41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP yang ada di Kabupaten Nganjuk dengan subyek penelitian siswa kelas VII semester I tahun pelajaran 2015/2016. 2. Waktu Penelitian a. Tahap perencanaan Tahap perencanaan meliputi: pengajuan judul, pembuatan proposal, survei di sekolah yang bersangkutan, permohonan ijin penelitian serta penyusunan instrumen penelitian. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai Agustus 2015. b. Tahap pelaksanaan Tahap pelaksanaan meliputi: eksperimen, uji coba instrumen, dan pengumpulan data. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 sampai November 2015. c. Analisis data Analisis data angket kecerdasan emosional siswa dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 sedangkan analisis data penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2015 sampai Desember 2015. d. Tahap penyusunan laporan Tahap ini mulai dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan eksperimen yaitu pada bulan Oktober 2015 sampai Maret 2016.
B. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental semu (quasi-experimental research). Hal ini dikarenakan peneliti tidak memungkinkan untuk mengendalikan dan memanipulasi semua variabel yang relevan. Sebagaimana yang dikemukakan Budiyono (2003:82-83) bahwa “Tujuan eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang 41
42
merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasikan semua variabel yang relevan”. Pada penelitian ini eksperimen ini dilakukan dengan memberikan perlakuan dalam model pembelajaran dan dikelompokkan menjaditigakelompok. Kelompok pertama adalah kelompok TAI, yaitu kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan model pembelajaran TAI. Kelompok kedua adalah TSTS, yaitu kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan model pembelajaran TSTS. Kelompok ketiga adalah kelompok kontrol, yaitu kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan model pembelajaran langsung. Penelitian ini menggunakan desain faktorial 3x3 yang dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Rancangan Penelitian Kecerdasan Emosional (B) Model Pembelajaran (A) Tinggi (b1)
Sedang (b2)
Rendah (b3)
TAI (a1)
(ab)11
(ab)12
(ab)13
TSTS (a2)
(ab)21
(ab)22
(ab)23
Langsung (a3)
(ab)31
(ab)32
(ab)33
Keterangan : (ab)11 : Prestasi belajar siswa yang dikenakan model pembelajaran kooperatif
tipe TAI pada kategori Kecerdasan Emosional Tinggi. (ab)12 : Prestasi belajar siswa yang dikenakan model pembelajaran kooperatif
tipe TAI pada kategori Kecerdasan Emosional Sedang. (ab)13 : Prestasi belajar siswa yang dikenakan model pembelajaran kooperatif
tipe TAI pada kategori Kecerdasan Emosional Rendah. (ab)21 : Prestasi belajar siswa yang dikenakan model pembelajaran kooperatif
tipe TSTS pada kategori Kecerdasan Emosional Tinggi. (ab)22 : Prestasi belajar siswa yang dikenakan model pembelajaran kooperatif
tipe TSTS pada kategori Kecerdasan Emosional Sedang. (ab)23 : Prestasi belajar siswa yang dikenakan model pembelajaran kooperatif
tipe TSTS pada kategori Kecerdasan Emosional Rendah.
43
(ab)31 : Prestasi belajar siswa yang dikenakan model pembelajaran langsung
pada kategori Kecerdasan Emosional Tinggi. (ab)32 : Prestasi belajar siswa yang dikenakan model pembelajaran langsung
pada kategori Kecerdasan Emosional Sedang. (ab)33 : Prestasi belajar siswa yang dikenakan model pembelajaran langsung
pada kategori Kecerdasan Emosional Rendah.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Sugiyono (2010: 117) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Dalam
penelitian
ini, yang
menjadi
populasi
adalah seluruh siswa kelas VII SMP se-Kabupaten Nganjuk. Karena peneliti tidak mungkin melakukan penelitian terhadap populasi yang jumlahnya banyak, maka disini peneliti mengambil beberapa sampel dari populasi tersebut. 2. Sampel Menurut Sugiyono (2010: 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari tiga kelompok,
yaitu
kelompok TAI, kelompok TSTS, dan
kelompok kontrol. Untuk masing-masing kelas penelitian, sampel berasal dari tiga sekolah yang berbeda.Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah stratified cluster random sampling yaitu mengkombinasikan antara sampling random stratifikasi (stratified random sampling) yang mana biasa digunakan pada populasi yang mempunyai susunan bertingkat atau berlapislapis dan sampling random kluster (cluster random sampling) yang mana biasa digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu. Pengkategorian
atau
perankingan sekolah diambil dari hasil UN SMP se-Kabupaten Nganjuk tahun pelajaran 2014/2015.
44
Berikut adalah langkah-langkah pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik stratified cluster random sampling. a. Mengambil data nilai rata-rata Ujian Nasional Matematika pada semua SMP Negeri yang ada di Kabupaten Nganjuk. Populasi dibagi berdasarkan peringkat sekolah sehingga terbentuk tiga peringkat: tinggi, sedang, rendah. Selanjutnya dikelompokkan dengan ketentuan: :x
- Kelompok tinggi - Kelompok sedang - Kelompok rendah
2
x 2 2 :x 2 :
Dengan,
: Rata-rata nilai ujian nasional matematika SMP Negeri se Kabupaten Nganjuk
x : Rata-rata nilai ujian nasional dari masing-masing sekolah N:
Banyaknya sekolah
=
X
2
N
Pengkategorian selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1. b. Berdasarkan data pengelompokan dari 54 sekolah diperoleh 3 kelompok, yaitu kelompok tinggi, sedang, dan rendah. Selanjutnya masing-masing kelompok ditentukan secara random satu sekolah yang digunakan sebagai sampel. Dari pangambilan sampel sekolah di peroleh SMPN 1 Baron mewakili kelompok tinggi, SMPN 1 Ngronggot mewakili kelompok sedang dan SMPN 2 Pace mewakili kelompok rendah. c. Pada masing-masing sekolah yang terpilih, diambil tiga kelas secara random untuk mewakili kelompok eksperimen 1, kelompok eksperimen 2 dan kelompok kontrol. Dari pengambilan kelas secara random diperoleh. Sebelum melakukan eksperimen, peneliti melakukan uji keseimbangan kemampuan awal menggunakan nilai UASBN matematika tahun pelajaran 2014/2015 sebagai uji prasyarat eksperimen. Dalam penelitian ini, uji
45
keseimbangan kemampuan awal menggunakan analisis variansi (anava) satu jalan dengan sel tak sama. Terdapat dua asumsi yang harus dipenuhi sebelum melakukan anava, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Adapun uji normalitas meliputi uji normalitas kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2, dan kelas kontrol (perhitungan selengkapnya pada Lampiran 23). Sementara uji homogenitas dilakukan hanya satu kali, yaitu uji homogenitas antar populasi (perhitungan selengkapnya pada Lampiran 24). Setelah sampel dinyatakan berasal dari populasi dengan kemampuan yang sama(perhitungan selengkapnya pada Lampiran 25 1)
2)
3)
SMPN 1 Baron terpilih a) Kelas VII A
: Kelompok eksperimen 1 (Kelompok TAI)
b) Kelas VII C
: Kelompok eksperimen 2 (Kelompok TSTS)
c) Kelas VII B
: Kelompok kontrol (Pembelajaran Langsung)
SMPN 1 Ngronggot a) Kelas VII C
: Kelompok eksperimen 1 (Kelompok TAI)
b) Kelas VII D
: Kelompok eksperimen 2 (Kelompok TSTS)
c) Kelas VII B
: Kelompok kontrol (Pembelajaran Langsung)
SMPN 2 Pace a) Kelas VII F
: Kelompok eksperimen 1 (Kelompok TAI)
b) Kelas VII G
: Kelompok eksperimen 2 (Kelompok TSTS)
c) Kelas VII H
: Kelompok kontrol (Pembelajaran Langsung)
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian ini menggunakan 2 variabel bebas dan 1 variabel terikat. Variabel bebas meliputi model pembelajaran dan kecerdasan emosional, sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar. Definisi operasional, indikator, skala pengukuran dan simbol dari masing-masing variabel penelitian adalah sebagai berikut: 1. Variabel bebas Sugiyono (2010: 61) menyatakan bahwa variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
46
timbulnya variabel terikat. Adapun variabel-variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian
ini
adalah
model
pembelajaran
dan
kecerdasan
emosional. a. Model pembelajaran 1)
Definisi Operasional: Pola proses belajar yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengimplementasikan rencana pembelajaran yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam penelitian ini terdapat 3 model pembelajaran yaitu TAI, TSTS, dan Langsung.
2)
Indikator:
langkah-langkah
pembelajaran yang menggunakan
model pembelajaran TAI, TSTS, dan Langsung(lebih lengkapnya lihat Lampiran 5,6, dan 7). 3)
Skala Pengukuran: nominal dengan 3 kategori, yaitu penggunaan model pembelajaran TAI, TSTS, dan Langsung.
4)
Simbol:
(Model Pembelajaran)
adalah
model
pembelajaran TAI,
pembelajaran TSTS, dan
adalah
model
adalah model pembelajaran langsung.
b. Kecerdasan Emosional 1)
Definisi operasional: kemampuan untuk mengenali dan mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri serta kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain.
2)
Indikator: skor angket kecerdasan emosional
3)
Skala pengukuran: skala interval kemudian diubah menjadi skala ordinal yang terdiri dari 3 kategori
yaitu
tinggi,
sedang, dan
rendah, yang berdasarkan rerata dan standar deviasi. Pengelompokan kategori kecerdasan emosional berdasarkan ketentuan sebagai berikut. a) Kategori tinggi
: xx
b) Kategori sedang
: x
1 s 2
1 1 sxx s 2 2
47
c) Kategori rendah 4)
: xx
1 s 2
Simbol adalah kecerdasan emosional kategori tinggi, emosional kategori sedang, dan
adalah kecerdasan
adalah kecerdasan emosional
kategori rendah. 2. Variabel Terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar matematika. a. Definisi Operasional: Hasil kemampuan siswa dalam periode tertentu berdasarkan proses belajar matematika serta dibangun dengan ide, proses, dan penalaran yang kemudian diubah ke dalam bentuk nilai atau simbol melalui tes prestasi belajar pada materi operasi hitung bentuk aljabar. b. Indikator: nilai tes prestasi belajar pada materi operasai hitung bentuk aljabar. c. Skala Pengukuran: Skala pengukuran pada prestasi belajar adalah skala pengukuran interval.
E. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini ada tiga macam yaitu dokumentasi, tes, dan angket. 1. Dokumentasi Pengertian dokumentasi menurut Suharsimi Arikunto (2010: 201), dokumentasi dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mengambil data kemampuan awal nilai UN siswa pada pelajaran matematika pada saat sampel masih berada di kelas VI sekolah dasar dan rata-rata nilai UN matematika tahun pelajaran 2014/2015. Nilai kemampuan awal pada mata pelajaran matematika digunakan untuk dilakukan uji keseimbangan dan rata-rata nilai UN matematika digunakan
48
untuk mengelompokkan sekolah ke dalam kategori tinggi, sedang dan rendah (lebih lengkapnya lihat Lampiran 22). 2. Tes Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 53) “tes adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”. Pendapat lain diungkapkan oleh Nana Sudjana dan Ibrahim (2010: 100) “tes adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan baik secara tertulis atau secara lisan atau secara perbuatan”. Adapun tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes prestasi belajar materi teori peluang. Tes materi teori peluang, untuk memperoleh data prestasi belajar matematika yang dilakukan pada akhir penelitian. Tes dalam penelitian ini berbentuk pilihan ganda dengan alternatif pilihan yaitu a, b, c, dan d. Jawaban benar diberi skor 1 dan yang salah diberi skor 0. Selanjutnya pemberian skor (scoring) terhadap jawaban tes menggunakan skala nilai 100. 3. Angket Menurut Burhan (2009: 123), “metode angket adalah cara pengumpulan data melalui serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis yang kemudian diisi oleh responden”. Dalam penelitian ini metode angket digunakan untuk memperoleh data tentang gambaran perkembangan kecerdasan emosional siswa.
F. Instrumen dan Ujicoba Instrumen 1. Tahap Penyusunan Instrumen Sebelum dilakukan penyusunan instrumen, baik instrumen untuk angket kecerdasan emosional maupun tes prestasi belajar, akan dilakukan terlebih dahulu menyusun kisi-kisi instrumen, menyusun butir-butir soal instrumen serta mengadakan uji coba, yang selanjutnya dilakukan revisi dan penetapan instrumen.
49
a. Instrumen tes prestasi belajar 1)
Menyusun kisi-kisi instrumen Kisi-kisi yang dibuat adalah kisi-kisi pada materi teori operasi hitung aljabar untuk instrumen uji coba tes prestasi belajar, sebanyak 45 butir soal (dapat dilihat pada Lampiran 2)
2)
Menyusun butir-butir soal tes prestasi dan angket kecerdasan emosional Butir soal uji coba tes prestasi belajar disusun dalam bentuk pilihan ganda dengan option sebanyak 4 buah yaitu a, b, c, dan d dengan berpedoman pada kisi-kisi (dapat dilihat pada Lampiran 3)
3)
Menentukan cara pemberian skor Pada butir pilihan gandaga tes presstasi belajar yaitu bernilai 1 untuk jawaban benar dan bernilai 0 untuk jawaban salah. Dan penghitungan nilai dengan cara skor yang didapat dibagi skor maksimal dikalikan 100.
4)
Mengadakan uji coba instrumen Setelah penyusunan instrumen selesai selanjutnya dilakukan validasi dan ujicoba instrumen yang telah disusun. Uji coba instrumen dalam penelitian ini diadakan di kelas VIII SMP N 1 Ngronggot tahun pelajaran 2015/2016. Hasil uji coba instrumen tes dianalisis untuk mengetahui taraf kesukaran, daya pembeda butir soal, serta koefisien reliabilitas instrumen tes. Butir soal yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini sebanyak 45 butir soal, dimana butir soal yang dimaksud adalah butir soal yang telah dinyatakan valid menurut validitas isi oleh validator.
b. Instrumen angket kecerdasan emosional 1)
Menyusun kisi-kisi instrumen Kisi-kisi yang dibuat adalah kisi-kisi pada kecerdasan emosional siswa untuk instrumen uji coba angket kecerdasan emosional siswa, dengan adanya 20 butir positif dan 20 butir negatif (dapat dilihat pada Lampiran 10).
50
2)
Menyusun butir-butir soal tes prestasi dan angket kecerdasan emosional Butir soal uji coba angket kecerdasan emosional dengan pilihan jawaban SS = sangat sesuai, S = sesuai, TMP = tidak mempunyai pendapat, TS = tidak sesuai, STS = sangat tidak sesuai.
(dapat
dilihat pada Lampiran 11). 3)
Menentukan cara pemberian skor Pemberian skor pada setiap butir angket menggunakan pendekatan skala Likert dengan item positif jika menjawab SS akan diberi skor 5, S diberi skor 4, TMP diberi skor 3, TS diberi skor 2 dan STS diberi skor 1, sedangkan untuk item negatif jika menjawab SS akan diberi skor 1, S diberi skor 2, TMP diberi skor 3, TS diberi skor 4 dan STS diberi skor 5.
4)
Mengadakan uji coba instrumen Setelah penyusunan instrumen selesai selanjutnya dilakukan validasi dan ujicoba instrumen yang telah disusun. Uji coba instrumen dalam penelitian ini diadakan di kelas VIII SMP N 1 Ngronggot tahun pelajaran 2015/2016. Hasil uji coba instrumen tes dianalisis untuk mengetahui konsistensi internal serta koefisien reliabilitas instrumen tes. Butir angket yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini sebanyak 40 butir, dimana butir soal yang dimaksud adalah butir soal yang telah dinyatakan valid menurut validitas isi oleh validator.
2. Tahap Validasi Instrumen. Instrumen dapat dikatakan memenuhi persyaratan sebagai
alat
pengumpul data apabila sekurang-kurangnya instrumen tersebut valid dan reliabel (Suharsimi Arikunto, 2006: 57-58). Dalam penelitian ini, soal tes prestasi belajar dan kemampuan penalaran metematis yang digunakan untuk pengumpulan data diuji validitas, data diuji validitas, uji konsistensi internal, taraf kesukaran, daya pembeda, dan uji reliabilitas.
51
a. Uji validitas isi Suharsimi Arikunto (2009: 67) berpendapat bahwa ”sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan”. Suatu instrumen dikatakan valid menurut validitas isi apabila isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari keseluruhan isi hal yang akan diukur. Uji validitas yang dilakukan pada metode angket ini adalah uji validitas isi dengan langkah-langkah seperti yang dikemukakan Croker dan Algina (dalam Budiyono 2015: 40) sebagai berikut: 1) Mendefinisikan domain kerja yang akan diukur. 2) Membentuk sebuah panel yang ahli (qualified) dalam domain-domain tersebut. 3) Menyediakan kerangka tersruktur untuk proses pencocokan butir-butir soal dengan domain performan yang terkait. 4) Mengumpulkan data dan menyimpulkan berdasar data yang diperoleh dari proses pencocokan pada langkah 3. Dalam penelitian ini untuk validitas isi, prosedur yang digunakan adalah
menyelenggarakan
panel
para
ahli
untuk
memberikan
pertimbangan, apakah butir soal yang telah disiapkan cukup mewakili apa yang akan dikaji atau belum. Penilaian instrumen penelitian ini dilakukan dengan Experts judgment atau penilaian yang dilakukan oleh para pakar. Instrumen uji coba tes prestasi belajar matematika pada pokok bahasan operasi bentuk aljabar terdiri dari 45 butir soal (lihat Lampiran 5). Validator pada instrument tes prestasi belajar matematika dilakukan oleh Tiga orang yaitu Fatkur Rhohman. M.Pd dan Nanndo Yannuansa M.Pd selaku dosen pendidikan matematika Universitas Nusantara PGRI Kediri dan Kukuh Priyono. S.Pd M.Si selaku guru matematika SMPN 1 Ngronggot.
52
Dalam penelitian ini, tes prestasi belajar matematika dikatakan valid jika memenuhi kriteria penelaahan sebagai berikut: 1) Butir soal sesuai dengan kisi-kisi soal. 2) Materi pada butir soal sesuai dengan kompetensi dasar. 3) Butir soal bukan termasuk soal-soal yang terlalu mudah atau terlalu sulit. 4) Kunci jawaban pada butir soal telah benar. 5) Informasi mudah dimengerti dan jelas tertangkap maknanya. 6) Rumusan butir soal tidak menimbulkan penafsiran ganda. 7) Kalimat butir soal dapat dipahami oleh siswa SMP. Berikut rangkuman saran dan komentar yang diberikan oleh ketiga validator tes prestasi belajar: 1) Dari segi konstruksi ada beberapa butir soal kurang tepat. 2) Dalam menyusun indikator gunakan kata kerja operasional dan susunlah kalimat yang mudah dipahami. 3) Tambahkan butir soal pada aspek C3 (penerapan) dan C4 (analisis). Butir angket kecerdasan emosional yang diujicobakan sebanyak 40 butir angket. Validator untuk menilai instrument angket kecerdasan emosional dilakukan Dr. Sri Panca Setyawati, M.Pd selaku Dekan FKIP Universitas Nusantara PGRI Kediri, Drs. Kuntjojo, M.Pd, M.Psi selaku dosen jurusan PAUD dan Musiron selaku guru bimbingan konseling SMPN 1 Ngronggot. Dalam penelitian ini, angket kecerdasan emosional dikatakan valid jika memenuhi kriteria penelaahan sebagai berikut: 1) Kesesuaian butir angket dengan kisi-kisi 2) Bahasa mudah dipahami 3) Kesesuaian butir angket dengan ejaan yang disempurnakan dalam bahasa Indonesia. 4) Butir angket tidak menimbulkan interpretasi atau bermakna ambigu. 5) Kalimat butir soal dapat dipahami oleh siswa SMP.
53
Berikut rangkuman saran dan komentar yang diberikan oleh ketiga validator angket kecerdasan emosional: 1) Kalimat perlu diperbaiki. 2) Perlu dibedakan emosi yang ingin ditanyakan dalam angket 3) Fokus pernyataan angket difokuskan pada pengisi angket 4) Adanya angket yang kurang sesuai dengan kisi-kisi yang ingin di uji Setelah direvisi, butir soal instrumen penelitian kembali divalidasi oleh para pakar. Oleh karena seluruh kriteria penelaahan telah terpenuhi, maka instrumen tes prestasi belajar matematika dan instrumen angket kecerdasan emosional dikatakan valid ditinjau dari validitas isi. Lembar validasi instrumen tes prestasi belajar matematika dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5. Lembar validasi instrumen angket kecerdasan emosional dapat dilihat pada Lampiran 12 dan Lampiran 13. b. Taraf Kesukaran Perhitungan taraf kesukaran digunakan pada instrumen tes prestasi belajar. Soal yang baik adalah soal yang mempunyai taraf kesukaran yang memadai, artinya tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks
kesukaran (difficulty
index).
Besarnya
indeks
kesukaran
berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Artinya, angka indeks kesukaran itu paling rendah adalah 0,00 dan paling tinggi adalah 1,00. Untuk mengetahui tingkat kesukaran butir tes prestasi belajar digunakan rumus berikut. P
B N
Keterangan: P : indeks kesukaran setiap butir soal B : banyak peserta tes yang menjawab benar N : jumlah seluruh peserta tes
54
Menurut Budiyono (2015, 99) jika indeks tingkat kesukaran tidak tergolong dalam interval 0,3 ≤ P ≤ 0,7 maka butir tersebut harus dibuang. Dalam penelitian ini soal tes dapat digunakan jika 0,3 ≤ P ≤ 0,7. Setelah dilakukan perhitungan tingkat kesukaran soal tes prestasi belajar matematika pada penelitian ini, butir soal tes prestasi belajar yang tidak dipakai yaitu 5, 6, 10, 18, 23, 29 dan 36. Perhitungan taraf kesukaran butir soal instrumen uji coba tes prestasi belajar siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran14. c. Daya Pembeda Perhitungan daya pembeda digunakan pada tes prestasi belajar. Daya pembeda suatu butir tes adalah kemampuan suatu butir untuk membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Indeks daya pembeda dirumuskan sebagai berikut. �= dengan:
�
=
√
∑
∑
− ∑
− ∑
∑
∑
− ∑
� : indeks daya pembeda : banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen) : skor untuk butir ke-i (dari subjek uji coba) : total skor (dari subjek uji coba) (Budiyono, 2015: 106) Menurut Budiyono (2011) biasanya suatu butir soal dikatakan mempunyai daya beda yang baik apabila indeks daya bedanya sama dengan atau lebih dari 0,30. Mengacu pada pendapat tersebut, pada penelitian ini butir soal yang digunakan tes prestasi belajar jika rpbis≥0,30.
Hasil perhitungan uji daya pembeda tes prestasi belajar matematika,
dari 45 butir soal yang diujicobakan diketahui bahwa ada 8 butir soal yang tidak dapat digunakan sebagai instrumen penelitian yaitu butir soal nomor 6, 10, 17, 18, 23, 29, 36 dan 41. Perhitungan daya beda butir soal instrumen uji coba tes prestasi belajar siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran14. Dari uji validitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran
55
butir soal maka diputuskan butir soal yang digunakan dalam penelitian sebanyak 35 butir soal. Sedangkan butir soal yang tidak digunakan dalam penelitian sebanyak 10 soal, yaitu 5, 6, 10, 17, 18, 23, 27, 29, 36 dan 41. (lebih lengkapnya lihat Lampiran 18 dan 19). d. Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas digunakan pada instrumen tes prestasi siswa dan instrumen angket kecerdasan emosional. Suatu
tes
dapat
dikatakan
mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat hasil yang tetap atau sama saat dilakukan pengukuran kembali pada yang berbeda dan pada waktu yang berbeda pula, maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan tes. Perhitungan reliabilitas tes ini didasarkan pada pendapat Budiyono (2015: 53) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas tes dapat digunakan rumus Kuder-Richardson (KR-20), yaitu : 2 n st pi qi r11 2 st n 1
Keterangan: r11 : nilai reliabilitas instrumen (tes)
n : banyaknya butir soal (item) st
2
2 t
pi : proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar pada butir kei
qi = 1 - pi : variansi total Menurut Budiyono (2003: 72) hasil pengukuran yang mempunyai indeks reliabilitas r11 ≥ 0,70 cukup baik nilai kemanfaatannya, dalam arti instrumennya dapat dipakai untuk melakukan pengukuran. Mengacu pada pendapat tersebut, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah jika r11≥ 0,70. Hasil perhitungan uji reliabilitas
tes prestasi belajar matematika sebanyak 35 butir soal, koefisien
56
reliabilitas tes diperoleh hasil r11 = 0,907. Sehingga dapat disimpulkan bahwa instruman tes prestasi belajar reliabel. Hasil perhitungan uji reliabilitas angket kecerdasan emosional sebanyak 30 butir angket, koefisien teliabilitas tes diperolah hasil r11 = 0,836. Sehingga dapat disimpulkan bahwa instruman angket kecerdasan emosional reliabel (perhitungan reliabilitas dari butir soal instrumen uji coba tes prestasi belajar selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15 dan perhitungan reliabilitas dari instrumen uji coba angket kecerdasan emosional. (lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17). e. Uji Konsistensi Internal Uji konsistensi internal digunakan pada instrumen angket kecerdasan emosional. Setiap butir dalam sebuah angket seharusnya dapat mengukur hal yang sama dan menunjukan kecenderungan yang sama. Konsistensi interal setiap butir dilihat dari korelasi antarskor butir-butir tersebut dengan skor totalnya. Untuk menghitung konsistensi internal butir ke-i, dapat digunakan rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson sebagai berikut. = dengan
√
∑
∑
− ∑
− ∑
∑
∑
− ∑
rxy
: indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n
: banyaknya cacah subjek yang dikenai tes (instrumen)
X
: skor butir ke-i
Y
: total skor (dari subjek uji coba)
Butir angket akan digunakan jika mempunyai indeks konsistensi internal rxy ≥ 0,3 (Budiyono, 2003: 65). Dalam penelitian ini, untuk butir angket yang indeks konsistensi internalnya kurang dari 0,3, maka butir tersebut tidak dipakai Butir angket yang diujicobakan sebanyak 40 butir, berdasarkan hasil uji coba dapat diketahui ada 10 butir angket yang tidak dipakai dalam
57
penelitian yaitu soal nomor 1, 5, 8, 14, 20, 25, 26, 31, 35 dan 38. (lebih lengkapnya lihat Lampiran 16). Butir angket yang diujicobakan sebanyak 40 butir, berdasarkan hasil uji coba dapat diketahui ada 10 butir angket yang tidak dipakai dalam penelitian yaitu soal nomor 1, 5, 8, 14, 20, 25, 26, 31, 35 dan 38. (lebih lengkapnya lihat Lampiran 20 dan 21).
G. Teknik Analisis Data Analisis data penelitian merupakan langkah yang sangat penting dan utama dalam kegiatan penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini, untuk menganalisis data yang diperoleh, peneliti menggunakan uji statistik. Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul. 1. Uji Prasyarat a. Uji Normalitas Data Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Berikut adalah
langkah-langkah
untuk
menguji
normalitas
dengan
menggunakan metode Lilliefors. 1) Menetapkan Hipotesis H0: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1: sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal 2) Taraf Signifikansi α = 0,05 3) Menentukan Statistik Uji Statistik uji yang digunakan adalah:
dengan :
L = Maks |
� −
� |
Z berdistribusi N (0,1) F (zi) = P (Z ≤ zi) S (zi) : proporsi cacah Z ≤ zi terhadap seluruh z zi
�� −�̅
=
58
s ̅
: standar deviasi sampel = √
: mean sampel =
∑ �2− ∑ −
∑
2
4) Daerah Kritis DK = { |
>
∝;
} nilai
∝;
dapat dilihat pada tabel Nilai
Kritis Uji Lilliefors, dengan n adalah ukuran sampel. 5) Keputusan Uji H0 ditolak jika Lobs�DK
6) Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang ada. (Budiyono, 2009: 170-171) Teknik yang digunakan dalam uji normalitas adalah uji Lilliefors dan hasilnya disajikan dalam Tabel 3.2 Tabel 3.2. Rangkuman uji normalitas populasi terhadap data kemampuan awal Keputusan No. Kelompok Lobs Ltabel Kesimpulan Uji H0 1 Kontrol 0,073 0,092 Diterima Normal Diterima 2 Eksperimen 1 0,091 0,093 Normal Diterima 3 Eksperimen 2 0,090 0,092 Normal Dari tabel di atas tampak bahwa semua hasil Lobs < Ltabel sehingga semua H0 diterima. Karena DK = { | > �
}dan
�;
<
�;
, maka
Hal ini berarti kelompok kontrol, eksperimen 1 dan
eksperimen 2 berasal dari populasi normal. Perhitungan selengkapnya di Lampiran 23. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas variansi dalam penelitian ini menggunakan uji Bartlett. Menurut Budiyono (2013: 176) langkah-langkahnya sebagai berikut: 1) Menetapkan Hipotesis H0: � = � = � ( semua variansi sama)
H1: � ≠ � atau � ≠ � atau � ≠ �
sama)
( tidak semua variansi
59
2) Taraf Signifikansi α = 0,05 3) Menentukan Statistik Uji Statistik uji yang digunakan adalah :
dengan :
,
� =
� berdistribusi �
−∑ −
k
: banyaknya populasi : banyaknya sampel
N
: banyaknya seluruh nilai (ukuran)
nj
: banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j : ukuran sampel ke-j
fj
= nj – 1 : derajat kebebasan untuk sj 2; j = 1, 2, ..., k k
f= N – k = ∑ fj : derajat kebebasan untuk RKG j=i
=
+
∑
−
RKG : rerata kuadrat galat= = ∑� −
(∑ � )
4) Daerah Kritis
DK = {� | � > �
5) Keputusan Uji
H0 ditolak jika �
�
∝, −
� DK
−
∑ SSj ∑ = (
− )
} (Budiyono, 2009: 176)
Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan metode Bartlett dengan Uji Chi Kuadrat. Uji homogenitas ini dilakukan untuk menguji apakah sampel-sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi yang homogen (mempunyai variansi yang sama). Hasil perhitungan Uji Chi Kuadrat dengan taraf signifikan 0,05 dengan DK
60
={� |� > 5,991} diperoleh �
obs=
4,343 maka dapat diketahui bahwa
H0 tidak ditolak sehingga dapat disimpulkan populasi yang ada mempunyai variansi yang sama( lebih lengkapnya lihat Lampiran 24). 2. Uji Keseimbangan Uji ini dilakukan pada saat kedua kelas belum dikenai perlakuan bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelas tersebut seimbang (Budiyono, 2013: 196-198). Xij = + j + ij dengan: Xij adalah data ke-i pada perlakuan ke-j.
adalah rerata dari seluruh data (rerata besar atau grand mean). j j adalah efek model pembelajaran ke-j pada variabel terikat.
ij X ij j adalah deviasi data X ij terhadap rerata populasinya yang berdistribusi normal dengan rerata 0. i = 1, 2,...nj ; j = 1, 2, …, k. k adalah banyaknya data amatan.
Data Amatan
Cacah Data Jumlah Data Rerata Jumlah Kuadrat Suku Koreksi
Variansi
Tabel 3.3 Struktur Data A1 A2 … X11 X12 … X21 X22 … … … … Xn11 Xn22 … n1 n2 … T1 T2 … ̅ ̅ … … X 12 X2 2 2 1
T n1 A1 SS1
2 1
T n2 A2 SS2
… … …
Ak X1k X2k … Xnkk nk TK ̅ Xk2 2 1
T nk Ak SSk
Total
N G X X ij 2 i, j
T j2
n j
j
Total SS j j
61
Dari Tabel 3.2 di atas, perlu diketahui bahwa: � =∑
=
=∑
X
+
=
G N
+ ...+
+
SS j X 2 j
+ ...+
T j2
nj Adapun langkah pengujiannya sebagai berikut. j
a. Hipotesis ∶ j = 0 untuk setiap j (ketiga populasi memiliki kemampuan awal yang sama)
: paling sedikit ada satu j yang tidak nol (ketiga populasi tidak memiliki kemampuan awal yang sama) b. Tingkat Signifikansi: α = 0,05 c. Statistik Uji Berdasarkan data dilakukan perhitungan untuk menentukan JKA, JKG dan JKT yakni:
T j2
G2 JKA = N j nj JKG = X ij2 j
i, j
JKT =
X ij2 i, j
T j2 nj
G2 N
Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat itu adalah : dkA = k – 1
dkG = N – k
dkT = N – 1
Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-masing diperoleh rerata sebagai berikut: �=
�
=�
� �
Maka statistik ujinya adalah =
�
�
�
62
d. Daerah Kritik
DK F F F ;k 1, N k
e. Keputusan Uji ditolak jika
�
�
Budiyono (2009: 195-198)
Dari hasil uji keseimbangan dengan uji F dengan taraf signifikasi 0,05 dengan DK = {F|F > 3,029} diperoleh Fobs 2,765 sehingga H0 yang menyatakan bahwa populasi mempunyai rerata kemampuan awal yang sama diterima. Oleh karena itu dapat disimpulkan populasi penelitian dalam keadaan seimbang (lebih lengkapnya lihat Lampiran 25). 3. Uji Hipotesis Penelitian Setelah prasyarat uji yaitu uji normalitas dan uji homogenitas dipenuhi, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Analisis ini adalah perluasan dari analisis variansis satu jalan yang bertujuan untuk membandingkan rata-rata beberapa populasi baik rata-rata baris maupun kolom dalam sel. Analisis variansi dua jalan bertujuan untuk menguji signifikansi perbedaan efek baris, kolom dan kombinasi efek baris dan kolom terhadap variabel terikat. Model untuk data populasi pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah sebagai berikut. X ijk i j ( ) ij ijk
dengan: X ijk
: data (nilai) ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j
: rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean)
i
= μi. – μ : efek baris ke-i pada variabel terikat
j
= μ.j – μ : efek kolom ke-jpada variabel terikat
63
( )ij =μij – (μ + αi + βj): interaksi baris ke-i dan kolom ke-jpada
variabel terikat;
ijk , = deviasi data X ijk terhadap rerata populasinya (μij)yang berdistribusi normal dengan rerata 0 dan variansi 1; i
= 1, 2,…, p; p: banyaknya baris;
j
= 1, 2,…, q; q: banyaknya kolom;
k
= 1, 2,…, nij; nij: banyaknya data amatan pada setiap selij.
Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut: a.
Hipotesis H0A: i 0 ;i = 1, 2, 3 H1A: paling sedikit ada satu i 0 H0B: j 0 ; j= 1, 2, 3 H1B:: paling sedikit ada satu j 0 H0AB : ( ) ij 0 ; i= 1, 2, 3 dan j= 1, 2, 3 H1AB : paling sedikit ada satu ( ) ij 0
b.
Taraf signifikansi α= 5 %
c.
Komputasi: Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan notasi-notasi sebagai berikut: nij : ukuran sel ij ( sel pada baris ke-i dan kolom ke-j ) : cacah data amatan pada sel ij : frekuensi sel ij
n h : rerata harmonik frekuensi seluruh sel =
N= nij : banyaknya seluruh data amatan i, j
pq 1 i , j nij
64
2
X ijk :jumlah kuadrat deviasi data amatan pada SSij X ijk2 k n k ij sel ij ABij :rerata pada sel ij
= ABij : jumlah rataan pada baris ke-i
Ai
j
Bj= ABij
: jumlah rataan pada kolom ke-j
i
G
= ABij : jumlah rataan semua sel i, j
Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besar-besaran sebagai berikut:
G2 (1) pq (2) SSij
Ai 2 (3) q i (4) j
i, j
(5) ABij
2
i, j
Bj2 p
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terdapat lima jumlah kuadrat, yaitu: JKA = n h {(3) – (1)}
JKG = (2)
JKB = n h {(4) – (1)}
JKT =JKA+JKB+JKAB+JKG
JKAB = n h {(1)+(5) – (3) – (4)} dengan: JKA : jumlah kuadrat baris; JKB : jumlah kuadrat kolom; JKAB : jumlah kuadrat interaksi antara baris dan kolom; JKG : jumlah kuadrat galat; JKT : jumlah kuadrat total. Derajat kebebasan masing-masing jumlah kuadrat tersebut adalah: dkA
= p-1
dkT = N -1
dkG = N - pq
65
dkAB = (p-1)(q-1)
dkB = q-1
Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masingmasing diperoleh rataan kuadrat berikut:
d.
RKA
JKA dkA
RKAB
RKB
JKB dkB
RKG
JKAB dkAB
JKG dkG
Statistik Uji 1) Untuk H0A adalah Fa
RKA yang merupakan nilai dari variabel RKG
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan p-1 dan N-pq; 2) Untuk H0B adalah Fb
RKB yang merupakan nilai dari variabel RKG
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q-1 dan N-pq; 3) Untuk H0AB adalah Fab
RKAB yang merupakan nilai dari RKG
variabel random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p-1) (q-1) dan N-pq. e.
Daerah Kritis Untuk masing-masing nilai F di atas, daerah kritisnya adalah: 1) Daerah kritis Fa adalah DKa
= F F > F ; p 1, N pq
2) Daerah kritis Fb adalah DKb
= F F > F ; q 1, N pq
3) Daerah kritis Fab adalah DKab = F F > F ; p 1q 1, N pq
66
Tabel 3.4.Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Sumber Baris (A) Kolom (B) Interaksi (AB) Galat (G) Total f.
JK
dk
RK
Fobs
Ftabel
JKA JKB JKAB JKG JKT
p-1 q-1 (p-1)(q-1) N – pq N-1
RKA RKB RKAB RKG -
Fa Fb Fab -
Ftabel Ftabel Ftabel -
Keputusan Uji H0 ditolak jika Fobs terletak di daerah kritis.
g.
Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang ada. ( Budiyono, 2009: 228-231)
4. Uji Komparasi Ganda Menurut Budiyono (2013: 201) komparasi ganda adalah tindak lanjut dari analisis variansi apabila hasil analisis variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Uji lanjut setelah analisis variansi digunakan metode Scheffe’ karena metode tersebut akan menghasilkan beda rerata dengan tingkat signifikan yang kecil. a.
Komparasi Rerata Antar Baris (baris ke-i dan baris ke-j) Hipotesis yang diuji pada komparasi rerata antar baris adalah:
H 0:μi μ j Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar baris adalah: Fi. j
X
i
X
2
j
1 1 RKG n i n j.
dengan: Fi j adalah nilai Fobs pada perbandingan baris ke-i dan baris
ke-j. ̅⦁ ̅⦁
adalah rataan pada baris ke-i. adalah rataan padar baris ke-j.
67
RKG adalah rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi.
ni
adalah ukuran sampel baris ke-i.
n j
adalah ukuran sampel baris ke-j.
Daerah kritis untuk uji ini adalah:
DK = F F ( p 1) F : p 1, N pq
b.
Komparasi Rerata Antar Kolom (kolom ke-i dan kolom ke-j) Hipotesis yang diuji pada komparasi rerata antar kolom adalah:
H 0:μ.i μ.j Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar kolom adalah: F.i.j
X
.i
X .j
2
1 1 RKG n .i n.j
dengan:
F i j adalah nilai Fobs pada perbandingan kolom ke-i dan kolom ke-j X i adalah rataan pada kolom ke-i
Xj
adalah rataan pada kolom ke-j.
RKG adalah rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi.
ni
adalah ukuran sampel kolom ke-i.
n j
adalah ukuran sampel kolom ke-j.
Daerah kritis untuk uji ini adalah:
DK = F F (q 1) F ;q 1, N pq c.
Komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama (sel ij dan sel kj) Hipotesis yang diuji pada komparasi rerata antar sel pada baris sama adalah:
68
H 0 : ij kj H1 : ij kj Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada kolom sama adalah: Fij kj
X
ij
X kj
2
1 1 RKG n ij nkj
dengan: Fij – kj
: nilai Fobs pada pembandingan rerata pada sel ij dan rerata pada sel kj
̅
: rerata pada sel kj
RKG
: rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan
: reratapada sel ij
̅
analisis variansi
d.
nij
: ukuran sel ij
nkj
: ukuran pada sel kj
Daerah kritis untuk uji itu ialah: DK= { F| F>(pq-1)Fα; pq-1;N-pq }. Komparasi rerata antar sel pada baris yang sama (sel ij dan sel ik)
Hipotesis yang diuji pada komparasi rerata antar sel pada baris sama adalah:
H 0 : ij ik H1 : ij ik Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada baris sama adalah: Fij ik
dengan:
X
ij
X ik
2
1 1 RKG n ij nik
69
Fij-ik
: nilai Fobs pada pembandingan rerata pada sel ij dan rataan pada sel kj
X ij
: rataan pada sel ij
X ik
: rataan pada sel ik
RKG : rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi nij
: ukuran sel ij
nik
: ukuran sel ik
Daerah kritis untuk uji ini adalah: DK = {F F pq 1 Fα;pq 1,N pq } 1) Menentukan keputusan uji untuk masing-masing komparasi ganda. 2) Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang ada. (Budiyono, 2009: 215)