ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sekitar kawasan muara Kali Lamong, perbatasan Surabaya- Gresik. Tahapan penelitian pendahuluan dilakukan pada bulan Oktober- November 2011, sementara penelitian lanjutan dilakukan sepanjang Bulan Februari- Mei 2012.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan selama penelitian ini adalah meteran, anemometer, sling psychrometric, hand refracto salinometer, GPS, binokular Canon 8x25, monokular, buku panduan pengamatan Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan (MacKinnon et al., 2010) dan Waterbird of Asia (Bhushan et al., 1993), catatan dan alat tulis, jam tangan, hand counter, dan Kamera DSLR Canon 550D dengan Canon tele lens 75-300 mm. Sedangkan bahan penelitian adalah burung-burung yang berada di kawasan Kali Lamong.
3.3. Prosedur Kerja 3.3.1 Penentuan lokasi stasiun dan inventarisasi jenis burung Stasiun penelitian ditentukan melalui pengamatan pendahuluan berdasarkan perbedaan fungsi lahan yang tampak dalam citra satelit udara oleh aplikasi Google Earth lalu dilanjutkan dengan observasi langsung ke lokasi penelitian.
22 Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
23
Pengamatan tersebut lantas ditindak lanjuti dengan pengamatan lanjutan yang berisi kegiatan penentuan posisi stasiun berdasarkan perbedaan pemanfaatan lahan dan inventarisasi burung. Melalui observasi di lapangan, didapat 12 koordinat stasiun hasil penandaan dengan GPS seperti dalam Tabel 3.1 berikut. Sementara peta lokasi pengamatan dapat dilihat pada Gambar 3.6. Tabel 3.1 Tabel koordinat 12 stasiun pengamatan. Koordinat dibawah ini ditentukan dari hasil obeservasi lapangan selama pengamatan berdasarkan tipe pemanfaatan lahan. Stasiun I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII
Koordinat o
o
S 07 11. 38,32” E 112 38.11,01”
Pemanfaatan Lahan Permukiman
o
o
Perindustrian
o
o
Perindustrian
o
o
Permukiman
o
o
Lahan Kosong
o
o
Lahan Kosong
o
o
Pertambakan
o
o
Perindustrian
o
o
Pertambakan
o
o
Pertambakan
o
o
Hutan Mangrove
o
o
Hutan Mangrove
S 07 11. 69,0” E 112 38.70,5” S 07 11. 58,4” E 112 38.47,3” S 07 11. 69,0” E 112 38.70,5” S 07 11. 63,5” E 112 38.75,5” S 07 11. 72,2” E 112 38.76,1” S 07 11. 67,6” E 112 39.14,7” S 07 11. 63,5” E 112 38.75,5” S 07 11. 64,1” E 112 39.48,7” S 07 11. 80,4” E 112 39.82,5” S 07 11. 76,1” E 112 39.85,7” S 07 11. 83,2” E 112 40.00,4”
Pengamatan lanjutan dilakukan seminggu sekali. Jenis-jenis burung dan jenis vegetasi yang dijumpai selama penelitian dicatat dalam tabel Lampiran II. Denah zonasi pemanfaatan lahan di kawasan Kali Lamong dapat dilihat pada Gambar 3.7.
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
24
1 km Gambar 3.6 Peta lokasi penelitian. Estimasi panjang jalur pengamatan 3,21km (Anonim, 2009), (Anonim, 2011). I= titik awal pengamatan, XII= titik akhir pengamatan. N Kali Lamong
Jalur kereta api
2 1
Laut
8 3
5 4
7
11
9 12
6 10 Jalan raya
Gambar 3.7 Denah zonasi tipe pemanfaatan lahan di kawasan muara Kali Lamong. Angka 1-12 menunjukkan letak stasiun pengamatan di setia perbedaan pemanfaatan lahan dari aplikasi Google Earth. Digambar berdasar citra satelit Google Earth (29 September 2011).
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
25
Keterangan zonasi Gambar 3.7: Kawasan permukiman
Kawasan lahan kosong
Kawasan pertambakan
Kawasan hutan mangrove
Kawasan perindustrian
Kawasan di luar area pengamatan
3.3.2. Inventarisasi vegetasi Invetarisasi vegetasi dimaksudkan untuk mencatat jenis vegetasi dominan yang berada di sekitar stasiun pengamatan. Jenis tersebut dicatat dalam lembar pengamatan dengan format seperti yang tertera pada Lampiran V. 3.3.3. Pengukuran parameter fisik lingkungan Setiap stasiun dicatat faktor fisik yang teramati, meliputi: lebar dan panjang sungai, temperatur udara, kelembapan udara, salinitas air, kecepatan angin, pasang surut air laut, dan kondisi astronomis. Pengukuran panjang dan lebar sungai menggunakan citra satelit Google Earth. Temperatur dan kelembapan diukur menggunakan sling psychrometric yang diputar selama satu menit kemudian dipadankan dengan data milik BMKG Stamer II Perak, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Kadar salinitas air diukur menggunakan hand refracto salinometer dengan cara meneteskan sampel air sungai yang diletakkan pada objek salinometer. Skala yang terbaca pada alat adalah nilai satuan salinitas dalam permil. Kecepatan angin diukur dengan anemometer kemudian dipadankan dengan data milik BMKG Stamer II Perak,
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
26
Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Data-data yang dikumpulkan diatas digunakan sebagai data pendukung pengamatan. 3.3.4. Prosedur pengamatan Identifikasi jenis burung menggunakan metode point count dengan berjalan kaki dan naik perahu. Buku panduan pengamatan lapangan yang digunakan adalah Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan (MacKinnon et al., 2010) dan Waterbird of Asia (Bhushan et al., 1993). Pengamatan meliputi ciri morfologi (bentuk dan warna tubuh, paruh, kaki, dan bulu) burung yang diamati. Lokasi perjumpaan dengan burung, nama burung, jumlah burung teramati, aktifitas burung, waktu perjumpaan, beserta vegetasi yang berada di stasiun tersebut dicatat dalam tabel seperti pada Lampiran V.
3.4 Analisis Data 3.4.1 Menentukan indeks keanekaragaman Soegianto (1994) menyatakan, jika data kelimpahan jenis diambil secara acak dari suatu komunitas atau subkomunitas, maka penghitungan keanekaragaman jenis yang tepat adalah dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon (Shannon-Wiener). Menurut Romimohtarto dan Juwana (2001), indeks keanekaragaman (diversity index) digunakan untuk mengetahui keanekaragaman hayati biota yang diteliti. Apabila nilai indeks ini semakin tinggi, maka komunitas biota semakin beragam dan tidak di dominasi oleh satu atau dua takson saja. Berikut adalah
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
27
rumus untuk mengetahui indeks keanekaragaman berdasarkan Romimohtarto dan Juwana (2001), H’= -∑ (pi. lnpi) H’
= indeks keanekaragaman Shannon,
pi
= ni/N, perbandingan antara jumlah individu spesies ke-i dengan jumlah total individu,
ni
= jumlah suatu jenis,
N
= jumlah seluruh jenis yang ada dalam contoh.
Tingkat keanekaragaman dianalisis berdasarkan kriteria Lee et al., (1978) dalam Arisandi (1999), yaitu: Sangat Tinggi H> 3,0 Tinggi jika H> 2,0 Sedang jika 1,6
D jenis X =
D
Skripsi
Jumlah individu jenis X Jumlah unit contoh/ luas/ volume
= densitas (kepadatan)
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
28
3.4.3 Menentukan indeks kesamaan Toth dan Kiss (1999) dalam Nurdini (2010) menggunakan indeks Renkonen untuk mengetahui besar kesamaan antar dua stasiun pengamatan yang dibandingkan. Dengan indeks ini dapat diketahui besar kesamaan jenis penyusun dua komunitas. R= ∑ min (pi.qi)
Skripsi
R
= indeks Renkonen,
p dan q
= habitat dari spesies i.
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik