BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang didasarkan pada teori yang mendukung dengan perbandingan PSAK 1 dan IAS 1 tentang penyajian laporan keuangan.
B. Jenis Data Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan sebagai objek penelitian yang sudah diolah dan terdokumentasi di perusahaan.
C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan: 1.
Teknik dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data sekunder berupa catatan-catatan, laporan keuangan maupun informasi lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian ini.
2.
Studi literartur, yaitu mengumpulkan data-data dengan cara membaca dan mempelajari teori-teori dan literatur-literatur yang berkaitan dengan perbandingan PSAK 1 dan IAS 1 tentang penyajian laporan keuangan.
D. Jadwal dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan penelitian searching book. Adapun jadwal penelitian yang direncanakan sebagai berikut : Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Tahapan
Februari 2011
penelitian
1
Pengajuan judul Pengajuan proposal skripsi Bimbingan proposal skripsi Seminar proposal skripsi Bimbingan
dan
Penulisan skripsi Penyelesaian skripsi
2
3
4
Maret 2011 1
2
3
4
April 2011 1
2
3
Mei 2011 4
1
2
3
Juni 2011 4
1
2
3
4
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian Adapun data penelitian dalam hal ini berbentuk laporan keuangan yang akan menjelaskan mengenai format penyajian laporan keuangan dan komponen laporan keuangan dan juga akan membahas mengenai informasi yang disajikan di dalam laporan keuangan. Bentuk Laporan Posisi Keuangan, Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Laba Rugi Komprehensif, dan Laporan Perubahan Ekuitas berdasarkan PSAK 1 (dahulu) dan PSAK 1 (sekarang) dapat dilihat pada halaman 31 sampai dengan halaman 36.
B. Analisis Hasil Penelitian Perbedaan antara PSAK 1 dan IAS No. 1 yaitu : 1. Format penyajian laporan keuangan. a. International Accounting Standard (IAS) No.1 1). Laporan Posisi Keuangan. a). Aset lancar. Entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar, jika: (1). Akan
merealisasikan
aset,
atau
bermaksud
untuk
menjual
atau
menggunakannya, dalam siklus operasi normal. (2). Untuk tujuan diperdagangkan. (3). Akan merealisasi aset dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan. (4). Kas atau setara kas yang tidak dibatasi penggunaannya (misalnya bank garansi dan sinking fund untuk pelunasan obligasi). Entitas mengklasifikasikan aset yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai aset tidak lancar. Siklus operasi entitas merupakan jangka waktu antara perolehan aset untuk pemrosesan dan realisasinya dalam bentuk kas atau setara kas. Ketika siklus operasi normal entitas tidak dapat diidentifikasikan secara jelas, maka diasumsikan selama dua belas bulan. Aset lancar mencakup aset (seperti persediaan dan piutang dagang) yang dijual, dikonsumsi atau direalisasikan sebagai bagian siklus operasi normal meskipun aset tersebut tidak diharapkan untuk direalisasikan dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode
pelaporan. Aset lancar juga mencakup aset yang dimiliki untuk diperdagangkan dan bagian lancar dari aset keuangan tidak lancar. b). Aset tidak lancar. Aset tidak lancar adalah semua aset yang tidak termasuk kategori aset lancar. Pernyataan ini menggunakan istilah ”tidak lancar” untuk mencakup aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset keuangan yang bersifat jangka panjang. Pada bagian aset, jika diamati dalam PSAK 1 (revisi 2009) yang diadopsi dari IAS No.1, penyajian dalam neraca, aset diurutkan dari non current asset diikuti dengan current asset. Sedangkan di Indonesia penyajian diurutkan berdasarkan likuiditas (current asset diikuti dengan non current asset). Perubahan dalam adopsi dikarenakan dalam IAS No.1, urutan penyajian bukan merupakan suatu hal yang wajib. Selain itu, di Indonesia sudah terbiasa menyajikan berdasarkan likuiditasnya. c). Liabilitas jangka pendek. Suatu liabilitas diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek jika: (1). Akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi normal. (2). Tujuan diperdagangkan. (3). Jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan. (4). Tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas selama sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan. Entitas mengklasifikasi liabilitas yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai liabilitas jangka panjang.
Beberapa liabilitas jangka pendek, seperti utang dagang, beberapa akrual untuk biaya kayawan dan biaya operasi lain, merupakan bagian modal kerja yang digunakan dalam siklus operasi normal. Entitas mengklasifikasikan liabilitas tersebut sebagai liabilitas jangka pendek meskipun liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan lebih dari dua belas bulan setelah periode pelaporan. Siklus operasi normal yang sama diterapkan pada aset dan liabilitas entitas. Jika tidak dapat diidentifikasikan secara jelas, maka siklus operasi normal entitas diasumsikan dua belas bulan. Liabilitas jangka pendek lainnya tidak diselesaikan dalam siklus operasi normal, tetapi jatuh tempo untuk diselesaikan dalam waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan atau dimiliki untuk tujuan diperdagangkan. Entitas mengklasifikasikan liabilitas keuangan sebagai liabiltas jangka pendek jika liabilitas tersebut akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan, meskipun: a. kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua belas bulan; dan b. perjanjian untuk pembiayaan kembali, atau penjadualan kembali pembayaran, atas dasar jangka panjang telah diselesaikan setelah periode pelaporan dan sebelum tanggal penyelesaian laporan keuangan. Jika entitas mengharapkan, dan memiliki diskresi, untuk melakukan pembiayaan kembali atau perpanjangan suatu kewajiban selama sekurangkurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan dengan menggunakan fasilitas pinjaman yang ada, maka entitas mengklasifikasikan kewajiban tersebut
sebagai liabilitas jangka panjang, meskipun kewajiban tersebut akan jatuh tempo dalam periode yang lebih pendek dari dua belas bulan. Namun, jika pembiayaan kembali atau perpanjangan kembali bukan merupakan diskresi entitas (misalnya, tidak terdapat perjanjian untuk pembiayaan kembali), maka entitas tidak mempertimbangkan
kemungkinan
pembiayaan
kembali
kewajiban,
dan
mengklasifikasikannya sebagai liabilitas jangka pendek. d). Liabilitas jangka panjang. Liabilitas keuangan yang merupakan pembiayaan jangka panjang (bukan bagian dari modal kerja yang digunakan dalam siklus operasi normal) dan tidak jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan merupakan liabilitas jangka panjang. Ketika entitas melanggar ketentuan perjanjian pinjaman jangka panjang pada saat atau sebelum akhir periode pelaporan yang menyebabkan liabilitas tersebut harus segera dibayar sesuai permintaan, maka entita mengklasifikasikan liabilitas tersebut sebagai liabilitas jangka pendek, meskipun pemberi pinjaman menyetujui (setelah periode pelaporan dan sebelum tanggal penyelesaian laporan keuangan) untuk tidak mensyaratkan pembayaran sebagai konsekuensi atas pelanggaran tersebut. Entitas mengklasifikasikan liabilitas tersebut sebagai liabilitas jangka pendek karena (pada akhir periode pelaporan) entitas tidak memiliki hak untuk menunda penyelesaian liabilitas tersebut dalam jangka waktu sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Namun, entitas mengklasifikasikan liabilitas sebagai liabilitas jangka panjang bila pemberi pinjaman menyetujui pada akhir periode pelaporan untuk
memberikan tenggang waktu pembayaran yang berakhir sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan, selama periode di mana entitas dapat memperbaiki pelanggaran terhadap persyaratan perjanjian dan pemberi pinjaman tidak dapat meminta percepatan pembayaran segera. Menurut International Accounting Standards (IAS) No.1, dari segi format penyajian laporan keuangan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada bagian laporan posisi keuangan (neraca), kepentingan non pengendali disajikan dalam ekuitas sedangkan menurut PSAK 1 pada bagian neraca, hak minoritas disajikan secara terpisah antara kewajiban dan ekuitas. 2). Laporan Laba Rugi Komprehensif. Entitas menyajikan seluruh pos penghasilan dan beban yang diakui dalam satu periode: a) dalam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif, atau b) dalam bentuk dua laporan: (1). Laporan yang menunjukkan komponen laba rugi (laporan laba rugi terpisah); dan (2). Laporan yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan komponen pendapatan komprehensif lain (laporan laba rugi komprehensif). Menurut International Accounting Standards (IAS) No.1, dari segi format penyajian laporan keuangan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada bagian laporan laba rugi komprehensif yaitu terdapat perhitungan pendapatan komprehensif lain (other comprehensive income) yaitu pendapatan dan beban
yang diakui langsung di ekuitas, pendapatan kompehensif lain ini secara prinsip disajikan di bawah laba/rugi bersih. 3). Laporan Perubahan Ekuitas. Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan: a). Total laba rugi komprehensif selama suatu periode, yang menunjukkan secara terpisah total jumlah yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepada kepentingan nonpengendali. b). Untuk tiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali secara retrospektif. c). Untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir periode, secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul dari: (1). Laba rugi (2). Masing-masing pos pendapatan komprehensif lain; dan (3). Transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang menunjukkan secara terpisah kontribusi dari pemilik dan distribusi kepada pemilik dan perubahan hak kepemilikan pada entitas anak yang tidak menyebabkan hilang pengendalian. Entitas menyajikan, baik dalam laporan perubahan ekuitas atau catatan atas laporan keuangan, jumlah dividen yang diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama periode, dan nilai dividen per saham. Komponen ekuitas termasuk, misalnya, setiap jenis modal disetor, saldo akumulasi dari setiap jenis pendapatan komprehensif lain dan saldo laba.
Perubahan ekuitas entitas antara awal dan akhir periode pelaporan mencerminkan naik turunnya aset neto entitas selama periode. Kecuali untuk perubahan yang timbul dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik (seperti kontribusi modal, perolehan kembali instrumen ekuitas entitas dan dividen) dan biaya transaksi yang secara langsung berkaitan dengan transaksi tersebut,
perubahan
keseluruhan
atas
ekuitas
selama
periode
yang
menggambarkan jumlah total penghasilan dan beban (termasuk keuntungan dan kerugian) yang diakibatkan oleh aktivitas entitas selama periode tersebut. Menurut International Accounting Standards (IAS) No.1, dari segi format penyajian laporan keuangan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada bagian laporan perubahan ekuitas yaitu terdapat perhitungan pendapatan komprehensif lain (other comprehensive income) sedangkan pada PSAK 1 tidak terdapat perhitungan pendapatan komprehensif lain. b. PSAK 1 1). Neraca. a). Aktiva lancar. Suatu aktiva diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, jika aktiva tersebut: (1). Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalan jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau (2). Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca; atau (3). Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi.
Aktiva yang tidak termasuk kategori tersebut di atas diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar. Siklus operasi perusahaan merupakan rata-rata jangka waktu antara peolehan bahan baku memasuki proses dan realisasinya menjadi kas atau instrumen yang siap dijadikan kas. Aktiva lancar termasuk persediaan dan piutang dagang yang dijual, dikonsumsi dan direalisasi sebagai bagian dari siklus normal operasi perusahaan walaupun aktiva tersebut tidak diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca. Surat berharga diklasifikasikan sebagai aktiva lancar apabila surat berharga tersebut diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca dan jika lebih dari dua belas bulan diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar. Untuk tujuan pengklasifikasian ini, siklus operasi diasumsikan satu tahun kecuali untuk kegiatan atau industri tertentu dimana jangka waktu yang lebih panjang jelas lebih layak. b). Aktiva tidak lancar Aktiva tidak lancar adalah semua aktiva yang tidak termasuk kategori aktiva lancar, seperti yang telah disebutkan pada klasifikasi aktiva lancar di atas. Aktiva tidak lancar, misalnya aktiva keuangan, aktiva tidak berwujud. c). Kewajiban jangka pendek. Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika: (1). Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan; atau (2). Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.
Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek dapat diklasifikasikan dengan cara yang serupa dengan aktiva lancar. Beberapa kewajiban jangka pendek seperti utang dagang dan biaya pegawai serta biaya operasi lainnya membentuk sebagian modal kerja yang digunakan dalam siklus operasi normal perusahaan. Pos-pos operasi sperti tersebut di atas diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek walaupun pos-pos tersebut diselesaikan dalam jangka waktu lebih dari dua belas bulan dari tanggal neraca. Kewajiban jangka pendek lainnya lebih sulit untuk dikaitkan dengan siklus operasi berjalan meskipun akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal neraca. Misalnya bagian dari kewajiban berbunga (interest-bearing liabilities) yang akan jatuh tempo dalam periode berjalan, cerukan, utang dividen, pajak penghasilan dan utang sealin utang dagang. d). Kewajiban jangka panjang. Kewajiban berbunga jangka panjang (interest-bearing liabilities) yang digunakan untuk membiayai modal kerja dan tidak jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan merupakan kewajiban jangka panjang. Kewajiban berbunga jangka panjang tetap diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang, walaupun kewajiban tersebut akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal neraca, apabila: (1). Kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua belas bulan;
(2). Perusahaan bermaksud membiayai kembali kewajibannya dengan pendanaan jangka panjang; dan (3). Maksud tersebut pada bagian (2) didukung dengan perjanjian pembiayaan kembali atau penjadualan kembali pembayaran yang resmi disepakati sebelum laporan keuangan disetujui. Terdapat kewajiban yang akan jatuh tempo dalam siklus operasi tahun berikutnya, diharapkan dapat dibiayai kembali atau diperpanjang kembali sehingga tidak diharapkan adanya penggunaan modal kerja lancar. Kewajiban seperti itu merupakan bagian dari pembiayaan jangka panjang perusahaan dan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Dalam hal ini tidak terdapat perjanjian mengenai pembiayaan kembali, maka pembiayaan kembali tidak dapat diasumsikan
akan
terjadi
secara
otomatis
sehingga
kewajiban
harus
diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek. Perjanjian kembali harus secara resmi disepakati sebelum laporan keuangan disetujui yang membuktikan bahwa pada tanggal neraca substansi kewajiban merupakan kewajiban jangka panjang. 2). Laporan Laba Rugi. Laporan laba rugi dapat disajikan dengan 2 metode yaitu: a) multiple step b) single step. Laporan laba rugi yang disajikan secara berjenjang (multiple step) menyajikan beban berdasarkan fungsinya sebagai harga pokok penjualan, beban kegiatan usaha, dan beban kegiatan bukan usaha. Penyajian dengan metode ini
memberikan informasi yang lebih relevan kepada pengguna laporan keuangan. Namun demikian, di sisi lain alokasi biaya ke masing-masing fungsi merupakan proses arbitrase dan membutuhkan banyak pertimbangan. Laporan laba rugi yang disajikan secara single step menyajikan beban berdasarkan sifatnya, contohnya: penyusutan, gaji, upah, dan transportasi dan tidak dialokasikan menurut fungsinya. Penyajian dengan metode ini sederhana dan cocok diterapkan pada perusahaan kecil sebab tidak perlu dialokasikan menurut berbagai fungsi dalam perusahaan tersebut. Pedoman ini mengharuskan perseroan untuk menyajikan laporan laba rugi secara berjenjang (multiple step income statement) berdasarkan fungsi. 3). Laporan Perubahan Ekuitas. Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan yang menunjukkan perubahan ekuitas perseroan yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aset bersih atau kekayaan selama periode pelaporan. Perubahan
ekuitas
perusahaan
menggambarkan
peningkatan
atau
penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran dividen, menggambarkan jumlah keuntungan den kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan.
2. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. a. International Accounting Standard (IAS) No. 1 1). Laporan Posisi Keuangan. Informasi yang disajikan dalam laporan posisi keuangan yaitu: a). Entitas mengungkapkan dalam laporan posisi keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan, subklasifikasi pos-pos yang disajikan, dan diklasifikasikan dengan cara yang tepat sesuai dengan operasi entitas. b). Entitas mengungkapkan hal-hal berikut dalam laporan posisi keuangan atau laporan perubahan ekuitas, atau catatan atas laporan keuangan: (1). Untuk setiap jenis saham: (a). Jumlah saham modal dasar. (b). Jumlah saham yang diterbitkan dan disetor penuh, dan yang diterbitkan tetapi tidak disetor penuh. (c). Nilai nominal saham, atau nilai dari saham yang tidak memiliki nilai nominal. (d). Rekonsiliasi jumlah saham beredar pada awal dan akhir periode. (e). Hak, keistimewaan, dan pembatasan yang melekat pada setiap jenis saham, termasuk pembatasan atas dividen dan pembayaran kembali atas modal. (f). Saham entitas yang dikuasai oleh entitas itu sendiri atau oleh entitas anak atau entitas asosiasi; dan (g). Saham yang dicadangkan untuk penerbitan dengan hak opsi dan kontrak penjualan saham, termasuk jumlah dan persyaratan.
(2). Penjelasan mengenai sifat dan tujuan setiap pos cadangan dalam ekuitas. Entitas yang modalnya tidak terbagi dalam saham, seperti persekutuan atau unit perwalian,mengungkapkan informasi yang setara sesuai dengan pernyataan di atas, yang memperlihatkan perubahan selama suatu periode dari setiap jenis kepentingan ekuitas, serta hak, keistimewaan dan pembatasan yang melekat pada setiap jenis kepentingan ekuitas. Laporan posisi keuangan minimal mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut: (1)
Aset tetap
(2)
Properti investasi
(3)
Aset tidak berwujud
(4)
Aset keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan pada (5), (7) dan (8))
(5)
Investasi dengan menggunakan metode ekuitas
(6)
Persediaan
(7)
Piutang dagang dan piutang lainnya
(8)
Kas dan setara kas
(9)
Total asset yang diklasifikasikan sebagai asset yang dimiliki untuk dijual dan aset yang termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual
(10) Utang dagang dan terutang lain (11) Provisi
(12) Liabilitas keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan dalam (10) dan (11)) (13) Liabilitas dan aset untuk pajak kini (14) Liabilitas dan aset pajak tangguhan (15) Kepentingan nonpengendali (16) Modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk. 2). Laporan Laba Rugi Komprehensif. Laporan laba rugi komprehensif minimal mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut untuk periode: a). Pendapatan. b). Biaya keuangan. c). Bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas. d). Beban pajak. e). Suatu jumlah tunggal yang mencakup total dari: (1). Laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan (2). Keuntungan atau kerugian setelah pajak yang diakui dengan pengukuran nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau dari pelepasan aset atau kelompok yang dilepaskan dalam rangka operasi yang dihentikan f). Laba rugi g). Setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan sesuai dengan sifat
h). Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas; dan (i). Total laba rugi komprehensif. Entitas mengungkapkan pos-pos dibawah ini dalam laporan laba rugi komprehensif sebagai alokasi laba rugi untuk periode: a). Laba rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada: (1). Kepentingan nonpengendali (2). Pemilik entitas induk b). Total laba rugi komprehensif periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada: (1). Kepentingan nonpengendali (2). Pemilik entitas induk Entitas menyajikan pos-pos tambahan, judul dan subtotal dalam laporan laba rugi komprehensif dan laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), jika penyajian tersebut relevan untuk pemahaman kinerja keuangan entitas. Karena dampak dari berbagai kegiatan, transaksi, dan peristiwa lain entitas berbeda dalam frekuensi, potensi keuntungan atau kerugian dan kemampuan untuk dapat diprediksi, maka pengungkapan unsur-unsur kinerja keuangan membantu pengguna laporan keuangan dalam memahami kinerja keuangan yang dicapai dan dalam membuat proyeksi kinerja keuangan masa depan. Entitas memasukkan pos-pos tambahan dalam laporan laba rugi komprehensif dan laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), perubahan istilah yang dipakai dan perubahan urutan dari pos-pos jika hal ini diperlukan untuk menjelaskan unsur
kinerja keuangan. Entitas mempertimbangkan faktor-faktor termasuk materialitas, sifat dan fungsi dari berbagai komponen penghasilan dan beban. Entitas tidak diperkenankan menyajikan pos-pos penghasilan dan beban sebagai pos luar biasa dalam laporan laba rugi komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), atau catatan atas laporan keuangan. Ketika pos-pos penghasilan atau beban adalah material, maka entitas mengungkapkan sifat dan jumlahnya secara terpisah. Keadaan yang menyebabkan pengungkapkan secara terpisah atas pos-pos penghasilan dan beban adalah sebagai berikut: a). Penurunan nilai persediaan menjadi nilai realisasi neto atau penurunan niali aset tetap menjadi jumlah terpulihkan, sebagaimana pembalikan atas penurunan tersebut b). Restrukturisasi atas aktivitas-aktivitas suatu entitas dan untuk setiap provisi atas biaya restrukturisasi c). Pelepasan aset tetap d). Pelepasan investasi e). Operasi yang dihentikan f). Penyelesaian tuntutan hukum g). Pembalikan provisi lain. Entitas menyajikan analisis beban yang diakui dalam laba rugi dengan menggunakan klasifikasi berdasarkan sifat atau fungsinya dalam entitas, mana yang dapat menyediakan informasi yang andal dan lebih relevan. Entitas
dianjurkan untuk menyajikan analisis dalam laporan laba rugi komprehensif atau laporan laba rugi terpisah (jika disajikan). Beban disubklasifikasikan menjadi komponen utama dari kinerja keuangan yang dapat berbeda dalam frekuensi, potensi keuntungan atau kerugian dan kemampuan untuk dapat memprediksi. Analisi ini diberikan dalam satu dari dua bentuk. Bentuk pertama analisis ini adalah metode ”sifat beban”. Entitas menggabungkan beban dalam laba rugi berdasarkan sifatnya (misalnya, penyusutan, pembelian bahan baku, biaya transportasi, imbalan kerja, dan biaya iklan), dan tidak merealokasikan menurut berbagai fungsi dalam entitas. Metode ini mudah diterapkan karena tidak memerlukan adanya alokasi beban menurut klasifikasi fungsional. Bentuk kedua analisis ini adalah metode ”fungsi beban” atau ”biaya penjualan” dan mengklasifikasikan beban berdasarkan fungsinya sebagai bagian dari biaya penjualan atau, misalnya, biaya aktivitas distribusi atau administratif. Sekurang-kurangnya entitas mengungkapkan biaya penjualan berdasarkan metode ini secara terpisah dari beban lain. Metode ini dapat memberikan informasi yang lebih relevan kepada pengguna laporan keuangan dibandingkan dengan metode klasifikasi beban berdasarkan sifat, namun pengalokasian biaya berdasarkan fungsi mungkin membutuhkan pengalokasian secara arbiter dan pertimbangan yang matang. Entitas
yang
mengklasifikasikan
beban
berdasarkan
fungsi
mengungkapkan informasi tambahan tentang sifat beban, termasuk beban penyusutan dan amortisasi, dan beban imbalan kerja. Pemilihan antara metode fungsi beban dan sifat beban bergantung pada faktor historis dan industri serta
sifat entitas. Kedua metode tersebut memberikan indikasi tentang biaya-biaya tersebut yang mungkin berbeda, baik langsung maupun tidak langsung, dengan tingkat penjualan atau produksi entitas. Karena tiap metode penyajian memiliki manfaat untuk jenis entitas yang berbeda, pernyataan ini mensyaratkan manajemen untuk memilih penyajian yang andal dan lebih relevan. Namun demikian, karena informasi atas sifat beban bermanfaat dalam memprediksi arus kas masa depan, maka pengungkapan tambahan diperlukan ketika metode fungsi beban digunakan. 3). Laporan Perubahan Ekuitas. a) Laba komprehensif (dipisahkan untuk pemilik entitas induk dan kepentingan nonpengendali) b) Dampak kumulatif perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan c) Rekonsiliasi awal dan akhir periode untuk setiap komponen ekuitas (1) Laba rugi (2) Pendapatan komprehensif lain (3) Transaksi ekuitas lain (1). Total laba rugi komprehensif selama suatu periode, dapat diatribusikan kepada: (a). pemilik entitas induk dan (b). kepentingan non-pengendali (2). Untuk tiap komponen ekuitas (a). Pengaruh penerapan retrospektif atau (b). Penyajian kembali secara retrospektif
(3). Untuk tiap komponen ekuitas (a). rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir periode, (b). mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul dari: 1) laba rugi 2) pos pendapatan komprehensif lain dan 3) transaksi dengan pemilik: kontribusi dari pemilik dan distribusi kepada pemilik transaksi ekuitas yang tidak menyebabkan hilang pengendalian. Entitas menyajikan, baik dalam laporan perubahan ekuitas atau dalam catatan atas laporan keuangan, jumlah dividen yang diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama periode, dan nilai dividen per saham. b. PSAK 1 1). Neraca. Informasi yang disajikan dalam neraca. Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menunjukkan berbagai unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Neraca, minimal mencakup pos-pos berikut: a) Aktiva berwujud b) Aktiva tidak berwujud c) Aktiva keuangan d) Investasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas e) Persediaan f) Piutang usaha dan piutang lainnya
g) Kas dan setara kas h) Hutang usaha dan utang lainnya i) Kewajiban yang diestimasi j) Kewajiban berbunga jangka panjang k) Hak minoritas dan l) Modal saham dan pos ekuitas lainnya. Pos, judul, dan sub-judul lain disajikan dalam neraca apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi atau apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan posisi keuangan perusahaan secara wajar. 2). Laporan Laba Rugi. Informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi. Laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa , menunjukkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut : a) Pendapatan b) laba rugi usaha c) beban pinjaman d) bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas e) beban pajak f) laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan g) pos luar biasa h) hak minoritas
i) laba atau rugi bersih untuk periode berjalan. Pos, judul, dan sub-jumlah lainnya disajikan dalam laporan laba rugi apabila diwajibkan oleh PSAK atau apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan kinerja keuangan perusahaan secara wajar. 3). Laporan Perubahan Ekuitas. Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan: a) laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan b) setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas c) pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap keasalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait d) transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik e) saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya; dan f) rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio, dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Setelah mengadakan penelitian mengenai perbandingan antara PSAK 1 dan IAS No.1 tentang penyajian laporan keuangan, maka penulis akan mencoba mengambil beberapa kesimpulan mengenai perbandingan antara PSAK 1 dan IAS No.1 tentang penyajian laporan keuangan. 1. Dari segi format penyajian laporan keuangan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada bagian neraca menurut PSAK 1 dengan menurut IAS No. 1. Perbedaan dalam neraca terdapat dalam penyajian hak minoritas. Dahulu hak minoritas disajikan diantara kewajiban (sekarang disebut dengan liabilitas). Saat ini, hak minoritas (namanya berubah menjadi kepentingan
nonopengendali,
karena
sekarang
prinsipnya
adalah
pengendalian, bukan mayoritas atau minoritas lagi) disajikan di dalam komponen ekuitas. Menurut IAS No.1 pada bagian laporan posisi keuangan (neraca), kepentingan nonpengendali disajikan dalam ekuitas sedangkan menurut PSAK 1 pada bagian neraca, hak minoritas disajikan secara terpisah antara kewajiban dan ekuitas. 2. Dari segi format penyajian laporan keuangan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada bagian laporan laba rugi menurut PSAK 1 dengan menurut IAS No. 1. Menurut IAS No. 1 pada bagian laporan laba rugi komprehensif terdapat perhitungan pendapatan komprehensif lain (other 58
comprehensive income) yaitu pendapatan dan beban yang diakui langsung di ekuitas, pendapatan komprehensif lain ini secara prinsip disajikan di bawah laba/rugi bersih. Penyajian ini dapat dalam bentuk satu laporan (single step) yang mana penyajian laba/rugi (pendapatan dikurangi beban hingga laba bersih) dilanjutkan dengan pendapatan komprehensif lain sehingga ditemukan total pendapatan komprehensif lain. Penyajian bisa juga dalam bentuk ganda (multiple step), dalam penyajian ini laporan laba rugi dipisahkan dengan pendapatan komprehensif lain, namun dengan urutan perhitungan yang masih sama (laba bersih dipindahkan ke pendapatan komprehensif lain untuk menghitung total pendapatan komprehensif lain) sedangkan pada PSAK 1 tidak terdapat perhitungan pendapatan komprehensif lain. 3. Dari segi format penyajian laporan keuangan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada bagian laporan perubahan ekuitas menurut PSAK 1 dengan menurut IAS No. 1. Menurut IAS No. 1 pada bagian laporan perubahan ekuitas terdapat perhitungan pendapatan komprehensif lain (other comprehensive income) sedangkan pada PSAK 1 tidak terdapat perhitungan pendapatan komprehensif lain. 4. Dari segi informasi yang disajikan dalam laporan keuangan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada bagian istilah yang digunakan dalam laporan keuangan menurut PSAK 1 dengan menurut IAS No. 1. Menurut IAS No.1 istilah yang digunakan adalah aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam
kapasitasnya sebagai pemilik, dan arus kas sedangkan menurut PSAK 1 istilah yang digunakan adalah aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban, dan arus kas. 5. Dari segi komponen laporan keuangan yang lengkap menunjukkan bahwa terdapat perbedaan komponen laporan keuangan menurut PSAK 1 dengan menurut IAS No. 1. Menurut IAS No. 1 komponen laporan keuangan yang digunakan yaitu laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, dan laporan posisi keuangan awal periode komparatif sajian akibat penerapan retrospektif, penyajian kembali, atau reklasifikasi pospos laporan keuangan sedangkan menurut PSAK 1 komponen laporan keuangan yang digunakan yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
B. Keterbatasa Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang memerlukan perbaikan dan pengembangan dalam penelitian-penelitian berikutnya. Keterbatasanketerbatasan dalam penelitian ini adalah : A. Penelitian ini menekankan pada masalah format penyajian laporan keuangan dan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pada PSAK 1 dan IAS No.1 B. Objek penelitian ini hanya mengenai Neraca, Laporan laba rugi, dan Laporan perubahan ekuitas.
C. Saran 1. Bahwa setiap perusahaan wajib melaksanakan perlakuan PSAK 1 tentang penyajian laporan keuangan yang diberlakukan sejak tahun 2011 dan 2012 yang konvergen dengan IFRS. 2. Untuk menyusun laporan keuangan tahun 2010 supaya dilakukan reklasifikasi akun agar sesuai dengan penyajian laporan keuangan tahun 2011. 3. Untuk memudahkan penyusunan laporan perubahan ekuitas supaya terlebih dahulu membuat laporan pendapatan komprehensif lain. 4. Dalam hal menyusun laporan keuangan, versi IFRS supaya membuat laporan keuangan harus memperhatikan terlebih dahulu yaitu istilah atau judul dalam laporan keuangan kemudian nama-nama akun dalam laporan keuangan, bentuk laporan keuangan dan penyajian dalam laporan keuangan.