45
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan “cara ilmiah untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan penelitian” (Sugiyono, 2011: 3). Oleh karena itu, pertanyaan penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian dan data yang dibutuhkan dalam penelitian menjadi bahan pertimbangan utama bagi peneliti dalam menentukan metode penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Zuriah (2006:47) memaparkan bahwa penelitian deskriptif merupakan “penelitian yang diarahkan untuk menjawab gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi tertentu”. Metode deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan bagaimana keterampilan literasi informasi pustakawan di Perpustakaan UPI dalam menunjang kompetensi profesionalnya. Penelitian ini didesain dengan menggunakan model case study atau studi kasus. Studi kasus dipilih karena dapat digunakan untuk meneliti setiap aspek dari suatu topik secara mendalam (Nasution, 2003:28). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan – Depdikbud (1983) dalam Zuriah (2006:48) mendefinisikan studi kasus sebagai “penelitian yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif mengenai unit sosial tertentu, yang meliputi individu, kelompok, lembaga dan masyarakat”. Pada penelitian ini, studi kasus digunakan untuk mengetahui bagaimana pustakawan Perpustakaan UPI melakukan kegiatan literasi informasi yang terintegrasi dalam proses pelayanan perpustakaan. Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dipilih karena peneliti bermaksud untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena tertentu secara mendalam dan terperinci. Moleong (2014:6) memaparkan bahwa “penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena ... secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa...”. Selain itu, Euis Sri Nurhayati, 2014 Literasi Informasi Pustakawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
46
pendekatan kualitatif digunakan karena penelitian ini menggunakan desain penelitian sementara. Moleong (2014:13) mengemukakan bahwa “penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus disesuaikan dengan kenyataan di lapangan.” Penelitian ini tidak bermaksud untuk menggeneralisir keterampilan literasi informasi pustakawan secara pada umumnya melainkan spesifik kepada keterampilan literasi informasi pustakawan Perpustakaan UPI dalam menunjang kompetensi profesionalnya.
B. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1.
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan UPI yakni Perpustakaan Pendidikian
Tinggi Universitas Pendidikan Indonesia kampus Bumi Siliwangi, yang berlokasi di Jalan Dr. Setiabudhi No. 229, Bandung (40154). Peneliti memilih melakukan penelitian di Perpustakaan UPI karena perpustakaan ini memiliki keunggulan diantaranya sudah dilengkapi dengan fasilitas yang memadai dan koleksi yang dikelola oleh sumber daya manusia yang berkualitifikasi. Selain itu juga, terdapat permasalahan di perpustakaan ini yakni belum optimalnya kegiatan literasi informasi yang diperuntukkan bagi seluruh pemustaka, khususnya mahasiswa baru yang merupakan pemustaka potensial Perpustakaan UPI sehingga peneliti berasumsi bahwa pustakawan harus melakukan kegiatan literasi informasi yang terintegrasi dalam pelayanan perpustakaan. Hal di atas tersebutlah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian di Perpustakaan UPI, peneliti berharap dengan adanya penelitian ini alternatif penyelesaian masalah yang berkaitan dengan kasus tersebut dapat ditemukan.
Euis Sri Nurhayati, 2014 Literasi Informasi Pustakawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
47
2.
Subjek Populasi/Sampel Penelitian
a.
Populasi penelitian Menurut Sugiyono (2011:119) populasi adalah “wilayah generalisasi yang
terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dari penelitian ini adalah sejumlah pustakawan Perpustakaan UPI. Berdasarkan data yang diperoleh dari dokumen yang diberikan oleh narasumber di bagian kesekretariatan Perpustakaan UPI jumlah pustakawan Perpustakaan UPI Per Maret 2014 adalah sebanyak 22 Orang. b. Sampel penelitian Sampel penelitian adalah “bagian dari populasi penelitian yang diambil sebagai contoh (master) dengan menggunakan teknik-teknik tertentu” (Zuriah, 2006:119). Teknik penentuan sampel yang digunakan peneliti adalah dengan menggunakan teknik non random sampling, artinya tidak semua individu dalam populasi memiliki kesempatan untuk menjadi sampel penelitian. Dalam penelitian ini, jenis sampel yang diperoleh dari teknik non random sampling tersebut adalah
purposive sampling. Purposive sampling adalah
“pemilihan sekelompok subjek yang didasarkan pada kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian” (Zuriah, 2006:124). Pemilihan sampel ini digunakan karena memiliki beberapa keuntungan yaitu mudah, murah, cepat dan relevan dengan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yakni tidak untuk melakukan generalisasi tetapi untuk memahami kasus tertentu, Lincoln dan Guba (1985) dalam (Alwasilah, 2009:73). Dalam rangka mempermudah penentuan sampel, peneliti menentukan beberapa kriteria untuk melakukan penarikan sampel. Berikut ini adalah kriteria yang peneliti tentukan untuk penarikan sampel, yaitu: 1) Merupakan pustakawan tingkat ahli Perpustakaan UPI; 2) Pernah atau sedang ditempatkan di bagian pelayanan yang berinteraksi secara langsung dengan pemustaka; 3) Bersedia berpartisipasi dalam penelitian sebagai informan.
Euis Sri Nurhayati, 2014 Literasi Informasi Pustakawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
48
Peneliti memilih kriteria-kriteria tersebut dengan pertimbangan bahwa pustakawan ahli memiliki tanggung jawab untuk dapat memenuhi kompetensi profesionalnya sebagai pustakawan karena sangat erat kaitannya dengan berbagai hal, seperti capaian angka kredit dan jabatan fungsional. Berdasarkan kriteria tersebut, dari seluruh pustakawan Perpustakaan UPI yang berjumlah 22 orang, peneliti menentukan sampel penelitian sebanyak 5 orang. Peneliti menganggap jumlah tersebut sudah cukup mewakili populasi. Dengan ketentuan bahwa 5 orang yang dijaring untuk dijadikan sampel tersebut merupakan pustakawan ahli dari berbagai titik layanan berbeda.
C. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dan perbedaan persepsi terhadap istilahistilah yang terdapat dalam penelitian, maka terlebih dahulu perlu peneliti paparkan dengan jelas pengertian dan maksud yang terkandung dalam istilahistilah tersebut. Beberapa istilah yang perlu dijabarkan dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
Literasi Informasi Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan literasi informasi adalah pemahaman dan seperangkat kemampuan yang dibutuhkan oleh pustakawan untuk mengenali kapan dan mengapa informasi dibutuhkan, kemampuan menemukannya, mengaksesnya, mengevaluasinya dan memanfaatkannya secara efektif, efisien serta sesuai dengan etika. Secara operasional, literasi informasi ini terbagi ke dalam dua bagian yakni, sebagai keterampilan dan sebagai kompetensi profesional. Sebagai keterampilan, dalam kamus besar bahasa indonesia untuk pelajar (Qodratilah, 2011), keterampilan berasal dari kata terampil artinya cakap dalam menyelesaikan tugas; mampu dan cekatan; keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Sementara itu, sebagai kompetensi profesional, yakni kemampuan seseorang yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dapat terobservasi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan. Yang dimaksud dengan kompetensi profesional dalam penelitian
Euis Sri Nurhayati, 2014 Literasi Informasi Pustakawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
49
ini adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh profesi pustakawan dengan mengacu kepada salah satu kompetensi inti yang terdapat dalam SKKNI – PRP (PNRI: 2012) yakni melakukan kegiatan literasi informasi.
2.
Pustakawan Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pustakawan adalah pengelola perpustakaan Perpustakaan UPI dengan jenjang pustakawan tingkat ahli.
3.
Kegiatan Literasi Informasi Yang dimaksud kegiatan literasi informasi dalam penelitian ini adalah kegiatan yang dilakukan oleh pustakawan dalam rangka memberdayakan pemustakanya agar dapat melakukan penelusuran informasi secara mandiri. Sesuai dengan definisi kegiatan literasi informasi yang terdapat dalam SKKNI – PRP (PNRI:2012), kegiatan literasi informasi adalah kegiatan yang bermaksud untuk meningkatkan kemampuan pemustaka dalam mengenali kebutuhan informasi termasuk pemahaman tentang bagaimana perpustakaan yang terorganisir, mengenal sumber daya yang tersedia (format informasi dan sarana penelusuran terotomasi) dan pengetahuan terhadap teknik-teknik penelusuran yang biasa digunakan. Juga, kegiatan untuk meningkatkan kemampuan pemustaka yang dibutuhkan dalam mengevaluasi secara kritis cakupan (isi) informasi dan menggunakannya secara efektif, sesuai etika informasi serta memahami infrastuktur informasi yang mendasari pengiriman informasi mencakup hubungan dan pengaruh sosial, politik dan budaya.
Euis Sri Nurhayati, 2014 Literasi Informasi Pustakawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
50
D. Sumber dan Jenis Data Penelitian 1.
Sumber data penelitian Menurut Lofland dan Lofland (1984) dalam Moleong (2014:157) “sumber
data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainnya.” Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data penelitian adalah: narasumber atau informan (kata-kata), aktivitas (tindakan) dan dokumen (data tambahan). a.
Informan Informan merupakan sumber data primer dalam penelitian ini. Mereka dipilih sebagai sumber data primer dalam penelitian ini karena dianggap memiliki informasi yang lengkap untuk dapat menjawab rumusan masalah penelitian mengenai keterampilan literasi informasi pustakawan dalam menunjang kompetensi profesionalnya. Selain itu, sampel dari penelitian ini juga disebut dengan informan.
b.
Aktivitas Aktivitas yang dijadikan sebagai sumber data adalah aktivitas-aktivitas sosial yang dapat memberikan informasi untuk menjawab rumusan masalah penelitian mengenai keterampilan literasi informasi pustakawan dalam menunjang kompetensi profesionalnya.
c.
Dokumen Dokumen merupakan sumber data sekunder, yakni sebagai sumber data pelengkap dan memperkaya informasi yang diperoleh dari narasumber dan pengamatan aktivitas serta dapat dijadikan data tambahan dalam menjawab rumusan masalah penelitian mengenai keterampilan literasi informasi pustakawan dalam menunjang kompetensi profesionalnya.
2.
Jenis data penelitian Jenis data yang diharapkan dari penelitian ini adalah data yang berbentuk
narasi, skematik, uraian dan penjelasan yang diberikan oleh informan baik secara lisan mau pun tulisan. Selain itu juga, data hasil pengamatan di lapangan. Jenis data tersebut adalah sebagai berikut:
Euis Sri Nurhayati, 2014 Literasi Informasi Pustakawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
51
a. Rekaman Merupakan data yang dihasilkan dari kegiatan wawancara yang dilakukan peneliti dengan informan. Data tersebut dicatat dalam bentuk rekaman baik yang berbentuk audio maupun audio-visual (video). b. Catatan lapangan Merupakan data tertulis yang dihasilkan dari kegiatan wawancara, observasi lapangan dan penemuan atau data penting lainnya yang perlu dicatat selama penelitian berlangsung. Catatan lapangan ini dibuat sesuai dengan format yang telah peneliti tentukan. c. Foto Merupakan bukti dokumentasi dalam bentuk gambar. Melingkupi gambargambar selama kegiatan penelitian berlangsung. d. Berkas/Dokumen/Arsip Merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang dibutuhkan sebagai informasi tambahan dalam kegiatan penelitian.
E. Instrumen Penelitian Instrumen
penelitian
merupakan
“alat
bantu
bagi
peneliti
dalam
mengumpulkan data” (Zuriah, 2006:168) untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Sementara itu, salah satu ciri khas penelitian kualitatif adalah tidak dapat terlepaskan dari pengamatan berperanserta yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian karena instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri (Moleong, 2014:9). Sehingga, instrumen penelitian dalam penelitian ini lebih tepat diartikan sebagai alat penelitian, bukan hanya sekedar alat bantu penelitian. Sebagai instrumen penelitian, peneliti memiliki peran yang cukup rumit “... sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpul data, analisis, penafsir data ...” (Moleong, 2014:168).
Untuk itu peneliti memerlukan alat bantu dalam
melakukan penelitian guna kelancaran jalannya penelitian yang dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti membuat instrumen penelitian sederhana yaitu
Euis Sri Nurhayati, 2014 Literasi Informasi Pustakawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
52
dengan membuat pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman studi dokumentasi yang akan dilakukan oleh peneliti. Dikarenakan
belum
adanya
instrumen
terstandar
dalam
mengukur
keterampilan literasi informasi bagi pustakawan, peneliti membuat desain instrumen penelitian dengan mengacu pada buku yang berjudul “A Practical Guide To Information Literacy Assessment”. Untuk konten atau isi dari instrumen penelitian dalam rangka mengetahui bagaimana keterampilan literasi informasi dari pustakawan Perpustakaan UPI peneliti mengacu pada IFLA International Guidelines On Information Literacy. Selain itu, peneliti menggunakan Grid yang terdapat dalam Swiss Information Literacy Standards untuk mengetahui tingkatan keterampilan literasi informasi yang dimiliki oleh pustakawan Perpustakaan UPI. Terkait dengan bagaimana pustakawan dalam melakukan kegiatan literasi informasi yang terintegrasi dengan kegiatan pelayanan perpustakaan, instrumen penelitian yang dibuat oleh peneliti mengacu standar kompetensi pustakawan yang dituangkan ke dalam kriteria unjuk kerja, khususnya dalam melakukan kegiatan literasi informasi yang terdapat dalam SKKNI – PRP yang dikeluarkan oleh PNRI pada tahun 2012. Instrumen yang akan dihasilkan berupa pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman studi dokumentasi.
F. Proses Pengembangan Instrumen Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri, sehingga pengembangan instrumen dilakukan setiap saat. Sementara itu, alat bantu penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman studi dokumentasi. Berikut ini adalah tahapan-tahapan dalam melakukan pengembangan berbagai instrumen tersebut: 1.
Pedoman Wawancara Dalam mengembangkan instrumen ini, peneliti melakukan tahapan-tahapan
dari mulai menentukan fokus penelitian hingga melakukan pencetakan instrumen sebelum dilakukannya penelitian. Rincian tahapan pengembangan instrumen tersebut adalah sebagai berikut: Euis Sri Nurhayati, 2014 Literasi Informasi Pustakawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
53
a. Menentukan fokus penelitian Instrumen ini digunakan untuk menggali data dengan fokus penelitian tentang bagaimana keterampilan literasi informasi pustakawan dalam menunjang kompetensi profesionalnya. b. Mengidentifikasi indikator dari subjek penelitian Berikut ini adalah indikator-indikator dari subjek penelitian: 1) Keterampilan literasi informasi pustakawan 2) Kompetensi profesional pustakawan, khususnya dalam melakukan kegiatan literasi informasi. c. Melakukan kajian pustaka Setelah mengidentifikasi indikator dari subjek penelitian, peneliti melakukan kajian pustaka. Dari hasil kajian pustaka tersebut, peneliti memutuskan untuk mengadaptasi kompetensi literasi informasi dengan mengacu pada standar literasi informasi yang dikeluarkan oleh IFLA dan penentuan grid keterampilan literasi informasi yang dimiliki oleh pustakawan yang mengacu pada Swiss Information Literacy Standards. Ada pun untuk melihat bagaimana kompetensi profesional pustakawan, peneliti beracuan kepada SKKNI – PRP 2012 yang dikeluarkan oleh PNRI. d. Membuat kisi-kisi pertanyaan Selanjutnya peneliti membuat kisi-kisi pertanyaan, sebagaimana yang terdapat dalam tabel (format mengacu pada Zainal: 2011) berikut: Tabel 3.1 Kisi-kisi pertanyaan penelitian Fokus Penelitian
Indikator
- Mendefinisikan dan
Keterampilan literasi informasi pustakawan dalam menunjang kompetensi profesionalnya
Sub-Indikator
mengartikulasikan informasi yang Keterampilan
dibutuhkan
literasi
- Mengakses lokasi informasi
informasi
- Melakukan assessment terhadap informasi - Melakukan pengorganisasian
Euis Sri Nurhayati, 2014 Literasi Informasi Pustakawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
54
informasi - Memanfaatkan informasi untuk membuat pengetahuan atau produk baru - Mengkomunikasikan dan menggunakan informasi sesuai dengan etika penggunaan informasi Kompetensi
Melakukan kegiatan literasi informasi
profesional
yang terintegrasi ke dalam proses
pustakawan
pelayanan perpustakaan
e. Menyusun daftar pertanyaan Berikut ini adalah tabel draft daftar pertanyaan dalam penelitian ini. Tabel 3.2 Daftar pertanyaan Indikator
Keterampilan literasi informasi
Sub-Indikator Mendefinisikan dan mengartikulasikan
Penyusunan
informasi yang dibutuhkan
pertanyaan
Mengakses lokasi informasi
menggunakan
Melakukan assessment terhadap
kata tanya
informasi
5WH1
Melakukan pengorganisasian informasi
(journalist’s
Memanfaatkan informasi untuk
questions )
membuat produk atau pengetahuan baru Mengkomunikasikan dan menggunakan informasi sesuai dengan etika penggunaan informasi Kompetensi profesional
Pertanyaan
Melakukan kegiatan literasi informasi
pustakawan
Euis Sri Nurhayati, 2014 Literasi Informasi Pustakawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
55
f. Menggabungkan daftar pertanyaan ke dalam pedoman wawancara; Berikut ini adalah format pedoman wawancara yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian ini. Tabel 3.3 Format Pedoman Wawancara PEDOMAN WAWANCARA A. Identitas Informan Inisial : Usia : Jenis Kelamin : Pendidikan Terakhir : Latar Belakang Pendidikan : B. Pelaksanaan Hari : Tanggal : Waktu : Tempat : C. Pokok-pokok Pertanyaan : 1. 2. 3.
g. Melakukan cross-check terhadap instrumen penelitian; Peneliti meminta orang yang dianggap ahli untuk melakukan cross-check terhadap instrumen penelitian yang telah dibuat. Cross-check dilakukan oleh orang ahli dengan melihat rancangan instrumen yang akan digunakan dan dibandingkan dengan pedoman penilaian yang mengacu pada Swiss Information Literacy Standards. h. Melakukan revisi instrumen sesuai dengan masukan yang diberikan ahli yang melakukan cross-check terhadap instrumen penelitian; i. Melakukan pencetakan instrumen sebelum dilakukannya penelitian. Pada akhirnya, setelah seluruh proses pengembangan dilakukan, peneliti mencetak instrumen untuk dijadikan bekal dalam melakukan kegiatan penelitian di lapangan.
Euis Sri Nurhayati, 2014 Literasi Informasi Pustakawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
56
2.
Pedoman Observasi Pada dasarnya dalam pengembangan instrumen penelitian berupa pedoman
observasi ini dilakukan dengan tahapan-tahapan yang tidak jauh berbeda dengan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengembangan pedoman wawancara. Perbedaan terdapat pada format pedoman yang dihasilkan. Berikut ini adalah format pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 3.4 Format pedoman observasi PEDOMAN OBSERVASI A. PELAKSANAAN KEGIATAN Hari/Tanggal
:
Waktu
:
Tempat
:
B. PETUNJUK PENGISIAN 1. Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 2. Tulislah keterangan yang diperlukan pada kolom yang telah disediakan. No.
Aspek yang diamati
Ya
Tidak
Keterangan
1. 2. 3. .
3.
Pedoman Studi Dokumentasi Pengembangan instrumen penelitian berupa pedoman studi dokumentasi ini
dilakukan dengan tahapan-tahapan yang tidak jauh berbeda dengan tahapantahapan yang dilakukan dalam pengembangan instrumen lainnya. Pedoman ini dibuat untuk mempermudah peneliti dalam melakukan pendataan dokumendokumen apa saja yang dibutuhkan untuk menunjang data-data penelitian. Berikut ini adalah format pedoman studi dokumentasi dalam penelitian ini.
Euis Sri Nurhayati, 2014 Literasi Informasi Pustakawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
57
Tabel 3.5 Format pedoman studi dokumentasi PEDOMAN STUDI DOKUMENTASI
PETUNJUK PENGISIAN 1. Berilah tanda checklist (√) pada kolom ketersediaan yang telah disediakan! 2. Tulislah sumber, hari, tanggal dan waktu saat mendapatkan dokumen serta hal-hal lain yang dianggap penting pada kolom keterangan! No
Dokumen
Ada
Tidak
Keterangan
1. 2. 3. ... .
G. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan didasarkan pada rumusan masalah, jenis data yang dibutuhkan, diantaranya adalah dengan melakukan penelusuran sumber-sumber kepustakaan yang terkait dengan literasi informasi dan kompetensi profesional pustakawan, melakukan wawancara observasi dan studi dokumentasi. 1.
Wawancara Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menggali informasi dari
informan yang diteliti dengan cara berkomunikasi lisan. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan sebagai teknik pengumpulan data selama melakukan penelitian untuk mengetahui berbagai hal dari informan secara mendalam dan terperinci. Wawancara digunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak mungkin diperoleh lewat observasi (Alwasilah, 2009:154). Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak pewawancara dan jawaban diberikan oleh pihak yang diwawancarai (Fathoni, 2006:105). Euis Sri Nurhayati, 2014 Literasi Informasi Pustakawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
58
Jenis wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang telah dirumuskan sebelumnya, berdasarkan pedoman atau daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan lebih dahulu (Fathoni, 2006:109), wawancara ini digunakan untuk melihat sejauhmana keterampilan literasi informasi pustakawan di Perpustakaan UPI. Sementara wawancara tidak terstruktur dilakukan dengan tujuan menambah atau memperkaya data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan kepada informan, yaitu sumber data primer yang memberi data dirinya sendiri sebagai subjek sasaran penelitian. Selain itu, wawancara juga dilakukan kepada pihak-pihak terkait yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. 2.
Observasi Menurut Margono (1997) dalam Zuriah (2006:173) observasi diartikan
sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek atau subjek penelitian. Teknik ini memungkinkan peneliti untuk dapat menarik inferensi atau kesimpulan mengenai makna dan sudut pandang informan, kejadian, peristiwa atau proses yang diamati (Alwasilah, 2009:155). Jenis observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi nonpartisipan, dimana peneliti sebagai observer tidak ikut terlibat dalam kegiatan subjek yang diteliti dan hanya bertindak sebagai pengamat. Selain itu, peneliti melakukan observasi sistematis, yakni observasi yang diselenggarakan dengan menentukan secara sistematis, faktor-faktor apa yang akan diobservasi (Zuriah, 2006:176). Melalui observasi ini peneliti dapat melihat, menyaksikan dan mengamati secara langsung bagaimana aktivitas keseharian pustakawan, bagaimana latar belakang mereka, bagaimana kegiatan mereka dalam menggunakan sekaligus melayankan informasi dan bagaimana cara mereka berinteraksi dengan pemustaka. 3.
Studi Dokumentasi Dalam penelitian ini studi dokumentasi dilakukan terhadap berbagai dokumen
atau catatan peristiwa yang sudah berlalu. Euis Sri Nurhayati, 2014 Literasi Informasi Pustakawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
59
“Dokumen ini dapat berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental lainnya” (Sugiyono, 2013:329). Teknik pengumpulan data melalui dokumen ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari wawancara dan observasi. Studi dokumentasi ini dilakukan dengan tujuan agar data dan informasi yang diperoleh peneliti menjadi lebih dapat dipercaya atau memiliki kredibilitas.
H. Teknik Analisis Data Analisis data kualitatif menurut Bogman dan Biklen (1982) dalam Moleong (2014:248) adalah: upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari serta memutuskan apa yang diceriterakan kepada orang lain. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan statistik deskriptif, yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2011:199). Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif, artinya “analisis yang didasarkan pada data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu” (Sugiyono, 2013:335). Dalam melakukan analisis data, peneliti mengadopsi model analisis data kualitatif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1984) sebagaimana flow model berikut:
Gambar 3.1 Komponen Analisis Data Model Miles dan Huberman (Sugiyono, 2013:337) Euis Sri Nurhayati, 2014 Literasi Informasi Pustakawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
60
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam melakukan analisis data yang dilakukan oleh peneliti pada penelitian ini. 1. Reduksi data “Melakukan reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicarikan tema dan polanya serta membuang hal-hal yang tidak perlu” (Sugiyono, 2013:338). Dalam melakukan kegiatan reduksi data, peneliti terlebih dahulu melakukan identifikasi terhadap data yang diperoleh untuk kemudian dilihat keterikatannya dengan fokus masalah yang diteliti. Setelah itu data diberikan kode agar dapat dengan mudah diketahui sumber datanya dan teknik pengumpulannya. Berikut ini adalah kode-kode yang digunakan dalam penelitian ini: a. Kode (I) digunakan untuk data yang berkaitan dengan Keterampilan Literasi Informasi b. Kode (II) digunakan untuk data yang berkaitan dengan Kegiatan Literasi Informasi c. Kode (A) digunakan untuk data yang berkaitan dengan Menentukan kebutuhan informasi. d. Kode (B) digunakan untuk data yang berkaitan dengan Mengevaluasi Informasi. e. Kode (C) digunakan untuk data yang berkaitan dengan Menggunakan Informasi. f. Kode (D) digunakan untuk informasi tambahan atau informasi lainnya. g. Kode (1) digunakan untuk data yang diperoleh dari informan pertama. h. Kode (2) digunakan untuk data yang diperoleh dari informan kedua. i. Kode (3) digunakan untuk data yang diperoleh dari informan ketiga. j. Kode (4) digunakan untuk data yang diperoleh dari informan keempat. k. Kode (5) digunakan untuk data yang diperoleh dari informan kelima. l. Kode (a) digunakan untuk data yang berkaitan dengan Mendefinisikan dan mengartikulasikan informasi yang dibutuhkan m. Kode (b) digunakan untuk data yang berkaitan dengan Mengakses lokasi informasi Euis Sri Nurhayati, 2014 Literasi Informasi Pustakawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
61
n. Kode (c) digunakan untuk data yang berkaitan dengan Melakukan assessment terhadap informasi o. Kode (d) digunakan untuk data yang berkaitan dengan Melakukan pengorganisasian informasi p. Kode (e) digunakan untuk data yang berkaitan dengan Memanfaatkan informasi untuk membuat pengetahuan atau produk baru q. Kode (f) digunakan untuk data yang berkaitan dengan Mengkomunikasi dan meggunakan informasi sesuai dengan etika penggunaan dan penyebaran informasi r. Kode (g) digunakan untuk data yang berkaitan dengan Mempersiapkan Kegiatan Literasi Informasi s. Kode (h) digunakan untuk data yang berkaitan dengan Melaksanakan Kegiatan Literasi Informasi t. Kode (j) digunakan untuk data yang berkaitan dengan Mengevaluasi Kegiatan Literasi Informasi u. Kode (i) digunakan untuk data yang diperoleh dengan teknik wawancara. v. Kode (ii) digunakan untuk data yang diperoleh dengan teknik observasi. w. Kode (iii) digunakan untuk data yang diperoleh dengan teknik studi dokumentasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan reduksi data terhadap setiap data atau informasi tersebut setelah selesai dikumpulkan. 2. Display data Display data atau penyajian data dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk narasi atau uraian singkat, bagan dan hubungan antar kategori. Display data dilakukan segera setelah reduksi data selesai dilakukan. 3. Analisis dan Sintesis data Peneliti melakukan analisis data pada setiap kategorinya, setelah selesai menganalisis data, peneliti segera melakukan sintesis terhadap data tersebut. Melakukan sintesis berarti “mencari kaitan antara satu kategori dengan kategori lainnya” (Moleong, 2014:289). Setelah melakukan sintesis terhadap
Euis Sri Nurhayati, 2014 Literasi Informasi Pustakawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
62
data dan menemukan keterkaitannya, peneliti memberikan label kembali kepada data yang berkaitan tersebut. 4. Interpretasi data Setelah data dianalisis dan dilakukan sintesis, peneliti melakukan interpretasi data. Interpretasi data dituangkan ke dalam bentuk uraian atau narasi deskriptif.
I.
Tahapan-Tahapan Pelaksanaan Penelitian Sebagaimana penelitian pada umumnya, penelitian ini dilakukan berdasarkan
tahapan-tahapan
tertentu.
Untuk
mencapai
tujuan
penelitian,
peneliti
menggunakan tahapan penelitian kualitatif secara umum yang terdiri dari kegiatan pra-lapangan, pekerjaan lapangan dan analisis data. Tabel 3.6 Tahapan-tahapan penelitian kualitatif secara umum (Moleong, 2014:127-148) Menyusun rancangan penelitian Memilih lapangan penelitian Mengurus perizinan Tahap Pra-lapangan
Menjajaki dan menilai lapangan Memilih dan memanfaatkan informan Menyiapkan perlengkapan penelitian Memperhatikan etika penelitian Memahami latar penelitian dan dan persiapan diri
Tahap pekerjaan lapangan
Memasuki lapangan Berperan serta sambil mengumpulkan data
Tahap analisis data
Melakukan analisis data
Selain menggunakan desain penelitian kualitatif secara umum di atas, dalam penelitian ini peneliti melakukan kolaborasi tahapan kegiatan penelitian tersebut dengan action penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh Alwasilah (2008:144) yaitu: (1) membangun keakraban; (2) penentuan sampel; (3) pengumpulan data; (4) analisis data. Sehingga tahapan kegiatan penelitian secara keseluruhan yang dilakukan oleh adalah sebagai berikut: Euis Sri Nurhayati, 2014 Literasi Informasi Pustakawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
63
1.
Mengakrabi lokasi penelitian dan informan Setelah merancang penelitian ke dalam bentuk proposal penelitian dan
memilih lokasi untuk dilakukannya penelitian, tahap awal yang dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah mengurusi perizinan terhadap lokasi penelitian, melakukan penjajakan, menilai lapangan dan bersilaturahmi kepada informan. Dalam literatur kualitatif istilah baku untuk hal tersebut adalah gaining entry atau establishing rapport. Fungsi kegiatan ini adalah untuk melakukan negosiasi dengan subjek yang diteliti dan untuk membangun hubungan sehingga tercipta kesesuaian, kesepakatan, kesetujuan, kepercayaan dan kedekatan antara peneliti dengan yang diteliti (Alwasilah, 2009:144). Setelah mendapatkan izin untuk melakukan penelitian, peneliti langsung melakukan pengakraban terhadap lokasi dan informan dengan melakukan kegiatan observasi. Selain untuk mengakrabi lokasi dan informan, observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti dalam rangka menentukan sampel penelitian. Selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah membangun rapport yang baik (good rapport). Hal ini dilakukan agar mengurangi jarak psikologis antara peneliti dan informan, mencairkan ketegangan dan menjaga kepercayaan informan terhadap peneliti (Alwasilah, 2009:145) sehingga mereka dapat memberikan informasi dengan nyaman hingga proses penelitian selesai dilakukan. 2.
Menentukan sampel penelitian Dalam menentukan sampel penelitian atau informan, peneliti berpedoman
kepada kriteria-kriteria pemilihan sampel yang telah ditentukan. Sementara untuk penentuan jumlah sampel peneliti beracuan kepada data dan informasi yang diperoleh dari kegiatan observasi pada tahap penjajakan lokasi penelitian. “Pemilihan sampel tidak terbatas pada manusia sebagai informan saja tetapi juga pada latar atau setting, kejadian dan proses” (Alwasilah, 2009:145). Oleh karena itu, yang menjadi sampel dalam penelitian ini terdiri atas: a.
Manusia Manusia yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pustakawan tingkat ahli Perpustakaan UPI.
Euis Sri Nurhayati, 2014 Literasi Informasi Pustakawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
64
b. Latar (Setting) Latar atau setting yang dijadikan dalam penelitian ini adalah dengan karakteristik berikut: di dalam gedung Perpustakaan UPI, di titik layanan referensi, reserve, skripsi, Digital Asset Management (DAM) dan UPIANA. c.
Proses atau Kejadian Proses yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah dengan karaktersitik berikut: saat pustakawan berbicara, saat pustakawan mencari informasi, saat pustakawan melayankan informasi, saat berkomunikasi terkait profesi dan kompetensi profesionalnya, saat berkomunikasi di luar profesi dan kompetensi profesionalnya, saat berkomunikasi dengan pemustaka, saat berkomunikasi dengan sesama rekan pustakawan.
3.
Melakukan kajian pustaka Alwasilah (2008:114) memaparkan bahwa “membaca literatur dalam
penelitian kualitatif adalah kegiatan sinambung yang tidak mengenal lelah, mulai dari menyusun proposal hingga olah data.” Oleh karena itu, peneliti membaca literatur atau melakukan kajian pustaka dalam setiap tahapan penelitian dan menjadikannya sebagai sumber rujukan yang akan menuntun langkah peneliti agar tetap fokus pada penelitian yang sedang dilakukan. Dalam melakukan kajian pustaka ini peneliti juga melakukan diskusi terkait dengan topik penelitian bersama rekan sejawat atau orang yang dianggap memiliki pemahaman yang lebih dari peneliti. 4.
Mengembangkan instrumen penelitian Dalam penelitian kualitatif, salah satu ciri khasnya adalah yang bertindak
selaku instrumen penelitian utamanya yaitu peneliti itu sendiri (Moleong, 2014:9). Tetapi ketika terjun di lapangan, peneliti tetap memerlukan perlengkapan atau alat bantu penelitian yakni instrumen atau alat untuk mengumpulkan data sehingga peneliti dapat memperoleh data yang sesuai dengan fokus penelitian. Oleh karena itu, peneliti menggunakan instrumen sederhana yaitu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman studi dokumentasi. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan pengembangan instrumen penelitian yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Euis Sri Nurhayati, 2014 Literasi Informasi Pustakawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
65
5.
Mengumpulkan data Setelah menentukan sampel penelitian, memahami latar penelitian, menyusun
instrumen sebagai alat bantu penelitian dan melakukan persiapan diri serta perlengkapan penelitian, tahapan selanjutnya adalah memasuki lapangan untuk menggali dan mengumpulkan data atau informasi dari informan yang telah ditentukan tersebut. Beberapa strategi yang dilakukan peneliti dalam rangka mengumpulkan data atau informasi di lapangan adalah sebagai berikut: a. Mulai melakukan penelitian di lapangan Ketika memulai melakukan penelitian di lapangan, peneliti melakukan penggalian data yang sifatnya lebih umum yakni mengumpulkan sebanyakbanyaknya informasi terkait dengan karakteristik, budaya dan lingkungan lapangan yang dijadikan lokasi penelitian. Selain itu, peneliti juga melakukan perkenalan dan pendekatan personal kepada sumber daya manusia yang ada di lokasi tersebut. Salah satu data yang diperoleh dari kegiatan ini yang kemudian menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan jumlah dari sampel penelitian. b. Selama melakukan penelitian di lapangan Selama melakukan penelitian di lapangan peneliti melakukan pengumpulan data dengan menggunakan berbagai macam teknik pengumpulan diantaranya adalah sebagai berikut: wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Dalam mengumpulkan data melalui observasi, peneliti melakukan penelitian setiap hari Rabu. Hal ini dikarenakan jam buka perpustakaan pada hari tersebut lebih lama, yakni hingga pukul 21.00 WIB sehingga peneliti memiliki waktu yang lebih lama untuk melakukan penelitian di lokasi tersebut. Tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan untuk dilakukannya penelitian di luar hari tersebut. Sementara untuk penelitian dalam bentuk wawancara, penelitian dilakukan dengan jadwal yang fleksibel. Hal ini dikarenakan peneliti melakukan penyesuaian dengan kesediaan dan waktu luang yang dimiliki oleh informan untuk melakukan wawancara. Untuk studi dokumentasi, peneliti baru melakukan penelitian setelah mendapatkan dokumen yang dibutuhkan.
Euis Sri Nurhayati, 2014 Literasi Informasi Pustakawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
66
c. Mencatat data lapangan Selama melakukan penelitian di lapangan peneliti selalu mencatat data yang diperoleh, baik dari hasil pengamatan ketika melakukan observasi lapangan maupun hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan informan. Seluruh data yang terkumpul dicatat dalam buku catatan penelitian yang dibuat oleh peneliti. Dalam buku catatan ini terdapat format-format yang harus diisi untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data nantinya. 6.
Menganalisis data Setelah data berhasil dikumpulkan, tahapan selanjutnya adalah melakukan
analisis data. Strategi yang akan dilakukan peneliti dalam melakukan analisis data ini adalah analisis data bertahap. Maksudnya adalah peneliti langsung melakukan analisis data segera setelah memperoleh data dalam setiap tahapan penelitian. Manfaat yang akan diperoleh dari strategi ini adalah bahwa setiap tahapan pengumpulan data terpandu oleh fokus yang jelas, sehingga observasi dan wawancara selanjutnya dapat menjadi terfokus, menyempit dan menukik (Alwasilah, 2006:158). 7.
Memeriksa keabsahan data Dalam memeriksa keabsahan data, peneliti merujuk kepada kriteria dan
teknik pemeriksaan berikut ini. Tabel 3.7 Kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data (Moleong, 2014:327) Kriteria Kredibilitas (derajat kepercayaan)
Teknik Pemeriksaan 1. Perpanjangan keikutsertaan 2. Ketekunan pengamatan 3. Triangulasi 4. Pengecekan sejawat 5. Kecukupan referensial 6. Kajian kasus negatif 7. Pengecekan anggota
Keteralihan
8. Uraian rinci
Euis Sri Nurhayati, 2014 Literasi Informasi Pustakawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
67
Kebergantungan
9. Audit kebergantungan
Kepastian
10. Audit kepastian
Dari berbagai teknik pemeriksaan di atas, peneliti melakukan pemeriksaan keabsahan data dengan teknis sebagai berikut: a. Perpanjangan keikutsertaan Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen penelitian. Perpanjangan
keikutsertaan
peneliti
dalam
kegiatan
penelitian
akan
menentukan dalam pengumpulan data. Tujuan dilakukannya perpanjangan keikutsertaan adalah untuk membangun kepercayaan subjek terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri. Perpanjangan keikutsertaan dilakukan hingga kejenuhan pengumpulan data tercapai. b. Ketekunan pengamatan Ketekunan pengamatan dilakukan untuk mencari secara konsisten interprestasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Ketekunan dalam pengamatan bertujuan untuk menggali kedalaman. Sehingga peneliti secara teliti dan rinci serta berkesinambungan mengadakan pengamatan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Ketekunan dalam pengamatan ini akan peneliti lakukan selama pengumpulan data di lapangan. c. Pengecekan anggota Untuk memastikan derajat kepercayaan, peneliti akan melakukan pengecekan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data. Beberapa hal hendak dicek di antaranya adalah data, kategori analitis, penafsiran dan kesimpulan. d. Uraian Rinci Guna memeriksa keteralihan peneliti melakukan uraian rinci, artinya bahwa peneliti melakukan pelaporan dari hasil penelitian secara cermat dan seteliti mungkin sehingga dapat menggambarkan konteks tempat penelitian tersebut diadakan. Fokus penelitian akan diuraikan secara mendetail sehingga hasil temuan dapat dipahami oleh pembaca. e. Melakukan Auditing Untuk memeriksa kepastian peneliti melakukan auditing. Auditing dilakukan oleh peneliti setelah pengumpulan data dan pengolahan data hingga penarikan Euis Sri Nurhayati, 2014 Literasi Informasi Pustakawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
68
kesimpulan. Dalam pelaksanaannya, peneliti meminta bantuan kepada auditor dalam melakukan audit terhadap berbagai hal yang dilakukan peneliti selama melakukan penelitian. Peneliti menyerahkan catatan lapangan kepada auditor untuk kemudian dipelajari dan dilakukan audit. Setelah itu, tugas dari auditor memberikan komentar dan masukan kepada peneliti terkait dengan jalannya penelitian yang sedang dilakukan. 8.
Mendeskripsikan dan membahas hasil penelitian Setelah data terkumpul dan kemudian dianalisis dan diperiksa keabsahannya,
peneliti selanjutnya melakukan penjabaran hasil analisis data yang sudah dilakukan. Penjabaran hasil analisis data ini dituangkan ke dalam narasi deskriptif untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam pembahasan hasil penelitian. 9.
Menarik kesimpulan Dari pemaparan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian tersebut,
selanjutnya peneliti melakukan penarikan kesimpulan yang dilakukan secara induktif. Penarikan kesimpulan secara induktif merupakan salah satu ciri khas dari penelitian kualitatif. 10. Melakukan pelaporan hasil penelitian Tahapan terakhir yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menyusun, membahas dan melaporkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan di dalam laporan hasil penelitian. Dalam melakukan pelaporan hasil penelitian, peneliti merujuk kepada petunjuk penulisan laporan yang dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (1985) dalam Moleong (2014:364-366) sebagai berikut: a. Penulisan hendaknya dilakukan secara informal. b. Penulisan itu hendaknya tidak bersifat penafsiran atau evaluatif kecuali pada bagian yang mempersoalkan hal tersebut. c. Penulis hendaknya menyadari jangan sampai terlalu banyak data yang dimasukkan. d. Penulis hendaknya menghormati tidak menuliskan namanya dan menjaga kerahasiaan. e. Penulis handaknya tetap melakukan penjajakan audit. f. Penulis hendaknya menetapkan batas waktu penyelesaian laporannya dan bertekad untuk menyelesaikannya.
Euis Sri Nurhayati, 2014 Literasi Informasi Pustakawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu