65
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian dan Justifikasi Penggunaannya. Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk menemukan dan merumuskan suatu kerangka kerja bimbingan untuk mengembangkan kemandirian siswa tunagrahita sedang berdasarkan pendekatan perilaku di SLB C, maka metode penelitian yang dianggap relevan yaitu kualitatif. Dasar pertimbangannya sebagai berikut: (1) masalah penelitian memerlukan suatu pengungkapan secara deskriptif dan komprehensif; (2) pendekatan kualitatif lebih peka, fleksibel dan mampu menyesuaikan diri jika dipergunakan untuk menelaah berbagai pengaruh fenomena dan pola-pola nilai yang dihadapi responden dalam setting natural; (3) temuan penelitian kualitatif dapat memberikan kesan yang lebih actual dan bermakna, sehingga dianggap lebih meyakinkan dan dapat diterima; (4) penelitian tentang kerangka kerja bimbingan untuk mengembangkan
kemandirian
siswa
tunagrahita
sedang
berdasarkan
pendekatan perilaku, dimaksudkan untuk membantu siswa mencapai kemandirian secara optimal, yaitu memfasilitasi perolehan keterampilan siswa dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, yang pelaksanaannya terpadu dengan pembelajaran di sekolah, (5) temuan penelitian berimplikasi terutama kepada kinerja guru atau pembimbing di SLB C dalam upaya membantu mengembangkan potensi siswa tunagrahita mencapai kemandirian secara optimal. Menurut Nasution (1988:19) penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri, antara lain: (1) penelitian dilakukan dalam setting natural, (2) peneliti sebagai human instrument, (3) angat deskriptif, (4) mementingkan proses, (5) mencari makna, (6) mengutamakan data dari tangan pertama, first hand, (7) melakukan triangulasi, (8) menonjolkan konteks, (9) peneliti berkedudukan sama dengan yang diteliti, (10) mengutamakan pandangan emic, (11) sampling purposif, dan (12) berpartisipasi tanpa mengganggu (unobtrusive). B. Desain Penelitian dan Justifikasi Pemilihannya. Iding Tarsidi, 2013 Kerangka Kerja Bimbingan Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang Berdasarkan Pendekatan Perilaku Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
66
Setting penelitian adalah proses bimbingan kemandirian siswa tunagrahita sedang yang pelaksanaannya terpadu dalam pembelajaran bina diri di sekolah. Lokasi penelitian adalah SLB C Purnama Asih Bandung. Tahapan-tahapan penelitian ini mengacu kepada prosedur yang dikemukakan oleh Nasution (1996: 33) meliputi tiga tahapan sebagai berikut: (1) tahap orientasi, (2) tahap eksplorasi, dan (3) tahap member check. Tahap pertama, orientasi dimaksudkan untuk memotret kondisi lapangan sehingga diperoleh gambaran lengkap, akurat, dan jelas mengenai setting penelitian, lingkungan perkembangan belajar, dan kegiatan-kegiatan (pembelajaran) yang dilakukan di SLB C, terutama kedudukan pembelajaran bina
diri
bagi
siswa
tunagrahita
sedang
dalam
upaya
membantu
mengembangkan potensi siswa mencapai kemandirian secara optimal. Kegiatan yang dilakukan adalah menentukan setting penelitian yaitu melakukan pendekatan dengan mengkomunikasikan arah dan tujuan penelitian kepada pihak-pihak terkait (kepala sekolah, guru, pihak keluarga siswa, dan siswa tunagrahita) itu sendiri. Dengan demikian peneliti menjadi familier dan memiliki gambaran komprehensif tentang setting penelitian, sehingga penelitian yang akan dilakukan dapat terlaksana dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan. Tahap kedua, eksplorasi, adalah tahap pelaksanaan penelitian yakni menggali informasi dan mengumpulkan data lapangan sesuai dengan fokus penelitian dengan bantuan teknik pengumpulan data: observasi, wawancara, dan dokumentasi, sebagai berikut: (1) teknik observasi dilakukan kepada guru dan siswa, dengan maksud untuk mendeskripsikan data kegiatan pembelajaran kemandirian siswa tunagrahita sedang di sekolah, mendeskripsikan kondisi objektif lingkungan perkembangan belajar, dan mendeskripsikan kemampuan dasar kemandirian serta pencapaian kemandirian siswa tunagrahita sedang dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, (2) teknik wawancara dilakukan kepada guru dan kepala sekolah untuk memperoleh informasi/data persepsi guru dan kepala sekolah tentang hakikat tunagrahita sedang, konsep kemandirian siswa tunagrahita sedang, pembelajaran kemandirian (bina diri) Iding Tarsidi, 2013 Kerangka Kerja Bimbingan Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang Berdasarkan Pendekatan Perilaku Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
67
bagi siswa tunagrahita sedang beserta tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan guru di sekolah, dan kendala-kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran bina diri beserta upaya mengatasinya, (3) analisis dokumen dilakukan untuk (a) menganalisis kurikulum atau silabus Program Khusus Pendidikan Bina Diri siswa tunagrahita sedang jenjang SDLB, (b) mengnalisi naskah persiapan mengajar yakni Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun/dibuat oleh guru dan digunakan dalam pembelajaran bina diri bagi siswa tunagrahita sedang jenjang SDLB. Tahap ketiga, uji keabsahan data atau member check, dimaksudkan untuk mencek kebenaran atau keabsahan setiap informasi atau data yang diperoleh dari berbagai sumber, maupun dengan data yang diperoleh dengan teknik yang berbeda. Uji keabsahan data dilakukan melalui triangulasi (sumber dan metode/teknik), yaitu mencek kebenaran data yang diperoleh berdasarkan data hasil observasi, wawancara dan analisis dokumen, meliputi: (1) melakukan konfirmasi kembali hasil (data) kepada semua sumber data; dan (2) melakukan crosschek data dengan sumber data dari guru-guru SLB C yang berbeda, (3) meminta tanggapan, masukan atau penilaian tentang catatan lapangan hasil observasi kepada sumber data tertentu, dan (4) mengecek ulang kebenaran data yang diperoleh dari sumber data guru melalui teknik wawancara dan studi dokumentasi dengan data yang diperoleh dari observasi proses pembelajaran bina diri dari di sekolah. Berdasarkan temuan faktual/data empiris yang terkumpul kemudian dilakukan generalisasi, reduksi dan konseptualisasi, setelah dirangkum kemudian dilakukan forum group discussion kepada pihak-pihak atau sumber data terkait/terlibat (kepala sekolah dan guru-guru). Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan perbaikan sekaligus untuk mencek kebenarannya, sehingga diperoleh temuan penelitian tentang pengembangan kemandirian siswa tunagrahita sedang jenjang SDLB dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari dalam suatu kerangka kerja bimbingan kemandirian berdasarkan pendekatan perilaku.
Iding Tarsidi, 2013 Kerangka Kerja Bimbingan Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang Berdasarkan Pendekatan Perilaku Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
68
Kegiatan berikutnya yaitu: (1) mengkaji kerangka teoretis yang terkait dengan temuan penelitian tersebut, meliputi: konsep-konsep ketunagrahitaan, kemandirian, pembelajaran bina diri, konsep bimbingan, pendekatan perilaku dalam pembelajaran, dan kerangka kerja bimbingan. Berdasarkan kajian kerangka teoretis tersebut dirumuskan konstruk kerangka kerja bimbingan pengembangan kemandirian siswa tunagrahita sedang berdasarkan pendekatan perilaku, dan (2) melakukan uji validasi, dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan dari setiap komponen kerangka kerja bimbingan kemandirian berdasarkan pendekatan perilaku. Dilakukan secara professional judgement oleh para praktisi (kepala sekolah dan guru) melalui forum group discussion, dan expert judgement oleh para ahli atau akademisi yang relevan (ahli pendidikan anak tunagrahita dan ahli bimbingan dan konseling). Berdasarkan hasil validasi tersebut dilakukan revisi sehingga dihasilkan kerangka kerja bimbingan kemandirian siswa tunagrahita sedang berdasarkan pendekatan perilaku. Untuk mengetahui kelayakan (aplicability) kerangka kerja bimbingan kemandirian tersebut, maka diimplementasikan secara terbatas pada tujuah orang siswa tunagrahita sedang jenjang SDLB. Berdasarkan hasil implementasi, direkomendasikan bahwa kerangka kerja bimbingan kemandirian tersebut layak (aplicable) diterapkan guru sebagai rujukan dalam pelaksanaan bimbingan kemandirian, yaitu untuk memfasilitasi perolehan keterampilan siswa dalam melakukan aktivitas kehidupan seharihari untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri.
TAHAP ORIENTASI
TAHAP EKSPLORASI
TAHAP MEMBER CHEK
Menggali Memotret informasi kondisi objektif Triangulasi lapangan sesuai secara umum data lapangan dengan fokus seting penelitian. Konfirmasi Iding Tarsidi, 2013 peneltian, melalui Mengkomunikasi dengan Kerangka Kerja Bimbingan Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang teknik : kan arah, tujuan, sumber Berdasarkan Pendekatan Perilaku dan fokus data/informan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Observasi penelitian kepada Pengecekan Wawancara sumber ulang Dokumentasi informasi/informan keabsahan data
69
Display dan analisis data penelitian
Temuan data mentah lapangan sebagai bahan kajian
Diperoleh Data awal kondisi objektif setting penelitian
Kajian Teoretis, Kerangka Kerja Bimbingan Kemandirian Pendekatan Perilaku, Uji Validasi
Temuan Empirik Keterampilan Bina Diri dalam Kehidupan Sehari-hari Siswa Tunagrahita Sedang
Kerangka Kerja Bimbingan Pengembangan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang berdasarkan Pendekatan Perilaku
Gambar 3. 1. Tahapan-tahapan Penelitian C. Analisis Data dan Penafsirannya Menurut
Moleong
(1993:
103)
analisis
data
adalah
proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dirumuskan hipotesis kerja (ide) seperti yang disarankan oleh sata. Analisis data dalam penelitian ini mengacu kepada tahapan-tahapan kegiatan yang dikemukakan oleh Moleong Iding Tarsidi, 2013 Kerangka Kerja Bimbingan Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang Berdasarkan Pendekatan Perilaku Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
70
(1993: 190). sebagai berikut: (1) pemrosesan satuan (unityzing), dan (2) kategorisasi (categoryzing), selanjutnya (3) penafsiran (interpretation). Dua kegiatan tersebut di atas (poin 1 dan 2) berkenaan dengan identifikasi informasi dan pengorganisasian data hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Pemrosesan satuan (unitisasi) yaitu berupa kegiatan memberi kode yang mengidentifikasi unit informasi yang terpisah dari teks, dan (2) kategorisasi yaitu menyusun dan mengorganisasikan data berdasarkan persamaan makna. Selanjutnya dilakukan penafsiran, yaitu memberikan arti secara signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian (Patton, 1980: 268, dalam Moleong, 1993: 103) Dalam proses menemukan tema, peneliti mengikuti tahapan-tahapan yang dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor (1975: 82-85, dalam Moleong, 1993: 104-105) sebagai berikut: (a) membaca secara teliti catatan lapangan dari observasi, (b) memberikan kode pada beberapa judul pembicaraan tertentu, (c) menyusun kode-kode tersebut ke dalam kelompok tertentu (sebagai bakal tema) menurut tipologinya, (d) mengkaji kepustakaan yang ada kaitannya dengan masalah dan latar penelitian, D. Sumber Data dan Lokasi Penelitian Sumber informasi/data utama dalam penelitian ini adalah guru beserta siswa tunagrahita sedang jenjang SDLB di SLB C Purnama Asih Kabupaten Bandung Barat berjumlah tujuh siswa, yaitu: Ian M Fakhri (IMF), Agustin (AGS), Silma Dwi Zuliani (SDZ), Annisa Al Zahra, (AAZ), Mulyani (MYN), Eli S, Dhika (ESD), dan Ario Suryo (ARS). Unit analisisnya adalah proses pembelajaran kemandirian (bina diri) siswa tunagrahita sedang SDLB di SLB C. Sumber data/informan terutama adalah guru dan siswa tunagrahita sedang. Sumber data untuk studi pendahuluan atau survey adalah guru-guru dari beberapa SLB C di wilayah Jawa Barat berjumlah 15 orang meliputi: SLB C Purnama Asih Bandung, SLB C YPLB Hegar Asih Bandung, SLB C Sukapura Bandung, SLB C Kasih Ibu Kopo, SLB C Ciamis, SLB C Plus Asih
Iding Tarsidi, 2013 Kerangka Kerja Bimbingan Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang Berdasarkan Pendekatan Perilaku Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
71
Manunggal Bandung, SLB C Wathoniyah Cirebon, dan SLB C PGRI Ciawi Tasikmalaya, dan SLB C Bina Kasih Cianjur.
E. Penjelasan Istilah atau Konsep dan Instrumen Penelitian 1. Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang jenjang SDLB Merujuk kepada konsep ketunagrahitaan dan tujuan pendidikan sebagaimana diuraikan pada kajian teoretis, dapat ditarik pemahaman bahwa kemandirian bagi siswa tunagrahita sedang berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan
kehidupan
sehari-hari
dan
kemampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Oleh karena itu, program pendidikan kemandirian siswa tunagrahita sedang adalah yang bersifat praktis-fungsional untuk hidup mandiri sekaligus sebagai kompetensi yang harus dimiliki agar terampil melakukan aktivitas kehidupan seharihari untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri (Activity of Daily Living) atau untuk menolong diri sendiri (Self Help Skill). Untuk mencapai hal tersebut, implementasinya melalui program khusus pendidikan bina diri, yang memiliki fungsi, tujuan, standar kompetensi & kompetensi dasar sebagai berikut: Fungsi pendidikan bina diri bagi siswa tunagrahita sedang yaitu: (1) menghantarkan peserta didik tunagrahita dalam melakukan bina diri untuk dirinya sendiri, seperti merawat diri, mengurus diri, menolong diri, komunikasi dan adaptasi di lingkungan sesuai dengan kemampuannya, (2) mengaktualisasikan dan mengembangkan kemampuan peserta didik tunagrahita dalam melakukan bina diri untuk kebutuhan dirinya sendiri sehingga mereka tidak membebani orang lain. Tujuannya yaitu agar siswa memiliki kemampuan: (1) mengenal cara-cara melakukan bina diri (merawat diri, mengurus diri, menolong diri, berkomunikasi dan beradaptasi) untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dalam kehidupan sehari-hari; (2) dapat melakukan sendiri kegiatan bina diri dalam hal merawat diri, mengurus diri, menolong diri, berkomunikasi dan adaptasi Iding Tarsidi, 2013 Kerangka Kerja Bimbingan Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang Berdasarkan Pendekatan Perilaku Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
72
dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat menyesuaikan diri baik di keluarga, sekolah dan masyarakat. Dilihat dari standard kompetensi dan kompetensi dasar program bina diri siswa tunagrahita sedang untuk jenjang sekolah dasar maupun sekolah menengah secara umum sama, meliputi aspekaspek: Merawat berkomunikasi
diri, dengan
mengurus diri, orang
lain,
menjaga keselamatan diri,
dan
terampil
beradaptasi
di
lingkungannya. 2. Pembelajaran Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang Pembelajarn kemandirian siswa tunagrahita sedang di SLB C secara khusus diimplementasikan melalui program khusus pendidikan bina diri meliputi bidang-bidang keterampilan: mengurus, memelihara, merawat, membina
dan
menolong
diri
sendiri
serta
beradaptasi
dalam
lingkungannya. Proses pembelajarannya dapat digambarkan sebagai berikut: dilaksanakan sesuai situasi dan kondisi, menggunakan pendekatan individualisasi, lebih banyak berorientasi pada praktek langsung daripada penyampaian informasi, dilaksanakan setiap hari belajar dengan durasi waktu yang disesuaikan dengan materi pokok yang terintegrasi dalam pelaksanaan mata pelajaran lainnya, serta penilaian mengacu kepada analisis tugas yang dibuat guru berdasarkan materi pokok dan derajat ketunagrahitaan. Mengingat hambatan yang dialami oleh siswa tunagrahita sedang SDLB dalam berbagai aspek perkembangan: kecerdasan, fungsi, mental, sosial-emosional, dan organisme, sehingga berdampak diantaranya terhadap kemampuan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri yang kurang optimal. Oleh karena itu, dalam konteks pendidikan siswa tunagrahita sedang guru atau pembimbing memiliki peran sangat penting dan strategis dalam upaya memfasilitasi perolehan perilaku (keterampilan) baru dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Hal ini mengandung implikasi bahwa guru atau pembimbing seyogyanya Iding Tarsidi, 2013 Kerangka Kerja Bimbingan Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang Berdasarkan Pendekatan Perilaku Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
73
memiliki kemampuan: (1) berperan sebagai model perilaku yang baik bagi para siswanya, (2) mengembangkan urutan dan tahapan pembelajaran, (3) menerapkan aktivitas pengajaran dan membimbing aktivitas
pembelajaran
siswa
dalam
pembentukan
perilaku
(keterampilan) baru, (4) memahami secara mendalam karakteristik siswa
terutama
yang
berkaitan
dengan
perbedaan
individual,
kesiapsediaan, dan keterampilan siswa untuk belajar bagaimana belajar mengurus diri dalam kehidupan sehari-hari, (5) menata lingkungan belajar secara kondusif sehingga memberikan dukungan bagi proses pembelajaran, dan membantu siswa dalam mengembangkan perilaku positif
dan
mengurangi
atau
mencegah
perilaku
negatif,
(6)
mengupayakan agar proses pembelajaran tidak terpisah dari lingkungan sosial dan kehidupan nyata, (7) menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berpikir anak, (8) memberikan peluang agar anak belajar sesuai dengan tahapan perkembangannya, dan (10) memberikan kesempatan kepada anak untuk saling berbicara atau berdiskusi dengan teman-temannya. Dengan kata lain, guru SLB C seyogyanya memiliki kemampuan untuk memilih pendekatan, metode dan teknik atau strategi intervensi yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik kebutuhan belajar siswa tunagrahita sedang, serta mampu mensinergikan antara pendekatan pengajaran dengan pendekatan psycho-education (melalui penerapan nilai-nilai atau prinsip-prinsip bimbingan berdasarkan pendekatan perilaku dalam pembelajaran kemandirian siswa).
3. Bimbingan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang berdasarkan Pendekatan Perilaku Secara umum tugas guru dalam pembelajaran berdasarkan pendekatan perilaku adalah menganalisis tingkah laku yang dinilai menyimpang (inappropriate), menganalisis hubungan antara tingkah laku dan peristiwa di lingkungannya, mengkonseptulisasikan perilaku yang sudah dipelajari Iding Tarsidi, 2013 Kerangka Kerja Bimbingan Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang Berdasarkan Pendekatan Perilaku Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
74
dan mengubah perilaku sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran. Tingkah laku menyimpang tersebut harus digambarkan secara jelas dan terukur. Tugas guru atau pembimbing dalam bimbingan kemandirian siswa tunagrahita sedang berdasarkan pendekatan perilaku senantiasa terkait dengan pengubahan perilaku (behavior modification), yakni mencakup dua hal: (1) membentuk, membangun atau mempertahankan perilaku yang sesuai, positif atau yang diinginkan, dan (2). mengurangi, mencegah atau menghilangkan perilaku yang tidak sesuai, negatif atau yang tidak diinginkan. Modifikasi perilaku berdasar kepada asumsi sebagai berikut: (1). tingkah laku manusia dipengaruhi oleh lingkungannya dan atau akibat dari perilaku itu sendiri (consequences), (2) tingkah laku yang baik dan yang buruk adalah hasil belajar, (3) tingkah laku manusia dapat diubah atau dimodifikasi dengan memberikan stimulus kepada lingkungannya. Lingkungan tersebut adalah segala sesuatu yang ada di sekitar siswa yang dapat mempengaruhi perilakunya (misalnya, guru, program pembelajaran, pendekatan dan metode atau teknik pembelajaran). Berkaitan dengan hal ini, implikasinya adalah bahwa guru atau pembimbing seyogyanya memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) merumuskan tujuan pembelajaran secara spesifik/jelas yang mencakup condition, faktor penyebab (antecedents), merumuskan bentuk perilaku atau kegiatan secara operasional yang ditargetkan untuk dicapai anak, (2) melaksanakannya, yaitu menentukan apa yang akan dibimbingkan kepada anak, dan (3) menentukan tolok ukur atau kriteria keberhasilan belajar atau bimbingan. Dengan demikian, dapat ditarik pemahaman bahwa bimbingan berdasarkan pendekatan perilaku adalah layanan ahli dengan kepedulian guru atau pembimbing terhadap perilaku yang dapat diamati sebagai tolak ukur keberhasilan belajar atau bimbingan, yaitu berupa perubahan perilaku khusus atau perilaku social yang bermakna dalam kehidupan sehari-hari. Bimbingan kemandirian berdasarkan pendekatan perilaku adalah suatu proses membantu individu siswa untuk mencapai kemandirian secara Iding Tarsidi, 2013 Kerangka Kerja Bimbingan Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang Berdasarkan Pendekatan Perilaku Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
75
optimal, dalam arti memfasilitasi perolehan keterampilan siswa dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Tujuannya untuk mengubah tingkah laku yang tidak selaras dengan tuntutan masyarakat dan kebutuhan pribadi atau memperbaiki perilaku salah suai. Metode bimbingannya lebih kepada Operant Learning dengan pemanfaatan penguatan melalui tokens economy dalam proses pembelajaran dan Unitative Learning atau Social modeling, dengan merancang suatu perilaku adaptif yang dapat dijadikan model bagi siswa tunagrahita. Dalam pelaksanaannya guru atau pembimbing perlu memperhatikan prinsip-prinsip utama dalam bimbingan kemandirian siswa tunagrahita sedang berdasarkan pendekatan perilaku, yaitu: (a) asesmen, (b) individualisasi pengajaran, (c) analisis tugas (task analysis), dan (d) reward: Reinforcement dan Punishment., sebagai suatu kreasi guru dalam upaya memperkuat perilaku yang dikehendaki dan mengurangi atau menghilangkan perilaku yang tidak dikehendaki.
4. Kerangka Kerja Bimbingan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang berdasarkan Pendekatan Perilaku Kerangka kerja bimbingan kemandirian siswa tunagrahita sedang berdasarkan pendekatan perilaku adalah kerangka kerja bimbingan secara operasional
yang
melukiskan
prosedur
sistematis
dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar berupa serangkaian kegiatan yang disusun
dalam
tahapan-tahapan
sistematik,
dilaksanakan
dengan
berorientasi kepada tugas perkembangan siswa, karakteristik kebutuhan belajar siswa, lingkungan perkembangan belajar siswa, pendekatan, metode dan teknik atau strategi, serta asumsi dan prinsip-prinsip bimbingan
berdasarkan
pendekatan
perilaku.
Tujuannya
untuk
membantu siswa tunagrahita sedang SDLB mencapai kemandirian secara optimal, yaitu memfasilitasi perolehan keterampilan siswa dalam
Iding Tarsidi, 2013 Kerangka Kerja Bimbingan Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang Berdasarkan Pendekatan Perilaku Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
76
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri. Kerangka kerja bimbingan tersebut merupakan wadah atau bingkai kegiatan sebagai rujukan guru dalam bimbingan untuk mengembangkan kemandirian siswa tunagrahita sedang SDLB berdasarkan pendekatan perilaku, meliputi komponen-komponen sebagai berikut: (1) rasional: dasar pemikiran, (2) visi dan misi bimbingan kemandirian berdasarkan pendekatan perilaku, (3) tujuan bimbingan siswa tunagrahita, (4) mengapa dan apa pendekatan perilaku?, (5) tema sentral pendekatan perilaku, (6) pendekatan perilaku dalam konteks bimbingan kemandirian, (7) setting dan bentuk intervensi, (8) kerangka penerapan bimbingan kemandirian berdasarkan pendekatan perilaku, (9) implementasinya bagi guru atau pembimbing, (10) satuan layanan bimbingan kemandirian berdasarkan pendekatan perilaku, dan (11) penutup.
F. Teknik Pengumpulan Data, Rasional dan Justifikasinya. Dalam penelitian kualitatif kedudukan peneliti sangat berperan penting, dapat dipandang sebagai ”key instrument”. Dalam arti diperlukan kemampuan peneliti untuk memahami setting penelitian, kontekstual penelitian, memahami informasi/data yang dikumpulkan, mengolah data, menganalisis
data,
dan
menginterpretasikan
data
serta
mengambil
kesimpulan. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi, panduan wawancara, dan studi dokumentasi. Observasi dilakukan kepada: (1) siswa tunagrahita sedang jenjang SDLB, dengan maksud untuk memperoleh data kematangan sosial atau kemampuan dasar kemandirian siswa dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, (2). guru dan siswa tunagrahita sedang dalam proses pembelajaran bina diri di sekolah, dengan maksud untuk memperoleh data pelaksanaan bimbingan kemandirian siswa tunagrahita sedang yang pelaksanaannya secara terpadu dalam pembelajaran bina diri, (3) dampak penerapan prinsip-prinsip bimbingan berdasarkan Iding Tarsidi, 2013 Kerangka Kerja Bimbingan Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang Berdasarkan Pendekatan Perilaku Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
77
pendekatan perilaku bagi siswa tunagrahita sedang dalam pencapaian atau perolehan
keterampilan
melakukan
aktivitas
kehidupan
sehari-hari.
Wawancara ditujukan kepada guru-guru dan kepala sekolah dengan maksud untuk memperoleh data tentang: (1) persepsi guru dan atau kepala sekolah tentang hakikat ketunagrahitaan dan kemandirian siswa tunagrahita sedang, (2) kondisi objektif pelaksanaan bimbingan kemandirian siswa tunagrahita sedang yang pelaksanaannya terpadu dalam pembelajaran bina diri di sekolah beserta tahapan-tahapan kegiatannya, (3) kendala-kendala yang dihadapi guru dalam pelaksanaan bimbingan kemandirian siswa tunagrahita sedang di sekolah beserta upaya mengatasinya, (4) pihak-pihak yang berperan dan paling berperan dalam upaya membantu pencapaian kemandirian siswa tunagrahita sedang, Teknik dokumentasi digunakan untuk menganalisis dokumen/naskah kurikulum atau silabus program khusus pendidikan bina diri dan menganalisis naskah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat guru untuk pembelajaran bina diri bagi siswa tunagrahita sedang jenjang SDLB.
G. Kisi-Kisi dan Instrumen Penelitian
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen dan Sumber Data No
Data yang Diperlukan
Instrumen
Sumber Data
1.
Perspektif guru tentang hakikat tunagrahita dan kemandirian siswa tunagrahita sedang Kondisi objektif kemandirian siswa tunagrahita sedang dalam keseharian. Kondisi objrktif pelaksanaan Pelaksanaan bimbingan kemandirian siswa tunagrahita sedang yang terpadu dalam
Panduan wawancara
Guru, Sekolah
2.
3.
Panduan wawancara dan Guru dan observasi (skala kematangan tunagrahita sosial) Panduan wawancara observasi
Kepala
siswa
dan Guru dan siswa tunagrahita dalam PBM
Iding Tarsidi, 2013 Kerangka Kerja Bimbingan Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang Berdasarkan Pendekatan Perilaku Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
78
4. .
5.
7.
8.
9.
10.
PBM di sekolah Permasalahan atau kendala yang dihadapi guru dalam bimbingan kemandirian siswa tunagrahita sedang dan upaya mengatasinya Pihak-pihak yang terlibat, berperan dan paling berperan dalam upaya memandirikan siswa tunagrahita Kompetensi guru yang dibutuhkan dalam bimbingan kemandirian siswa tunagrahita Validasi prinsip-prinsip bimbingan kemandirian yang sesuai dengan karakteristik kebutuhan belajar siswa tunagrahita sedang Desain penerapan prinsipprinsip bimbingan kemandirian pendekatan perilaku dalam kerangka kerja bimbingan Kelayakan Penerapan prinsipprinsip bimbingan kemandirian pendekatan perilaku dalam kerangka kerja bimbingan.
Panduan wawancara observasi
dan Guru, sekolah
Panduan wawancara
kepala
Guru
Panduan wawancara observasi
dan Guru dalam pembelajaran
Observasi dan wawancara
Naskah rumusan prinsipprinsip bimbingan kemandirian pendekatan perilakui Satuan layanan bimbingan kemandirian pendekatan perilaku, Form evaluasi pencapaian hasil belajar Siswa Tabel 3.2
Guru, ahli PLB dan BK
Guru, kepala sekolah, peneliti
Guru dan peneliti berkolaborasi dalampelaksanaan PBM kemandirian
Kisi-Kisi Panduan Wawancara dengan Guru SLB C
ASPEK
1. Perspektif ketunagrahitaan dan kemandirian siswa tunagrahita sedang
2. Kondisi objektif kemandirian
INDIKATOR
BUTIR JML SOAL
Persepsi guru tentang 1, 2, 3, kemandirian, tujuan pendidikan 4, siswa tunagrahita sedang SDLB, aspek/bidang kemandirian yang dibutuhkan siswa, dan pihak-pihak yang terlibat/berperan dan paling berperan membantu kemandirian siswa Urgensi
kemandirian, 5, 6, 7,
Iding Tarsidi, 2013 Kerangka Kerja Bimbingan Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang Berdasarkan Pendekatan Perilaku Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
4
5
79
siswa tunagrahita sedang dan pencapaian kemandiriannya
aspek/bidang kemandirian yang 8, 9 dimiliki siswa, dan pencapaian kemandirian siswa tunagrahita sedang SDLB dalam menjalani aktivitas kehidupan sehari-hari.
3. Kondisi objektif pelaksanaan bimbingan siswa tunagrahta sedang di sekolah SLB C
Cara guru melaksanakan dan 10, 11, tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan guru dalam bimbingan kemandirian siswa tunagrahita sedang SDLB di sekolah
4. Kendala/hambatan yang dihadapi guru dalam mengembangkan kemandirikan siswa tunagrahita sedang dan upaya mengatasinya
Kendala/hambatan keuangan, 12, 13 sarana prasarana, hubungan kerjasama dengan pihak keluarga, masyarakat dan pemerintah, terkait kemampuan profesional, terkait kesinambungan upaya pendidikan anak di sekolah dengan di rumah
Jumlah
2
2
13
H. Proses Pengembangan Instrumen Instrumen penelitian dijudgement oleh para pakar atau akademisi dalam bidang bimbingan dan konseling dan pendidikan luar biasa serta praktisi di lapangan (guru SLB C) sebagai berikut: Dr. Suherman, Dr. Endang Rochyadi, Dr. Tjutju Soendari, dan Neni, S.Pd. Aspek-aspek yang dijudgement untuk instrumen penelitian terutama berkenaan kesesuaian antara tujuan dengan aspek-aspek yang akan diungkap atau ditanyakan, kesesuaian isi dengan data yang dibutuhkan, tata kalimat, tata bahasa atau pilihan kata. Demikian pula hal yang sama dilakukan terhadap naskah kerangka
kerja
bimbingan
kemandirian
siswa
tunagrahita
sedang
berdasarkan pendekatan perilaku, terutama masukan perbaikan atau penilaiannya berkenaan dengan konten naskah kerangka kerja, sistematika, kejelasan prosedur dan kontekstual atau alur pikir antara subjudul dengan subjudul atau keterkaitan antara satu tema dengan tema lainnya sebagai suatu kerangka kerja bimbingan kemandirian secara utuh. Iding Tarsidi, 2013 Kerangka Kerja Bimbingan Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang Berdasarkan Pendekatan Perilaku Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu