114
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Judul penelitian ini adalah: “Sanggar ‘Kampung Seni & Wisata Manglayang’ sebagai wahana pendidikan seni di Kabupaten Bandung” (Studi kasus pembelajaran tematik dengan model terpadu berbasis seni pada peserta didik tingkat usia awal). Penelitian ini menggunakan pendekatan gabungan antara pendekatan kualitatif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Bryman (1988) dalam Julia Brannen (2005:37) bahwa metode kualitatif adalah sebagai fasilitator penelitian kuantitatif; metode kuantitatif adalah sebagai fasilitator penelitian kualitatif, kedua pendekatan diberi tekanan yang setara. Menurut Julia Brannen (2005:70) penelitian kuantitatif dan kualitatif merepresentasikan pendekatan berbeda. Masing-masing pendekatan terkait dengan metode pengumpulan data tertentu. Hakekat penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis model pembelajaran seni yang menerapkan pembelajaran tematis dan terpadu di sanggar seni tersebut. Paparan kualitatif dalam penelitian ini terkait dengan observasi partisipatoris yang dilakukan oleh peneliti dalam mengamati fenomena sanggar, wawancara resmi dan terstruktur yang dilakukan kepada para informan. Sebagai informan primer yakni Kawi dan Ria sebagai pempinan dan pengelola sanggar, para anggota diklat sebagai pelaksana pengelolaan kegiatan sanggar Kampung Seni dan para peserta didik serta para warga belajar yang aktif dalam kegiatan di sanggar tersebut. Fokus observasi
115
yakni pada pengembangan dan pengelolaan sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang. Paparan penelitian kuantitatif dalam penelitian ini yakni terkait dengan teknikteknik survey seperti wawancara terstruktur dengan pelaksana kegiatan pembelajaran seni di sanggar tersebut, kuesioner yang tersusun, ekperimen, observasi terstruktur, analisis isi, dan analisis statistik. Dalam penelitian ini teknik survey difokuskan dalam pelaksanaan model pembelajaran tematis dan terpadu yang diimplementasikan kepada para peserta didik tingkat usia awal sebagai warga belajar yang berkunjung di sanggar tersebut. Menurut Bryman. 1988 dalam (Julia Brannen, 2005:85) fakta kuantitatif dapat membantu menyederhanakan fakta ketika seringkali tidak ada kemungkinan menggeneralisasi (dalam arti statistik) temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian kualitatif. Berdasarkan pandangan tersebut maka makna penggabungan penelitian kualittaif dan kuantitatif dalam penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran umum terhadap hasil penelitian terkait dengan pemetaan bentuk model sanggar seni dan terhadap hasil pembelajaran seni di sanggar Kampung Seni. Penelitian kualitatif dilaksanakan sebagai pendahuluan dari penelitian kuantitatif. Kerja penelitian kualitatif digunakan dalam fase pengumpulan data yakni mengenai kondisi objektif sanggar Kampung Seni, dan pengelolaan pembelajarannya. Tujuan penelitian ini yakni tahap pertama
(kualittaif) peneliti mendeskripsikan
elemen dasar perwujudan bentuk model sanggar seni sebagai wahana pendidikan seni dan mendeskripsikan elemen dasar pembelajarannya. Kemudian ditindaklanjuti oleh
116
tahap ke dua (kuantitatif) yakni menguji efektivitas pembelajaran seni tematis dengan pendekatan terpadu berbasis seni yang diterapkan kepada peserta didik usia tingkat awal. Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan menggunakan daftar pertanyaan semi terstruktur berlandaskan konsep-konsep dan ukuran empiris terhadap keberadaan sanggar seni tersebut. Data hasil wawancara kemudian diklasifikasi berdasarkan catatan hasil wawancara dan rekaman dan menggolongkan pernyataan hasil wawancara menurut kategori konseptual yang difahami dan menyalin komentar yang relevan terutama terfokus pada pelaksanaan pengembangan sanggar dan pembelajaran seni di sanggar tersebut. Secara fenomenologi peneliti serta berusaha memahami perilaku para informan dari segi kerangka berfikir maupun bertindak dilapangan kaitannya dengan kegiatan sanggar dan proses kegiatan pembelajaran seni. Melalui analisisnya kelak dapat dimunculkan fakta-fakta yang dapat memberikan pengertian yang mendalam mengenai bentuk model sanggar seni dan pembelajaran seni di sanggar seni tersebut. Secara kualitatif hal itu sesuai dengan pendapat Nasution (1998: 9) bahwa karakteristik dari penelitian deskriptif analitik yang menggunakan pendekatan kualitatif, adalah: (a) data langsung diambil dari setting alami, (b) penentuan sampel dilakukan secara purposif; (c) peneliti sebagai instrumen pokok; (d) lebih menekankan pada proses daripada hasil, sehingga bersifat deskriptif analitik; (e) analisis data secara induktif; (f) mengutamakan makna di balik data. Menurut Bryman. 1988 dalam (Julia Brannen, 2005:117) bahwa pendekatan
117
kualitatif: mengarah pada pemahaman yang lebih luas tentang makna dan konteks tingkah laku dan proses yang terjadi dari faktor-faktor yang berhubungan. Menelaah berbagai persepsi dari partisipan pada situasi yang sama dan memungkinkan peneliti meneliti sejarah personal dan faktor-faktor yang berkembang. Data-data hasil pembelajaran yang dipraktekan dalam penelitian ini belum dianggap berstatus mandiri dan perlu dikuantifikasi guna membuktikan efektivitas hasil pembelajaran yang dikembangkan, mengamati ketepatan dan melihat akurasinya yang diwujudkan dalam bentuk angka. Metode kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menguji hipotesis yang dilepaskan oleh survey kualitatif terutama terkait dengan proses pembelajaran tematis dengan model terpadu berbasis seni yang diaplikasikan pada peserta didik sebagai warga belajar pada usia tingkat awal. Data hasil statistik bermanfaat membantu peneliti untuk memutuskan sampel tentang pembelajaran di sanggar seni yang memiliki kriteria representative khususnya model pembelajaran tematik dan terpadu.
B. Teknik Pengumpulan Data Proses pengumpulan data secara kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik sebagai berikut: a. Observasi Observasi yakni sebuah kegiatan penelitian guna memperoleh data dari berbagai sumber yang dapat dilihat dan didengar secara langsung. Peneliti berperan serta secara interaksi sosial dengan subjek yang diteliti, bahkan peneliti berperan
118
sebagai instrumen penelitian yang bekerja sebagai alat pengumpul data. Peneliti melakukan interaksi sosial dalam melaksanakan observasi dengan para pelaku kegiatan di sanggar Kampung Seni dan mengamati kegiatannya antara lain dalam pengembangan sanggar dan praktek pembelajaran seni yang dilaksanakan oleh sanggar. b. Wawancara Data-data yang diperoleh melalui kegiatan pengamatan masih membutuhkan penjelasan-penjelasan, baik dari pihak pimpinan sanggar (Kawi dan Ria), para pendukung atau aktivis sanggar (pengurus dan seniman), masyarakat sekitar sanggar (masyarakat yang mengetahui dan turut aktif dalam kegiatan sanggar), dan stake holder yang terkait dengan kegiatan sanggar (dinas P&K, dinas PLS Kabupaten Bandung, para siswa dan guru, para ahli seni dan para ahli pendidikan seni). Tujuan wawancara yang dilakukan dengan Kawi dan Ria, antara lain untuk memperoleh informasi mengenai ragam kegiatan sanggar dan ide pengembangan sanggar. Kawi dan Ria berperan sebagai sumber utama atau sumber primer. Kemudian wawancara dilakukan dengan sumber ke dua atau sumber skunder yakni: tokoh seni dan pakar seni seperti dilakukan dengan: Iyus Rusliana, Abah Awi, Mas Nana Munajat, Ujang Setiadi, Dedi Sundara, Dindin Rasyidin, dan Tardi Ruswandi yang mengetahui kegiatan sanggar. Informasi mengenai kegiatan dan pembinaan sanggar dilakukan dengan praktisi pengurus sanggar yang disebut anggota diklat serta dengan seniman yang aktif dalam kegiatan di sanggar seni tersebut.
119
Sumber skunder lainnya yakni wawancara dengan pihak instansi pemerintah yakni: Amas Efendi selaku kepala seksi
Dinas PLS Kabupaten Bandung, guna
memperoleh informasi mengenai sanggar sebagai wahana pembelajaran seni masyarakat. Wawancara juga dilakukan dengan Iwan Gunawan, Kasi Pembinaan dan Pelatihan Pariwisata Propinsi Jawa Barat guna memperoleh informasi mengenai jumlah dan aktivitas sanggar seni yang merupakan binaan Dinas Pariwisata. Sumber lainnya yang diwawancara yakni dengan para pelaku kunjungan di sanggar seni yakni para pembimbing dan warga belajar guna memperoleh kesan dan pesan kunjungan pembelajaran seni di sanggar tersebut. Upaya ini penting guna memberikan stimulus terhadap pengelolaan sanggar seni. c. Studi Dokumentasi Sesuai dengan pengertiannya dokumentasi adalah sekumpulan data-data tertulis, lisan, dan melalui audio-video. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tape, foto, atau film dalam bentuk CD atau VCD tentang situasi sanggar Kampung Seni dan situasi pembelajaran serta saat wawancara. Data foto dan audio visual mengenai situasi sanggar dan proses pembelajaran seni bermanfaat dalam mewakili dan memperjelas objek pengamatan serta untuk memberi sesuatu kejelasan mengenai proses kegiatan di sanggar tersebut. Sumber data lainnya adalah data tertulis berasal dari buku litelatur yang memuat hal-hal sesuai tema penelitian, berupa sumber ilmiah: buku, arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi yang memuat tema mengenai kegiatan pengembangan sanggar, dan konsep pembelajaran tematik. Data-data tersebut digunakan untuk
120
membedah dan menganalisis data dan dalam mengerahkan argumentasi hasil atau temuan peneliti. Studi dokumentasi juga dilakukan sejak sebelum penelitian dimulai yang bermanfaat sebagai perbandingan antara data yang diperoleh dengan data yang ada sebelumnya. d. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematik catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti. Menurut Moleong (1995) pengolahan data kualitatif dilakukan melalui tiga alur yaitu: (1) reduksi data; (2) penyajian atau display data; (3) verifikasi atau penarikan kesimpulan. Analisis dilanjutkan dengan berupaya mencari makna (meaning) kemudian hasil analisis diambil kesimpulan sesuai rancangan dan disiplin yang menjadi landasan penelitian untuk memunculkan teori substantive. Hasil dari kerja analisis ini pada akhirnya mengarah pada penyusunan grounded theory. Menurut Muhadjir (2000:143), grounded theory tujuannya adalah untuk menemukan atau mengembangkan rumusan teori atau konseptualisasi teoretik berdasar data-data. Hasil analisis kelak disajikan sebagai temuan penelitian yang kemudian dirumuskan sebagai teori baru terkait dengan bentuk model sanggar seni yang mengembangkan pembelajaran seni tematik dan terpadu di sanggar seni yang selama ini belum terkonsepsikan secara keilmuan. e. Pengujian Kredibilitas Data Pada model naturalistik ini analisis data ditujukan untuk memperoleh data yang credible atau kreadibilitas data. Kredibilitas merupakan ukuran tentang
121
ketepatan
hasil
penelitian
yang
dilakukan
agar
dapat
dipercaya
dengan
menggambarkan kesesuaian konsep peneliti dengan konsep pada informan kaitannya dengan konteks pengembangan sanggar Kampung Seni dan tentang penerapan pembelajaran yang dilaksanakannya. Untuk mempertinggi tingkat kredibilitas data kualitatif dilakukan antara lain triangulasi data, dengan tujuan untuk me-ricek data. Peneliti melakukan triangulasi sesuai masalah yang diteliti mengenai pengembangan sanggar seni dan pengembangan model tematik yang berasal dari berbagai sumber (sumber tertulis, wawancara, dokumen). Pada penelitian ini triangulasi dilakukan pada tahap akhir penyajian hasil penelitian. Kredibilitas data diuji untuk mengatasi kemungkinan bias atas hasil penelitian agar penelitian ini bermutu dan hasilnya terpercaya. Untuk mendapatkan hasil yang akurat mengenai efektivitas pembelajaran dan melihat seberapa besar pengaruh penerapan
pembelajaran
pembelajarannya,
maka
tematik dilakukan
dan
terpadu
pengukuran
dan
terhadap
keberhasilan
keberhasilannya
berdasarkan
pengamatan terhadap praktek pembelajaran yang telah dilakukan dengan cara sederhana (chek list) dan mengamati perbedaannya. Agar hasil penelitian ini bermakna sehingga dapat membantu mengatasi masalah dan meningkatkan efektivitas model pembelajaran yang diterapkan, maka peneliti melakukan pengujian dan membuat komparasi untuk memberikan informasi tentang perbedaannya antara hubungan variable satu dengan gejala lain melalui eksperimen. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan model pembelajaran dengan menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.
122
Kemudian menguji hipotesis penelitian untuk mendapatkan data yang akurat berdasarkan fenomena yang empiris dan dapat diukur untuk menguji validitas model pembelajaran yang diimplementasikan. Dalam penelitian ini model pembelajaran seni di sanggar tersebut dipandang sebagai sebuah teks yang perlu dianalisis sebagai sebuah keilmuan. Untuk melihat efektivitas model pembelajaran tematik dan terpadu peneliti mengaplikasikan desain eksperimen semu dalam bentuk one group pretest-posttest design.
Menurut
Sugiyono
(2008:74)
desain
ini
dilakukan
dengan
cara
membandingkan keadaan sebelum dan sesudah memakai model pembelajaran terpadu (before–after) dengan membandingkan system pembelajaran pada kelompok pembelajar yakni peserta didik yang sebelumnya belum dikenai perlakuan dengan setelah dikenai perlakuan menggunakan system baru yakni penerapan pembelajaran tematik model terpadu. Proses pengumpulan data secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik berdasarkan konsep Arikunto, dkk (1992) sebagai berikut: 1. Untuk melaksanakan eksperimen peneliti membuat desain penelitian sebagai alat dalam penelitian untuk menentukan berhasil atau tidaknya penelitian yang sedang dilakukan, melakukan proses penentuan instrumen pengambilan data, penentuan sample, koleksi data dan analisanya guna membuktikan validitas yang tinggi dari hasil ekperimen yang dilakukan khususnya terkait dengan proses pembelajaran tematik pada peserta didik usia rendah berbasis seni. Peneliti melakukan identifikasi skala pengukuran yang akan digunakan untuk mengukur variable
123
yang diteliti sesuai dengan jenis data yang ada. Skala pengukuran yang digunakan yakni berdasarkan skala Guilford guna melihat tinggi rendahnya pengaruh eksperimen pembelajaran tematik dan terpadu. Peneliti menyiapkan kuesioner untuk pengambilan data hasil pembelajaran dalam bentuk pertanyaan tertutup. Analisa statistik digunakan untuk membantu peneliti mengetahui makna hubungan antar variable yakni pembelajaran seni tari, musik dan kerajinan, menghitung besarnya hubungan antar variable pembelajaran tersebut, dan untuk memprediksi pengaruh variable bebas yakni pembelajaran seni tari, musik, dan kerajinan terhadap variable tergantung yakni kemampuan peserta didik dalam pembelajaran seni, serta untuk melihat besarnya pesentase atau rata-rata besarnya suatu variable yang diukur. Untuk melihat kemungkinan besarnya jumlah data, maka peneliti menggunakan bantuan komputer untuk melakukan analisa data dan pengelohan data melalui program SPSS. Menurut Creswell (2010:183) secara khusus tujuan penelitian metode campuran dua tahap ini disebut sebagai metode campuran sekuensial dua-tahap. Tujuan penelitian dengan metode campuran ini adalah untuk memetakan bentuk model sanggar seni yang efektif. Tahap pertama adalah eksplorasi kualitatif terhadap sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang dengan mengumpulkan data berdasarkan observasi dan informasi/wawancara dengan partisipan di sanggar tersebut. Penemuan-penemuan dari tahap kualitatif ini kemudian digunakan untuk menguji bentuk model pembelajaran sanggar seni yang efektif dengan penerapan
124
pendekatan tematik terhadap warga belajar pada usia dini/usia tingkat rendah yang bekunjung di sanggar tersebut. Alasan didahulukannya pengumpulan data kualitatif disebabkan belum terujinya hasil pembelajaran seni dengan pendekatan tematik dengan model terpadu yang efektif dikembangkan di sanggar tersebut. Menurut Sudjana. D (2006:124) metode eksperimen digunakan untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan berkaitan dengan efektivitas program. Dalam hal ini peneliti ingin membuktikan bahwa temuan dalam penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan dan pemecahan masalah dilapangan. Efektivitas program memerlukan data kuantitatif untuk melihat seberapa jauh keberhasilan program yang diaplikasikan. Data kuantitatif dalam evaluasi program pendidikan luar sekolah antara lain diperoleh melalui metode ekperimen semu. Data dianalisis secara induktif yakni dengan mendeskripsikan fakta dilapangan digabungkan menjadi informasi, kemudian disusun menjadi generalisasi, selanjutnya menjadi konsep, prinsip-prinsip dan teori. Selanjutnya dijelaskan Sudjana D (2006:217-218) bahwa analisis data menggunakan
bantuan statistik. Data yang dikuantifikasikan yaitu data yang
berbentuk angka-angka dan bilangan. Sedangkan analisis non statistik digunakan untuk data kualitatif yang bukan dalam bentuk angka. Namun demikian bukan berarti bahwa evaluasi dengan menggunakan pendekatan kualitatif menolak data atau analisis kuantitatif. Hasil analisis kelak bertujuan membangun teori mengenai sanggar seni yang menjadi pusat kegiatan pariwisata pendidikan seni. Selanjutnya analisis harus dapat
125
menampakan kesimpulan sesuai rancangan dan ditransformasikan sesuai disiplin yang menjadi landasan penelitian untuk memunculkan teori substantive yang mengarah pada penyusunan grounded theory. Peneitian ini mengandung sifat penelitian studi kasus. Menurut Anderson (1975:46) dalam Sudjana. D (2006:156-161) yang dimaksud dengan studi kasus adalah sebagai kajian analitis dan deskriptif secara mendalam dan rinci tentang suatu program yang diselenggarakan oleh perorangan dalam konteks lingkungan tertentu. Karakteristik studi kasus menurut Sudjana. D (2006:157) yakni berikut ini. (1) Mendeskripsikan subjek penelitian, (2) mencermati kasus secara mendalam dengan menekankan pendekatan longitudilal selama kurun waktu tertentu, (3) berkaitan dengan upaya pemecahan masalah, (4) mengkaji unit sampel kecil; dengan berbagai variable dan kondisi yang lebih luas.
Sifat studi kasus dalam penelitian ini yakni: 1) mendeskripsikan kegiatan sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang sebagai wahana pendidikan seni, 2) mencermati kasus secara mendalam dalam kurun waktu 12 bulan, 3) tujuan penelitian ini adalah turut membantu mengatasi masalah praktek pembelajaran seni yang dikembangkan terhadap para peserta didik yang mengunjungi sanggar tersebut, 4) mengkaji unit sampel kecil yakni sampel pembelajaran seni tematik dan terpadu berbasis seni dengan berbagai variabelnya secara khusus terhadap hasil pembelajaran tematik dan penyelenggaraan program di sanggar tersebut. Kesimpulan hasil penelitiannya kelak tidak berlaku pada objek penelitian lainnya. Alwasilah (2007; 105) menyatakan bahwa peneliti kualitatif memilih metode studi kasus karena metode inilah yang lebih mudah diadaptasikan dengan realitas
126
yang beragam dan saling berinteraksi. Temuan emuan hasil penelitian ini pun tidak dapat dijadikan generalisasi pada sanggar sang lain, melainkan khusus untuk sanggar “Kampung Seni & Wisata Manglayang”. Manglayang” Strategi penelitian metode campuran dalam penelitian ini yakni berdasar pada strategi eksplanatoris sekuensial sebagai berikut.
kualitatif (pengumpulan data)
kualitatif (analisis data)
kuantitatif (pengumpulan data
interpretasi keseluruhan analisis
kuantitatif (analisis data)
Bagan 3.1: Strategi S eksplanatoris sekuensial
Langkah-langkah langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah: 1. Melakukan stu studi pendahuluan, yaitu melalui kajian jian kepustakaan, serta mengamati kegiatan sanggar Kampung Seni sebagai penyelenggara satuan Pendidikan Luar Sekolah, serta men mengamati gamati penyelenggaraan pembelajaran pada beberapa sanggar lainnya di lapangan. 2. Mengembangkan desain penelitian disertasi berdasarkan kerangka penelitian pada tahap awal. 3. Mengembangkan instrument penelitian. 4. Mengembangkan model konseptual pengelolaan pembelajaran terpadu dalam pariwisata pendidikan seni. Penyusunan model konseptual ini diperkirakan dapat diimplementasikan dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sanggar
Kampung
Seni.
Langkah-langkah
yang ng
ditempuh
dalam
127
mengembangkan model konseptual adalah: a. Mengolah dan mendeskripsikan temuan studi pendahuluan yang merupakan data dasar kajian empirik yang berhubungan dengan penyelenggaraan pembelajaran di sanggar Kampung Seni. b. Menelaah berbagai laporan penyelenggaraan pembelajaran di sanggar Kampung Seni sebagai rujukan untuk menyusun model konseptual. c. Mengkaji berbagai teori dan konsep yang akan dijadikan acuan dalam pengembangan model, sebagai kerangka berfikir penulis. d. Menusun draf model konseptual dan mendiskusikannya dengan praktisi tentang model konseptual yang akan dikembangkan di Kampung Seni. e. Merefisi draft model konseptual berdasarkan masukan dari pakar dan dosen pembimbing serta dengan praktisi dilapangan. 5. Melakukan validasi model konseptual kepada dosen pembimbing dan para pakar bidang pendidikan. 6. Merevisi model konseptual berdasarkan masukan dari para pakar dan penyelenggaran program pendidikan luar sekolah yang berhubungan dengan pengembangan model tematis dan terpadu berbasis seni. 7. Melakukan uji coba model konseptual di lapangan yang ditujukan untuk menghasilkan model tematis dan terpadu berbasis seni. 8. Menyusun laporan penelitian, sebagai akhir kegiatan penelitian dan pengembangan.
128
Kerangka acuan penelitian dapat dilihat dalam bentuk bagan berikut.
Studi pendahuluan (identifikasi kajian empiric dan teori) Empirik
Konseptual Membuat desain penelitian
Pengembangan instrument
Pengembangan model konseptual
Validasi model Praktisi
Pakar Revisi model
Ujicoba model
Evaluasi hasil model ujicoba
Laporan penelitian
Bagan 3.2: Kerangka kegiatan penelitian
129
Berdasarkan pengamatan empirik, tahap-tahap tersebut dapat dikatagorikan menjadi empat tahap kegiatan yakni: 1. Studi pendahuluan: dilaksanakan dengan mengunjungi sanggar atau dengan wawancara langsung dengan nara sumber antara lain dengan sanggar: Kampung Seni & Wista Manglayang, sanggar Angklung
Udjo di Padasuka, sanggar
Pabeasan di Padalarang, dan sanggar Giri Hardja di Soreang Bandung. Hal yang digali informasinya yakni terkait dengan:1) kondisi sanggar, 2) komponen sanggar, 3) struktur organisasi sanggar, 4) pelaksanaan pembelajaran, 5) pelaksanaan pembinaan dan evaluasinya, 6) pengembangan program, 7) karakteristik tutor dan warga belajar, 8) masalah yang dihadapi dalam pengembangan sanggar. Dari ke empat sanggar seni yang diketahui informasinya, kemudian ditetapkan salah satu sanggar yang memungkinkan untuk dijadikan objek penelitian dengan ujicoba pengembangan model pembelajaran tematis dan terpadu yakni sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang (Kampung Seni). Berdasarkan hasil pengamatan di sanggar Kampung Seni cukup potensial dalam pemanfaatan potensi seni budaya yang berbasis pada budaya lokal untuk kegiatan pendidikan seni. 2. Penyusunan model tematis dan terpadu dalam pariwisata pendidikan seni, tahap ini diawali dengan proses bimbingan dengan dosen pembimbing terutama kaitannya dengan akan diaplikasikannya model tematis dan terpadu dalam pendidikan seni di sanggar itu. Kegiatan itu didasarkan hasil kajian teoretik dan studi pendahuluan, bahkan peneliti menginformasikan dan membahas hasil studi
130
pendahuluan dengan pihak pimpinan/instruktur sanggar sebagai pengelolanya, untuk membicarakan pelaksanaan ujicoba. Diskusi tersebut bertujuan untuk:1) meningkatkan pengetahuan dan pemahaman instruktur tentang konsep model tematis dan terpadu, 2) merencanakan dan menyediakan kelengkapan serta menyempurnakan model yang hendak diaplikasikan. 3. Ujicoba model pembelajaran tematis dan terpadu yang dilaksanakan di sanggar Kampung Seni. Uji coba dilaksanakan dalam dua pertemuan kunjungan pariwisata. Pihak yang terlibat dalam ujicoba yakni peserta didik usia tingkat rendah 6 tehun yang berjumlah 70 orang peserta didik dan peserta didik berusia 9 tahun yang berjumlah 30 orang peserta didik yang berkunjung di sanggar tersebut. Beberapa pihak yang terlibat secara langsung dalam ujicoba antara lain: pengelola sanggar, instruktur, warga belajar, dan seniman pelaku seni dalam kegiatan pembelajaran di sanggar. Pelaksanaan ujicoba, didahului dengan observasi awal mengamati proses pembelajaran peserta didik usia tingkat awal sebagai pembanding untuk melihat proses dan hasil pembelajaran tematis dan terpadu berbasis seni yang dilakukan oleh sanggar. Selanjutnya melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran tematis
dan
terpadu
yang
dilaksanakan.
Peneliti
bersama
instruktur
mengimplementasikan pembelajaran yang sudah disusun. Pada saat pelaksanaan ujicoba berlangsung, peneliti melakukan observasi dan monitoring serta melakukan evaluasi hasil pembelajaran.
131
Hal yang diamati yakni: 1) aktivitas dan kemampuan instruktur dalam proses pembelajaran dengan pendekatan tematis dan terpadu berbasis seni, 2) tanggapan pihak pengelola sanggar dan instruktur terhadap pelaksanaan dan hasil ujicoba pembelajaran dengan pendekatan tematis dan terpadu berbasis seni, 3) mencari informasi mengenai kemudahan dan kesulitan instruktur atau pengelola sanggar, dan pihak warga belajar pada saat ujicoba model pembelajaran dengan pendekatan tematis dan terpadu berbasis seni. Dalam pelaksanaan ujicoba, instruktur, pengelola sanggar, peserta didik secara penuh melaksanakan pembelajaran secara aktif, sedangkan peneliti berperan sebagai monitor pelaksana pembelajaran. 4. Secara operasional langkah-langkah yang ditempuh: pertama, pihak sanggar sebagai pengelola pembelajaran dan instruktur bersama dengan peneliti melaksanakan kegiatan persiapan eksperimen: program, waktu, media dan alat, instruktur dan pembantu penyelenggara: seniman dan anggota diklat sebagai pemandu pembelajaran. Kemudian menyajikan garis besar kegiatan, teknik memonitor pelaksanaan eksperimen dan menyusun instrument. Evaluasi eksperimen dilakukan melalui evaluasi pretest, pelaksanaan eksperimen, evaluasi posttest dan mengolah data dengan membandingkan hasil pretest dan posttest.
C. Pemilihan Objek Penelitian Pemilihan lokasi penelitian ini atas pertimbangan bahwa di sanggar tersebut memiliki upaya pengembangan potensi dan kapasitasnya sebagai wahana pendidikan
132
seni yang berdampak terhadap upaya peningkatan kesejahteraan sumber daya manusia di sekitar sanggar seni. Penelitian ini juga untuk membuat pola yang sinergis antara misi sanggar Kampung Seni dalam meningkatkan potensi sanggar dan hubungannya dengan visi pembinaan pendidikan kepada masyarakat
melalui
kegiatan pembelajaran seni. Berdasarkan realita, upaya sanggar dalam melakukan praktek pembelajaran seni tematis dan terpadu berbasis seni yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik usia tingkat awal, masih belum cukup sinergis kaitannya antara kebutuhan peserta didik dengan kualitas hasil pembelajaran yang bermakna yang dikembangkannya.
D.Teknik Analisis Data Kuantitatif
Adapun bentuk desain eksperimen yang diaplikasikan dalam penelitian ini yaitu menurut Sugiyono (2008: 74-75) disebut dengan istilah pre-eksperimen designs yang secara khusus dalam bentuk desain eksperimen one-group pretest-posttest design karena tidak adanya variabel kontrol dan sampel dipilih secara purposif. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut.
X1 x X2
Keterangan: X1= nilai pretest (sebelum diberi pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni) X2= nilai posttest (setelah diberi pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni) Pengaruh penerapan pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni terhadap prestasi belajar peserta didik = (X1 – X2)
133
Paradigma tersebut dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok diberi perlakuan, sebelumnya diamati dan selanjutnya diobservasi hasilnya. Perlakuan adalah sebagai variabel independen, dan hasil adalah sebagai variabel dependen. Prosedur yang ditempuh adalah:
x
1
yaitu pretest untuk mengukur mean hasil belajar
(kognitif, afektif, psikomotor) sebelum subjek mendapatkan perlakuan tertentu. Kemudian subjek diberi perlakukan tertentu (X) berupa model pembelajaran tematis dan terpadu,
x
yaitu posttest untuk mengukur mean prestasi belajar (kognitif,
2
afektif, psikomotor) setelah subjek dikenakan perlakuan tertentu. Selanjutnya menerapkan test statistik yang sesuai/cocok untuk mengetahui signifikan perbedaan antara hasil pretest dan posttest. Uji statistik yang digunakan adalah uji-t untuk menganalisis hasil perbandingan tes sebelum dan sesudah pembelajaran (pretest dan posttest). Rumus yang digunakan yakni: Ho
: µ1 = µ 2
Hi
: µ1 ≠ µ2
Terima Ho jika:
−
w1t1 + w2t 2 w1 + w2
Tolak Ho jika terjadi hal lain.
t'
w1t1 + w2t 2 w1 + w2
w1 = s1
2
n1
w2 = s2
2
n2
134
t' =
x 2 − x1 s1 2 s 2 2 + n1 n 2
Populasi dalam penelitian ini yakni peserta didik sebagai warga belajar di sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang. Sampel yang ditentukan yakni peserta didik usia tingkat awal yang melakukan kunjungan di sanggar tersebut. Sampel pembelajaran yakni peserta didik yang berjumlah 70 orang, sebagai representasi (mewakili) pembelajaran untuk peserta didik usia tingkat awal (6 tahun), dan ke dua peserta didik berjumlah 30 orang yang merupakan representasi pembelajaran usia tingkat awal (9 tahun). Posedur sampling dilakukan satu tahap yang mana peneliti sudah memiliki akses atas nama-nama dalam populasi dan dapat men-sampling sejumlah individu secara langsung. Masing-masing individu memiliki kemungkinan yang sama untuk dipilih sebagai partisipan penelitian dan sampel yang dipilih benar-benar representative dan bisa mewakili suatu populasi atau disebut sebagai prosedur quasieksperimen. Untuk mengontrol variable-variabel yang bisa mempengaruhi hasil penelitian, peneliti menugaskan partisipan untuk mengamati hasil pembelajaran. Teknik pengambilan sampel dapat diperhatikan gambar berikut.
135
Populasi homogen
Diambil secara random
Sampel yang representa tif
Bagan no 3.3. Teknik simpel random sampling (sumber: Sugiyono: 2008:82)
Adapun untuk analisa kualitatif tidak memiliki rumus atau aturan absolut untuk mengolah dan menganalisis data, menurut Creswell: (2003, 1994) dan Patton, (1990) analisis disesuaikan dengan kebutuhan paparan. Pada praktiknya data diperoleh setelah sebuah aktivitas selesai dilakukan. Oleh karena itu setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengkajian, penelusuran tentang model yang akan dikonstruksi, lalu dirumuskan model baru yang didapatkan dari hasil temuan sebelumnya. Dari produk model pembelajaran seni yang ditetapkan kemudian model diaplikasikan dalam sebuah kegiatan pembelajaran seni di sanggar Kampung Seni, kemudian mengamati realita respon, partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran, dan hasil yang dicapai serta dampaknya pada upaya yang dilakukannya. Dari produk model itu kemudian dilakukan perbaikan penulisan secara konseptual dan kemudian model pembelajaran dirumuskan berdasarkan hasil perbaikan sesuai dengan tujuan untuk menetapkan model konseptual. Uji coba dilakukan dengan objek yang berbeda mengingat sifat aplikasi pembelajaran pada kunjungan di sanggar tersebut dilakukan dalam waktu singkat dan sesaat sedangkan tahap usia peserta didik berbeda dan menjadi pembeda yang khas atau typical.
136
Pengolahan data analisis secara kualittaif, dilakukan melalui tiga alur yaitu: (1) reduksi data, (2) penyajian atau display data, dan (3) verifikasi atau penarikan kesimpulan. Menurut konsep Moleong (2007) data yang terkumpul dianalisis dan dikaji berdasarkan sumber-sumber bacaan yang relevan (direduksi), dalam tahap reduksi data dilakukan kategorisasi data dengan cara mengelompokan data dan dibuat ke dalam bagian-bagian yang berkaitan. Pada bagian verifikasi data kualitatif, peneliti menggunakan teori yang berasal dari suatu disiplin yang relevan dengan cara menemukan kategori-kategori dan mencari hubungan antara teori dan data. Untuk mengevaluasi mengenai efektivitas model pembelajaran yang prospektif maka digunakan data hasil eksperimen. Hal ini digunakan untuk mengetahui bahwa temuannya dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan, metodologi dan pemecahan masalah di lapangan. Evaluasi dilakukan terhadap instruktur pembelajaran dalam pendidikan seni dengan menggunakan dua kelompok belajar yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Pembelajaran kesatu dilakukan sesuai dengan kebiasaan instruktur sebelumnya. Sementara pada pembelajaran kedua instruktur menerapkan pembelajaran sesuai dengan saran peneliti. Hal yang dievaluasi yakni bahan belajar, waktu yang digunakan, instruktur, dan tempat belajar, yang pada keduanya dibuat sama yang berbeda adalah alat bantu pembelajaran dan media pembelajaran. Peneliti mencontreng penilaian terhadap indikator-indikator pembelajaran tersebut pada saat pembelajaran dengan cara pertama dan pembelajaran cara kedua. Hasil tes kedua dikurangi hasil tes pertama dan dihitung perbedaannya.
137
Tujuannya adalah mengetahui dengan tepat bahwa hasil eksperimen tersebut hanya disebabkan oleh variabel yang dieksperimen. Untuk mengetahui kesahihan data lapangan, perlu adanya pemeriksaan atas data baik dari substansi, sumber, maupun teknik pengambilannya. Untuk mendapatkan keabsahan data peneliti berdiskusi dengan rekan sejawat yang dianggap mengetahui banyak tentang permasalahan yang diteliti, sehingga dicapai kesepakatan terhadap data yang dianggap valid. Diskusi dengan para pakar pendidikan seni dan teman
sejawat
antara
lain
rekan
seprofesi
di
bidang:
pendidikan
seni,
penelitian/pengkajian seni, dan teman di PPS UPI. Selanjutnya, data dikonfirmasikan lebih lanjut kepada konsultan peneliti/pembimbing untuk dimintai penilaiannya berkenaan dengan kesepakatan, maupun pihak-pihak yang terkait dengan subjek penelitian, agar keabsahan data lebih terjamin.
Kemudian melakukan tahap
triangulasi untuk untuk mengecek silang data yang telah diperoleh dari sumber utama. Data utama adalah hasil observasi peneliti di lapangan, untuk mengecek kembali sumber-sumber data tersebut. Kemudian dikonfirmasikan dengan data pokok hasil observasi partisipasi dan dokumentasi. Apabila data tersebut sesuai dengan data yang diperoleh melalui hasil wawancara, peneliti berpandangan bahwa data tersebut dipandang sahih. Demikian pula apabila sebaliknya, maka data diabaikan. Tahap lainnya yakni auditing yakni meliputi proses inklusi dan ekslusi data, yang sebenarnya dilaksanakan pada saat atau bersamaan dengan teknik pertama (diskusi teman sejawat dan trisngulasi). Kegunaan teknik auditing ini untuk memeriksa
138
kesesuaian data yang diperoleh itu relevan dengan masalah yang diteliti. Seandainya terjadi kelemahan maka data diganti dengan data baru yang lebih relevan. Tiga tahap pemeriksaan keabsahan data tersebut diharapkan dapat menguatkan data yang diperoleh sebagai data sahih sehingga simpulan hasil penelitian merupakan hal yang valid. Pada model naturalistik ini, analisis data ditujukan untuk memperoleh data kreadibilitas. Kredibilitas data merupakan ukuran tentang ketepatan hasil penelitian yang dilakukan agar dapat dipercaya. Kredibilitas menggambarkan kesesuaian konsep peneliti dengan konsep pada informan. Selanjutnya peneliti melakukan triangulasi yang tujuannya untuk memeriksa kembali bahwa data yang diperoleh convergen (meluas), tidak kontradiktif, konsisten, dan pasti. Peneliti melakukan triangulasi data sesuai dengan masalah penelitian yang berasal dari berbagai sumber (tertulis, wawancara, dokumen) sehingga diharapkan mendapatkan data yang valid. Bagan triangulasi digambarkan sebagai berikut :
observasi partisipatif Wawancara mendalam
A Sumber data
Wawancara mendalam
Dokumentasi
B
C
(A)
(B) Bagan no 3.4. Bagan triangulasi
Keterangan: A. Triangulasi teknik pengumpulan data pada sumber yang sama, B. Triangulasi sumber pengumpulan data pada bermacam-macam sumber data.
139
Triangulasi dilakukan pada tahap akhir penyajian hasil penelitian tentang bentuk model sanggar seni sebagai wahana pendidikan seni yang efektif di Kampung Seni. Kemudian data dikukuhkan dengan teori tertentu dan hasilnya diajukan sebagai temuan penelitian tentang bentuk model sanggar seni sebagai wahana pendidikan seni yang efektif yang dikembangkan di Kampung Seni & Wisata Manglayang. Peneliti berusaha menemukan teori substantif terkait data di lapangan. Kredibilitas data diuji untuk mengatasi berbagai ketidakjelasan agar hasil penelitian bermutu dan terpercaya. Penarikan kesimpulan dilakukan oleh peneliti sepenuhnya. Data yang diperoleh hanya berlaku secara khusus untuk sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang sebagai wahana pendidikan seni yang prosfektif. -000-