BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian Bagian ini mendeskripsikan mengenai lokasi penelitian dilakukan, populasi penelitian dan sampel penelitian. Adapun deskripsinya adalah sebagai berikut. 1.
Lokasi Penelitian Penelitian berlokasi di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Cimahi yang
beralamat di Jl. Sukarasa No. 136 Citeureup – Cimahi Utara 40512. Tlp./ Fax (022) 6628404. N S S : 34.1.02.08.03.003. NPSN : 20224135 SK Pendirian : No. 0207/ 0 / 1980 Tanggal 30 Juli 1980. SMK ini membuka 3 program keahlian yaitu: Perhotelan, Tata Boga, dan Tata Busana. 2. Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010: 108). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X SMK Negeri 3 Cimahi tahun ajaran 2012/2013, yaitu berjumlah 304 orang dengan rincian jumlah peserta didik setiap kelas sebagai berikut. Tabel 3.1 Populasi Penelitian No
KELAS
JUMLAH
1.
X Busana 1
23
2.
X Busana 2
24
3.
X Busana 3
22
4.
X Tata Boga 1
36
5.
X Tata Boga 2
36
6.
X Tata Boga 3
35
7.
X Tata Boga 4
34
8.
X Perhotelan 1
36
9.
X Perhotelan 2
35
Ari Kurniawan, 2014 EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
10.
X Perhotelan 3 Jumlah
36 304
3. Sampel Penelitian Sugiyono (2012:118), menjelaskan “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Pengambilan
sampel
untuk
menentukan
kelas
eksperimen
dengan
menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan dengan pertimbangan tertentu yaitu siswa yang memiliki perilaku agresif tinggi dan tinggi sekali. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Dengan menggunakan teknik sampel bertujuan ini, peneliti dapat menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu, tetapi ada syarat-syarat yang harus dipenuhi (Arikunto, 2010: 139). Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan konseling kelompok teman sebaya yang telah dibuat dalam mereduksi perilaku agresif siswa, sehingga sampel yang dibutuhkan adalah siswa yang berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi pada profil perilaku agresif siswa yang diidentifikasi menggunakan instrumen perilaku agresif siswa. Maka siswa SMK Negeri 3 Cimahi yang berada pada kategori tinggi dan tinggi sekali dijadikan sampel penelitian atau menjadi kelompok eksperimen. B. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tentang konseling kelompok teman sebaya dalam mereduksi perilaku agresif siswa adalah pendekatan kuantitatif. Sugiyono (2012 : 14) mengartikan pendekatan kuantitatif sebagai: Pendekatan penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik
Ari Kurniawan, 2014 EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Data yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah pengkajian secara empiris dan sistematis terhadap perilaku agresif siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 3 Cimahi dengan menggunakan Instrumen Perilaku Agresif yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan perhitungan statistik untuk menghasilkan data yang teruji secara ilmiah. Data yang dihasilkan adalah profil perilaku agresif siswa kelas X di SMKN 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013. Profil perilaku agresif yang diperoleh dari hasil pengolahan instrumen kemudian dianalisis sebagai landasan dalam penyusunan program konseling kelompok teman sebaya dalam mereduksi perilaku agresif siswa kelas X SMKN 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013. 2. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan program konseling kelompok teman sebaya yang telah dibuat dalam mereduksi perilaku agresif siswa, sehingga metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Sugiyono (2012: 107), mengartikan “metode penelitian eksperimen sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi terkendalikan.” Terdapat beberapa bentuk dalam metode penelitian eksperimen, yaitu Pre-Experimental, True Experimental Design, Factorial Design dan Quasi Experimental (Sugiyono, 2012: 109). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pra eksperimen. Metode pra eksperimen seringkali dipandang sebagai ekperimen yang tidak sebenarnya, dalam disain penelitian pra eksperimen tidak ada kelompok pengontrol atau pembanding (Arikunto, 2010: 77). Disebut penelitian tidak sebenarnya karena eksperimen jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu (Arikunto, 2010: 84). Penelitian ini menggunakan desain Pre-Test Post-Test Group yaitu ada pemberian tes
Ari Kurniawan, 2014 EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
awal sebelum diberi perlakuan dan tes akhir setelah diberi perlakuan dalam kelompok yang sama. Dengan alasan ingin melihat apakah terdapat perubahan yang signifikan pada perilaku agresif siswa setelah diberikan treatment berupa konseling kelompok teman sebaya yang diberikan setelah pemberian tes awal. Dalam disain pre-test posttest group observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen/ sebelum pemberian treatment dan sesudah eksperimen yang digambarkan dengan bagan sebagai berikut. O1
X
O2
Keterangan dari bagan di atas adalah O1 yaitu pre-test dilakukan dengan menggunakan instrumen perilaku agresif, O2 adalah posttest yang dilakukan dengan menggunakan instrumen perilaku agresif, dan X adalah treatment yang dilakukan dengan menggunakan konseling kelompok teman sebaya. Perbedaan antara O1 dan O2 yakni O2-O1 diasumsikan merupakan efek dari treatment atau eksperimen yang dilakukan. C. Definisi Operasional Variabel Secara operasional terdapat dua konsep pokok dalam penelitian ini, yaitu perilakau agresif dan konseling kelompok teman sebaya. 1. Perilaku Agresif Secara operasional, yang dimaksud dengan perilaku agresif dalam penelitian ini adalah tindakan menyakiti oleh siswa SMK Negeri 3 Cimahi Tahun ajaran 2012/2013 terhadap orang lain baik secara fisik maupun psikis dengan adanya unsur kesengajaan, adanya sasaran, dan bertujuan untuk menyakiti atau menghancurkan orang lain yang dibatasi pada aspek keagresifan, melawan perintah, merusak, dan permusuhan. a. Aspek keagresifan, yaitu perilaku yang memiliki sifat keagresifan ditunjukkan dengan indikator; (1) Berkelahi dengan teman sebaya; (2) Secara fisik menyerang orang lain; dan (3) Berlaku kasar terhadap orang lain.
Ari Kurniawan, 2014 EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
b. Aspek melawan perintah, yaitu perilaku yang menunjukkan adanya keinginan untuk menentang atau tidak mengikuti aturan ditunjukkan dengan indikator; (1) Tidak mengikuti perintah/aturan; dan (2) Membangkang atas perintah guru dan orang tua. c. Aspek merusak, merupakan tindakan-tindakan yang bertujuan untuk merusak ditunjukkan dengan indikator; (1) Membuat keonaran; (2) Merusak barang-barang pribadi; (3) Merusak barang-barang milik orang lain. d. Aspek permusuhan, yaitu tindakan-tindakan yang menunjukkan permusuhan ditunjukkan dengan indikator; (1) Suka bertengkar; (2) Berlaku kejam terhadap orang lain; dan (3) Menaruh rasa dendam. 2. Konseling Kelompok Teman Sebaya Konseling kelompok teman sebaya merupakan layanan bantuan yang diberikan oleh konselor ahli terhadap konseli secara tidak langsung tetapi melalui teman sebaya konseli (konselor sebaya) yang mempunyai kriteria kualitas kondisi humanistik seperti karakteristik hangat, memiliki minat pada kegiatan layanan bantuan, dapat diterima orang lain, toleran terhadap perbedaan sistem nilai, dan energik. Dan yang telah diberikan pelatihan-pelatihan kecakapan konselor oleh konselor ahli dengan maksud agar dapat lebih diterima oleh konseli dengan menggunakan kelompok atau dalam bentuk dinamika kelompok. D. Instrumen Penelitian Sebelum instrumen diberikan pada pada peserta didik, terlebih dahulu melalui proses pengembangan instrumen yang dilakukan dengan langkah-langkah ,antara lain sebagai berikut. 1. Jenis Instrumen Penelitian Arikunto (2010:133), menjelaskan bahwa “instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan dalam penelitian kuantitatif dalam mengumpulkan data.” Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau kuesioner. Sugiyono (2012: 194) menjelaskan bahwa “angket atau kuesioner adalah sejumlah
Ari Kurniawan, 2014 EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya.” Tujuan penyebaran angket adalah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pernyataan (Riduwan, 2002:26). Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket tertutup. Riduwan (2002:27) menjelaskan “angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa (angket berstruktur) sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan memberikan tanda silang (X) atau checklist (√).” Skala yang digunakan sebagai pedoman pemberian skor pada angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Penggunaan Skala Likert biasanya digunakan untuk pernyataan dan jumlah besar di mana skala nilai psycological continuum tidak diketahui, maka di dalam memberi respons, subyek diizinkan memberi dalam lima kategori: a) Sangat Sesuai, b) Sesuai, c) Kurang Sesuai, d) Tidak Sesuai, dan e) Sangat Tidak Sesuai. Dalam mengkontrukskian Skala Sikap. Azwar (2011: 144) menyatakan Likert menemukan bahwa skor didasarkan pada hubungan integral korelasi 0,99 dengan sistem deviasi normal yang komplikasi pertimbangannya.” Jadi statment favorable yang direspons Sangat Setuju diberi nilai pertimbangan= 5, Setuju= 4, Bingung= 3, Tidak Setuju= 2, dan Sangat Tidak Setuju= 1. Demikian juga untuk pernyataan yang tidak favorable diberi penilaiaan untuk Sangat Tidak Setuju= 5, sampai ke yang Sangat Setuju= 1 Angka 0 atau angka 1 semua dapat dipilih sebagai titik awal asalkan semua pernyataan dalam Skala Sikap yang bersangkutan diperlakukan sama sehingga peneliti memiliki sebaran (range) nilai skala pada kontinum yang sama. Azwar (2011: 107) menyatakan cara menyeleksi item dalam metoda ini yaitu “dengan analisa item; misalnya 25% dari subjek mempunyai total skor rendah, kedua
Ari Kurniawan, 2014 EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
kelompok ini kemudian dilengkapi dengan kelompok kriteria untuk mengevaluasi respons kelompok tinggi sampai rendah yaitu rasio.” Prosedur pengskalaan dengan metode rating yang dijumlahkan didasari oleh dua asumsi, yaitu: a. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai termasuk pernyataan yang favorable atau pernyataan yang tidak favorable. b. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi dari pada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negatif (Azwar, 2011: 139) Jawaban favorable adalah respon setuju terhadap pernyataan yang favorable dan respon yang tidak setuju terhadap pernyataan yang tidak-favorabel. Jawaban tidak favorable adalah respon setuju terhadap pernyataan yang tidak favorabel. Azwar (2011: 141) menyatakan tujuan penentuan skala dengan deviasi normal adalah “untuk memberikan bobot yang tertinggi bagi kategori jawaban yang paling favorable dan memberikan bobot rendah bagi kategori jawaban yang tidak favorable.” Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompokkelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur. Adapun kriteria penyekoran untuk mendapatkan skor angket perilaku agresif siswa dapat dilihat pada tabel 3.2 Tabel 3.2 Ketentuan Pemberian Skor Instrumen Perilaku Agresif Siswa Skor Pernyataan Sangat Tidak Sangat Tidak Sesuai Bingung Sesuai Sesuai Sesuai 5 4 3 2 1 Negatif
Ari Kurniawan, 2014 EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
2. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen Instrumen yang disusun ditujukan untuk mengungkap perilaku agresif siswa. Kisi-kisi instrumen dibuat berdasarkan definisi operasional yang kemudian dijabarkan dalam bentuk pernyataan. Adapun pengembangan kisi-kisi instrumen untuk mengungkapkan profil perilaku agresif siswa kelas X SMK Negeri 3 Cimahi sebelum dan sesudah judgement dijabarkan dalam Tabel 3.3 dan Tabel 3.4 sebagai berikut.
No. 1.
2.
3.
Aspek Keagresifan (Perilaku yang memiliki sifat keagresifan)
Melawan perintah (Perilaku yang menunjukkan adanya keinginan untuk menentang atau tidak mengikuti aturan) Merusak (Tindakantindakan yang bertujuan untuk merusak)
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrument Perilaku Agresif Siswa (Sebelum Judgement) Item Indikator (+) (-) Remaja berkelahi dengan 1, 2 3, 4, 5 teman sebaya Remaja secara fisik 9, 10, menyerang orang dewasa 6, 7, 8 11 atau orang lain Remaja berlaku kasar 14, 15, 12, 13 terhadap orang lain 16, 17 Remaja mudah tersulut 18, 19, 21, 22 emosinya 20 Remaja tidak mengikuti 23, 24, 26 perintah/aturan 25 Remaja tidak disiplin 27, 28, 30, 31, 29 32 Remaja membangkang terhadap orang tua, guru 35, 36, 33, 34, dan orang dewasa 37, 38 39, 40 lainnya Remaja membuat keonaran Remaja merusak barangbarang yang ada dirumah Remaja merusak barang-
41, 42, 43 47, 48, 49 53, 54,
44, 45, 46 50, 51, 52 56, 57,
Jumlah 5 6 6 5 4 6
8
6 6 6
Ari Kurniawan, 2014 EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
4.
barang milik orang lain. Remaja suka bertengkar
Permusuhan (Tindakantindakan yang Remaja berlaku kejam menunjukkan terhadap orang lain permusuhan) Remaja menaruh rasa dendam Jumlah
55 59, 60, 61 65, 66, 67 71, 72, 73, 74 39
58 62, 63, 64 68, 69, 70 75, 76, 77 38
6 6 7 77
Tabel di atas menunjukkan kisi-kisi instrumen perilaku agresif siswa yang dibuat sebelum judgement dilakukan. Setelah uji coba, maka hasil kisi-kisi instrumen setelah judgement adalah sebagai berikut.
No. 1.
2.
3.
4.
Aspek Keagresifan
Melawan perintah
Merusak
Permusuhan
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrument Perilaku Agresif Siswa (Setelah Judgement) Item Indikator (-) Berkelahi dengan teman 1, 2, 3, 4, 5, 6 sebaya Secara fisik menyerang 7, 8, 9, 10, 11, 12 orang lain Berlaku kasar terhadap 13, 14, 15, 16, 17, orang lain 18 Tidak mengikuti 19, 20, 21, 22, 23, perintah/aturan 24 Membangkang atas 25, 26, 27, 28, 29, perintah guru dan orang 30 tua Membuat keonaran 31, 32, 33, 34, 35, 36 Merusak barang-barang 37, 38, 39, 40, 41, pribadi 42 Merusak barang-barang 43, 44, 45, 46, 47, milik orang lain. 48 Suka bertengkar 49, 50, 51, 52, 53,
Jumlah 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Ari Kurniawan, 2014 EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
54 Berlaku kejam terhadap 55, 56, 57, 58, 59, orang lain 60 Menaruh rasa dendam 61, 62, 63, 64, 65, 66 Jumlah
6 6 66
3. Perumusan Butir Pernyataan Instrumen Pernyataan instrumen mengacu pada kisi-kisi instrumen perilaku agresif. Pernyataan-pernyataan yang terdapat pada instrumen perilaku agresif ditujukan untuk mengukur gejala keagresifan, melawan perintah, merusak, dan permusuhan. Pernyataan disesuaikan dengan tingkat berfikir responden, yaitu siswa kelas X SMK. Setiap
pernyataan
disertai
dengan
alternatif
respon
yang
disusun
menggunakan rating scale. Lima alternatif respon instrumen perilaku agresif siswa yaitu, Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang Sesuai (KS), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS) Adapun kriteria alternatif respon instrument perilaku agresif adalah sebagai berikut. Tabel 3.5 Kriteria Alternatif Respon Instrumen Alternatif Respon SS S KS TS STS
Deskripsi Siswa merasa bahwa pernyataan sangat sesuai dengan gambaran dirinya. Siswa merasa bahwa pernyataan sesuai dengan gambaran dirinya. Siswa merasa bahwa pernyataan kurang sesuai dengan gambaran dirinya. Siswa merasa bahwa pernyataan tidak sesuai dengan gambaran dirinya. Siswa merasa bahwa pernyataan sangat tidak sesuai dengan gambaran dirinya.
Ari Kurniawan, 2014 EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
4. Uji Kelayakan Instrumen Instrumen perilaku agresif disusun melalui beberapa tahap uji kelayakan, yaitu penimbangan instrumen oleh pakar dan praktisi, uji keterbacaan, uji validitas dan uji reliabilitas instrumen. a.
Penimbangan Instrumen oleh Pakar dan Praktisi Instrumen yang telah dibuat, terlebih dahulu diuji kelayakannya oleh para
pakar. Uji kelayakan tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari sisi bahasa, konstruk dan isi. Pertimbangan dilakukan oleh tiga ahli bimbingan dan konseling yaitu tiga dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, yaitu Dr. Tina Hayati Dahlan, S.Psi.,M.Pd., Dra. Hj. SW. Indrawati, M.Pd., dan Dr. Mubiar Agustin, M.Pd. Pertimbangan dilakukan untuk mendapatkan angket yang sesuai dengan penelitian dan untuk mengetahui memadai atau tidaknya pernyataan dalam instrumen dengan menilai dari sisi bahasa, konstruk dan isi. Pernyataan yang dinilai M (memadai) bisa langsung digunakan namun pada pernyataan yang TM (tidak memadai) perlu diubah dari segi bahasa, konstruk maupun isi atau dibuang sesuai dengan pertimbangan para ahli. Berdasarkan hasil uji kelayakan instrumen, dari total keseluruhan butir pernyataan yang berjumlah 77, setelah divalidasi oleh para ahli maka ada beberapa butir pernyataan yang harus diubah sisi bahasanya, diganti, dan dihilangkan maka tinggal berjumlah 66. b. Uji Keterbacaan Uji keterbacaan instrumen dilakukan kepada peserta didik kelas XI SMK Negeri 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013 yang tidak dijadikan anggota sampel penelitian sebanyak tiga orang peserta didik. Tujuan uji keterbacaan instrumen yaitu untuk mengukur sejauh mana peserta didik memahami isi dari instrumen yang digunakan. Setelah melakukan uji keterbacaan, kemudian pernyataan-pernyataan
Ari Kurniawan, 2014 EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
yang tidak dipahami oleh peserta didik direvisi tanpa mengubah maksud dari pernyataan tersebut agar dapat dimengerti oleh peserta didik. c. Uji Validitas Instrumen Arikunto (2010: 168) memaparkan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Validitas item adalah derajat kesesuaian antara satu item dengan item-item yang lainnya dalam cakupan yang ingin diukur dalam suatu perangkat instrumen. Suatu instumen dapat dikatakan valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2012:121). Pengujian validitas data menggunakan rumus Spearman Brown. Pengolahan data dalam penelitian dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for Windows. Berdasarkan pengolahan data, hasil uji validitas menunjukkan dari 66 butir pernyataam dari angket perilaku agresif siswa 66 butir pernyataan dinyatakan valid. Indeks validitas instrumen bergerak diantara 0,099 – 0,507 pada p < 0.05. (hasil penghitungan validitas pada lampiran halaman 19). Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Perilaku AgresifSiswa Kelas X SMKN 3 Cimahi Kesimpulan Valid
Nomor Pernyataan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,2 5,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36,37,38,39,40,41,42,43,44,45, 46,47,48,49,50,51,52,53,54,55,56,57,58,59,60,61,62,63,64,65,66
Tidak Valid
Jumlah 66
0
Hasil perhitungan terhadap 66 butir soal untuk instrumen perilaku agresif, tidak diperoleh item yang tidak valid, sehingga total item yang valid 66 item. Itemitem yang valid dijadikan instrumen dengan nomor-nomor yang disusun secara berurutan. d. Uji Reliabilitas Instrumen Menurut Sukardi (2008: 127), reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang
Ari Kurniawan, 2014 EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Menurut Arikunto (2010: 196) untuk uji reliabilitas yang skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai atau berbentuk skala digunakan rumus Alpha. Rumus Alpha tersebut dapat dilihat sebagai berikut. (
)(
)
Keterangan: r 11 = Reliabilitas instrumen k
= Banyaknya butir soal
∑Si = Jumlah varians butir St = Varians total (Arikunto, 2010: 196) Titik tolak ukur koefisien reliabilitas yang digunakan adalah pedoman interpretasi koefisien korelasi yang disajikan pada tabel 3.7 berikut: Tabel 3.7 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00-0,199 0,20-0,399 0,40-0,599 0,60-0,799 0,80-1,000
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
(Sugiyono, 2012: 257)
Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 dan Microsoft Excel 2007, diperoleh hasil sebagai berikut.
Ari Kurniawan, 2014 EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.8 Tingkat Reliabilitas Instrumen Perilaku Agresif Siswa Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .952
66
Berdasarkan tabel 3.9 didapatkan koefisien Cronbach's Alpha adalah 0,952 yang berada pada tingkat reliabilitas sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa instrumen perilaku agresifr dapat digunakan dengan baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data mengenai perilaku agresif siswa SMK. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang dipilih untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket atau kuesioner. Arikunto (2010:194), menjelaskan “angket adalah sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau halhal yang diketahuinya.” Riduwan (2002:26), mengemukakan “tujuan penyebaran angket adalah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pernyataan.” Tujuan penyebaran angket dalam penenlitian ini adalah untuk mengungkap profil perilaku agresif siswa kelas X SMK. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket tertutup. Riduwan (2002:27) menjelaskan “angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa (angket berstruktur) sehingga responden diminta untuk memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan memberikan tanda silang (X) atau checklist (√).”
Ari Kurniawan, 2014 EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Dalam mengumpulkan data, angket yang disebarkan kepada responden berbentuk pernyataan-pernyataan mengenai perilaku agresif siswa yang terdiri dari keagresifan, melawan perintah, merusak, dan permusuhan. Angket yang berisi 66 pernyataan (sebelum uji coba) disebarkan untuk mencari tingkat validitas dan reliabilitas. Setelah didapatkan hasil validitas dan reliabilitas, angket yang berisi 66 pernyataan (setelah uji coba) disebarkan dalam tahap penelitian pretest dan posttest. F. Analisis Data Data yang diungkap melalui instrument perilaku agresif yang telah disebarkan adalah profil perilaku agresif siswa kelas X SMK. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam mengolah data tersebut adalah sebagai berikut. 1.
Verifikasi Data Verifikasi data yang dimaksud adalah pemeriksaan kelengkapan jumlah
instrumen yang terkumpul harus sesuai dengan jumlah instrumen yang telah disebarkan. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan identitas peserta didik yang dijadikan subjek penelitian, yaitu nama lengkap, nomor absen, dan kelas. 2.
Skoring Langkah selanjutnya adalah penskoran data hasil penelitian. Setiap pernyataan
disertai dengan alternatif respon yang disusun menggunakan rating scale. Lima alternatif respon instrumen perilaku agresif siswa yaitu, Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang Sesuai (KS), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Penskoran dilakukan dengan mengacu pada pedoman penyekoran sebagai berikut.
Tabel 3.9 Pola Skor Pilihan Alternatif Respon Pernyataan Negatif (-)
SS 5
Skor Pilihan Alternatif Respon S KS TS 4 3 2
STS 1
Ari Kurniawan, 2014 EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
3. Pengelompokkan dan Penafsiran Data Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil perilaku agresif siswa kelas X SMK. Data hasil penelitian yang diperoleh dari angket yang telah disebarkan kemudian diolah dan dianalisis untuk mengetahui makna skor yang dicapai peserta didik dalam pendistribusian responnya terhadap instrument apakah prilaku agresifnya sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2007. Untuk mengetahui tingkat perilaku agresif siswa dilihat dari skor matang, skor tersebut diperoleh dengan membagi nilai rata-rata jumlah skor actual dengan skor ideal, kemudian dikalikan 100. Adapun penghitungan skor matang dan skor ideal, sebagai berikut.
(Rahmat dan Solehuddin, 2006: 61)
Keterangan: K
= Jumlah Soal
N maks= Nilai maksimal jawaban pada setiap item pertanyaan Selanjutnya, untuk menentukan kategori Sangat Tinggi (ST), Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R), Sangat Rendah (SR), menggunakan nilai skala pengukuran terbesar yaitu 5 dan skala pengukuran terkecil adalah 1. Skor maksimal idealnya adalah 100, skor minimal idealnya 20, rentang skor 80, banyak kelasnya 5, dan panjang kelasnya 16. Berdasarkan perhitungan tersebut maka pengkategorian skor matang perilaku agresif siswa SMK seperti dalam tabel 3.10 berikut. Tabel 3.10 Kriteria Skor Matang Perilaku Agresif KATEGORI
KRITERIA
Rendah sekali
20-36
Ari Kurniawan, 2014 EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Rendah Sedang Tinggi tinggi sekali
37-52 53-68 69-84 85-100
G. Pengembangan dan Pelaksanaan Program 1. Pengembangan Program Dalam rangka menghasilkan program konseling kelompok teman sebaya untuk mereduksi perilaku agresif siswa yang layak dilaksanakan, maka disusun tahapan kegiatan sebagai berikut. a.
Tahap pemotretan tentang need assesment siswa terhadap layanan konseling kelompok diungkap melalui angket perilaku agresif yang disebarkan kepada seluruh siswa. (Angket dapat dilihat pada lampiran di halaman 27 )
b.
Tahap pengkajian hasil need assesment yang diperoleh dari hasil angket dan sosiometri untuk dijadikan bahan masukan pengembangan program, pemilihan konseli, dan pemilihan konselor sebaya. (Perhitungan statistik dan hasil sosiometri dapat dilihat pada lampiran di halaman 32 )
c.
Tahap pengembangan program konseling kelompok teman sebaya untuk mereduksi perilaku agresif siswa. Berdasarkan kajian terhadap data hasil angket disertai analisis terhadap konsep konseling kelompok teman sebaya dan teori mengenai perilaku agresif, maka dikembangkan sebuah program konseling kelompok teman sebaya.
d.
Tahap judgement program. Untuk mengkaji kelayakan sebuah program adalah dilakukan judgement program kepada pakar atau ahli bimbingan dan konseling di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia yaitu bapak Dr. Mubiar Agustin, M.Pd. dan Nandang Budiman, S.Pd.,M.Si.. Judgement program juga dilakukan kepada praktisi bimbingan dan konseling di sekolah yaitu ibu Tri Windarwati S.Pd yang merupakan guru bimbingan dan konseling di SMK Negeri 3 Cimahi. Judgement atau
validasi program tersebut bertujuan untuk memperoleh rumusan program konseling kelompok teman sebaya yang layak untuk dilaksanakan terhadap
Ari Kurniawan, 2014 EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
kelompok eksperimen di sekolah baik dari sisi bahasa, isi maupun konstruk. Dengan demikian diperoleh saran-saran yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pengembangan program, sehingga tersusunlah program konseling kelompok teman sebaya untuk mereduksi perilaku agresif siswa. (Hasil dan kesimpulan dari masukan pakar dan praktisi bimbingan dan konseling dapat dilihat pada lampiran di halaman 86 ) e.
Uji coba lapangan. Kegiatan uji coba yang berbentuk penelitian pra-eksperimen (one group pre test-post test) melibatkan siswa yang menjadi konselor sebaya yaitu siswa yang popular dan skor rata-rata agresifnya tidak tinggi yaitu dalam rentang 20-68 dan melibatkan sampel penelitian dengan skor rata-rata perilaku agresif tinggi yaitu dalam rentang 69-84. Pelatihan calon konselor sebaya dilakukan selama 4 minggu dengan 10 materi pertemuan pada bulan April-Mei dan intervensi terhadap konseli dilakukan selama 3 minggu yaitu pada bulan Mei-Juni.
f.
Analisis dan revisi program. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas program konseling kelompok teman sebaya dalam upaya mereduksi perilaku agresif siswa. Revisi program dilakukan atas hasil analisis pada uji coba yaitu dampak dan reaksi siswa selama proses konseling kelompok, sehingga terwujud program akhir konseling kelompok teman sebaya yang mampu mereduksi perilaku agresif siswa. (Hasil Program dapat dilihat pada lampiran di halaman 86 )
2. Pelaksanaan Program Untuk pelaksanaan program tersebut adalah sebagaimana standar konseling kelompok seperti yang dikemukakan oleh Gladding dalam Rusmana (2009: 86-97), ada empat langkah utama yang harus ditempuh dalam melaksanakan konseling kelompok, yakni; (1) langkah awal (beginning a group); (2) langkah transisi (the transition stage in a group); (3) langkah kerja (the working stage in a group); dan (4) langkah terminasi (termination of a group). Empat langkah tersebut selaras dengan
Ari Kurniawan, 2014 EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
langkah-langkah dinamika kelompok dari Tuckman, yakni forming, storming, norming, performing, dan adjourning. 1. Tahap pertama adalah langkah awal (beginning a group). Menurut Gladding dalam Rusmana (2009: 86) langkah awal konseling (beginning) paralel dengan langkah pembentukan kelompok (forming) dari Tuckman. Pembentukan kelompok terdiri dari perincian organisasional yang harus ditunjukkan sebelum kelompok dimulai yaitu merumuskan tujuan, pemilihan anggota, dan pemilihan calon konselor sebaya. Pada tahap pertama ini pula calon konselor sebaya dibina atau dilatih oleh konselor agar dapat memberikan layanan sesuai harapan konselor. Untuk pemilihan calon konselor sebaya ini maka dilakukan penyebaran sosiometri kepada seluruh populasi untuk mengetahui siapakah siswa yang dianggap mampu untuk menjadi pemimpin. Calon konselor sebaya yang dipilih ialah siswa yang dipilih berdasarkan hasil sosiometrinya tinggi, hasil angket perilaku agresifnya rendah. Setelah didapat siswa-siswa yang menjadi bakal calon konselor sebaya tersebut, maka nama-nama bakal calon konselor sebaya tersebut diajukan kepada konselor sebaya untuk didiskusikan lebih lanjut terutama mengenai kriteria kualitas kondisi humanistik calon konselor sebaya seperti yang disarankan oleh Tindall dan Gray (1985: 74) yaitu seperti karakteristik hangat, memiliki minat pada kegiatan layanan bantuan, dapat diterima orang lain, toleran terhadap perbedaan system nilai, dan energik. Setelah terpilih calon konselor sebaya dari bakal calon konselor sebaya maka selanjutnya konselor sebaya dilatih dengan delapan keterampilan dasar dalam konseling sebaya menurut Tindall dan Gray yaitu Attending (member perhatian), emphatizing (melakukan empati), summarizing (merangkum), questioning (bertanya), genuineness (keaslian), assertiveness (asertif), confrontation (konfrontasi), dan problem solving (pemecahan masalah). Dalam setiap akhir pemberian materi pelatihan tersebut, calon konselor sebaya dievaluasi oleh peneliti yaitu dengan mempersilahkan calon konselor sebaya mempraktekkan atau mensimulasikan kecakapan yang
Ari Kurniawan, 2014 EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
telah dilatihkan tersebut secara bergantian kepada calon konselor sebaya lainnya. Selain itu juga calon konselor sebaya diberi soal evaluasi untuk mereka isi. Setelah seluruh materi pelatihan tersebut diberikan kepada calon konselor sebaya maka selanjutnya calon konselor sebaya diangkat menjadi konselor sebaya. Selanjutnya konselor sebaya diberi pembekalan atau pemantapan mengenai materi yang akan mereka berikan kepada konseli sebayanya. 2. Tahap kedua adalah tahap transisi (transition stage). Tahap ini adalah periode kedua pasca pembentukan kelompok dan merupakan tahap awal sebelum memasuki tahap kerja. Masa transisi ditandai dengan adanya tahapan forming dan norming. Dalam tahap transisi ini adalah masa terjadinya konflik dalam kelompok. Konflik dalam kelompok terjadi karena adanya kekhawatiran anggota kelompok dalam memasuki proses konseling (Rusmana, 2009: 90). Pada tahap kedua ini dilakukan kontrak perilaku terhadap konseli, pembagian kelompok, dan konselor sebaya mulai diperkenalkan kepada konseli sebagai rekan sebaya yang akan membimbing dan juga membantu konseli. 3. Tahap ketiga adalah tahap kerja (performing stage). Perhatian utama dalam tahapan kerja adalah produktivitas kinerja. Masing-masing anggota kelompok terfokus pada peningkatan kualitas kinerja untuk mencapai tujuan individu dan kelompok (Rusmana, 2009: 96). Pada tahap kerja ini adalah tahap inti yaitu tahap pemberian materi oleh konselor sebaya terhadap konseli. Tujuan tahap ini adalah penciptaan harapan-harapan positif bagi anggota kelompok individu yang mengharapkan keberhasilan, lebih mungkin untuk mencapai tujuan-tujuan mereka. Pada bagian ini anggota kelompok mangkaji secara lebih spesifik upayaupaya yang mereka lakukan. Mereka mengidentifikasi dan menunjukkan perilaku mereka yang ditargetkan untuk berubah, mengimplementasikan teknik-teknik perubahan yang penting, dan mengukur tingkat kesuksesan mereka. 4. Tahap keempat adalah tahap terminasi (termination stage). Tahap terminasi adalah tahap yang tidak kalah pentingnya dengan tahap pembentukan kelompok. Pembubaran kelompok biasanya dipengaruhi oleh perpaduan kondisi emosi dan
Ari Kurniawan, 2014 EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
perampungan tugas-tugas kelompok. Inilah saatnya ketika perilaku anggota kelompok berubah. Secara umum konseling kelompok akan berakhir ketika kelompok telah merampungkan misi-misinya (Rusmana, 2009: 100). Keseluruhan intervensi dalam program ini dalam pelaksanaannya mencakup keempat tahapan dalam konseling kelompok. Dari keempat tahapan tersebut diaplikasikan dalam 8 sesi. Untuk lebih jelasnya gambaran setiap sesi intervensi konseling kelompok teman sebaya untuk mereduksi perilaku agresif siswa sekolah menengah kejuruan adalah sebagai berikut: Sesi 1 Dalam sesi ini ialah pelatihan konselor sebaya terhadap calon konselor teman sebaya. Tujuan dalam pelatihan ini adalah untuk melatih dan mengenalkan konselor sebaya tentang konsep serta keterampilan dasar dalam memberikan layanan bantuan yakni keterampilan seorang konselor sebaya. Dalam sesi ini konselor sebaya dilatih agar memiliki keterampilan dalam berkomunikasi, keterampilan dasar mendengarkan secara aktif, mampu menunjukkan empati kepada teman yang mengalami kesulitankesulitan sosial atau emosional, serta memiliki keinginan untuk memberikan dukungan kepada temannya, dan sebelumnya diberikan materi mengenai apa itu konseling teman sebaya. Secara khususnya pelatihan konselor sebaya ini sesuai dengan delapan keterampilan dasar dalam konseling sebaya menurut Tindall dan Gray ialah Attending (member perhatian), emphatizing (melakukan empati), summarizing
(merangkum),
questioning
(bertanya),
genuineness
(keaslian),
assertiveness (asertif), confrontation (konfrontasi), dan problem solving (pemecahan masalah). Sesi 2 Sesi ini peneliti memberikan konselor sebaya pembekalan materi yang akan konselor sebaya berikan kepada konseli. Pemahaman terhadap materi ini penting dimiliki oleh konselor sebaya untuk disampaikan kepada konseli sebaya mereka.
Ari Kurniawan, 2014 EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Dengan kata lain materi ini merupakan materi yang akan dilaksanakan oleh konselor sebaya terhadap konseli sebaya untuk mereduksi perilaku agresif mereka. Sesi 3 Sesi ini bertujuan agar siswa memahami seputar perilaku agresif dan memiliki komitmen untuk turut serta dalam gerakan anti perilaku aresif yang ditandai dengan kesediaan untuk mengikuti seluruh sesi intervensi. Sesi ini berjudul “Apa itu Agresif” dan dalam pelaksanaannya menggunakan teknik diskusi dan kontrak perilaku. Pada sesi ini juga merupakan untuk pembentukan kelompok. Sesi 4 Sesi ini bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mengurangi perilaku keagresifannya. Dalam sesi ini layanan yang diberikan berjudul “Akibat Perilaku Agresif” dan “Pengalaman Berlaku Kasar” layanan ini menggunakan media video dan kertas kosong dan melalui teknik diskusi dan simulasi dan diakhiri dengan konseling Sesi 5 Sesi ini bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mengurangi perilaku melawan perintah. Pada sesi ini layanan yang diberikan berjudul “Apakah Saya Suka Melawan Perintah” dan “Patuhilah Perintah” dengan menggunakan media lembaran kertas isian dan melalui teknik diskusi dan simulasi dan diakhiri dengan konseling. Sesi 6 Sesi ini bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mengurangi perilaku merusak. Pada sesi ini layanan yang diberikan berjudul “Hasil Dari Membuat Keonaran” dan “Rapi Itu Nyaman” dengan menggunakan media video dan kertas kosong dan melalui teknik diskusi dan simulasi dan diakhiri dengan konseling Sesi 7 Sesi ini bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mengurangi perilaku permusuhan. Dalam sesi ini layanan yang diberikan berjudul “Akibat Permusuhan” dan “Saya Benci” dengan menggunakan media video dan potongan berita dan melalui teknik diskusi dan simulasi dan diakhiri dengan konseling
Ari Kurniawan, 2014 EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Sesi 8 Sebagai sesi penutup, kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh umpan balik dari anggota kelompok mengenai keseluruhan intervensi konseling yang telah mereka jalani. Dan pada sesi ini pula dilaksanakan pembubaran kelompok.
Ari Kurniawan, 2014 EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu