BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Seting Penelitian 3.1.1.
Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK), karena
penelitian yang dilakukan bertujuan untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran yaitu meningkatkan hasil dan motivasi belajar siswa. Kemis dan Mc Taggart (Dikmenum, 1999: 21) mengemukakan bahwa penelitian tindakan merupakan model penelitian yang pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat komponen tersebut dipandang sebagai satu siklus. 3.1.2.
Seting Penelitian Setting penelitian adalah setting kelas dan kelompok, pelaksanaan
penelitian dan pengambilan data diperoleh pada saat proses kegiatan pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas. Kelas 4 ini dipilih atas dasar kesepakatan peneliti dan guru bidang studi IPA kelas 4. Sumber data utama dalam penelitian ini adalah siswa, guru, hasil observasi selama pelaksanaan tindakan di kelas, catatan lapangan, hasil angket motivasi belajar siswa, hasil wawancara dengan siswa dan guru, serta hasil tes. 3.2. Lokasi dan Karakteristik Subyek Penelitian 3.2.1.
Lokasi Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di SDN Kalibeji 01 Kec Tuntang Kab
Semarang. 3.2.2.
Subjek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa kelas 4 SDN Kalibeji Kec Tuntang Kab
Semarang. Usia siswa pada kelas ini rata-rata antara 9-10 tahun. Perkembangan kognitif anak pada usia ini menurut Piaget (Bringuier, 1980: 110), memiliki beberapa karakteristik antara lain: kemampuan mengelompokkan sesuatu sesuai dengan sifat, dapat mengatur obyek sesuai skala dimensi berat dan warna. Dari
24
25
segi kemampuan bahasa, anak pada usia ini memiliki keampuan memakai kalimat majemuk dan gabungan, serta mulai mengerti tentang perubahan makna dan bahasa/perilaku. 3.3. Variabel dan Definisi Operasional Konsep 3.3.1.
Variabel Penelitian Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu:
a.
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab terjadinya variabel terikat. Variabel bebas sering disimbolkan dengan variabel X. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) adalah Model pembelajaran CTL tipe Learning Community.
b.
Variabel terikat merupakan variabel akibat atau variabel yang menerima pengaruh dari variabel bebas. Variabel terikat disimbolkan dengan variabel Y. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah motivasi belajar (Y1) dan hasil belajar IPA (Y2).
3.3.2.
Definisi Operasional Konsep Definisi operasional merupakan acuan dimana variabel konsep-konsep
perlu diterjemahkan, sehingga menjadi pembatas bagi penelitian ini. Pada penelitian ini, ada tiga variabel konsep yang digunakan, yang perlu didefinisikan, sehingga semua konsep yang terkait dengan ketiga variabel konsep ini mengacu pada definisi operasional konsep ini. Adapun ketiganya adalah sebagai berikut: a.
Model Pembelajaran CTL tipe Learning Community adalah salah satu tipe dari model pembelajaran kontekstual teaching and learning dengan langkahlangkah pembelajaran sebagai berikut memberikan garis besar materi, menuntun siswa ke dunia nyata melalui pengalaman yang dialami berkaitan dengan materi pelajaran, memotivasi siswa untuk berani bertanya, membentuk learning community dengan membagi siswa dalam kelompok, memberikan pengarahan tentang belajar ketrampilan yang dapat dicontoh sisw3aw, dan melakukan evaluasi.
b.
Motivasi Belajar Siswa merupakan dorongan yang timbul baik dari dalam diri maupun dari luar diri siswa untuk melakukan aktivitas belajar, demi
26
mencapai hasil belajar yang memuaskan, dengan aspek-aspek sebagai berikut yaitu aspek intrinsik dan aspek ekstrinsik. c.
Hasil Belajar Siswa adalah hasil atau capaian yang telah diperoleh siswa karena telah melewati proses belajar mengajar, dimana hasil atau capaian itu diukur dengan memberikan tes di kepada siswa.
3.4. Desain Penelitian Kemis dan Mc Taggart (Dikmenum, 1999: 21) mengemukakan bahwa penelitian tindakan merupakan model penelitian yang pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat komponen tersebut dipandang sebagai satu siklus. Mengacu pada langkah-langkah yang dikembangkan Hopkins (1993: 49), penelitian tindakan kelas ini diawali dengan perumusan gagasan atau ide awal (initial idea) yang dikembangkan dalam identifikasi dan analisis masalah, sehingga hasilnya merupakan suatu bentuk perencanaan yang dituangkan dalam tujuan penelitian, kemudian dilaksanakan melalui kegiatan bersiklus. Siklus-siklus tersebut dikembangkan melalui tahapan-tahapan berupa rancangan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Setelah dilaksanakan tindakan, kemudian dilakukan evaluasi keseluruhan, pengolahan/analisis, penarikan kesimpulan dan pelaporan penelitian.
27
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan model pembelajaran learning community dan Pengamatan aktivitas guru dan siswa
Perencanaan
SIKLUS II
Pelaksanaan model pembelajaran learning community dan Pengamatan aktivitas guru dan siswa
Refleksi Gambar 3. 1 Desain Penelitian Tindakan (Arikunto, 2006: 19) a.
Perencanaan (planning) merupakan kegiatan menyusun rancangan tindakan. Kegiatan ini dilakukan untuk persiapan pelaksanaan penelitian. Perencanaan dilaksanakan oleh peneliti sebelum tahap pelaksanaan tindakan diterapkan. Kegiatan dalam tahap ini seperti: penyusunan skenario pembelajaran, pembuatan istrumen pengamatan dan pembuatan media/alat peraga.
b.
Tindakan (acting) dan observasi (observing), yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan. Hal yang perlu diingat pada tahap 2 ini adalah pelaksana tindakan harus taat pada apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan. Dalam penelitian ini tindakan yang diterapkan adalah pmr dengan alat peraga dan peneliti sebagai pelaksana tindakan. Bersamaan dengan implementasi juga dilaksanakan kegiatan mengamati dampak atas tindakan yang dilakukan. Kegiatan observasi ini dilakukan pada saat tindakan
28
diterapkan dalam kelas, sehingga antara pelaksanaan tindakan dan pengamatan berlangsung dalam waktu yang sama. Penelitian tindakan ini dilakukan dalam bentuk kolaborasi. Jika peneliti telah berperan sebagai pelaksana tindakan maka yang melakukan pengamatan adalah guru kelas. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara pengamatan terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung, wawancara, kuesioner atau cara lain yang sesuai dengan data yang dibutuhkan. c.
Refleksi (reflecting), yaitu kegiatan evaluasi tentang perubahan yang terjadi atau hasil yang diperoleh atas data yang terhimpun sebagai bentuk dampak tindakan yang telah dirancang. Berdasarkan langkah ini akan dapat diketahui perubahan yang terjadi dan dilakukan telaah mengapa, bagaimana, dan sejauhmana tindakan yang ditetapkan mampu mencapai perubahan atau mengatasi masalah secara signifikan. Tahap ini dilaksanakan ketika pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan pengamat dan subjek penelitian (siswa-siswa yang diajar) untuk bersama-sama mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Bertolak dari refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan dalam bentuk replanning dapat dilakukan. Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya. Untuk lebih memperjelas rincian prosedur tindakan yang akan dilaksanakan
terdiri atas 2 siklus dengan tiga kali pertemuan tiap siklusnya, adalah sebagai berikut:. Siklus I 1.
Perencanaan Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah: a. Menyusun RPP. b. Merencanakan membagi kelompok-kelompok siswa. c. Menyiapkan materi ajar berupa buku paket IPA kelas 4 SD. d. Menyiapkan alat peraga
29
e. Menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi untuk melihat bagaimana suasana belajar mengajar di kelas ketika pembelajaran dengan model learning community. f. Menyiapkan instrument penilaian lembar evaluasi hasil belajar untuk melihat apakah materi IPA telah dikuasai oleh siswa. 2.
Pelaksanaan dan Observasi Sesuai dengan standar proses bahwa pembelajaran dilaksanakan dalam tiga
tahap yaitu pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Dalam kegiatan inti masih dijabarkan lagi ke dalam kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Untuk lebih jelasnya tahap pelaksanaan tindakan pada penelitian ini sebagai berikut: a.
b.
Kegiatan Awal a.
Salam pembukaan
b.
Berdoa
c.
Presensi
d.
aprsepsi
Kegiatan Inti Eksplorasi a.
Guru menunjukkan gambar yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
b.
Guru menggali pemahaman siswa dengan cara bertanya jawab dengan siswa terkait gambar yang diamati.
Elaborasi a. Guru membagi siswa dalam kelompok secara heterogen. b.
Guru memberikan kesempatan kepada kelompok untuk saling membelajarkan.
c.
Guru mendatangkan siswa yang dianggap keahlian untuk membagikan pengetahuan tentang materi yang sedang dipelajari.
Konfirmasi a. Guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan. b.
Guru dan siswa bertanya jawab mengenai materi yang baru dipelajari.
c.
Guru meluruskan pemahaman siswa yang keliru.
30
d. c.
Guru memberikan penguatan.
Kegiatan Akhir a.
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok.
b.
Guru memberikan salam penutup
c.
Guru memberikan evaluasi
d.
Doa penutup.
Bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan observasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Peneliti melakukan pengamatan kepada keterlaksanaan tindakan guru dalam pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran CTL tipe learning community, dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran CTL tipe learning community. Observasi ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran dan terhadap hasil evaluasi siswa. 3.
Refleksi Pada tahap ini peneliti melakukan refleksi terhadap proses kegiatan belajar.
Refleksi dilakukan atas dasar hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh observer/teman sejawat terhadap keterlaksanaan tindakan guru kelas sesuai dengan model pembelajaran learning community. Setelah tahap refleksi dan siklus I selesai dilaksanakan, maka diperoleh hasil. Hasil tersebut akan dianalisis apakah sudah sesuai dengan perencanaan atau belum, serta kelemahan-kelemahan apa saja yang menghambat proses belajar mengajar. Apabila hasil yang diperoleh belum mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan maka dilanjutkan pada siklus II. Siklus II Langkah-langkah pembelajaran pada siklus II, sama dengan siklus I, hanya dilengkapi dengan revisi dari refleksi yang telah dilaksanakan pada siklus I. rinciannya adalah sebagai berikut: 1.
Perencanaan Melakukuan perencanaan perbaikan tindakan pada pelaksanaan tindakan
berdasarkan refleksi pada siklus I, yaitu: a.
Merencanakan ulang strategi melaksanakan pembelajaran.
31
b.
Merencanakan ulang pembagian kelompok dan peran dalam kelompok.
c.
Merencanakan ulang melaksanakan langkah-langkah pembelajaran secara lebih cermat.
2.
Pelaksanaan dan Observasi Sesuai dengan standar proses bahwa pembelajaran dilaksanakan dalam tiga
tahap yaitu pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Dalam kegiatan inti masih dijabarkan lagi ke dalam kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Untuk lebih jelasnya tahap pelaksanaan tindakan pada penelitian ini sebagai berikut: 1.
2.
Kegiatan Awal e.
Salam pembukaan
f.
Berdoa
g.
Presensi
h.
aprsepsi
Kegiatan Inti Eksplorasi c.
Guru menunjukkan gambar yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
d.
Guru menggali pemahaman siswa dengan cara bertanya jawab dengan siswa terkait gambar yang diamati.
Elaborasi d. Guru membagi siswa dalam kelompok secara heterogen. e.
Guru memberikan kesempatan kepada kelompok untuk saling membelajarkan.
f.
Guru mendatangkan siswa yang dianggap keahlian untuk membagikan pengetahuan tentang materi yang sedang dipelajari.
Konfirmasi e. Guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan.
3.
f.
Guru dan siswa bertanya jawab mengenai materi yang baru dipelajari.
g.
Guru meluruskan pemahaman siswa yang keliru.
h.
Guru memberikan penguatan.
Kegiatan Akhir
32
e.
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok.
f.
Guru memberikan salam penutup
g.
Guru memberikan evaluasi
h.
Doa penutup.
Bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan observasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Peneliti melakukan pengamatan kepada keterlaksanaan tindakan guru dalam pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran CTL tipe learning community, dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran CTL tipe learning community. Observasi ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran dan terhadap hasil evaluasi siswa. 3.
Refleksi Pada tahap ini peneliti melakukan refleksi terhadap proses kegiatan
belajar. Refleksi dilakukan atas dasar hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh observer/teman sejawat terhadap keterlaksanaan tindakan guru kelas sesuai dengan model pembelajaran learning community. Hasil refleksi pada siklus II, sangat ditentukan oleh hasil yang diperoleh selama proses pelaksanaan tindakan siklus II. Harapannya, hasil tersebut memberikan sesuai yang diharapkan. 3.5. Instrumen Pengumpulan Data 1.
Lembar observasi yang menjadi instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi pembelajaran. Lembar observasi mengacu
pada
langkah-langkah
pembelajaran
CTL
tipe
learning
community. Berikut disajikan dalam tabel kisi-kisi lembar observasi pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran CTL tipe learning community.
33
Tahapan kegiatan
Tabel 3. 1 Lembar Observasi Kinerja Guru Aspek yang diamati Indikator
Kegiatan pendahuluan
Membuka pelajaran
Kegiatan inti
Penyampaian materi dan strategi pembelajaran Penggunaan model pembelajaran dan pemanfaatan sumber belajar
Penilaian hasil belajar
Kegiatan penutup
2.
Mengakhiri pelajaran
1. Memberikan salam 2. Mengabsensi 3. Memberikan motivasi utnuk membangkitkan minat belajar siswa terhadap materi 4. Memberikan apersepsi 5. Menjelaskan tujuan pembelajaran 1. Menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran inkuiri terbimbing 1. Menyajikan garis besar materi perubahan kenampakan benda langit. 2. Menuntun siswa ke dunia nyata siswa melalui pengalamanpengalaman yang peranah dialami yang berkaitan dengan materi. 3. Membentuk learning community dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil 4. Memberikan pengarahan tentang bagaimana cara belajar yaitu pembelajaran ketrampilan yang dapat dicontoh siswa. 1. Mengadakan evaluasi. 2. Menanyakan siswa tentang suasana belajar di kelas 3. Mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar. 4. Bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran. 1. Memberikan penguatan 2. Memberikan tes 3. Menutup pelajaran
Evaluasi dalam bentuk tes. Tes diberikan setelah pertemuan kedua dari masing-masing siklus dilaksanakan. Tes dilaksanakan dalam maksud untuk melihat bagaimana pengaruh model pembelajaran CTL tipe learning community dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Instrument tes disajikan dalam kisi-kisi soal tes berikut ini:
34
SK
KD
Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan
Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik (erosi, abrasi, banjir, dan longsor) Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir dan longsor)
Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Soal Indikator Menyebutkan lingkungan
Item Soal Nomor Jumlah Soal Soal
kerusakan
1 – 15
Mendeskripsikan cara pencegahan lingkungan erosi tanah, banjir dan longsor
1 – 15
15
Total
3.
15
30
30
Angket. Angket yang diberikan adalah angket motivasi belajar. Angket ini digunakan untuk mengukur bagaimana
model pembelajaran CTL tipe
learning community berpengaruh dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Berikut disajiikan dalam kisi-kisi angket motivasi belajar siswa.
Variabel Motivasi
Tabel 3. 3 Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar Siswa Aspek Indikator Intrinsik
Ekstrinsik
Total
Ada dorongan dalam diri menggunakan model pembelajaran CTL tipe learning community dalam pembelajaran IPA Didorong oleh guru untuk menggunakan model pembelajaran CTL tipe learning community dalam pembelajaran IPA
Jumlah item 5
5
10
3.6. Teknik Analisis Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data deskriptif kualitatif dan deskriptif komparatif untuk data kuantitatif. Data yang diperoleh akan dianalisis dalam bentuk-bentuk kata atau penjelasan yaitu data deskriptif kualitatif dan dalam bentuk angka yaitu data kuantitatif. Data kualitatif yang diperoleh dari hasil observasi terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CTL tipe learning community yang dilakukan oleh guru,
35
sedangkan untuk keperluan data kuantitatif, diperoleh dari hasil tes belajar siswa. Analisa data dilakukan dengan cara: 1.
Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif berupa hasil belajar dengan cara persentase yaitu dengan menghitung ketuntasan belajar siswa secara individual jika siswa tersebut mampu mencapai skor minimal 65 dan ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai 65 ini jumahnya sekitar 75% dari jumlah seluruh siswa dan masing-masing dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Ketuntasan individual = Ketuntasan klasikal
=
jumlah nilai maksimal jumlah nilai
x100%
jumlah siswa yang tuntas belajar jumlah seluruh siswa
x100%
Keterangan Ketuntasan indiviual : Jika siswa mencapai ketuntasan skor ≥ 65 Ketuntasan klasikal
: Jika > 75% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan
skor ≥ 650. 2.
Data kualitatif diperoleh dari observasi aktivitas siswa serta guru selama proses pembelajaran berlangsung dengan cara deskriptif. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dalam bentuk uraian, tabel, hubungan antar kategori, grafik, matrik, chart, dan sejenisnya. Tetapi hal yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
3.
Mengukur skala motivasi belajar dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan model pembelajaran CTL tipe learning community, digunakan skala menggunakan rumus Likert yang terdiri dari 3 kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Untuk mengetahui tingkat keaktifan belajar siswa, digunakan ketentuan yang dibuat oleh Depdiknas (2003) yaitu: Nilai=
Σskor yang diperoleh siswa X100% Σskor maksimum
Dengan ketentuan sebagai berikut: ≥ 80 ke atas 60 – 79 ≤ 59
: tinggi : sedang : rendah
36
3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan instrumen yang reliabel adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2010: 27). Teknik yang digunakan untuk menguji kevalidan instrumen menggunakan teknik corrected item to total score correlation yang dinotasikan (r), yang mengatakan bahwa suatu item instrumen penelitian dianggap valid jika memiliki koefisien corrected item to total correlation ≥ 0,05. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut: rit=
N⅀it-(⅀i)(⅀t) √(n⅀i2 -(⅀i)2 n⅀t2 -(⅀t)2)2
Keterangan: rit = koefisien korelasi antara dua variabel i
= skor setiap item
t
= skor total
(⅀i)2 = kuadrat jumlah skor item ⅀i2 = jumlah kuadrat skor item
⅀t 2 = jumlah kuadrat skor total
(⅀t)2 = kuadrat jumlah skor total
Untuk menentukan validitas suatu instrumen, digunakan ketentuan koefisien
validitas instrumen, seperti yang disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 3. 4 Koefisien Validitas Instrumen Koefisien 0,91 – 1,00 0,71 – 0,90 0,41 – 0,70 0,21 – 0,40 Negatif – 0,20
Kualifikasi Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah
37
Pada siklus I ada 23 instrumen soal yang diujikan. Setelah diuji validitas, instrument yang dinyatakan valid ada 15 instrumen soal dan instrument yang dinyatakan tidak valid ada 8. Adapaun instrument yang valid adalah sebagai berikut: 1, 2, 3, 6, 7, 8, 10, 11, 14, 15, 16, 18, 19, 21, 22. Soal yang tidak valid adalah soal nomor: 4, 5, 9, 12, 13, 17, 20, 23 (hasil pengujian terlampir) Pada siklus II, dari 25 instrumen soal yang diujikan, ada 15 soal yang dinyatakan valid dan ada 10 soal yang dinyatakan tidak valid. Soal yang dinyatakan valid adalah soal nomor: 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 20. Soal yang tidak valid adalah soal nomor: 1, 2, 5, 15, 19, 21, 22, 23, 24, 25 (hasil pengujian terlampir). Soal yang dinyatakan valid selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen menggunakan teknik Reliability Coefficient Alpha menggunakan program SPSS 18 for windows. Hasil pengujian reliabilitas dengan alat bantu SPSS disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 3. 5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus I dan II
Kriteria untuk menentukan reliabilitas instrument disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3. 6 Koefisien Reliabilitas Instrumen Nilai Reliabilitas 0,90 ≤……. Sangat Reliabel 0,71 – 0,89 Reliabel 0,41 – 0,70 Cukup Reliabel 0,21 – 0,40 Kurang Reliabel …..≤ 0,20 Tidak Reliabel Berdasarkan kriteria koefisien reliabilitas di atas, maka reliabilitas instrumen pada siklus I dan II masuk dalam kategori reliabel.
38
3.8. Uji Tingkat Kesukaran Soal Uji tingkat kesukaran soal dimaksudkan untk mengetahui apakah instrument soal yang diujikan tepat atau belum tepat. Tepat artinya instrument soal yang diujikan masuk dalam kategori sedang dan bukan dalam kategori terlalu sulit ataupun terlalu mudah. Untuk menguji tingkat kesukaran soal digunakan persamaan sebagai berikut: TK=
∑B ∑P
Keterangan: TK = tingkat kesukaran ∑B = jumlah siswa yang menjawab benar ∑P = jumlah siswa peserta tes. Untuk mengetahui tingkat atau kategori tingkat kesukaran soal, digunakan ketentuan sebagai berikut: Tabel 3. 7 Kategori Tingkat Kesukaran Soal Nilai F
Tingkat Kesukaran
0.00 – 0.25
Sukar
0.26 – 0.75
Sedang
0.76 – 1.00
Mudah
Berikut ini disajikan hasil pengujian tingkat kesukaran instrument soal baik siklus I maupun siklus II. Tabel 3. 8 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Siklus I Nomor Soal Nilai F Tingkat Kesukaran 1 2 3 6 7 8 10 11 14 15
0.6 0.6 0.6 0.6 0.5 0.3 0.4 0.6 0.5 0.3
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
39
16 18 19 21 22
0.4 0.3 0.5 0.5 0.5
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
Tabel 3. 9 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Siklus II Nomor Soal Nilai F Tingkat Kesukaran 3 4 6 7 8 9 10 11 12 13 14 16 17 18 20
0.3 0.3 0.5 0.4 0.5 0.3 0.6 0.6 0.5 0.3 0.3 0.7 0.6 0.7 0.5
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
Berdasarkan hasil pengujian, maka tingkat kesukaran instrument soal siklus I maupun siklus II masuk dalam kategori sedang. Dengan demikian, instrument soal ini adalah instrument soal yang baik untuk diujikan pada siswa kelas 4 SDN Kalibeji 01. 3.9. Indikator Kinerja Pembelajaran dikatakan berhasil, apabila terjadi: 1)
Meningkatnya motivasi
belajar siswa pada mata pelajaran IPA, yaitu
perolehan nilai siswa berada pada kategori tinggi. 2)
75% dari total siswa dalam kelas lulus kriteria individual dan 75% siswa dalam kelas lulus kriteria KKM = 65 (acuan yang digunakan sekolah).