BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMAK Ign Slamet Riyadi Bojonegoro. Penelitian dilakukan di tempat tersebut dengan pertimbangan temuan dugaan miskonsepsi.
2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan mulai bulan Juni 2014 sampai bulan Juli 2015. Pelaksanaan penelitian terdiri atas tiga tahapan kegiatan, yaitu: a. Tahap Persiapan Meliputi : Penyusunan proposal, pengumpulan informasi tentang tipe-tipe kesulitan
belajar
pada
konsep
induksi
elektromagnetik
dari
miskonsepsi yang sudah pernah ditemukan dalam penelitian sebelumnya dan cara mengatasinya, pembuatan instrumen pengumpul data berupa tes diagnostik konsep induksi elektromagnetik yang nantinya akan digunakan sebelum maupun setelah pembelajaran, pembuatan rencana pembelajaran dengan animasi simulasi komputer dan demonstrasi, serta pembuatan media pembelajaran yang berupa animasi simulasi komputer konsep induksi elektromagnetik. b. Tahap Pelaksanaan Meliputi : Semua kegiatan penelitian yang berlangsung di lapangan, antara lain: uji coba instrumen dan pelaksanaan pengambilan data. c. Tahap Penyelesaian Meliputi : Analisis data dan penyusunan laporan penelitian.
B. Model Pengembangan Dalam pengembangan ini, peneliti mengacu model pengembangan (Research and Development) menurut Borg dan Gall (1983) dalam Tim Puslitjaknov (2008: 10) yang terdiri atas langkah-langkah: 1) penelitian pendahuluan, 2) perencanaan, 3) pengembangan jenis/bentuk produk awal, 4) uji coba lapangan tahap awal, 5) revisi
44
45
produk utama, 6) uji coba lapangan utama, 7) revisi produk operasional, 8) uji lapangan operasional, 9) revisi produk akhir, dan 10) desiminasi dan implementasi. Prosedur penelitian pengembangan menurut Borg dan Gall dapat dilakukan dengan lebih sederhana (Tim Puslitjaknov, 2008: 11). Penyederhanaan ini melibatkan lima langkah utama, yaitu: 1) analisis produk, 2) pengembangan produk awal, 3) validasi ahli dan revisi, 4) uji coba lapangan skala kecil dan revisi, 5) uji coba lapangan skala besar dan produk akhir.
C. Prosedur Pengembangan Media Pembelajaran Prosedur penelitian pengembangan akan memaparkan prosedur yang ditempuh oleh peneliti atau pengembang dalam membuat produk. Prosedur pengembangan berbeda dengan model pengembangan dalam memaparkan komponen rancangan produk yang dikembangkan. Dalam prosedur, peneliti menyebutkan sifat-sifat komponen pada setiap tahapan dalam pengembangan, menjelaskan secara analitis fungsi komponen dalam setiap tahapan pengembangan produk, dan menjelaskan hubungan antar komponen dalam sistem. Untuk memperoleh media pembelajaran berupa animasi simulasi komputer konsep induksi elektromagnetik yang memenuhi unsur kriteria baik, menarik, efektif, dan mampu mereduksi miskonsepsi siswa, maka dilakukan penelitian pengembangan (Research and Development) dengan menggunakan langkah-langkah yang masih umum dan akan dijabarkan menjadi lebih jelas sehingga diperoleh alur penelitian seperti pada gambar 3.1.
46
Mulai
1. Analisis Kebutuhan
2. Pengembangan Produk Awal
3. Validasi Ahli Materi
3. Validasi Ahli Media
Tidak
Tidak Revisi
Memenuhi kriteria baik Ya 4. Uji Coba Skala Kecil dan Revisi
5. Uji Coba Skala Besar
Selesai
Gambar 3.1. Bagan alur prosedur pengembangan media pembelajaran
Revisi
47
Berikut ini secara lebih terperinci langkah-langkah pengembangan media pembelajaran animasi simulasi komputer konsep induksi elektromagnetik: 1. Analisis Kebutuhan Tahap
awal
sebelum
melakukan
penelitian
pengembangan
adalah
mengidentifikasi masalah di SMAK Ign Slamet Riyadi yang akan dijadikan tempat penelitian, sehingga akan diperoleh temuan-temuan masalah. Metode wawancara analisis kebutuhan terhadap guru fisika dilakukan pada tahapan ini dengan tujuan agar diperoleh informasi yang berkaitan dengan keadaan guru dan sekolah dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran khususnya terkait dengan miskonsepsi yang dialami siswa. 2. Pengumpulan Data Media animasi simulasi komputer yang akan dikembangkan terlebih dahulu dikaji, baik dari segi materi, perangkat media, maupun penggunaan media. Isi dari materi maupun isi yang akan disampaikan dalam media pembelajaran harus relevan dan sesuai dengan kisi-kisi miskonsepsi induksi elektromagnetik. Konsep yang dipilih dalam penelitian ini adalah induksi elektromagnetik. Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data-data yang berkaitan erat dengan konsep-konsep dalam induksi elektromagnetik yang sering ataupun berkemungkinan terjadi miskonsepsi berdasarkan studi literatur dan jurnal. 3. Pembuatan Desain Media Pada tahapan ini, peneliti membuat spesifikasi secara rinci media yang akan dibuat dari media pembelajaran yang akan dikembangkan. Desain (rancangan) yang baik dan terencana akan mempermudah pembuatan media selanjutnya. Semua komponen dalam media yang dikembangkan didesain dalam bentuk naskah yang didiskusikan dengan tim ahli yang menguasai pengembangan bahan ajar yaitu ahli materi dan ahli media. Hasil revisi/masukan digunakan sebagai acuan dalam tahap pengembangan media. Desain media yang dirancang dalam bentuk naskah kemudian dikembangkan yang terdiri dari objek-objek yang akan digunakan dalam pembuatan media pembelajaran seperti narasi, teks, gambar dan animasi menggunakan software yang telah ditentukan.
48
4. Pembuatan Media Dalam mengembangkan media pembelajaran berupa animasi simulasi komputer konsep induksi elektromagnetik, secara umum dirancang objek-objek yang akan digunakan dalam media pembelajaran seperti teks, animasi, gambar, video, dan simulasi. Tahapan perakitan objek yang telah dibuat dengan melakukan pengabungan animasi, teks, suara, dan grafis menjadi suatu keselarasan dalam tampilan maupun suara yang disesuaikan dengan naskah. Tahapan perakitan dilakukan dengan melakukan pemrograman terhadap susunan objek berdasarkan desain yang telah dirancang. Unsur kelayakan isi/materi terwakili dari naskah. Pembuatan tampilan animasi simulasi komputer harus dibuat berdasarkan naskah yang telah dirancang sebelumnya dengan matang. Pembuatan animasi simulasi komputer yang disajikan harus disusun sebaik mungkin sehingga mudah dalam penggunaannya, dimengerti oleh pengguna dan mampu mereduksi miskonsepsi yang dialami pengguna. Ini merupakan bagian dari penilaian yang menentukan baik tidaknya media yang dibuat sehingga menentukan kelayakan media yang dibuat. Tahap selanjutnya adalah penyajian animasi simulasi komputer yang dikemas dalam bentuk software suatu program dan disajikan mengunakan komputer atau laptop. 5. Pengujian Pada tahapan ini akan dilakukan validasi terhadap animasi simulasi komputer konsep induksi elektromagnetik, yang terdiri atas dua tahapan validasi yaitu: a. Uji coba di atas meja Dalam uji coba ini, media yang telah dibuat, divalidasi oleh ahli materi fisika dan ahli media pembelajaran. Ahli di sini adalah dosen fisika yang berkompeten di bidangnya. Ahli diminta mengisi angket penilaian dan memberikan komentar, kritik serta saran untuk perbaikan produk. b. Uji produk Uji coba produk yaitu pada siswa SMAK Ign Slamet Riyadi yang mengalami miskonsepsi. 6. Revisi Revisi dilakukan pada ahli materi dan ahli media ketika pengembangan media yang dibuat masih terdapat kekurangan. Setelah ahli materi dan ahli media memberi persetujuan bahwa media yang dibuat memiliki kriteria baik, kemudian produk diuji
49
cobakan pada siswa. Dari uji coba terhadap siswa ini, akan diperoleh masukan dan kemudian dilakukan revisi untuk menyempurnakan produk. Jika dirasa tidak perlu, maka pengembangan produk dinyatakan selesai.
D. Uji Coba 1.
Desain Uji Coba
Desain uji coba yang akan dilakukan sebagai berikut: Validasi Ahli Media
Validasi Ahli Materi
Media Memenuhi Kriteria Baik Siswa Revisi Produk Akhir Gambar 3.2. Alur desain uji coba animasi simulasi komputer Setelah mendapat validasi dari ahli materi dan ahli media maka dilakukan revisi sampai para ahli menyatakan media sudah layak (baik) untuk dilanjutkan ke tahap uji coba. Selanjutnya media dapat diujicobakan kepada siswa yang mengalami miskonsepsi sebagai pengguna utama dengan tahapan sebagai berikut: a. Uji Coba Perorangan Uji coba perorangan melibatkan 2 orang siswa yang mengalami miskonsepsi konsep induksi elektromagnetik. Kedua siswa diberikan animasi simulasi komputer yang disertai demonstrasi kemudian diminta mengisi angket untuk mengetahui kelayakan media pembelajaran. Dalam pemilihan sampel siswa tersebut tidak ada kriteria khusus hal ini sesuai dengan metode penelitian pengembangan dari Tim Puslitjaknov.
50
b. Uji Coba Kelompok Kecil Uji coba kelompok kecil dengan kelompok kecil yang terdiri atas 10 siswa yang mengalami miskonsepsi induksi elektromagnetik. Uji coba dilakukan dengan cara menampilkan animasi simulasi komputer konsep induksi elektromagnetik yang disertai demonstrasi pada responden, meminta responden mencoba sendiri animasi simulasi komputer konsep induksi elektromagnetik tersebut, serta meminta responden mengisi angket tanggapan terhadap animasi simulasi komputer konsep induksi elektromagnetik. Berdasarkan hasil angket, animasi simulasi komputer konsep induksi elektromagnetik tersebut kemudian dievaluasi dan direvisi. c. Uji Coba Kelompok Besar Uji coba kelompok besar dilakukan di SMAK Ign Slamet Riyadi dengan lebih dari 10 siswa yang mengalami miskonsepsi induksi elektromagnetik. Tes diagnostik awal diberikan sebelum uji coba produk dilakukan. Uji coba dilakukan dengan cara menampilkan animasi simulasi komputer konsep induksi elektromagnetik yang disertai demonstrasi pada responden, meminta responden mencoba sendiri animasi simulasi komputer konsep induksi elektromagnetik tersebut, meminta responden mengisi angket tanggapan terhadap animasi simulasi komputer konsep induksi elektromagnetik, setelah itu dilakukan tes diagnostik akhir. Berdasarkan hasil angket, animasi simulasi komputer konsep induksi elektromagnetik tersebut kemudian dievaluasi dan direvisi. 2.
Subjek Coba
Subjek coba dalam penelitian ini yaitu siswa kelas XII SMAK Ign Slamet Riyadi yang mengalami miskonsepsi induksi elektromagnetik. Konsep yang menjadi
bahan pengembangan adalah induksi elektromagnetik. Dengan adanya media yang dibuat diharapkan dapat memberikan manfaat dalam proses pembelajaran, khususnya dalam mereduksi miskonsepsi yang dialami siswa. 3.
Jenis Data
Data yang dikumpulkan dari hasil angket ahli media, ahli materi, guru dan siswa yang merupakan data kualitatif, sedangkan data hasil tes diagnostik merupakan data kuantitatif.
51
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil penyebaran angket kepada para ahli yang menguasai materi fisika, ahli dalam bidang media pembelajaran, dan siswa di SMAK Ign Slamet Riyadi. Hasil angket dan wawancara ini digunakan untuk menentukan bahwa media yang dibuat telah memenuhi kriteria baik. Sumber data lainnya adalah hasil tes diagnostik siswa baik sebelum maupun setelah pembelajaran. Pengumpulan materi pembelajaran tentang induksi elektromagnetik dilakukan dengan cara mengkoleksi naskah-naskah bahan ajar dan dari sumber lain yaitu internet, sedangkan pedoman pembuatan media menggunakan software Macromedia Flash yang diambil dari buku-buku panduan yang ada. 2. Teknik Pengambilan Data Teknik pengambilan data digunakan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yang kemudian dianalisis. Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan cara: a.
Teknik Wawancara Wawancara dilakukan terhadap guru SMAK Ign Slamet Riyadi untuk
memperoleh informasi yang berkaitan dengan keadaan guru dan sekolah dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran khususnya terkait dengan miskonsepsi yang dialami siswa. b.
Teknik Dokumentasi Suharsimi Arikunto (2002: 206) menyatakan bahwa “Metode dokumentasi
adalah metode untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya”. Teknik dokumentasi dilakukan selama tahap penelitian dari tahap analisis kebutuhan hingga produk selesai dikembangkan. c.
Teknik Tes Suharsimi Arikunto (2002: 198) menyatakan bahwa “Tes adalah serentetan
pernyataan atau latihan ataupun alat lainyang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Teknik tes pada penelitian ini adalah tes identifikasi miskonsepsi yang
52
berbentuk tes diagnostik miskonsepsi mengenai konsep induksi elektromagnetik berbentuk tes objektif beralasan. Tes dilakukan sebelum dan sesudah pelaksanaan pengajaran menggunakan media animasi simulasi komputer dan demonstrasi. d.
Teknik Angket (Kuesioner) Tehnik Angket (Kuesioner) merupakan bentuk lain dari teknik non tes.
Sehingga angket untuk ahli materi, ahli media, dan siswa akan berbeda. Secara umum, ada dua jenis kuesioner yaitu kuesioner tertutup dan terbuka. Dalam pengembangan media pembelajaran ini menggunakan kuesioner tertutup, di mana kuesioner yang telah disediakan alternatif jawabannya sehingga responden tinggal memilih yang sesuai dengan keadaan dirinya. Bentuk dari kuesionernya adalah check list. Responden tinggal membubuhkan tanda contreng (√) pada kolom yang sesuai. Hasil dari kuesioner/angket sebagai pertimbangan dalam merevisi yang pada akhirnya sebagai hasil dari pengembangan media animasi simulasi komputer konsep induksi elektromagnetik. Kegunaan kuesioner tertutup dalam pengembangan media ini adalah untuk mengetahui apakah media pembelajaran yang dibuat telah memenuhi kriteria baik berdasarkan ahli materi, ahli media sebagai validator media pembelajaran animasi simulasi komputer konsep induksi elektromagnetik, serta validasi dari siswa sebagai objek penelitian. 3. Instrumen Pengambilan Data Instrumen dalam penelitian ini: 1. Tes diagnostik Dalam penelitian ini, tes diagnostik yang digunakan adalah tes tertulis berbentuk pilihan ganda dengan alasan dan skala CRI (Certainty of Response Index). 2. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menggunakan animasi simulasi komputer dan demonstrasi. 3. Lembar kegiatan siswa (LKS) sebagai salah satu pemandu siswa saat pembelajaran. 4. Angket tanggapan Angket tanggapan berisi daftar pernyataan yang harus ditanggapi oleh responden sendiri dengan memilih alternatif jawaban yang sudah ada. 5. Media pembelajaran yang berupa animasi simulasi komputer yang akan digunakan dalam pembelajaran konsep induksi elektromagnetik.
53
F. Teknik Analisa Data 1. Analisis Pengembangan Media Animasi Simulasi Komputer Penentuan kriteria penilaian terhadap media pembelajaran yang telah dikembangkan dilakukan berdasarkan kriteria seperti yang digunakan oleh Sugiyono (2010: 141) berdasarkan angket rating scale. Teknik analisis data dilakukan dengan langkah: a) Angket yang telah diisi responden, diperiksa kelengkapan jawabannya, kemudian disusun sesuai dengan kode responden. b) Mengkuantitatifkan jawaban setiap pertanyaan dengan memberikan skor sesuai dengan bobot yang telah ditentukan sebelumnya. c) Mentabulasikan data. d) Menghitung prosentase kelayakan dari komponen angket dengan persamaan: (3.1) Persamaan 3.1 menunjuk bahwa prosentase kelayakan (
) ditentukan oleh jumlah
skor komponen hasil penelitian (S) dan jumlah skor maksimum (N). e) Dari prosentase yang telah diperoleh kemudian ditransformasikan ke dalam interval seperti pada tabel 3.1 agar pembacaan hasil penelitian menjadi mudah karena data akan diubah menjadi data kualitatif. Tabel 3.1. Interval kriteria penilaian No
Interval
Kriteria
1.
100%
Sangat Baik
2.
75% ≤ skor ˂ 99%
Baik
3.
50% ≤ skor ˂ 74%
Cukup
4.
25% ≤ skor ˂ 49%
Kurang baik
5.
0% ≤ skor ˂ 24%
Sangat tidak baik/sesuai (Sugiyono, 2010: 144)
2. Analisis Miskonsepsi Induksi Elektromagnetik Analisis data secara interaktif dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
54
a. Reduksi data Pada tahap reduksi data terjadi proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatancatatan tertulis di lapangan. Menitikberatkan pada bentuk penggolongan dengan membuang data yang tidak perlu dan mengorganisasikan data untuk disimpulkan dan verifikasi. Bagayoko, dkk (1999) mengenalkan metode yang sederhana untuk membedakan siswa yang sudah memiliki pengetahuan konsep yang benar, kurang pengetahuan konsep/asal menjawab (a lack of knowledge) dan yang miskonsepsi. Untuk menjaring jawaban yang tidak atau kurang menggunakan konsep/pengetahuan (a lack of knowledge) dari miskonsepsi maka untuk setiap item soal, siswa diminta untuk mengisi skala CRI (Certainty of Response Index) di tempat yang disediakan dengan enam skala, yaitu: 1. jawaban “totally guessed answer” / keseluruhan hanya menerka / asal tebak (skala 0) 2. jawaban “almost a guess” / hampir menerka (skala 1) 3. jawaban “not sure” / tidak yakin (skala 2) 4. jawaban “sure” / yakin (skala 3) 5. jawaban “almost certain” / hampir pasti (skala 4) 6. jawaban “certain” / pasti (skala 5)
Aliefman Hakim, dkk (2012) mengungkapkan bahwa CRI termodifikasi dapat digunakan untuk mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi pada siswa, sekaligus membedakannya dengan tidak tahu konsep. Tabel 3.2 menunjukkan hubungan jawaban dan alasan yang diberikan responden, serta derajat kepastian dalam menjawab setiap pertanyaan. Terdapat delapan hubungan antara jawaban, alasan dan nilai CRI yang mana masing-masing memiliki deskripsi berbeda.
55
Tabel 3.2. Hubungan CRI termodifikasi untuk masing-masing jawaban Jawaban
Alasan
Nilai CRI
Deskripsi
Benar
Benar
> 2.5
Memahami konsep dengan baik
Benar
< 2.5
Memahami konsep tetapi tidak yakin dengan jawaban yang diberikan
Salah
Salah
> 2.5
Miskonsepsi
Salah
< 2.5
Tidak tahu konsep
Benar
> 2.5
Miskonsepsi
Benar
< 2.5
Tidak tahu konsep
Salah
> 2.5
Miskonsepsi
Salah
< 2.5
Tidak tahu konsep
(Aliefman Hakim dkk, 2012: 549)
b. Penyajian data Data yang telah direduksi, disajikan dalam bentuk tabel sehingga mempermudah dalam melakukan analisa data, penarikan kesimpulan, dan pengambilan tindakan.
c. Penarikan kesimpulan Data tentang kesalahan konsep yang dialami dideskripsikan, untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai salah konsep induksi elektromagnetik yang dimiliki siswa sebagai responden, serta bagaimana meluruskan dan bagaimana perubahannya setelah melalui pembelajaran menggunakan animasi simulasi komputer dan demonstrasi. Data yang diperoleh melalui tes tertulis sebelum dan sesudah pembelajaran dianalisa secara deskriptif.