13
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di sebagian wilayah Kabupaten Gorontalo Utara
Provinsi Gorontalo, sementara untuk analisis tanah dilakukan di laboraturium PT. Tolangohula Kabupaten Gorontalo dan pengolahan data dilakukan di Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo. Pelaksanaan penelitian ini selama kurang lebih 3 bulan yang dimulai dari bulan April-Juni 2013. 3.2
Alat dan Bahan Altimeter, klinometer, kompas, bor tanah, munsell soil color charts, parang,
kalkulator, alat tulis menulis, GPS (Global Positioning System), komputer PC dan perangkat lunak SIG (software Arc View 9.3). Sementara bahan yang digunakan berupa peta rupa bumi, peta geologi, peta jenis tanah, peta tutupan lahan, peta administrasi, peta lereng, peta topografi, peta penggunaan lahan, peta dasar rupa bumi berskala 1 : 50.000 edisi I Tahun 1991 yang diterbitkan oleh Bakorsultanal yang dikompilasikan dengan Citra Alos Tahun 2008 dan Citra Spot Tahun 2008. 3.3
Prosedur Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei pada
tingkat semi detail dengan skala peta 1 : 50.000. Teknik penentuan kelas kesesuaian lahan menggunakan faktor pembatas (limiting factors analysis). Secara ringkas
penentuan
rekomendasi
pengelolaan
lahan
dilakukan
dengan
mengkombinasikan dua aspek penilaian, yaitu: kesesuaian lahan dan keunggulan wilayah. Pada bagian akhir disajikan waktu tanam (crop calendars) kacang tanah. Secara rinci tahapan penelitian ini diuraikan sebagai berikut: 3.3.1 Persiapan Pada tahap ini dilakukan studi literatur dan pengumpulan alat dan bahan yang dilakukan, serta pengurusan perizinan dan administrasi lain yang berkaitan dengan penelitian ini, disamping itu dilakukan orientasi medan untuk mengetahui gambaran daerah penelitian secara umum serta interpretasi peta pendukung untuk mendapatkan informasi - informasi yang penting sebagai acuan untuk membuat peta kerja.
14
3.3.2 Pengumpulan Data Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang terdiri dari: a. Data
tanah;
diperoleh
dari
hasil
survei
tanah
langsung
di
lapangan/kecamatan se-Kabupaten Gorontalo Utara berdasarkan satuan lahan yang telah disusun dalam Peta Satuan Lahan Kabupaten Gorontalo Utara Skala 1 : 50.000. b. Data Iklim; diperoleh dari Stasiun Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika Bandara Djalaludin Isimu-Gorontalo dan stasiun stasiun iklim yang ada di sekitar daerah penelitian yaitu: Kecamatan Atinggola, Gentuma Raya, Kwandang, Anggrek, Sumalata dan Kecamatan Tolinggula. c. Data Sosial Ekonomi terdiri atas: 1) Data primer; diperoleh dari wawancara langsung kepada petani kacang tanah (1 atau 2 petani kunci) yang berada di daerah penelitian terdekat meliputi: data produksi, biaya dan pendapatan usahatani. 2) Data sekunder; diperoleh dari BPS Kabupaten Gorontalo Utara dan instansi terkait meliputi: data Kabupaten Gorontalo Utara Dalam Angka, Kecamatan Dalam Angka, dan data produktifitas pertanian. 3.4
Analisis Data Kegiatan pada tahap ini terdiri dari dua tahapan yang saling terkait, yaitu:
3.4.1 Analisis data lapangan Kegiatan ini diawali dengan melakukan penyeragaman skala peta terhadap peta-peta yang belum sama skala petanya. Selanjutnya, peta-peta tersebut ditumpang tindihkan (overlay) untuk memperoleh peta satuan lahan. Data lapangan pada setiap satuan lahan tersebut dicocokan (matching) dengan persyaratan penggunaan lahan atau kriteria kesesuaian lahan untuk tipe pemanfaatan lahan kacang tanah, sehingga di peroleh kelas-kelas kesesuaian lahan, baik aktual maupun potensial. Hasil analisis ini sajikan dalam bentuk tabulasi dan peta kesesuain lahan.
15
3.4.2 Analisis Sistem Informasi Geografis Perangkat sistem informasi geografis (GIS) yang digunakan untuk membantu analisis kesuaian lahan adalah Arcview GIS 9.3. Hal ini ditujukan untuk menyempurnakan/merevisi data sesuai dengan data yang diperoleh saat survei di lapangan. Analisis spasial dengan perangkat GIS dilakukan terhadap data-data karakteristik dan kualitas lahan pada setiap satuan lahan yang merupakan data atribut lahan. Selanjutnya, data-data ini ditumpangtindihkan (overlay) dengan syarat tumbuh (crop requirement) atau kriteria kesesuaian lahan kacang tanah. Hasilnya adalah peta kesesuaial lahan aktual dan potensial. 3.4.3 Analisa data sosial ekonomi a.
Analisis Keunggulan Komparatif secara Finansial Sebelum penentuan kelas kesesuain lahan setiap tipe pemanfaatan lahan
diperoleh, diawali dengan pendeskripsian situasi yang ada (present situation) yang berkaitan dengan tipe pemanfaatan lahan kacang tanah, seperti: kondisi fisik, lingkungan, keadaan penduduk, sistem pertanian yang ada, ukuran pertanian dan pendapatan dari bidang pertanian. Selanjutnya, setelah diperoleh kelas kesesuaian lahan dilanjutkan dengan analisis usahatani yang dilakukan secara parsial. Komponen-komponen usaha tani menurut Soekartawi (1995) yaitu : 1)
Biaya usaha tani merupakan total pengeluaran yang diperlukan dalam suatu usaha tani. Biaya itu sendiri terdiri atas biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang relatif tetap jumlahnya karena tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi, contohnya: sewa tanah, pajak iuran irigasi, penyusutan dan karung. Sementara biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi, meliputi: biaya sarana produksi. Biaya total (total cost) dapat dihitung dengan persamaan : TC =FC + VC, dimana TC adalah total cost dan FC adalah fixed cost dan VC adalah variable cost.
2)
Penerimaan (revenue) usahatani merupakan perkalian antara produksi dengan harga jual. Total penerimaan (total revenue) dihitung dengan persamaan: TR = Yi. Py Dimana TR adalah total revenue, Y adalah produksi yang diperoleh dalam suatu usaha tani ke-i, Py adalah harga Y.
16
3)
Laba kotor (gross margin) usahatani merupakan hasil pengurangan antara total penerimaan (total revenue) dengan biaya tidak tetap (variable cost). Laba kotor (gross margin) dihitung dengan persamaan: GM = TR-FC Dimana GM adalah gross margin, TR adalah total revenue, FC adalah fixed cost.
4)
Pendapatan bersih petani (net farm income) merupakan hasil pengurangan antara laba kotor (gross margin) dengan biaya tetap (fixed cost). Pendapatan bersih petani (net farm income) dihitung dengan persamaan: NFI = GM – FC Dimana NFI adalah net farm income, GM adalah gross margin, FC adalah fixed cost. Untuk melihat apakah usaha ini menguntungkan atau merugikan, maka
digunakan analias R/C ratio secara finasial. Persamaannya sebagai berikut: a = R/C Dimana: R = Py. Y, C = FC + VC, a) Jika nilai R/C>1.10; maka usaha tani itu menguntungkan. b) Jika nilai R/C = 1.10; maka usaha tani itu tidak untung dan juga tidak rugi. c) Jika nilai R/C<1.10; maka usaha tani itu merugi. b.
Analisis Keunggulan Komparatif berdasarkan Sektor Basis 1) Location Quotient (LQ) merupakan suatu teknik analisis yang digunakan untuk menunjukkan lokasi pemusatan/basis (aktifitas) pertanian. Model matematiknya, yaitu :
LQ
IJ
X /X X /X IJ
I.
.J
..
Dimana: Xij: derajat aktifitas ke-j di wilayah ke-i; Xi.: total aktifitas di wilayah ke-i; X.j: total aktifitas ke-j di semua wilayah; dan X..: derajat aktifitas total wilayah. 2) Localization
Index
(LI)
merupakan
salah
satu
index
yang
menggambarkan pemusatan relatif suatu aktifitas dibandingkan dengan kecenderungan total di dalam wilayah. Secara umum analisis ini digunakan untuk menentukan wilayah mana yang potensial untuk
17
mengembangkan aktifitas tertentu. Persamaan LI ini bisa dikatakan sebagai bagian dari persamaan LQ. Model matematiknya, yaitu :
LI
J
1
2 I 1 n
X X
IJ
.J
X X
I. ..
Aturan untuk menginterpretasikan hasil analisis LI tersebut adalah: a) Jika nilainya mendekati 0, maka perkembangan suatu aktifitas cenderung memiliki tingkat yang sama dengan perkembangan wilayah dalam cakupan lebih luas. b) Jika nilainya mendekati 1, artinya aktifitas yang diamati akan cenderung berkembang memusat di suatu lokasi. Artinya aktifitas yang diamati akan berkembang lebih baik jika dilakukan di lokasilokasi tertentu. 3) Specialization Index (SI) merupakan salah index yang menggambarkan pembagian wilayah berdasarkan aktifitas-aktifitas yang ada. Lokasi tertentu menjadi pusat bagi aktifitas yang dilakukan. Persamaan SI ini bisa pula dikatakan sebagai bagian dari persamaan LQ. Model matematiknya, yaitu:
SI
I
1
X 2 X
P
J 1
IJ
I.
X X
.J ..
Aturan untuk menginterpretasikan hasil analisis SI tersebut adalah: a) Jika nilainya mendekati 0 berarti tidak ada kekhasan. Artinya sub wilayah yang diamati tidak memiliki aktifitas khas yang relatif menonjol perkembangannya dibandingkan dengan di sub wilayah lain. b) Jika nilainya mendekati 1 berarti terdapat kekhasan. Artinya sub wilayah
yang
diamati
memiliki
aktifitas
khas
yang
perkembangannya relatif menonjol dibandingkan dengan di sub wilayah lain.
18
3.5
Keadaan Geografis Gorontalo Utara merupakan kabupaten mekaran dari Kabupaten Gorontalo
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Gorontalo Utara. Secara geografis Kabupaten ini terletak pada koordinat antara 0030’-1002’ LU dan 121059’-123002’ BT dengan luas wilayah 1.777,03 km2 atau 177.703 ha yang berada di peraian sebelah utara laut sulawesi dengan panjang pantai 198 km dan terdapat pulau-pulau kecil dengan luas antara 0,5 – 1,180 ha yang tersebar pada 11 kecamatan dengan 123 desa. Batas-batas wilayah Kabupaten ini adalah: Sebelah Utara dengan Laut Sulawesi Sebelah Timur dengan Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara Sebelah selatan dengan Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Boalemo. Sebelah Barat dengan Kabuapten Pohuwato dan Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Gorontalo Utara merupakan salah satu dari 6 Kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo yang secara topografi daerah datar antara 0 – 2000 m diatas permukaan laut, kemiringan lereng meliputi 46% dari luas wilayah daratan yang dikelilingi oleh beberapa sungai besar dan kecil. Adapun luas wilayah Kabupaten Gorontalo Utara perkecamatan dapat diliat pada Tabel 1. Tabel 1. Luas Wilayah Kabupaten Gorontalo Utara menurut Kecamatan Luas (km2)
Persentase
Atinggola
2 64, 55
14,88
Gentuma Raya
100, 34
5,65
Kwandang
301,26
16,9 5
Anggrek
280,71
15,8
Sumalata
504, 59
28,4
Tolinggula
325,58
18,3 2
1.777,03
100
Kecamatan
Gorontalo Utara
Sumber : Data BPS Gorontalo Utara (2012)
19
Gambar 1. Peta Administrasi Kabupaten Gorontalo Utara
20
3.6 Kondisi Iklim dan Hidrologi 3.6.1 Kondisi Iklim Data curah hujan, temperatur udara, lama penyinaran, kelembaban nisbi dan kecepatan angin, di daerah penelitian selama sepuluh tahun (2003 – 2013) diambil dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika stasiun Meteorologi Jalaludin Gorontalo. Stasiun ini berada pada ketinggian 18 m di atas permukaan laut. Dan merupakan satu-satunya stasiun iklim yang lengkap sehingga semua data iklim berasal dari stasiun ini karena dianggap mewakili kondisi iklim daerah itu. a.
Curah Hujan Curah hujan bulanan di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara dan sekitarnya
menunjukkan bahwa curah hujan tertinggi terjadi ada bulan Maret dan terendah pada bulan Agustus dengan rata-rata curah hujan bulanan sebesar 189,46 mm/bulan (Gambar 1). Sementara curah hujan tahunan sebesar 2.273,53 mm. Berdasarkan distribusi bulan basah (>200 mm) yang terdiri dari 4 bulan dan 2 bulan kering (<100 mm), maka wilayah Kabupaten Gorontalo Utara tergolong dalam zona agroklimatologi E. 300,00
280,99
276,44
249,45
237,96
Rata-Rata CH (mm)
250,00
206,06
190,46
200,00
173,70
206,21 136,17 130,49
150,00
86,34
100,00
99,26
50,00 0,00 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust Sept
Okt
Nov
Des
Bulan
Gambar 2. Rata-rata curah hujan Kabupaten Gorontalo Utara selama 10 tahun terakhir (2003-2012) b.
Temperatur Temperatur bulanan (Gambar 2) berkisar antara 26,30oC (Februari) sampai
27,41oC (Oktober). Rata-rata kelembaban nisbi bulanan berkisar antara 73,84% (September) sampai 84,21% (Maret) dengan nilai rata-rata tahunan sebesar
21
80,33%. Selanjutnya Rata-rata lama penyinaran bulanan berkisar antara 46,80%
Temperatur 0c
(Desember) sampai 71,11% (September). 27,60 27,40 27,20 27,00 26,80 26,60 26,40 26,20 26,00 25,80 25,60
27,41
27,39 26,88
26,77
27,13
27,03
27,02
26,85
27,14
26,56 26,56 26,30
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul Agust Sept Okt Bulan
Nov Des
Gambar 3. Rata-rata Temperatur Kabupaten Gorontalo Utara selama 10 tahun terakhir (2003-2012) c.
Kelembaban Nisbi Kelembaban nisbi bulanan (Gambar 3) berkisar antara 73,84oC (September)
sampai 84,21oC (Maret). Rata-rata kelembaban nisbi bulanan sebesar 80,93%
Kelembaban
dengan nilai tahunan sebesar 968,32%. 86 84 82 80 78 76 74 72 70 68
82.88
84.21 82.31
81.71
82.15
83.48 81.72
81.22
81,15
76.57
77.08
73.84
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust Sept
Okt
Nov
Des
Bulan
Gambar 4. Rata-rata Kelembaban Nisbih Kabupaten Gorontalo Utara selama 10 tahun terakhir (2003-2012) d.
Lama Penyinaran Matahari Lama penyinaran mahatahari bulanan (Gambar 4) berkisar antara 46,80%
(Desember) sampai 71,11% (September). Rata-rata lama penyinaran matahari bulanan sebesar 61,23% dengan nilai tahunan sebesar 734,78%.
22
Lama Penyinaran Matahari (%)
80,00 70,00
59,69
60,00
57,88
57,76
60,51
63,63
69,45 60,30
71,11
69,03 60,25
58,37
46,80
50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul Bulan
Agust Sept
Okt
Nov
Des
Gambar 5. Rata-rata Lama Penyinaran Matahari Gorontalo Utara selama 10 tahun terakhir (2003-2012) e.
Evapotranspirasi Hasil evapotranspirasi Kabupaten Gorontalo Utara seperti yang terlihat pada
Tabel diatas, nilai evapotranspirasi berkisar antara 120,80-145,10 (Tabel 2). Evapotranspirasi terendah terjadi pada bulan Februari sebesar 120,80. Sedangkan evapotranspirasi tertinggi pada bulan April, September dan Desember sebesar 145,10. Tabel 2. Hubungan antara Curah Hujan Efektif, Curah Hujan Efektif Kacang Tanah dan Evapotranspirasi Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des Total Rataan
CH (mm) 276,44 206,21 280,99 249,45 190,46 136,17 130,49 86,34 99,26 173,70 237,96 206,06 2273,53 189,46
CHE (mm) 196,15 139,97 199,79 174,56 127,37 83,94 79,39 44,07 54,41 113,96 165,37 139,85 1518,82 126,57
CHE 75% (mm) 147,11 104,98 149,84 130,92 95,52 62,95 59,54 33,06 40,81 85,47 124,02 104,89 1139,12 94,93
Etp (mm) 140,40 120,80 140,40 140,90 145,10 136,40 140,40 140,40 140,90 145,10 140,90 145,10 1676,80 139,73
Keterangan; CH=curah hujan; CHE= curah hujan efektif; Etp=evapotranspirasi
0,5 Etp (mm) 70,20 60,40 70,20 70,45 72,55 68,20 70,20 70,20 70,45 72,55 70,45 72,55 838,40 69,87
Nilai evapotranspirasi tahunan sebesar 1676,80 mm/tahun dengan rata-rata 139,73 mm/tahun. Selanjutnya curah hujan efektif berkisar antara 44,07 mm/bulan pada bulan Agustus sampai 199,79 mm/bulan pada bulan Maret. Tampaknya wilayah Gorontalo Utara terjadi surplus pada bulan Januari, Februari, Maret, April, Mei, Oktober, November dan Desember sedangkan defisit terjadi pada bulan bulan Juni, Juli, Agustus dan September. Kondisi surplus dan defisit ini
23
digunakan untuk menentukan kalender tanam atau penentuan waktu tanam khususnya waktu tanam tanaman kacang tanah. 300,00
CH
CHE
CHE 75%
Etp
0,5 Etp
250,00
Nilai
200,00 150,00 100,00 50,00 0,00 Jan
Feb Mar Apr
Mei
Jun
Jul Agust Sept Okt Nov Des
Bulan
Gambar 6. Hubungan antara Curah Hujan Efektif, Curah Hujan Efektif Kacang Tanah dan Evapotranspirasi 3.6.2 Hidrologi Hidrologi dalam hal ini kebutuhan air merupakan faktor terpenting dalam menunjang kegiatan usaha tani di suatu wilayah. Salah satu aspek yang mendukung ketersediaan air adlah sungai. Di Kabupaten Gorontalo Utara terdapat 20 sungai yang melintas di seluruh wilayah Gorontalo Utara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel. 3 Tabel 3. Sungai yang melintasi di Kabupaten Gorontalo Utara No Sungai Lokasi 1 Sungai Kuluoka Sumalata Timur 2 Sungai Buladu Sumalata Timur 3 Sungai Wubudu Sumalata Timur 4 Sungai Bulontio Timur Sumalata 5 Sungai Bulontio Barat Sumalata 6 Sungai Kasia Sumalata 7 Sungai Buloila Sumalata 8 Sungai Biau Biau 9 Sungai Tolinggula Tolinggula 10 Sungai Potanga Biau 11 Sungai Bubode Tomilito 12 Sungai Posso Kwandang 13 Sungai Monano Monano 14 Sungai Ilangata Anggrek 15 Sungai Popalo Anggrek
24
No Sungai 16 Sungai Molingkapoto 17 Sungai Leboto 18 Sungai Batu Mela 19 Sungai Sigaso 20 Sungai Andegile Sumber : Data Survey Lapangan (2013) 3.7
Lokasi Kwandang Kwandang Kwandang Atinggola Atinggola
Geologi Menurut Peta Geologi Lembar Kotamobagu Sulawesi Utara, skala 1 :
250.000 (Apandi dan Bachri 1997), Kabupaten Gorontalo Utara memiliki 8 formasi geologi (Gambar 7, 8, 9, 10 dan 11). Formasi geologi tersebut diantaranya: a. Aluvium dan endapan pantai (Qal): Pasir, lempung, lempur, kerikil dan kerakal b. Formasi
Lokodidi
(TQls):
Konglomerat,
batu
pasir,
batupasir
konglomeratan,batu pasir tufan, tuf, batulempung, serpih hitam. c. Batuan gunung api Pinogu (TQpv): Tuf, tuf lapili, breksi dan lava. Breksi gunung api di peg. Bone, G. Mongadalia dan Pusian bersusun andesit piroksin dan dasit. Tuf yang tersingkap di G. Lemibut dan G. Lolombulan umumnya berbatu apung, Kuning muda, berbutir sedang sampai kasar, diselingi oleh lava bersusunan menengah sampai basa. Tuf dan tuf lapili disekitar S. Bone bersusun dasitan. Lava berwarna kelabu muda hingga kelabu tua, pejal, umumnya bersusun andesit piroksin. Satuan ini secara umum termampatkan lemah sampai sedang umumnya diduga pliosen-plistosen (John dan Bird, 1973). d. Formasi Tinombo Fasies Sedimen (Tets) (Ahlburg, 1913): serpih dan batupasir dengan sisipan batugamping dan rijang. Serpih kelabu dan merah, getas, sebagian gampingan, rijang mengandung radiolarian. Batupasir berupa grewake dan batupasir kuarsakelabu dan hijau, pejal, berbutir halus sampai sedang, sebagian mengandung pirit. Sisipan batugamping di S. Mayambak berwarna merah, pejal, berlapis baik. Satuan batuan ini diterobos oleh granit, diorite, dan trakit seperti yang terlihat di S. Bayau. Satuan ini mempunyai menjemari dengan formasi Tinombo fasies gunungapi. Umur formasi menurut Ratman (1973) adalah eosin sampai oligosen awal, sedang menurut Sukamto
25
(1973) dan Brower (1934) adalah kapur akhir samapi eosin awal. Tebal formasi diduga lebih dari 1000 meter, sedang lingkungan pengendapannya adalah laut dalam. e. Diorit Bone (Tmb): Diorit kuarsa, diorit, granodiorit, granit. Diorite kuarsa banyak dijumpai di daerah S. Taludaa dengan keragaman diorite, granodiorit dan granit. Sedang granit utamanya dijumpai di daerah S. Bone. Satuan ini menerobos batuan gunung api Bilungala maupun formasi Tinombo. Umur satuan ini sekitar miosen akhir. f. Diorit Bolihuto (Tmbo) : Diorit, granodiorit g. Batuan Gunung Api Bilungala (Tmbv): Breksi, tuf dan lava andesit sampai basal h. Diorit Bone (Tmd): Diorit, diorit kuarsa, granodiorit, adamelit i. Breksi wobudu (Tpwv): Breksi gunung api, aglomerat, tuf, tuf lapili dan lava. Breksi gunung api berwarna kelabu tersusun oleh kepingan andesit dan basal berukuran kerikil sampai bongkah. Tuf dan tuf lapili berwarna kuning kecoklatan, berbutir halus, sampai kerikil, umumnya lunak dan berlapis. Lava berwarna kelabu, bersusun andesit sampai basal.
26
Gambar 7. Peta Geologi Kecamatan Tolinggula Kabupaten Gorontalo Utara
27
Gambar 8. Peta Geologi Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara
28
Gambar 9. Peta geologi Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara
29
Gambar 10. Peta Geologi Kecamatan Kwandang dan Gentuma Raya kabupaten Gorontalo Utara
30
\
Gambar 11. Peta Geologi Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara
31
3.8 Jenis Tanah Hasil survei tanah di lapangan, wilayah Kabupaten Gorontalo Utara umumnya terdiri dari asosiasi delapan jenis tanah, antara lain: Entisol, Inceptisol, Mollisol, Spodosol, Histosol, Alfisol, Ultisol, dan Oxisol. Namun demikian, jenis tanah yang paling luas adalah Inceptisol. Hal ini mengingat wilayah ini umumnya berupa pegunungan volkan tua yang tertoreh, sehingga sampai saat ini masih terus mengalami proses pemindahan bahan permukaan, terutama karena agen air hujan dengan intensitas yang cukup tinggi. Selain itu, daerah penlitian memiliki temperature tanah dengan dengan kategori Isohyperthermic, moisture regim adalah udic serta tentative subdivision adalah typic udic. Rata-rata temperature tertinggi terjadi pada bulan Mei dan Oktober yaitu 27,4oC serta curah hujan tertinggi terjadi pada bulan maret yaitu 241 mm/bulan. 3.9 Keadaan Sumber Daya Manusia Berdasarkan data BPS Kabupaten Gorontalo Utara (2012), maka keadaan sumberdaya manusia
darah Kabupaten
Gorontalo Utara
masing-masing
kecamatan diuraikan sebagai berikut: a.
Jumlah dan kepadatan Penduduk Sampai tahun 2011, jumlah penduduk Kabupaten Gorontalo Utara sudah
sebanyak 106.407 jiwa (Tabel 4). Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak adalah 36.750 jiwa, sementara penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Gentuma Raya sebanyak 8.146 jiwa. Berdasarkan pertimbangan jumlah penduduk terhadap luas wilayah, maka kecamatan dengan penduduk paling padat adalah Anggrek sebanyak 131 jiwa/km2. Sementara itu, kecamatan dengan penduduk terjarang adalah Sumalata yang hanya sebanyak 32 jiwa/km2. Tampaknya, kecamatan Gentuma raya walaupun baru dimekarkan dari Kecamatan Atinggola, tetapi kepadatan penduduknya per km2 cukup tinggi sebanyak 81 jiwa. Hal ini kontras jika dibandingkan dengan sebaran jumlah penduduk di Kecamatan Sumalata yang justru lebih jarang. Padahal kecamatan ini merupakan kecamatan tua.
32
Tabel 4. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Gorontalo Utara, 2011 Kepadatan Kecamatan Luas % Jumlah % Penduduk Atinggola 264,55 14,88 10.524 9,89 40 Gentuma Raya 100,34 5,65 8.146 7,66 81 Anggrek 280,71 15,8 36.750 34,5 131 Kwandang 301,26 16,9 5 20.672 19,4 69 Sumalata 504,59 28,4 16.388 15,4 32 Tolinggula 325,58 18,3 2 13.927 13,1 43 Gorontalo Utara 1.777,03 100 106.407 100 60 Sumber : Data BPS Gorobtalo Utara (2012) b.
Tenaga Kerja Data presentase jumlah pencari kerja menurut tingkat pendidikan yang
ditamatkan dan jenis kelamin di Kabupaten Gorontalo utara (Tabel 5). Dari tabel tersebut digambarkan bahwa paling besar pencari kerja di daerah Kabupaten Gorontalo Utara telah lulus SMA atau tamatan SMA. Tabel 5. Persentase Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gorontalo Utara, 2011 Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah yang ditamatkan SD ke Bawah 0 0 0 SLTP 0 28.96 19.09 SLTA ke Atas 100 71.04 80.91 Jumlah 100 100 100 Sumber : Data BPS Gorontalo Utara (2012) 3.10 Jumlah Kelembagaan Pertanian Tanaman Pangan Salah satu penunjang dalam meningkatkan kegiatan usaha tani demi tercapainya hasil pertanian yang maksimal, perlu adanya sarana dan prasarana pendukung dala hal ini kelembagaan peretanian. Kelembagaan pertanian tersebut dapat mendukung kegiatan petani baik itu dalam hal penyediaan modal sampai dengan pengawalan usaha tani tersebut. Kabupaten Gorontalo Utara terdapat 599 Kelompok tani, 72 Gabungan Kelompok tani, 1 KUD dan 9 Kios Sarana Produksi (Tabel 6).
33
Tabel 6. Jumlah Kelembagaan Pertanian Tanaman Pangan Kecamatan
Kelompok Tani
Gabungan Kelompok Tani
Atinggola 58 7 43 7 Gentuma Raya 132 13 Kwandang 126 10 Anggrek 97 13 Sumalata Tolinggula 143 22 599 72 Gorontalo Utara Sumber : Data BPS Gorontalo Utara (2012)
Koperasi Unit Desa (KUD) Unit Tani 0 0 1 0 0 0 1
Kios sarana Produksi Pertanian 2 1 2 1 3 0 9