1,050
1,350
-1,674
3,774
,79 1
41,9 95
,434
1,050
1,328
-1,631
3,731
Setelah dilakukan uji t sampel tidak berpasangan dengan menggunakan IBM SPSS 20.0 for windows, diperoleh t
hitung
= 0,778. Derajat kebebasan (n1+n2)-2 =
(22 + 22) – 2 = 42 dengan taraf signifikansi 95% maka t tabel (0,975) = 2,018. Dengan
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
115
demikian t
hitung
= 0,778 < t
tabel
= 2,018. Maka hipotesis H0 diterima dan H1
ditolak. Kesimpulan, tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata kemampuan awal antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol dalam motivasi belajar.. 2) Uji Student Data Postest Motivasi Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Tabel 3.32 Uji t Data Postest Motivasi Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Independent Samples Test Levene's t-test for Equality of Means Test for Equality of Variances F Sig. T df Sig. Mean Std. 95% Confidence (2- Differe Error Interval of the taile nce Differen Difference d) ce Lower Upper
Postest
Equal variances assumed Equal variances not assumed
,78 7
,380
2,29 0
42
,027
3,045
1,330
,362
5,729
2,29 0
40,1 79
,027
3,045
1,330
,359
5,732
Setelah dilakukan uji t sampel tidak berpasangan dengan menggunakan IBM SPSS 20.0 for windows, diperoleh t
hitung
= 2,290. Derajat kebebasan (n1+n2)-2 =
(22 + 22) – 2 = 42 dengan taraf signifikansi 95% maka t tabel(0,975) = 2,018. Dengan demikian t hitung = 2, 290 > t tabel (0,975) = 2,018. H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya, terdapat perbedaan nilai rata-rata hasil akhir antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol dalam kemampuan hasil belajar. Berdasarkan pemaparan di atas, dari uji t data pretest diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata motivasi belajar antara siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Kemudian dari uji t data postest, diketahui bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata motivasi antara siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hasil uji student disajikan dalam tabel berikut.
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
116
Tabel 3.33 Rangkuman Hasil Uji t-t’ Data Pretest dan Postest Motivasi Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol No. Data t hitung ttabel Kesimpulan Pretest kelas eksperimen dan Tidak terdapat 1. 0,778 2,018 kelas kontrol perbedaan Postest kelas eksperimen dan 2. 2,290 2,018 Terdapat perbedaan kelas kontrol 3) Uji Student Data Pretest Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Tabel 3.34 Uji t Pretest Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Independent Samples Test Levene's t-test for Equality of Means Test for Equality of Variances F Sig. T Df Sig. Mean Std. 95% (2Differe Error Confidence tailed) nce Differe Interval of the nce Difference Lower Upper
Pretest
Equal variances assumed Equal variances not assumed
3,34 7
,074
2,00 1
42
,052
2,045
1,022
-,018
4,109
2,00 1
35,6 43
,053
2,045
1,022
-,029
4,120
Setelah dilakukan uji t sampel tidak berpasangan dengan menggunakan IBM SPSS 20.0 for windows, diperoleh t
hitung
= 2,001. Derajat kebebasan (n1+n2)-2 =
(22 + 22) – 2 = 42 dengan taraf signifikansi 95% maka t tabel (0,975) = 2,018. Dengan demikian t
hitung
= 2,001 < t
tabel
= 2,018. Maka hipotesis H0 diterima dan H1
ditolak. Kesimpulannya, tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata kemampuan awal antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol dalam hasil belajar.
4) Uji Student Data Postest Hasil Belajar Kelas Eksperimendan Kelas Kontrol Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
117
Tabel 3.35 Uji t Data Postest hasil belajar kelas eksperimen dan kontrol Independent Samples Test Levene's t-test for Equality of Means Test for Equality of Variances F Sig. t Df Sig. Mean Std. 95% (2Differe Error Confidence tailed) nce Differe Interval of the nce Difference Lower Upper
Postest
Equal variances assumed Equal variances not assumed
,054
,817
7,89 1
42
,000
6,636
,841
4,939
8,333
7,89 1
41,8 97
,000
6,636
,841
4,939
8,334
Setelah dilakukan uji t sampel tidak berpasangan dengan menggunakan IBM SPSS 20.0 for windows, diperoleh t hitung = 7,891. Derajat kebebasan (n1+n2)-2 = (22+ 22) – 2 = 42 dengan taraf signifikansi 95% maka t
tabel(0,975)
= 2,018. Dengan demikian t
hitung
= 7,891 > t
tabel (0,975)
=
2,018. H0 ditolak. Karena data berasal distribusi normal tetapi tidak homogen Uji student data postest hasil belajar dilanjutkan dengan uji student’ (t’), harga t tabel pengujian dua sisi α = 0,05 diperoleh t tabel (0,995)
tabel
= 2,698. Dengan pengujian dua sisi t
hitung
= 7,891 t
= 2,698, dari hasil perbandingan nilai kritis terjadi penolakan H0.
Kesimpulannya, terdapat perbedaan nilai rata-rata kemampuan akhir antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol dalam hasil belajar. Berdasarkan pemaparan di atas, dari uji t data pretes diketahui bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata hasil belajar antara siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Kemudian dari uji t data postes, diketahui bahwa juga terdapat perbedaan nilai rata-rata hasil belajar antara siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hasil uji student disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 3.36 Rangkuman Hasil Uji t-t’ Data Pretest dan Postest Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
118
No. 1. 2.
4.
Data t hitung t-t’tabel Pretest kelas eksperimen dan 2,001 2,018 kelas kontrol Postest kelas eksperimen dan 7,891 2,698 kelas kontrol
Kesimpulan Tidak terdapat perbedaan Terdapat perbedaan
Analisi N-Gain Motivasi dan Hasil Belajar Hasil penghitungan N-Gain angket motivasi belajar dan hasil belajar akan di
jelaskan bpada tabel di bawah ini. Tabel 3.37 N-Gain Motivasi Belajar Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol Kode No
Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
K - 01 K - 02 K - 03 K - 04 K - 05 K - 06 K - 07 K - 08 K - 09 K - 10 K - 11 K - 12 K - 13 K - 14 K - 15 K - 16 K - 17 K - 18 K - 19 K - 20 K - 21 K - 22 Jumlah
Rata-rata
Kelas Kontrol
Kode
Kelas Ekperimen
Motivasi Belajar
Siswa
Motivasi Belajar
Pretest 66 57 65 60 65 61 57 60 64 62 60 60 63 61 69 72 75 67 73 65 65 65 1412
Posttest 80 75 77 77 79 79 77 78 84 84 87 77 86 75 75 83 79 77 84 85 76 76 1750
N-Gain 0,47 0,46 0,39 0,47 0,45 0,51 0,51 0,50 0,63 0,65 0,75 0,47 0,70 0,40 0,22 0,46 0,19 0,34 0,48 0,65 0,35 0,35 10,41
Kreteria Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang --
E - 01 E - 02 E - 03 E - 04 E - 05 E - 06 E - 07 E - 08 E - 09 E - 10 E - 11 E - 12 E - 13 E - 14 E - 15 E - 16 E - 17 E - 18 E - 19 E - 20 E - 21 E - 22 Jumlah
Pretest 71 67 63 73 62 67 68 63 65 60 64 64 75 68 64 62 60 63 67 65 70 66 1447
Posttest 93 86 86 81 81 82 85 89 85 85 76 76 86 78 84 86 77 81 78 87 82 73 1817
N Gain 0,88 0,66 0,70 0,35 0,56 0,52 0,61 0,79 0,65 0,69 0,38 0,38 0,52 0,36 0,63 0,71 0,47 0,55 0,38 0,71 0,46 0,23 12,15
Kreteria Tinggi Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Rendah --
64
80
0,47
Sedang
Rerata
66
83
0,55
Sedang
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa pada saat pretest kelas kontrol
diperoleh nilai rata-rata 66. Kemudian setelah dilakukan posttest perolehan skor rata-rata motivasi meningkat menjadi 79, dengan rata-rata N-gain sebesar 0,47. Selanjutnya Pretest di kelas Eksperimen menunjukkan perolehan nilai rata-rata 66, kemudian setelah dilakukan posttes perolehan nilai meningkat menjadi 83. Hal ini Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
119
menunjukkan ada peningkatan terhadap motivasi dengan rata-rata N-Gain sebesar 0,55. Dari tabel di atas sudah dijelaskan tentang perolehan skor dari setiap kelas untuk menguji angket motivasi yang sudah dianalisis. Secara umum tentunya terdapat perbedaan peningkatan motivasi belajar siswa yang melalui penggunaan pembelajaran dengan PBL dengan siswa yang tidak mengikuti pembelajaran PBL. Perbedaan tersebut dapat terlihat dari rata-rata N-Gain pada setiap kelas tersebut. Rata-rata N-Gain pada kelas kontrol sebesar 0,47 dan itu rata-rata N-Gain pada kelas eksperimen adalah 0,55. Dari kedua rata-rata N-Gain tersebut terlihat bahwa terdapat perbedaan peningkatan motivasi belajar siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pengaruh hasil belajar dengan pembelajaran PBL dapat dilihat dari hasil pretest dan posttest siswa di kelas kontrol dan pretest dan posttest di kelas eksperimen. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut: Tabel 3.38 N-Gain Hasil Belajar Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol Kode No
Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
K - 01 K - 02 K - 03 K - 04 K - 05 K - 06 K - 07 K - 08 K - 09 K - 10 K - 11 K - 12 K - 13 K - 14 K - 15 K - 16 K - 17 K - 18 K - 19 K - 20 K - 21 K - 22 Jumlah Rerata
Kelas Kontrol
Kode
Kelas Ekperimen
Hasil Belajar
Siswa
Hasil Belajar
Pretest 15 10 12 13 14 14 12 8 14 12 11 7 11 13 10 9 15 7 14 8 10 14 253
Posttest 16 15 17 16 11 12 12 11 14 12 12 11 16 13 16 15 15 6 11 10 11 10 282
N-Gain 0,10 0,33 0,38 0,25 -0,27 -0,18 0,00 0,18 0,00 0,00 0,07 0,22 0,36 0,00 0,40 0,38 0,00 -0,06 -0,27 0,12 0,07 -0,36 1,71
Kreteria Rendah Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah --
E - 01 E - 02 E - 03 E - 04 E - 05 E - 06 E - 07 E - 08 E - 09 E - 10 E - 11 E - 12 E - 13 E - 14 E - 15 E - 16 E - 17 E - 18 E - 19 E - 20 E - 21 E - 22 Jumlah
Pretest 15 14 15 22 8 16 12 10 11 17 8 14 12 15 21 9 19 15 13 8 9 15 298
Posttest 24 20 18 21 16 20 19 19 18 19 17 17 20 22 21 21 23 21 17 11 21 23 428
N Gain 0,90 0,55 0,30 -0,33 0,47 0,44 0,54 0,60 0,50 0,25 0,53 0,27 0,62 0,70 0,00 0,75 0,67 0,60 0,33 0,18 0,75 0,80 10,41
Kreteria Tinggi Sedang Rendah Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Rendah Sedang Sedang Rendah Tinggi Sedang Sedang Sedang Rendah Tinggi Tinggi --
12
13
0,08
Rendah
Rerata
13,5
19,5
0,47
Sedang
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
120
Pada Tabel 3.38 dapat dilihat bahwa pada saat pretest di kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata sebesar 12. Kemudian setelah dilakukan posttest perolehan meningkat menjadi 13. Hal ini terjadi peningkatan rata-rata N-Gain sebesar 0,08. Selanjutnya pretest di kelas eksperimen hasil belajar menunjukkan perolehan nilai rata-rata sebesar 13,5. Kemudian setelah dilakukan posttest perolehan nilai meningkat menjadi 19,5. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan terhadap pembelajaran dengan rata-rata N-Gain sebesar 0,47. Untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran PBL dapat dilihat dengan membandingkan hasil belajar siswa, N-Gain pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dari perbandingan antara kelas kontrol dan kelas ekperimen diperoleh nilai rata-rata yaitu N-Gain pada kelas eksperimen sebesar 0,47 sedangkan kelas kontrol 0,08, dapat disimpulkan N-Gain kelas eksperimen lebih besar dari N-Gain kelas kontrol. Pemerataan perolehan skor dihitung dengan membandingkan variansi nilai antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dari data di atas rata-rata N-Gain motivasi siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan motivasi di kelas kontrol. Salah satu penyebabnya, karena guru yang memberikan materi pembelajaran di kelas eksperimen menggunakan pembelajaran PBL. Hasil belajarpun memiliki hal yang sama dengan motivasi, dari data di atas telah dipaparkan hasil perhitungan tentang rata-rata N-Gain hasil belajar di kelas kontrol sebesar 0,08 sedangkan di kelas eksperimen diperoleh rata-rata N-Gain sebesar 0,47. Dari rata-rata yang diperoleh oleh kedua kelas tersebut sudahlah jelas bahwa kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata yang unggul daripada di kelas kontrol. Penyebabnya adalah sama halnya dengan apa yang telah dijelaskan pada
perhitungan
motivasi,
bahwa
penggunaan
pembelajaran
PBL
mempengaruhui hasil belajar siswa. Setelah penerapan pembelajaran diberikan pada dua kelas, terdapat adanya peningkatan nilai rata-rata, akan tetapi peningkatan nilai rata-rata pada kelas eksperimen lebih besar jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini membuktikan
bahwa
dengan
menggunakan
pembelajaran
PBL,
dapat
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
121
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan pembelajaran PBL pada materi IPS dengan pokok bahasan sumber daya alam di sekolah dasar dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Selain itu, pemerataan tingkat motivasi dan hasil belajar lebih merata dengan penerapan pembelajaran PBL dibandingkan pembelajaran biasa.
Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
122
I.
Alur Penelitain Identifikasi Masalah
Penyusunan Instrumen
Uji Coba Instrumen
Analisis Uji Coba Instrumen
Perbaikan Instrumen berdasarkan Analisis Uji Coba Instrumen
Kelas Ekperimen
Aktivitas Pembelajaran dengan metode PBL
Tes Awal
Observasi Pelaksanaan Pembelajaran
Kelas Kontrol
Aktivitas Pembelajaran Konvensional
Tes Akhir
Wawancara dan angket motivasi tentang pembelajaran kontekstual metode PBL
Hasil dan pembahasan
Laporan penelitian
Gambar 3.1 Alur Penelitian Dwi Sulistyowarni, 2014 Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Problem Based Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu