37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian A.1 Deskripsi Lokasi Penelitian tentang “Pengembangan Kemandirian Bagi Kaum Difabel (Studi kasus : Peran Paguyuban Sehati Dalam Upaya Pengembangan Kemandirian Bagi Kaum Difabel di Kabupaten Sukoharjo)” ini dilaksanakan di Kabupaten Sukoharjo yang terdiri dari 12 Kecamatan yang tersebar di 51 Kelurahan karena anggota dari Paguyuban Sehati sendiri tersebar diseluruh kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Sukoharjo. Selain itu penelitian juga dilakukan di kantor Paguyuban Sehati selaku subjek dari penelitian ini yang beralamat di Jalan Serang 11 B RT 03/01 Kelurahan Gayam Sukoharjo (bekas kantor Dinas Sosial Kabupaten Sukoharjo).
Gb III.1 Peta Kabupaten Sukoharjo
37
38
Secara administratif Sukoharjo terbagi menjadi 12 kecamatan yaitu:
1. Kecamatan
Sukoharjo
terdiri
dari
14
kelurahan/desa
yaitu
:
Kelurahan/Desa Jetis, Kelurahan/Desa Sukoharjo, Kelurahan/Desa Joho, Kelurahan/Desa Combongan,
Gayam,
Kelurahan/Desa
Kelurahan/Desa
Mandan,
Dukuh,
Kelurahan/Desa
Kelurahan/Desa
Banmati,
Kelurahan/Desa Begajah, Kelurahan/Desa Bulakan, Kelurahan/Desa Bulakrejo,
Kelurahan/Desa
Kenep,
Kelurahan/Desa
Kriwen,
Kelurahan/Desa Sonorejo. 2. Kecamatan Grogol terdiri dari 14 kelurahan/desa yaitu : Kelurahan/Desa Banaran,
Kelurahan/Desa
Cemani,
Kelurahan/Desa
Gedangan,
Kelurahan/Desa Grogol, Kelurahan/Desa Kadokan, Kelurahan/Desa Kwarasan, Kelurahan/Desa Langenharjo, Kelurahan/Desa Madegondo, Kelurahan/Desa Manang, Kelurahan/Desa Pandeyan, Kelurahan/Desa Parangjoro,
Kelurahan/Desa
Pondok,
Kelurahan/Desa
Sanggrahan,
Kelurahan/Desa Telukan. 3. Kecamatan Baki terdiri dari 14 kelurahan/desa yaitu : Kelurahan/Desa Bakipandeyan,
Kelurahan/Desa
Bentakan,
Kelurahan/Desa
Duwet,
Kelurahan/Desa Gedongan, Kelurahan/Desa Gentan, Kelurahan/Desa Jetis, Kelurahan/Desa Kadilangu, Kelurahan/Desa Kudu, Kelurahan/Desa Mancasan,
Kelurahan/Desa
Menuran,
Kelurahan/Desa
Ngrombo,
Kelurahan/Desa Purbayan, Kelurahan/Desa Siwal, Kelurahan/Desa Waru. 4. Kecamatan Gatak tediri dari 14 kelurahan/desa yaitu : Kelurahan/Desa Blimbing, Kelurahan/Desa Geneng, Kelurahan/Desa Jati, Kelurahan/Desa Kagokan,
Kelurahan/Desa
Klaseman,
Kelurahan/Desa
Krajan,
Kelurahan/Desa Luwang, Kelurahan/Desa Mayangm, Kelurahan/Desa Sanggung,
Kelurahan/Desa
Sraten,
Kelurahan/Desa
Tempel,
Kelurahan/Desa Trangsan, Kelurahan/Desa Trosemi, Kelurahan/Desa Wironanggan. 5. Kecamatan
Kartosuro
terdiri
dari
12
kelurahan/desa
yaitu
:
Kelurahan/Desa Makamhaji, Kelurahan/Desa Ngadirejo, Kelurahan/Desa
39
Singopuran, Kelurahan/Desa Ngabeyan, Kelurahan/Desa Kertonatan, Kelurahan/Desa Wirogunan, Kelurahan/Desa Pucangan, Kelurahan/Desa Gonilan,
Kelurahan/Desa
Gumpang,
Kelurahan/Desa
Kartasura,
Kelurahan/Desa Ngemplak, Kelurahan/Desa Pabelan. 6. Kecamatan
Mojolaban
terdiri
dari
15
kelurahan/desa
yaitu
:
Kelurahan/Desa Bekonang, Kelurahan/Desa Cangkol, Kelurahan/Desa Demakan,
Kelurahan/Desa
Kelurahan/Desa
Joho,
Dukuh,
Kelurahan/Desa
Kelurahan/Desa
Klumprit,
Gadingan,
Kelurahan/Desa
Kragilan, Kelurahan/Desa Laban, Kelurahan/Desa Palur, Kelurahan/Desa Plumbon,
Kelurahan/Desa
Sapen,
Kelurahan/Desa
Tegalmade,
Kelurahan/Desa Triyagan, Kelurahan /Desa Wirun. 7. Kecamatan
Polokarto
terdiri
dari
17
kelurahan/desa
yaitu
:
Kelurahan/Desa Mranggen, Kelurahan/Desa Bakalan, Kelurahan/Desa Bugel,
Kelurahan/Desa
Kelurahan/Desa
Godog,
Bulu,
Kelurahan/Desa
Kelurahan/Desa
Jatisobo,
Genengsari, Kelurahan/Desa
Kajuapak, Kelurahan/Desa Karangwuni, Kelurahan/Desa Kemasan, Kelurahan/Desa
Kenokorejo,
Kelurahan/Desa
Ngombakan,
Kelurahan/Desa Polokarto, Kelurahan/Desa Pranan, Kelurahan/Desa Rejosari, Kelurahan/Desa Tepisari, Kelurahan/Desa Wonorejo. 8. Kecamatan
Bendosari
terdiri
dari
14
kelurahan/desa
yaitu
:
Kelurahan/Desa Jombor, Kelurahan/Desa Sidorejo, Kelurahan/Desa Bendosari,
Kelurahan/Desa
Cabeyan,
Kelurahan/Desa
Gentan,
Kelurahan/Desa Jagan, Kelurahan/Desa Manisharjo, Kelurahan/Desa Mertan,
Kelurahan/Desa
Mojorejo,
Kelurahan/Desa
Mulur,
Kelurahan/Desa Paluhombo, Kelurahan/Desa Puhgogor, Kelurahan/Desa Sugihan, Kelurahan/Desa Toriyo. 9. Kecamatan Nguter terdiri dari 16 kelurahan/desa yaitu : Kelurahan/Desa Baran, Kelurahan/Desa Celep, Kelurahan/Desa Daleman, Kelurahan/Desa Gupit, Kelurahan/Desa Jangglenganm, Kelurahan/Desa Juron, Kelurahan Kedungwinong,
Kelurahan/Desa
Kepuh,
Kelurahan/Desa
Lawu,
40
Kelurahan Nguter, Kelurahan Pengkol, Kelurahan Plesan, Kelurahan Pondok, Kelurahan Serut, Kelurahan Tanjung, Kelurahan Tanjungrejo. 10. Kecamatan Tawangsari tediri dari 10 kelurahan/desa yaitu : Kelurahan Dalangan, Kelurahan Grajegan, Kelurahan Kedungjambal, Kelurahan Keteguhan, Kelurahan Lorog, Kelurahan Majasto, Kelurahan Pojok, Kelurahan Ponowaren, Kelurahan Pundungrejo, Kelurahan Tambakboyo, Kelurahan/Desa Tangkisan, Kelurahan/Desa Watubonang. 11. Kecamatan Bulu terdiri dari 12 kelurahan/desa yaitu : Kelurahan Bulu, Kelurahan Gentan, Kelurahan Kamal, Kelurahan Karangasem, Kelurahan Kedungsono, Kelurahan Kunden, Kelurahan Lengking, Kelurahan Malangan, Kelurahan Ngasinan, Kelurahan Puron, Kelurahan Sanggang, Kelurahan Tiyaran 12. Kecamatan Weru terdiri dari 13 kelurahan/ desa : Kelurahan Alasombo, Kelurahan Grogol, Kelurahan Jatingarang, Kelurahan Karakan, Kelurahan Karanganyar, Kelurahan Karangmojo,Kelurahan Karangtengah, Kelurahan Karangwuni, Kelurahan Krajan, Kelurahan Ngreco, Kelurahan Tawang, Kelurahan Tegalsari, Kelurahan Weru.
41
A.2 Waktu Penelitian Adapun penelitian ini dimulai bulan September 2015 hingga selesai bulan April 2016. Tahap No
Kegiatan
1.
Perencanaan
2.
Pembuatan
Waktu Pelaksanaan Septem
Okto-
Novem Desem Janua
Febru
Maret April
-ber
ber
-ber
-ber
-ri
ari
2016
2015
2015
2015
2015
2016
2016
Proposal 3.
Pembuatan Instrumen Observasi
4. Wawancara 5. Analisis 6. 7.
Laporan Akhir Konsultasi
Tabel III. 1 Agenda penelitian
2016
42
B. Jenis Penelitian Penelitian ini mneggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang berusaha mendapatkan informasi secara langsung dan selengkap mungkin mengenai permasalahan dari difabel dan Paguyuban Sehati Kabupaten Sukoharjo. Penelitian kualitatif diawali dengan pemilihan suatu proyek penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan mermuskuan pertanyaan penelitian yang berhubungan dengan proyek (kegiatan) penelitian. Perumusan masalah menjadi langkah selanjutnya hingga pengumpulan data yang dilakukan sesuai dengan pertanyaan penelitian yang diketengahkan. Peneliti secara terus menerus membuat catatan di lapangan
dan menganalisisnya. Proses ini
diulang-ulang beberapa kali tergantung luas sempitnya lingkup pertanyaan yang sedang diteliti sampai sebuah laporan ditulis akhir (Slamet : 2008). Dengan alur tersebut maka penelitian kualitatif sangat mementingkan keabsahan dan kedetailan dari data yang diperoleh dilapangan. Proses tersebut juga harus secara runtut dan kontinuitas dilaksanakan agar memperoleh data yang maksimal. Ada 6 (enam) macam metodologi penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu: etnografis, studi kasus, grounded theory, interaktif, partisipatories, dan penelitian tindakan kelas. Dalam hal ini penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif interaktif dimana penulis menggunakan teknik pengumpulan data langsung dari lingkungan alamiahnya. Pendekatan dari penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus berlaku apabila suatu pertanyaan “bagaimana“ (how) dan “mengapa” (why) diajukan kepada terhadap seperangkat peristiwa masa kini, yang mustahil atau sukar dikontrol periset (Yin, 1981 :20). Secara spesifik, dalam pembahasan ini pemaparan metode studi kasus diarahkan pada konsep dasar, metodologi dan proses studi, aplikasinya dalam penelitian bidang pendidikan, serta kelebihan dan kekurangannya (Salim : 2006).
43
Secara umum, studi kasus dapat diartikan sebagai metode atau strategi penelitian dan sekaligus hasil suatu penelitian pada kasus tertentu.. Studi kasus lebih dipahami sebagai pendekatan untuk mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasikan suatu “kasus” dalam konteksnya yang alamiah tanpa adanya intervensi pihak luar. Diantara semua ragam studi kasus, kecenderungan yang paling menonjol adalah upaya untuk menyoroti suatu keputusan atau seperangkat keputusan, yakni mengapa keputusan itu diambil, bagaimana ia diterapkan, dan apa pula hasilnya.
C. Populasi dan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah sampel bertujuan (purposive sampel). Dalam memilih subyeksubyek sampel, diambil anggota-anggota sampel yang sedemikian rupa sehingga sampel tersebut benar-benar mencerminkan ciri-ciri dari populasi yang sudah dikenal sebelumnya. Informasi yang sudah final, jelas, dan tidak diragukan; bukan berupa informasi dugaan belaka. Penelitian untuk mendapatkan informasi-informasi dengan sampel bertujuan ini dilakukan terhadapat dua atau tiga daerah kunci (key-areas) atau beberapa kelompokkunci (key groups or keyclusters). Jadi, tidak semua daerah, tidak semua kelompok, dan rumpun dalam populasi akan diselidiki. Dalam penelitian ini sampelnya adalah : 1. Difabel anggota Paguyuban Sehati Kabupaten Sukoharjo baik yang aktif maupun pasif sebagai penerima pelayanan langsung. 2. Pengurus Paguyuban Sehati Kabupaten Sukoharjo. 3. Keluarga dari anggota Paguyuban Sehati (difabel). 4. Masyarakat sekitar rumah difabel anggota Paguyuban Sehati.
44
D. Data dan Sumber Data Sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah : a. Data primer Data primer merupakan data yang diperoleh dari keterangan langsung informan yang ditunjuk oleh penulis. Dalam penelitian ini data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan sumber (key informan). Data berupa pemaparan permasalahan baik ekonomi, sosial, dan permasalahan dalam kehidupan lain yang membuat difabel termarjinalkan dari kehidupan bermasyarakat. Wawancara dilakukan dengan informan yang berhubungan dan terkait langsung dengan difabel binaan Paguyuban Sehati yaitu anggota dari Paguyuban Sehati yang aktif maupun pasif mengikuti
program-program
dari
Paguyuban
tersebut,
pengurus
Paguyuban Sehati dan masyarakat yang tinggal selingkup dengan difabel di Paguyuban. b. Data sekunder Data sekunder adalah data-data yang dimanfaatkan oleh peneliti yang berupa dokumen dari Dinas Sosial kabupaten Sukoharjo , arsip-arsip yang dicatat oleh institusi terkait, laporan-laporan dan data-data lain sebagai pelengkap informasi yang dibutuhkan yang relevan dengan penelitian ini. E. Teknik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 1. Observasi Teknik observasi atau teknik pengamatan adalah suatu teknik pengumpulan data dengan menggunakan panca indera untuk mengamati secara langsung. Adapun kejadian-kejadian yang akan kita observasi adalah :
45
1. Interaksi antara difabel dengan keluarganya 2. Interaksi antara difabel dengan masyarakat disekitarnya 3. Usaha ekonomi yang digeluti difabel anggota Paguyuban Sehati 4. Interaksi difabel selama didalam pertemuan di Paguyuban Sehati 2. Wawancara (interview) Pada wawancara mendalam digunakan pedoman wawancara berupa garis besar pokok pertanyaan yang dinyatakan dalam proses wawancara dan disusun sebelum wawancara dimulai. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka (open interview). 3. Dokumentasi Dokumentasi dalam penelitian ini yang akan kita kumpulkan diantaranya adalah : a. Foto Foto dalam proses wawancara dan observasi terhadap difabel anggota Paguyuban Sehati. b. Rekaman wawancara Rekaman wawancara sebagai bukti wawancara dengan informan baik difabel, keluarga, masyarakat dan pengurus Paguyuban Sehati.
F. Validitas Data Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian. Norman K. Denkin (Raharjo:2010) mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode
46
yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Sampai saat ini, konsep Denkin ini dipakai oleh para peneliti kualitatif di berbagai bidang. Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu: (1) Triangulasi metode (2) Triangulasi antar-peneliti (3) Triangulasi sumber data (4) triangulasi teori . Dalam penelitian ini peneliti menggunakan trianggulasi data (sumber) yaitu
pengumpulan data
menggunakan beberapa
sumber
data
untuk
mengumpulkan data yang sama. Dengan mencari data yang sama untuk mencari kebenaran dari masalah dan mengecek kebenaran suatu informasi pada waktu dan alat
yang
berbeda.
Menurut
Patton dalam Moleong
(Moleong,
2002:
178), triangulasi sumber adalah membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dengan metode kualitatif. Hal tersebut akan dicapai dengan jalan : 1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya pribadi. 3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu. 4. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Dengan prosedur ini diharapkan data benar-benar valid dan kesimpulan yang diperoleh memiliki validitas yang tinggi. G. Teknik Analisis Data Menurut Moleong (2005) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis
data
yang
berguna
untuk
memberikan
jawaban
terhadap
47
permasalahan yang
akan
diteliti.
Analisis
menggunakan metode kualitatif. Analisis
data
data dalam
dalam
penelitian
penelitian
ini
kualitatif
dilakukan secara bersamaan dengan cara proses pengumpulan data. Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus-menerus. Penelitian ini menggunakan analisa model interaktif, dimulai dari : 1. Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dari berbagai sumber antara lain buku-buku yang relevan, informasi di lapangan. Sedangkan pengumpulan data melalui teknik wawancara. 2. Reduksi Data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilahan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul
dari catatan-catatan
tertulis dilapangan. Sebagaimana
kita
ketahui, reduksi data, berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung.
Reduksi data bukanlah suatu hal
yang terpisah dari analisis. ia merupakan bagian dari analisis. Pilihanpilihan peneliti tentang bagian data mana yang dikode, mana yang dibuang, pola-pola mana yang meringkas sejumlah bagian
yang
tersebar, cerita-cerita apa yang sedang berkembang, semuanya itu merupakan bentuk
pilihan-pilihan analitis. Reduksi data merupakan
analisis
yang
menajamkan,
suatu
menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Reduksi data dilakukan untukmenjelaskan
kerangka konseptual wilayah
penelitian, permasalahan
penelitian dan pendekatan
data.
data, peneliti menentukan berapa informan
Pada
saat reduksi
pengumpulan
untuk mengidentifikasi peran dari Paguyuban Sehati, bentuk keikutsertaan dari para difabel di Kabupaten Sukoharjo, dan dampak yang diterima oleh difabel, keluarga maupun masyarakat. Didalamnya akan dibahas mengenai
48
program-program
dari
Paguyuban
Sehati
yang
bertujuan
untuk
memandirikan difabel dan peran dari difabel untuk mengakses Paguyuban Sehati. 3. Penyajian Data Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang memungkinkan
adanya
penarikan
kesimpulan
dan
pengambilan
tindakan. Sajian data ini merupakan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis sehingga bila dibaca akan mudah dipahami mengenai berbagai hal yang terjadi dalam penelitian, yang memungkinkan peneliti untuk melakukan sesuatu pada analisis atau tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut. Dengan melihat penyajian-penyajian kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih jauh, menganalisis ataukah mengambil tindakan, berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut. Penyajian data dalam penelitian ini akan diperoleh melalui observasi langsung
dan
wawancara.
Adapun
penyajian
data
untuk
mendiskripsikan tentang peran Paguyuban Sehati dalam pengembangan kemandirian bagi difabel di Kabupaten Sukoharjo. Di dalamnya akan dibahas tentang gambaran umum dari difabel dan kehidupan keluarganya, karakteristik informan, dan deskripsi tentang Paguyuban Sehati berserta program-programnya.
4. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi Dari
permulaan
pengumpulan data,
seorang
penganalisis
kualitatif mulai mencari arti benda-benda mencatat keteraturan, polapola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dar i satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga di verifikasi selama penelitian berlangsung.
49
Penarikan kesimpulan dilakukan secara cermat dan bertahap dari kesimpulan sementara
sampai pada
kesimpulan terakhir.
Peneliti
bersikap terbuka terhadap kesimpulan yang didapat sebelumnya. Kesimpulan dapat berupa pemikiran yang timbul ketika menulis dengan melihatkembali
fieldnote
atau
catatan lapangan dan
membandingkan tujuan penelitian. Reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan membantu dalam mengolah data yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Kesimpulan dan verifikasi dilaksanakan
selama penelitian, dilakukan dengan meninjau ulang catatan selama di lapangan dan wawancara kembali dengan informan. Apabila terjadi kesalahan data yang mengakibatkan kesimpulan tidak sesuai, maka dilakukan pengulangan dengan melalui tahap yang sama. H. Profil Informan
1. Edy Supriyanto Bapak Edy adalah Ketua Paguyuban Difabel Sehati Kabupaten Sukoharjo yang sekaligus merupakan salah satu dari ketiga belas pendiri paguyuban Sehati. Beliau adalah seorang difabel tuna daksa dengan disabilitas pada salah satu kaki sehingga sehari-harinya memaki krek (alat bantu berjalan). Lulusan dari salah satu STM di Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo ini kini berprofesi sebagai seorang konsultan Difabel yang sering menjadi fasilitator dan pembicara diberbagai acara seminar di berbagai daerah. Bapak Edy berusia 45 tahun dengan memiliki dua orang anak. Saat ini beliau tinggal di Desa Cemetuk, Lorog RT 01/09, Tawangsari. Beliaulah salah satu yang memotivasi seluruh difabel di Kabupaten Sukoharjo untuk tetap mandiri dan eksis di masyarakat tanpa harus minder serta merasa lemah. Berawal dari sekolah yang sama yaitu RC Solo sekolah khusus Difabel, beliau mulai mengajak teman-temannya untuk mendirikan sebuah
50
paguyuban yang dapat menampung aspirasi dari seluruh Difabel serta memberikan solusi pada setiap permasalahan Difabel.
2. Agung Budi Santoso Bapak Agung berusia 40 tahun adalah seorang tuna daksa dengan disabilitas pada kaki dan tangan kirinya. Bapak Agung merupakan salah satu pengurus harian dari Paguyuban Sehati Kabupaten Sukoharjo yang sehari-harinya banyak berkegiatan di Sekretariatan Paguyuban. Beliau bukan difabel dari lahir, melainkan difabel yang diakibatkan oleh sebuah kecelakaan yang dialaminya sewaktu STM. Beliau sudah berkeluarga dan tinggal di Desa Walang, Jombor, Bendosari, Sukoharjo. Bapak ini masuk menjadi anggota Paguyuban Sehati baru pada tahun 2011, dimana beliau ditawari oleh Bapak Edy yang merupakan teman beliau sewaktu sekolah di STM. Bapak Agung juga berprofesi sebagai THL (Tenaga Harian Lepas) Dinas Sosial Kabupaten Sukoharjo yang sering membantu Dinas Sosial pada beberapa kegiatan mereka. Motivasi beliau untuk maju dan mandiri mendorongnya bergabung serta aktif dalam setiap kegiatan Paguyuban Difabel Sehati Kabupaten Sukoharjo.
3. Winarni Ibu Winarni adalah salah satu anggota aktif dari Paguyuban Difabel Sehati Kabupaten Sukoharjo sejak tahun 2012. Perempuan kelahiran 9 Juni 1977 ini bertempat tinggal di Desa Joho, Mojolaban, Sukoharjo. Beliau bekerja sebagai penjahit rumahan di desanya dan sesekali menerima pijat untuk bayi. Beliau belum berkeluarga namun sudah memiliki beberapa anak asuh yang beliau rawat sejak masih bayi. Ibu Winarni aktif di kegiatan Paguyuban Sehati baik di pusat maupun di kecamatan. Beliau selama satu tahun terakhir bertanggung jawab sebagai ketua KUBE Surya Gemilang yang merupakan kelompok usaha bersama dari Kecamatan Mojolaban. Keterbatasan yang dimiliki tidak membuat semangatnya luntur untuk memajukan Kecamatan Mojolaban yang selama
51
ini beliau dampingi. Beliau juga bertanggung jawab sebagai sekretaris dari koperasi yang dimiliki oleh Pguyuban Sehati bersama rekan-rekannya. Beliau juga sering menemani Bapak Edy (Ketua Paguyuban Sehati) menjadi fasilitator difabel diberbagai daerah.
4. Yanti Ibu Yanti merupakan satu dari ketiga belas orang pendiri Paguyuban Sehati di Kabupaten Sukoharjo bersama Bapak Edy di tahun 1997. Selama lebih dari delapan belas tahun beliau ikut berjuang untuk memajukan paguyuban yang beliau percaya murni sebagai gerakan sosial untuk difabel. Awalnya Ibu Yanti justru aktif di kegiatan difabel Kabupaten Karanganyar karena tempat tinggal beliau yang berbatasan langsung dengan Karanganyar. Tawaran untuk mendirikan Paguyuban bagi difabel di Kabupaten Sukoharjo merupakan awal dari beliau aktif di berbagai kegiatan difabel di Sukoharjo dengan membawa nama Paguyuban Sehati. Selain sebagai Ketua KUBE Alaska Sejahtera yang merupakan Kelompok Usaha Bersama Difabel di Kecamatan Polokarto, saat ini beliau juga bertanggung jawab menjadi bendahara koperasi Paguyuban Sehati. Ibu Yanti berusia 41 tahun bertempat tinggal di Desa Kauman RT 03/02, Jatisobo, Polokarto. Beliau merupakan difabel tuna daksa pada salah satu kakinya. Ibu Yanti sudah memiliki seorang suami yang bekerja sebagai tukang kayu keliling. Dulu beliau bekerja dengan menerima jahitan konveksi dirumah, namun setelah memutuskan untuk aktif di Paguyuban Sehati beliau lebih memilih untuk meinggalkan pekerjaan dan fokus pada gerakan sosial difabel di Kabupaten Sukoharjo bersama dengan Paguyuban Sehati.
5. Winarto Mas Winarto merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Beliau tinggal di Desa Kerjan, RT 02/02 , Tempel, Kecamatan Gatak. Saat ini beliau bekerja sebagai penjual kerupuk keliling yang mulai berjualan jam 05.00
52
pagi hingga siang hari jam dua 12.00. Setelah selesai berjualan biasanya beliau langsung menuju ke sekretariatan Paguyuban Sehati di Sukoharjo. Beliau difabel tuna daksa pada salah satu kakinya, namun beliau tidak difabel dari lahir tetapi dari usia dua tahun
akibat salah obat yang
diberikan dokter sehingga ada kerusakan pada saraf kakinya. Mas Winarto (35 tahun) merupakan anggota yang baru bergabung di Paguyuban Sehati selama empat bulan terakhir. Meskipun anggota baru, beliau sudah masuk dalam kategori aktif karena intensitas beliau yang hampir setiap hari mengikuti kegiatan Paguyuban Sehati. Berawal dari ajakan salah seorang teman sekolah beliau untuk mengikuti paguyuban difabel, kini beliau sudah aktif diberbagi acara Paguyuban Sehati mulai dari acara di Sekretariatan hingga acara di Kecamatan, sehingga beliau juga bertanggung jawab sebagai koordinator difabel di Kecamatan Gatak.
6. Diyem Ibu Diyem adalah salah satu anggota dari Paguyuban Sehati yang berasal dari Kecamatan Polokarto, beliau dan suaminya Bapak Sadiman merupakan anggota baru. Baik ibu Diyem maupun suaminya bukanlah seorang difabel, tetapi ketiga anaknya lah yang difabel. Beliau mempunyai tiga orang anak yaitu anak pertama adalah Asri Yuniarti yang merupakan satu-satunya anak perempuan beliau, Asri pertama kali sakit saat usia 8 tahun pada waktu kelas 2 SD. Anak yang kedua yaitu Adi Setyawan yang awalnya sakit saat usia 5 tahun. Sedangkan yang terakhir bernama Arip Tri Pamungkas, dia juga sakit pada usia 5 tahun. Dari ketiganya, Adi adalah yang pertama terserang polio, baru kemudian disusul oleh Asri dan Arip. Ketiganya mengalami keterlambatan respon saat diajak berkomunikasi, namun Adi saat ini hanya bisa berbaring di kamar tidur sedangkan Asri dan Arip harus memakai kursi roda. Ibu Diyem dan Bapak Sadiman bekerja sebagai petani. Beliau tinggal di Karangan, Desa Ngranggan, Kecamatan Polokarto. Meskipun tidak terlalu aktif dikegiatan Paguyuban Sehati, namun beliau secara bergantian dengan
53
suaminya berusaha untuk menghadiri pertemuan rutin di Sekretariatan Paguyuban Sehati termasuk kegiatan difabel di Kecamatan Polokarto.
7. Debora Kurniasari Ibu Dora (38 tahun) adalah seorang ibu rumah tangga yang mempunyai seorang putri yang masih TK. Beliau tinggal di Desa Jatimalang RT 02/6, Tawangsari Kabupaten Sukoharjo, namun beliau sebenarnya adalah warga pindahan dari Karanganyar. Beliau sudah dua tahun terakhir pindah di Sukoharjo. Beliau merupakan difabel tuna daksa pada bagian kakinya sehingga untuk mobilitas sehari-hari beliau menggunakan kursi roda. Suami Ibu Dora bekerja sebagai Koki di Pelayaran Luar Negeri dan pulang hanya satu sekali dalam setahun dan hanya selama beberapa hari saja. Sehari-harinya beliau lebih banyak menghabiskan waktu bersama anaknya dan ditemani seorang pembantu rumah tangga. Pertama kali masuk di Paguyuban Sehati, Ibu Dora diajak oleh Bapak Edy yang merupakan teman sekolah beliau sewaktu di RC Solo. Saat ini beliau sudah 2,5 tahun menjadi anggota Paguyuban Sehati, meskipun tidak begitu aktif karena keterbatasan akses menuju tempat kegiatan, beliau selalu menyempatkan datang ke pertemuan rutin setiap bulan di Sekretaritan dengan diantar oleh pembantunya.
8. Ani Rustami Ibu Ani (53 tahun) merupakan kakak kandung dari Ibu Winarni yang sekarang masih tinggal satu rumah di Desa Joho, Mojolaban. Beliau bekerja sebagai penjahit konveksi. Beliau sudah memiliki tiga orang anak dengan dua anak laki-laki dan satu anak perempuan. Dari kecil beliau turut merawat Ibu Winanrni adiknya, sehingga beliau sudah memahami karakter dari adiknya secara jelas. Beliau lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan Ibu Winarni untuk selalu mendukung setiap kegiatannya.
54
9. Pradah Dwi Suryawanti Ibu Pradah adalah tetangga dari Ibu Winarni yang rumahnya berada tepat dibelakangnya. Beliau sehari-hari bekerja sebagai karyawan swasta. Beliau sudah memiliki satu orang anak perempuan dan sehari-hari beliau sering meminta bantuan dari Ibu Winarni untuk mengasuh anaknya selama ditinggal kerja.
10. Harti Apriliana Ibu Harti (37 tahun) adalah adik terakhir dari Ibu Yanti dari total 9 bersaudara. Beliau memiliki dua orang anak dan sehari-hari lebih banyak melakukan aktivitas diruma sebagai ibu rumah tangga. Sejak dari kecil beliau adalah saudara yang paling dekat dengan Ibu Yanti, hingga sekarang beliau terkadang mengantar Ibu Yanti ke Sekretariatan Paguyuban Sehati Sukoharjo mengingat kondisi Ibu Yanti yang tidak memungkinkan untuk naik motor sendiri.
11. Atun Puji Rahayu Ibu Atun adalah tetangga yang rumahnya tepat berada didepan rumah Ibu Yanti di Desa Kauman RT 02/3. Beliau bekerja sebagai perawat di sebuah home care. Kini beliau sudah memiliki seorang anak laki-laki. Beliau sangat dekat dengan Ibu Yanti karena beliau sering meminta bantuan kepada Ibu Yanti untuk mengasuh anaknya. Beliau sedikit banyak memperhatikan kehidupan dari Ibu Yanti yang begitu aktif di kegiatan sosial baik didalam maupun diluar wilayah Kecamatan Pookarto.
12. Winarni Ibu Winarni (56 tahun) adalah ibu dari Mas Winarto yaitu informan difabel dari Desa Tempel, Kecamatan Gatak. Beliau adalah saksi hidup yang menyaksikan pertumbuhan dan perkembangan Mas Winarto. Beliau sehari-harinya membantu Mas Winarto mengemasi kerupuk yang akan dijual keliling oleh putranya tersebut. Selama ini beliau selalu mendukung
55
setiap kegiatan yang diikuti oleh Mas Winarto, karena sebagai orang tua beliau merasa hanya bisa memberikan doa dan dukungannya kepada putranya tersebut.
13. Sri Hastini Ibu Sri berusia 49 tahun merupakan warga desa Tempel RT 02/2 yang juga tetangga dari Informan difabel Mas Winarto. Rumah beliau berjarak dua rumah disebelah timur rumah Mas Winarto. Beliau memiliki tiga orang anak dan sehari-hari menghabiskan waktu dirumah. Suami beliau adalah teman dekat dari Mas Winarto, sehingga secara tidak langsung beliau cukup banyak mengetahui kehidupan Mas Winarto.
14. Sari Ibu Sari (41 tahun) adalah tetangga dari Ibu Diyem di Desa Karangan yang rumahnya tepat berada dibelakngnya. Beliau mempunyai took kelontong dirumah dan beternak sapi bersama suaminya. Selama ini beliau banyak memperhatikan kehidupan dari tetangganya yaitu Ibu Diyem, hal ini karena beliau merasa bahwa kepedulian terhadap difabel dari masyarakat masih kurang. Beliau juga sering meminta bantuan kepada Ibu Diyem untuk rewang (membantu memasak) apabila ada hajatan dirumahnya atau sekedar ada acara arisan dirumah.