BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada SMK Negeri 9 Bandung yang berlokasi di Jl.Sukarno-Hatta KM.10 Bandung. SMK Negeri 9 Bandung ini merupakan SMK Pariwisata yang memiliki bidang keahlian Tata Kecantikan Kulit, dimana terdapat pembelajaran perawatan wajah berjerawat dengan teknologi yang dipelajari pada kelas XI. Perawatan wajah berjerawat dengan teknologi ini merupakan pembelajaran yang akan dibuat multimedianya pada skripsi ini, dengan teknologi yang dimaksud adalah beauty instruments.
B. Validator dan Penguji Multimedia Tutorial Validator dalam penelitian ini terdiri dari ahli media untuk mengetahui kelayakan media pembelajaran, dan ahli materi pembelajaran perawatan kulit wajah bermasalah dengan teknologi. Ahli media yang dijadikan validator merupakan dosen UPI prodi Pendidikan Tata Busana yang memahami media dan tata kecantikan, sehingga mampu untuk menilai kesesuaian dan efektivitas fungsi pada multimedia yang dibuat dengan pembelajaran yang terdapat di dalamnya. Ahli materi yang dijadikan validator merupakan guru bidang studi perawatan wajah berjerawat dengan teknologi sehingga materi multimedia sesuai dengan materi pembelajaran dan pengajar di lembaga pelatihan kerja (LPK) sekaligus pemilik salon yang mempelajari penggunaan dan kegunaan beauty instruments sehingga pembelajaran pada multimedia dapat sesuai dengan penggunaan beauty instruments di salon. Uji coba penggunaan multimedia tutorial dilakukan oleh guru yang mengajar bidang keahlian Tata Kecantikan Kulit sebagai pengguna multimedia, untuk mengetahui kepraktisan dan kemudahan dalam menggunakan multimedia tutorial perawatan wajah berjerawat dengan beauty instruments.
Sholihat Devana, 2016 PENGEMBANGAN MULTIMEDIA TUTORIAL PERAWATAN WAJAH BERJERAWAT DENGAN BEAUTY INSTRUMENTS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
62
63
C. Metode Penelitian Metode penelitian yang menggunakan metode penelitian deskriptif. Ada beberapa jenis penelitian yang dikatagorikan sebagai penelitian deskriftif, diantaranya penelitian survey (survey studies), studi kasus (case studies), penelitian perkembangan (developmental studies), penelitian tindak lanjut (followup studies), analisis dokumen (documentary analisis), dan penelitian korelasional (correlation studies) (Arikunto, S. 2009, hlm.18). Jenis penelitian deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian perkembangan (developmental studies),
lebih
tepatnya
research
and
development
(penelitian
dan
pengembangan). Penelitian perkembangan ini difokuskan pada pembuatan multimedia pembelajaran pada mata pelajaran perawatan kulit wajah bermasalah dengan teknologi, khususnya pembelajaran perawatan wajah berjerawat dengan beauty instruments. Produk yang dibuat dalam penelitian ini berupa compact disk interaktif yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna multimedia. Prosedur pembuatan multimedia ini menggunakan Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation (ADDIE). Terdapat lima tahapan dalam prosedur penyusunan media yang dikembangkan oleh Dick and Carry pada model pengembangan ADDIE (Mulyaningsih, 2011, hlm.184). Kelima tahapan tersebut antara lain: 1. Tahap Analisis Tahapan ini merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh peserta didik, yaitu melakukan analisis kompetensi, analisis materi, dan analisis instruksional. 2. Tahap Perencanaan Tahapan ini meliputi penyusunan kerangka bahan, penentuan sistematis, perencanaan alat evaluasi serta komponen-komponen yang akan dimuat dalam media tersebut, termasuk grafis dan animasi serta skenario. 3. Tahap Pengembangan dan Produksi Tahap ini adalah proses mewujudkan blue-print alias desain multimedia menjadi kenyataan, penelitian ini fokus pada tahapan ini adalah pembuatan compact disk interaktif. Pada tahap ini pula dilakukan uji validasi untuk menilai kelayakan multimedia sebelum diproduksi. Sholihat Devana, 2016 PENGEMBANGAN MULTIMEDIA TUTORIAL PERAWATAN WAJAH BERJERAWAT DENGAN BEAUTY INSTRUMENTS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
64
4. Tahap Uji Coba Tahap ini adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang sedang dibuat dengan uji coba skala kecil, dilakukan oleh pengguna multimedia untuk menilai mulitimedia yang telah dibuat. 5. Tahap Evaluasi Tahap ini merupakan proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Evaluasi pada compact disk interaktif dimaksudkan untuk menilai kelayakan multimedia untuk digunakan.
D. Instrumen Pengumpulan Data Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah: 1. Storyline Storyline merupakan gagasan utama yang dibuat seperti alur cerita dalam multimedia. Storyline terdiri dari ringkasan gagasan berupa narasi yang berisi tentang isi dari multimedia yang dibuat dan beberapa gambar untuk keperluan narasi. 2. Storyboard Storyboard merupakan rangkaian adegan dalam multimedia secara kronologis yang menggambarkan secara global visualisasi yang akan tampak pada program. Storyboard memuat unsur-unsur teks, visual, audio, juga istilah-istilah yang terdapat dalam multimedia. 3. Validitas Validitas merupakan suatu tindakan yang membuktikan bahwa suatu proses atau metode dapat memberikan hasil yang konsisten sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan terdokumentasi dengan baik. Hasil pembuatan multimedia tutorial dalam penelitian ini akan divalidasi oleh ahli materi pembelajaran dan ahli media. 4. Angket
Sholihat Devana, 2016 PENGEMBANGAN MULTIMEDIA TUTORIAL PERAWATAN WAJAH BERJERAWAT DENGAN BEAUTY INSTRUMENTS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
65
Angket merupakan instrument yang dibuat untuk pengguna multimedia, agar dapat mengetahui efektifitas dan kemudahan dalam mengoperasikan multimedia. E. Langkah-langkah Penelitian Adapun langkah-langkah penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Tahap Analisis, meliputi : a. Analisis kompetensi, dilakukan dengan wawancara kepada guru yang mengajar pelajaran perawatan kulit wajah bermasalah dengan teknologi, khususnya mengenai proses pembelajaran pada pelajaran perawatan wajah berjerawat dengan beauty instruments. b. Analisis materi, dilakukan penyesuaian pembelajaran penggunaan beauty instruments dengan kesamaan dalam buku manual, dimana materi disusun sesuai dengan kegunaan setiap alat. Materi disesuaikan pula dengan tahap demontrasi perawatan kulit wajah berjerawat dengan beauty instruments. c. Analisis instruksional, adalah penjabaran dari buku manual beauty instruments dan buku pelajaran perawatan kulit wajah bermasalah dengan teknologi menjadi indikator pembelajaran, khusunya pembelajaran penggunaan beauty instruments pada pelajaran perawatan kulit wajah berjerawat dengan teknologi. 2. Tahap Perencanaan, meliputi: a. Penyusunan kerangka bahan secara sistematis alur penyajian materi dalam bentuk compact disk interaktif dapat disajikan sebagai berikut: intro, home, kompetensi, materi, latihan praktek, dan kredit. b. Penentuan sistematika/urutan penyajian materi didasarkan pada penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan menjadi indikator-indikator. Storyboard diambil dari sumber-sumber yang relevan berisi naskah materi, ilustrasi, visualisasi, dan bahan animasi yang akan digunakan. c. Perencanaan alat evaluasi berupa lembar validasi dan angket. Lembar validasi yang akan dievaluasi oleh ahli media dan ahli materi dan angket yang akan dievaluasi oleh pengguna multimedia berupa jenis angket/checklist. 3. Tahap Pengembangan dan Produksi, meliputi:
Sholihat Devana, 2016 PENGEMBANGAN MULTIMEDIA TUTORIAL PERAWATAN WAJAH BERJERAWAT DENGAN BEAUTY INSTRUMENTS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
66
Pengembangan media menjadi multimedia yang dibuat berupa produk compact disk interaktif. Pembuatan produk disesuaikan dengan perancanaan pembuatan produk berupa storyline yang diperjelas dengan story board. Pada tahap ini dilakukan pula uji validasi untuk mengetahui kelayakan dari multimedia yang telah dibuat. Catatan dari validator dijadikan tambahan dalam merevisi multimedia yang telah dibuat sehingga sesuai dengan kebutuhan pengguna multimedia. 4. Tahap Uji Coba, meliputi : Tahap ini dilakukan uji coba penggunaan multimedia tutorial untuk mengetahui efektivitas dan kemudahan dalam mengoperasikan multimedia tutorial. 5. Tahap Evaluasi, meliputi : Tahap ini dilakukan untuk penilaian multimedia melalui validasi yang dilakukan oleh ahli materi dan ahli media sehingga multimedia dapat direvisi sesuai hasil validasi. Masukan dari validator multimedia dijadikan ajuan dalam merevisi multimedia tutorial.
F. Analisis dan Interpretasi Data Analisis dan interprestasi data disesuaikan dengan tahapan-tahapan penelitian yang telah dipaparkan pada metode penelitian, yaitu: a. Tahap analisis, digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada. b. Tahap perencanaan,
produk tersebut
didesain
sesuai dengan
materi
pembelajaran tentang beauty instruments. Dibuat pula storyline dari alur penyajian materi. c. Tahap pengembangan dan produksi, dilakukan pembuatan multimedia yang mengaju pada storyline dan diperjelas dengan storyboard kemudian dimasukkan ke dalam compact disk sehingga menjadi produk. Multimedia yang dapat dipublikasikan adalah multimedia yang telah divalidasi untuk kemudian diketahui kelayakannya melalui lembar validasi. Kriteria kelayakan multimedia dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3.1 Kriteria Kelayakan Sholihat Devana, 2016 PENGEMBANGAN MULTIMEDIA TUTORIAL PERAWATAN WAJAH BERJERAWAT DENGAN BEAUTY INSTRUMENTS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
67
Rentang Skor
Keterangan
Makna
75% – 100%
Baik
Layak Digunakan
50%– 74,99%
Cukup Baik
Digunakan
25%– 49,99%
Kurang Baik
Diganti
0%– 24,99%
Tidak Baik
Diganti
(Arikunto, 1998:246) Apabila multimedia yang telah divalidasi mencapai rentan skor 75%-100%, maka multimedia tersebut tergolong kategori baik yang berarti multimedia sangat layak atau valid sehingga multimedia dapat digunakan. Apabila multimedia yang telah divalidasi mencapai rentan skor 50%-74,99%, maka multimedia tersebut tergolong kategori cukup baik yang berarti multimedia layak atau valid sehingga multimedia dapat digunakan namun dengan sedikit perbaikan. Apabila multimedia yang telah divalidasi mencapai rentan skor 25%-49,99%, maka multimedia tersebut tergolong kategori kurang baik yang berarti multimedia sangat tidak layak atau valid sehingga multimedia diganti. Apabila multimedia yang telah divalidasi mencapai rentan skor 0%-24,99%, maka multimedia tersebut tergolong kategori tidak baik yang berarti multimedia sangat tidak layak atau valid sehingga multimedia tidak dapat digunakan atau harus diganti. d. Tahap uji coba, compact disk interaktif tersebut diujikan kepada pengguna multimedia
untuk
mengetahui
efektivitas
dan
kemudahan
dalam
mengoperasikan multimedia tutorial yang telah dibuat. e. Tahap Evaluasi, dilakukan pengolahan data hasil validasi oleh ahli media dan ahli materi untuk kemudian dijadikan acuan dalam merevisi multimedia. Revisi dilakukan untuk memperbaiki dan menyempurnakan produk. Rumus untuk mengolah data vadilasi adalah sebagai berikut: (Sudjana, 1990:44) Keterangan : P
: Persentase hasil keseluruhan evaluasi subyek validasi
ΣX
: Jumlah keseluruhan subjek uji coba dalam keseluruhan aspek
ΣXi
:
Jumlah keseluruhan skor maksimal subjek uji coba dalam keseluruhan
Sholihat Devana, 2016 PENGEMBANGAN MULTIMEDIA TUTORIAL PERAWATAN WAJAH BERJERAWAT DENGAN BEAUTY INSTRUMENTS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
68
aspek penilaian 100% : Konstanta
Sholihat Devana, 2016 PENGEMBANGAN MULTIMEDIA TUTORIAL PERAWATAN WAJAH BERJERAWAT DENGAN BEAUTY INSTRUMENTS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu