39
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian, subyek penelitian meliputi teknik pengambilan sampel, karakteristik subyek dan jumlah subyek. Kemudian akan dibahas metode pengumpulan data, dan prosedur penelitian yang terdiri dari tahap persiapan, pelaksanaan dan prosedur analisa. 3.1
Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
Fenomenologi, untuk mengetahui gejala-gejala atau fenomena yang pernah menjadi pengalaman, dapat dijadikan tolak ukur untuk mengadakan suatu penelitian kualitatif. Metode yang digunakan peneliti adalah metode kualitatif dimana penyusun mendeskripsikan serta menjabarkan permasalahan yang ingin diteliti. Penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif (Poerwandri, 2009). Menurut Basuki, 2006 (dalam Anjar, 2007) penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan
pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial. Penelitian dilakukan untuk mengembangkan pemahaman, penelitian membantu mengerti dan mengintepretasikan apa yang ada dibalik peristiwa (Poerwandri, 2009).
40
3.2
Subyek Penelitian Menurut Poerwandri (2009) menyatakan bahwa penelitian kualitatif
berfokus pada kedalaman dan proses kualitatif cenderung dilakukan dengan jumlah kasus yang sedikit. Jumlah subyek amat tergantung pada apa yang ingin diketahui peneliti. Dalam penelitian ini, jumlah subyek yang digunakan oleh peneliti adalah sebanyak tiga orang, yang mana mereka sudah sesuai dengan karakteristik subyek penelitian. Pada penelitian ini subyek dibatasi pada wanita masa dewasa awal berkarier yang belum menikah. 3.2.1
Karakteristik subyek Adapun karakteristik dari subyek penelitian adalah :
1. Wanita berusia 30-40 tahun. Usia dipilih karena secara teoritis berhubungan dengan tugas perkembangan intimacy vs isolation yang mana ia dituntut untuk dapat membangun hubungan intim dengan orang lain (Erikson, dalam Papalia, dkk.,2009). 2. Wanita yang bekerja dan pendidikan minimal Diploma. Karena pendidikan adalah salah satu faktor yang membentuk kemampuan berpikir abstrak dan hipotesis (Papalia, dkk., 2009). 3. Wanita yang belum menikah dan memiliki pasangan. Wanita yang belum menikah/ lajang, belum memiliki keterikatan dan ketergantungan dengan orang lain. Sedangkan Pacaran berfungsi sebagai sarana rekreasi, persahabatan tanpa adanya tanggung jawab untuk menikah, memberikan status dan prestasi (achievement), sosialisasi, eksperimen seksual atau
41
kepuasan seksual, pemilihan pasangan, dan pemenuhan kebutuhan intimacy (Rice, 1996) 3.2.2
Jumlah Subyek Penggunaan kriteria kualitatif untuk menggambarkan aspek-aspek yang
hendak diukur oleh tes mempengaruhi penentuan jumlah subyek dalam penelitian ini. Poerwandari (2001) menyatakan bahwa pendekatan kualitatif cenderung dilakukan dengan jumlah kasus sedikit karena fokusnya adalah pada kedalaman, proses, serta upaya untuk memahami sudut pandang dan konteks subyek penelitian secara mendalam. Pada penelitian ini, subyek yang diteliti berjumlah tiga orang. 3.3
Metode Pengumpulan Data
3.3.1
Wawancara Moelong (2006) menyatakan bahwa wawancara merupakan percakapan
dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua orang, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Susan Stainback dalam Sugiyono (2010) mengemukakan bahwa dengan wawancara, maka peneliti mengetahui
hal-hal
yang
lebih
mendalam
tentang
subyek
dalam
menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, yang tidak bisa ditemukan melalui observasi. Sugiyono (2010) mengungkapkan, wawancara terbagi menjadi wawancara tidak terstruktur dan wawancara semi terstruktur.
42
Penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur. Wawancara ini lebih bebas dan bertujuan menemukan permasalahan secara lebih terbuka. Dimana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat, ide-idenya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai peneliti yaitu ingin mengetahui gambaran intimacy need pada wanita masa dewasa awal berkarier yang belum menikah. 3.3.2 Observasi Istilah observasi berasal dari bahasa latin yang berarti “melihat” dan “memperhatikan”. Observasi yang berarti pengamatan bertujuan mendapatkan data tentang suatu masalah sehingga diperoleh pemahaman sebagai alat pembuktian. Observasi merupakan suatu kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena tersebut (Poerwandari, 2009). Observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian terutama penelitian kualitatif. Tujuannya adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari. Aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dan makna kejadian dari perspektif mereka (Poerwandari, 2009). Penelitian ini menggunakan observasi partisipan dimana subyek tidak mengetahui bahwa dirinya sedang diobservasi oleh peneliti. Peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat hal menarik, melakukan analisa dan membuat kesimpulan.
43
3.3.3
Prosedur Pengambilan Subyek Dalam penelitian kualitatif, subyek umumnya diperoleh dengan purposif,
dimana sampel tidak diambil secara acak tetapi mengikuti kriteria tertentu sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Poerwandari, 1998). Menurut Patton (dalam Poerwandari, 2001), mengemukakan sepuluh
macam metode pengambilan
sampel dalam penelitian kualitatif. Berdasarkan permasalahan tujuan dari penelitian ini, maka pengambilan sampel yang digunakan adalah berdasarkan teori atau berdasarkan konstruk operasional (theory-based/operational construct sampling). Sampel dipilih dengan kriteria tertentu, berdasarkan teori atau konstruk operasional sesuai studi-studi sebelumnya, atau sesuai tujuan peneliti. Hal ini dilakukan agar sampel sungguh-sungguh mewakili (bersifat representatif) terhadap fenomena yang dipelajari. 3.4
Alat Bantu Penelitian Dalam pengambilan data pada wawancara dan observasi diperlukan alat
bantu untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data, yaitu : 1. Pedoman wawancara Pedoman berisi pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan sesuai dengan tujuan penelitian berdasarkan teori-teori yang berkaitan dengan masalah, sehingga wawancara tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Peneliti akan memakai pedoman wawancara umum, yang mencantumkan isu dan fenomena yang harus diungkap. Pedoman tersebut digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas,
44
sekaligus sebagai pengecek apakah aspek-aspek relevan yang dieksplorasi lebih lanjut dalam penelitian tersebut. 2. Alat Perekam Alat perekam bisa menjadi alat bantu efektif karena dapat merekam semua isi pembicaraan. Dengan begitu diharapkan proses wawancara dapat berjalan lancar dan peneliti berkonsentrasi penuh pada isi wawancara. Alat perekam ini baru akan digunakan setelah peneliti mendapatkan izin dari subyek karena hal ini menyangkut etika dalam penelitian. 3. Buku Catatan Digunakan untuk mencatat hal-hal yang terjadi pada subyek selama wawancara berlangsung. Yang perlu diperhatikan dalam mencatat jangan sampai subyek merasa terganggu atau hilang konsentrasi. 4. Informed Concent Merupakan lembar persetujuan yang diberikan sebelum diadakannya penelitian dan ditanda-tangani oleh subyek yang merupakan tanda kesediaan dari subyek untuk berpartisipasi dalam penelitian. 3.5
Prosedur Analisis Data
3.5.1
Prosedur Analisis Interpretasi Data Hasil wawancara yang terekam dalam digital recorder dibuat transkripnya
secara verbatim. Kemudian peneliti melakukan identifikasi atas data yang diperoleh agar memunculkan pemahaman mengenai kasus. Catatan lapangan yang dibuat juga akan dimanfaatkan.
45
Laporan studi kasus setiap subyek dibuat dalam bentuk narasi mencakup sembilan komponen akan kebutuhan intimacy,serta kekuatan total kebutuhan akan intimacy, sehingga dapat membantu peneliti untuk membuat interpretasi dan menarik kesimpulan sementara. Selanjutnya setiap kasus akan dibuat dinamikanya agar diperoleh gambaran yang lebih utuh mengenai aspek-aspek intimacy yang dimiliki subyek. Membuat kesimpulan mengenai gambaran secara umum dan faktor-faktor yang berkaitan, diskusi dari hasil penelitian dan saran untuk subyek serta penelitian selanjutnya (Poerwandari, 2009). Kesimpulan yang akurat diperoleh ketika kategori kesimpulan tes persis sama dengan kesimpulan wawancara.